• Tidak ada hasil yang ditemukan

P bisakah aku

Dalam dokumen T 1 ATA NIAGA PERTANIAN (Halaman 73-90)

mencapai target produksi ?? ?

saya butuh kontinuitas dalam jumlah maupun pasokan dengan kualitas produk yang tetap

dan tanda tangani kontrak ini sesuai dengan permintaan kami...

POLA PRODUKSI DAN JASA TATANIAGA HASIL PERTANIAN

1. Penyesuaian Pola Produksi dengan Cara Tataniaga

Pola produksi di Indonesia pada umumnya masih sangat heterogen. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar maka pola tersebut harus diubah dan secara bertahap disesuaikan dengan cara-cara pemasaran modern. Hal ini perlu dilakukan karena:

a. pemasaran yang efisien memerlukan keseragaman hasil produk yang tinggi.

Keseragaman hasil yang tinggi hanya dapat dicapai bila telah ada keseragaman dalam proses produksinya. Seperti dalam melakukan ekspor komoditi-komoditi ke Luar Negeri, syarat yang sering tidak dapat dipenuhi oleh petani Indonesia adalah kualitas keseragaman produk. Hal ini hanya dapat diperbaiki jika petani telah mempergunakan bibit yang seragam dan perlakuan yang seragam sehingga produk yang dihasilkan akan mempunyai panjang yang sama, bentuk yang sama dan warna kenampakan yang sama serta rasa yang sama pula. b. pemasaran yang efisien akan tercapai bila petani mampu

memantau pasar dan memproduksi jenis tanaman sesuai permintaan pasar.

Sebagian besar usaha tani di Indonesia masih bersifat

subsistence farming yaitu memproduksi barang untuk kebutuhan keluarga sendiri dengan tanah garapan yang

sangat sempit dan letaknya tersebar di beberapa tempat. Tata cara hidup masih sangat dipengaruhi oleh adat istiadat atau budaya sekitarnya. Hal ini akan mempengaruhi pula pada hasil yang akan tetap kecil, sedang yang dijual kepada pihak lain hanya sedikit sekali.

Petani akan berubah dalam pola usaha taninya yaitu dari

“subsistence farming” ke dalam “commercial farming”

bila dijamin ada insentif berupa harga yang tinggi. Sebagai contoh:

produksi cabe, panili, banyak petani yang mengusahakan cabe, panili karena tergiur harga yang terjadi dipasaran pada tahun sebelumnya, saat cabe, panili pernah menduduki tahun emasnya.

Perjanjian bagi hasil menurut hukum adat, biasanya juga mengurangi kemampuan melakukan pemilihan komoditi sesuai permintaan pasar. Penggarap tanah tidak mau mengusahakan dan menanami tanahnya dengan jenis- jenis tanaman yang mempunyai peluang harga tinggi,

selama biaya produksi yang biasanya turut meningkat

harus dipikul sendiri. Karena sistem yang digunakan adalah bagi hasil maka kenaikan hasil yang diperoleh harus dibagi dengan pemilik tanah.

2. Ketersediaan Pengangkutan dan Perhubungan

Tidak tersedianya atau kurangnya alat pengangkutan dan perhubungan di daerah produksi menyebabkan banyak hasil pertanian yang tidak dapat dijual.

Keinginan petani untuk merubah pola usaha tani dari

“subsistence farming” menjadi “commercial farming”

menjadi terhambat. Bahkan di beberapa tempat, kurangnya pengangkutan dan perhubungan menyebabkan banyak tanah yang luas tidak diusahakan.

Jenis-jenis pengangkutan yang telah ada di Indonesia :

Pengangkutan melalui air. Pengankutan ini pada umumnya merupakan pengangkutan yang paling murah, tetapi hanya dapat dilakukan di tempat-tempat yang ada sungainya atau danau dan di pantai-pantai laut.

Pengangkutan melalui jalan ( truk, colt, grobak, dll ) merupakan pengangkutan yang telah umum dilakukan oleh petani-petani dan pengankutan ini lebih fleksibel, dapat menghemat biaya angkut.

Pengangkutan dengan kereta api. Pengangkutan ini biasa dilakukan pada usaha perkebunan seperti tebu, kayu dengan kereta api “lori”. Pengangkutan dengan kereta api akan lebih menguntungkan. Pihak PJKA hendaknya memfasilitasi alat transportasi angkutan barangnya dengan fasilitas-fasilitas yang diharapkan oleh para produsen hasil pertanian dengan tarif yang memadai.

Pengangkutan hasil-hasil yang cepat busuk dengan pesawat terbang akan lebih baik, namun biaya angkutan tersebut masih tetap tinggi.

Disamping kemungkinan yang ada, maka perbandingan antara biaya dan keuntungan menentukan jenis pengangkut- an yang akan dipergunakan.

Struktur dan stabilitas biaya pengangkutan merupakan faktor yang penting dalam menentukan tempat-tempat pengumpul- an, tempat pengolahan dan sebagainya.

3. Penyimpanan yang Memadai / Representatif

Sifat hasil-hasil pertanian terutama bahan makanan pokok pada umumnya dihasilkan pada musim-musim tertentu, sedangkan konsumsi bahan makanan pokok tersebut terjadi secara terus-menerus sepanjang tahun. Dari hal tersebut maka persoalan penyimpanan merupakan hal yang mutlak perlu diperhatikan.

a. kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi pada waktu penyimpanan harus sedapat mungkin dicegah.

Beberapa cara untuk mengurangi resiko:

- Penggunaan obat-obatan untuk menghidari kerusakan

yang ditimbulkan oleh hama.

- Melakukan perlakukan-perlakuan sebaik-baiknya se-

belum bahan terutama dengan perlakuan pengeringan. - Lokasi dan ruang penyimpanan. Tempat penyimpanan

Pembuatan tempat penyimpanan yang memenuhi syarat akan memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Gudang penyimpanan yang modern dengan kontrol menggunakan komputer akan sangat berguna hanya di daerah-daerah yang kekurangan tenaga manusia atau suatu daerah dengan tingkat upah tenaga kerjanya tinggi atau di pelabuhan. Pelabuhan merupakan tempat sejumlah besar hasil pertanian harus disimpan sampai waktu angkut muatan melalui perkapalan dilakukan. Sedang jam layar perkapalan sendiri harus dilakukan secara cepat.

Para pengusaha gudang penyimpanan perlu melakukan survey dan menentukan tujuan komoditi yang masuk dalam kategori penyimpanannya, karena akan menentu-kan letak tempat, besaran, bentuk, serta fasilitas-fasilitas pendukung perlu disiapkan disesuai- kan dengan biaya yang diperlukannya.

b. Tiap-tiap kegiatan penyimpanan selalu mengandung resiko yang dapat disebabkan karena kerusakan, kehilang- an dan sebagainya.

Keadaan tempat penyimpanan yang dipergunakan dan manajemen yang dijalankan akan menentukan besarnya resiko tersebut. Bila tempat penyimpanan dan manajemen tersebut baik, maka resiko akan dapat diperkecil.

Disamping itu, pengadaan asuransi terhadap semua kerusakan dan kehilangan produk, dapat mengurangi

resiko penyimpanan. Perusahaan harus membayar preminya pada tiap tahun di perusahaan asuransi.

c. Kepemilikan tempat-tempat penyimpanan dan fasilitasnya, biasanya terpusat pada beberapa tangan saja.

Pada praktek di lapangan, pemilik dari tempat penyimpanan dan fasilitasnya mempunyai kedudukan yang strategis didalam menentukan waktu dan jumlah barang yang dijual dan didalam penentuan harga. Oleh sebab itu persaingan perlu dalam menyehatkan pasar penyimpanan barang.

Biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh konsumen, selain ditentukan oleh faktor pemilikan juga ditentukan oleh:

- cukup-tidaknya tempat penyimpanan yang dapat diper- gunakan,

- ada-tidaknya persaingan jasa penyimpanan - tingginya biaya kredit

- resiko penyimpanan

Penyimpanan bahan makanan pokok ( padi, beras, jagung, dsb) yang dilakukan pada jaman dahulu merupakan kegaitan yang sangat baik. Penyimpanan sebaiknya diadakan di tempat-tempat yang tersebar di desa-desa, dikota – kota kecamatan, kota-kota kabupaten yang dimiliki oleh desa, koperasi, pemerintah dan atau swasta. Lumbung-lumbung desa yang sekarang diusahakan di

mempunyai fungsi untuk menyediakan bahan makanan di waktu musim paceklik atau untuk menyediakan bibit guna musim tanam berikutnya atau menghemat pengangkutan ke kota dan kemudian kembali lagi ke desa, tetapi juga berfungsi sebagai stabilisator harga, sebagai salah satu pihak yang turut menentukan besarnya penawaran dan harga pasar, dan sebagai alat pembentukan modal desa.

4. Penataan, pengemasan dan Pengolahan

Hasil-hasil pertanian yang mudah rusak seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga memerlukan penataan, pengemasan dan pengolahan yang prima.

Tehnik-tehnik baru dalam hal ini perlu terus ditingkatkan agar kerusakan-kerusakan fisik dapat dikurangi dan pemakaian tenaga dan modal dapat dipertinggi efisiensinya. a. Perbaikan cara-cara tersebut dapat dimulai di dalam usaha

tani masing-masing, seperti dengan memperbaiki:

- cara pengambilan,

- penentuan waktu pengambilan - pengumpulan

- pengangkutan

- konstruksi tempat untuk mengangkut hasil, dsb.

Selain itu hasil harus dilindungi dari debu, panas dan hujan. Untuk bahan makanan tertentu seperti daging, diperlukan pula perlindungan terhadap lalat dan untuk susu dilindungi dari sinar matahari langsung. Apabila hasil perlu ditimbun, maka timbunan tersebut jangan terlalu

besar dan tinggi. Dalam penyimpanan diusahakan supaya selalu ada jalan untuk pengangkutan keluar – masuk yang mudah dilalui.

b. Perlakuan pendinginan yang dapat dijalankan dengan berbagai tehnik.

Pemakaian karton dan sellofon banyak dipergunakan untuk mengganti cara pengemasan yang lama, dengan papan (peti) atau kertas.

Pemakaian “electronic color sorting” dalam sortasi buah- buahan telah banyak dilakukan di Luar Negeri dan beberapa perusahaan besar di Indonesia.

Cara-cara perbaikan dan tehnik yang akan digunakan sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat hasil yang akan dipasarkan, keinginan dari konsumen, keadaan iklim setempat dan oleh perbandingan antara biaya dan keuntungan.

5. Sortasi dan Penggolongan Mutu (grading) dalam Pencapaian Standardisasi

Petani di Indonesia jarang yang melakukan sortasi dan standardisasi penggolongan mutu. Hal ini disebabkan tidak adanya hak untuk melakukan hal tersebut karena petani menjual produnya secara borongan, tebasan atau bahkan secara ijon.

Pada umumnya kegiatan sortasi dan penggolongan mutu dilakukan oleh pedagang pengumpul, atau petani yang memang bekerja rangkap sebagai pedagang pengumpul, dan pedagang grosir. Disinilah para pedagang akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar, karena pada dasarnya dengan perlakuan tersebut akan diperoleh nilai tambah dari harga yang tidak sama yang tergantung pada penggolongannya.

6. Kebutuhan akan Informasi Pasar

Sampai sekarang masih sedikit petani yang melakukan survey pasar melalui saluran informasi pasar. Disamping itu belum adanya atau belum dilakukannya pemetaan produksi potensial di tiap-tiap daerah, yang sebenarnya sangat diperlukan dalam transparansi informasi pasar.

Informasi pasar sangat diperlukan oleh petani sebagai produsen dalam mengambil keputusan tentang komoditi apa yang harus petani usahakan, oleh pelaku pemasaran dan bahkan oleh konsumen.

Informasi yang perlu diketahui adalah mengenai jumlah (dalam hal ini luasan usaha suatu komoditi maupun hasil), sifat, letak dan gerakan dari penawaran dan permintaan, daya beli dari konsumen, alokasi produksi, pengaruh iklim untuk yang akan datang, harga jenis-jenis hasil pertanian, bahan- bahan pertanian dan sebagainya.

a. produsen akan dapat merencanakan jenis komoditi, luas areal yang akan diusahakan, biaya produksi yang diperlukan, sasaran pasar (bilamana, kepada siapa, dimana, bagaimana dan dengan harga berapa petani harus menjual hasilnya).

Di luar negeri, informasi pasar dapat memberikan petani peluang berproduksi yang lebih terjamin dalam kestabilan harga pasar dan perolehan keuntungan, karena penawaran ( luasan yang akan diusahakan ) dapat dikontrol dan disesuaikan dengan prediksi permintaan.

b. bagi pelaku pemasaran, informasi pasar dimanfaatkan untuk menentukan harga pembelian dan penjualan, mengurangi resiko, menentukan tempat, kapan-dimana dan bagaimana pelaku pemasaran tersebut mengadakan pembelian dan penjualan, menentukan sortasi dan penyimpanan.

c. bagi pemerintah, informasi pasar diperlukan untuk menjaga keseimbangan harga pasar, untuk melakukan pemerataan bahan pangan.

7. Persoalan Kredit Pemasaran

Ada 3 aspek permasalahan dalam sistem kredit pemasaran di negara kita yaitu:

a. Bunga yang terlampau tinggi.

mengembalikan sejumlah uang yang dipinjamnua melalui kredit + bunganya.

Hal ini akan terasa bertambah berat bila usaha taninya mengalami kegagalan karena faktor alam.

Sedangkan tingginya bunga kredit disebabkan oleh: - permintaan kredit yang melebihi penawaran

- masih kurangnya badan perkreditan yang mau melayani kepentingan petani yang pada umumnya termasuk golongan usaha kecil dan beresiko tinggi ( UKM = Usaha Kecil Menengah ).

Badan-badan perkreditan akan lebih memilih menanamkan modal pada usaha-usaha yang sudah pasti akan memberikan keuntungan atau usaha-usaha beresiko kecil, disamping usaha-usah di luar sektor pertanian.

- biaya administrasi, pengawasan dan penarikan uang

pinjaman + bunga adalah sangat tinggi.

- adanya resiko yang besar karena kredit pertanian merupakan kredit terbuka tanpa tanggungan.

b. adanya pihak-pihak pelaku pemasaran yang memberikan fasilitas kredit dengan persyaratan-persyaratan yang mengurangi keluasaan gerak petani dalam penjualan hasilnya dan mengurangi kebebasan petanid dalam menentukan harga yang lebih tinggi.

Pemberian fasilitas kredit kepada petani tersebut dilakukan pada waktu musim paceklik yaitu pada waktu

hasil panenan sebelumnya sudah habis sedangkan hasil panenan berikutnya belum dapat diambil. Pada saat itu para petani umumnya sangat membutuhkan uang untuk kebutuhan hidupnya dan keluarganya.

Pada umumnya, uang pinjaman tersebut harus dikembali- kan pada waktu panen dalam bentuk hasil panen yang jumlahnya telah ditentukan sebelumnya.

Petani akan merasa berat karena jumlah yang ditentukan tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi dari jumlah kredit yang diterima petani pada waktu paceklik. Selisih tersebut merupakan bunga dari kredit yang diberikan.

Pemberian kredit tersebut dikenal dengan istilah “ijon” yaitu pembelian pada saat padi masih hijau (belum masak) dengan harga yang merugikan pihak petani.

Sistem ijon ini sangat menguntungkan pelaku tataniaga karena disamping memperoleh bunga yang tinggi, juga memperoleh jaminan akan dapat menguasai hasil yang diinginkan dalam jumlah dan waktu yang dianggap tepat. c. Pengembalian pinjaman yang harus dilakukan pada saat

panen raya.

Penjualan hasil pada saat panen raya akan memberikan harga yang sangat rendah bagi petani.

Sebab-sebab terjadinya penjualan hasil pada saat panen raya adalah:

- untuk mengembalikan cicilan kredit.

Dalam dokumen T 1 ATA NIAGA PERTANIAN (Halaman 73-90)

Dokumen terkait