• Tidak ada hasil yang ditemukan

P.NASDEM (SRI WAHYUNI): Terima kasih Pimpinan

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 39-51)

KETUA RAPAT : Terima kasih Pak Mul

F- P.NASDEM (SRI WAHYUNI): Terima kasih Pimpinan

KETUA RAPAT : Terima kasih Pak Mul.

Selanjutnya Ibu Sri Wahyuni, silakan Bu Sri.

F-P.NASDEM (SRI WAHYUNI): Terima kasih Pimpinan.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati saya sayangi Pimpinan Komisi V dan Rekan-rekan Anggota Komisi V,

Pak Menteri beserta seluruh jajaran yang juga saya hormati dan saya sayangi juga.

Lama nggak berjumpa Pak Menteri, Pimpinan dan Rekan-rekan semua. Sebenarnya banyak yang ingin saya sampaikan, tetapi karena waktu yang terbatas saya perlunya saja saya akan sampaikan.

Yang pertama kami apresiasi sekali atas pencapaian Pak Menteri beserta seluruh jajaran dalam segi pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia. Tadi rekan-rekan juga sudah menyampaikan beberapa hal terkait itu dan terutama program padat karya yang diberikan sangat berguna bagi masyarakat yang sekarang ini banyak dirumahkan di tengah pandemi Covid.

Terkait program-program yang diturunkan ke Dapil saya, Dapil VII Jatim itu sangat-sangat bermanfaat dan yang padat karyanya itu banyak melibatkan masyarakat di sekitar yang mendapatkan program. Mengenai program KOTAKU saya sudah keliling, melihat ke enam titik atau kelurahan yang mendapatkan program ini hasilnya lumayan bagus. Namun ini masih perlu banyak tambahan lagi Pak Menteri ke depan saya rasa program ini bisa ditambah, yang tadinya mungkin cuma berapa 6 bisa ditambah mungkin 10 atau bahkan 20 Pak Menteri.

Saya rasa rekan-rekan semua setuju dengan usulan saya ini, karena ini masyarakat sangat bermanfaat sekali untuk masyarakat. Karena seperti Dapil saya sekarang ini menjadi salah satu tempat wisata baru untuk warga setempat dan juga ini merupakan tempat wisata kuliner yang saat ini tadinya, misalkan di situ ada sekitar beberapa orang berjualan soto, sekarang menjadi Kampung Soto, terus lainnya lagi menjadi Kampung Sate demikian seterusnya. Jadi ini akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Selanjutnya untuk pembangunan PISEW sudah 100%, bedah rumah sekitar 60%, saya mohon yang 60% segera diselesaikan tahun ini Pak Menteri, agar supaya pada tahun anggaran baru 2021 nanti sudah yang 2020 ini sudah selesai semua.

Selanjutnya Pak Menteri, ada yang hal yang paling ini saya mau menyampaikan terkait Dapil saya saja pada kesempatan ini. Karena ini prioritas kali saya mendapatkan video seorang anak kecil bahwa di kampungnya itu untuk jembatan gantung itu tidak ada dan mereka anak-anak SD itu kalau sekolah harus keliling-keliling ke kampung yang lain. Saya sangat prihatin, untuk itu dan pada kesempatan ini saya mohon kepada Pak Menteri untuk bisa diprioritaskan pada tahun ini. Pemkab bersedia untuk segera membuat proposal dan InsyaAllah besok sudah selesai dan akan segera disampaikan lewat staf saya.

Selanjutnya Pak Menteri, saya ingin laporkan kemarin bulan September 17 September Komisi V ada kunjungan kerja ke Dapil saya ke Ponorogo. Itu sudah bertemu dengan Bupati dan Pemkab juga dan beberapa hal disampaikan atau diusulkan Bupati beserta Pemkab. Mudah-mudahan Pak Dirjen sudah menyampaikan karena pada waktu itu Pak Dirjen juga sudah hadir cukup lengkap dan saya mohon Pak Menteri bisa segera, apa namanya mengetahui dan mengambil keputusan apa yang akan apakah ini ditindaklanjuti atau tidak.

Satu lagi Pak Menteri, ada usulan ini sangat mendesak juga usulan dari Pemkab, kemarin sudah disampaikan juga kepada Pak Dirjen bahwa untuk jalan penyangga Tol Madiun. Yaitu dari Madiun ke Ponorogo itu permintaan dari Pemkab itu seluas 38 KM tetapi di sini inginnya itu inginnya 38 Kilo Meter tapi di sini hanya disetujui sekitar 2 KM saja. Saya rasa itu terlalu jauh. Pak Menteri mohon agar supaya bisa ditambah untuk panjang jalan yang akan diperbaiki.

Selanjutnya Pak Menteri ini ada titipan juga dari Pemkab tadi lewat Kepala Dinasnya itu terkait sanitasi pedesaan, ini harusnya Kabupaten Gresik itu mendapatkan program ini dari kementrian dari Pak Menteri. Namun Kabupaten Gresik itu tidak bisa memenuhi persyaratan sehingga dari Provinsi Jawa Timur itu menyerahkan ke Kabupaten Ponorogo dan apa Kabupaten Ponorogo siap memberikan persyaratan yang diminta oleh kementerian. Itu nilainya sebesar berapa M tadi ya, mungkin satu titiknya itu sekitar Dua Belas Juta Lima Ratus. Dan saya mohon pada Pak Menteri pada kesempatan ini agar supaya program ini tidak dialihkan dan tetap di Ponorogo. InshaAllah Pemkab akan siap membantu apa namanya persyaratannya secara lengkap.

Yang kedua, ini dari Pemprov juga saya diminta untuk menyampaikan CSR BRI dan Mandiri terkait infrastruktur dan Pokmas, Pemprov juga siap memberikan mem-backup, siap memberikan persyaratannya dan ini mohon Pak Menteri bisa segera apa ada perintah dari Pak Menteri untuk ini.

Saya rasa demikian yang saya sampaikan. Terima kasih Pak Menteri untuk semua programnya, program KOTAKU, PISEW dan BSPS, itu kalau

bisa ditambah karena ini masyarakat sangat gembira sekali karena saya sudah lihat sendiri saya terjun langsung ke lapangan. Betapa terharu saya dan juga masyarakat begitu menerima begitu bahagia menerima. Mohon maaf saya terharu sekali Pak Menteri karena itu bermanfaat sekali buat masyarakat dan terima kasih untuk itu, tapi satu hal kalau bisa ditambah lebih banyak lagi.

Saya rasa demikian yang bisa saya sampaikan, terima kasih sekali lagi sekali lagi untuk Pak Menteri beserta jajaran. Komunikasi di bawah di lapangan dengan Koordinator Tim, dengan Kepala Balai juga Pak Dirjen juga begitu bagus dengan kami dan terima kasih untuk Pimpinan dan Rekan-rekan semua.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh. KETUA RAPAT :

Wa'alaikumsalam.

Terima kasih Ibu Sri Wahyuni.

Yang hadir fisik sudah selesai semua, maka sekarang dari unsur Pimpinan.

Saya persilakan Pak Andi Iwan.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (H. ANDI IWAN DARMAWAN ARAS, S.E., M.Si./F-P.GERINDRA):

Singkat pak, terima kasih ketua.

Para Anggota Komisi V yang saya hormati, khususnya Pak Bakri,

Pak Menteri, kami doakan bapak sekeluarga dan seluruh jajarannya selalu berada dalam lindungan Allah Subhanahu wa ta'ala dan diberi kesehatan untuk tetap dapat melaksanakan tugas negara dengan baik.

Saya langsung saja pak bahwa kami mengapresiasi pencapaian serapan anggaran yang bapak per hari ini dan kami akan memberikan dukungan sepenuhnya dan berdoa agar supaya bapak bisa mencapai target 97% di akhir tahun anggaran ini dengan tentunya tetap mempertimbangkan atau memperhatikan aturan-aturan yang berlaku.

Tadi saya mendengar dari Pak Menteri bahwa ada revisi-revisi anggaran atau pemindahan anggaran dari paket A dan paket yang lainnya. Tentu tetap harus mempertimbangkan pola-pola pemindahan anggaran tersebut karena setahu kami batas maksimum penambahan anggaran 1 paket itu hanya 10% dari total penawaran sebelumnya. Sehingga jangan sampai ada kemudian yang melampaui dari pada pagu atau kontrak mereka yang sudah ada.

Yang kedua, kami juga berterima kasih ke Pak Menteri karena atas banyaknya kegiatan-kegiatan di Provinsi Sulawesi Selatan umumnya yang sudah siap untuk diresmikan, saya minta Pak Sudewo agak bersabar dulu pak. Kami ini sudah 2 sampai 4 tahun menunggu hal itu dan Alhamdulillah bapak juga mungkin harus nunggu 2-3 tahun lagi. Jadi ini kami upayakan dari yang lalu dan dan sekali lagi saya mengucapkan terima kasih atas hal itu Pak Menteri.

Yang ketiga, saya mengapresiasi tentang Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2020 tentang apa namanya relaksasi kemudahan tender. Pada prinsipnya kami setuju pak bahwa proses pelelangan ini tentu harus ada relaksaksi, terutama aturan-aturan tambahan yang tidak perlu yang diperlakukan sebelumnya tentang jumlah tangga teknik, jumlah peralatan yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan. Dalam surat edaran itu saya anggap bahwa itu sudah cukup mewakili bayangan atau tentang gambaran bonafiditas suatu perusahaan apabila ambang-ambang batas minimum peralatan atau pun teknik itu dicapai.

Namun satu hal lagi core dari pada surat edaran ini saya melihatnya hanya menenderkan tentang harga penawaran dan metode pelaksanaan. Ini bisa mengenyampingkan aspek-aspek teknis tadi, apalagi untuk tolak ukur suatu perusahaan ini mampu melaksanakan kegiatan dengan harga penawaran itu harus dilihat dari awalnya pak. Kita juga tidak boleh membeli atau membeli kucing dalam karung, dalam artian menentukan rekanan ini mampu atau tidak mampu dalam pelaksanaan kegiatan, tanpa melihat asas nyata dari perusahaan itu.

Nah saya berharap bahwa dengan surat edaran itu menghilangkan proses-proses yang kecenderungannya mempersulit penyedia jasa, tetapi juga penyedia jasa di sini tetap harus mampu dievaluasi secara faktual. Jadi walaupun saya tahu pak dalam Keppres eh Perpres 16 Tahun 2018 itu, memang juga rohnya tidak lagi dapat menggugurkan penawaran penyedia jasa dengan harga yang terlalu rendah.

Bahkan dalam item-item tertentu harga penawaran nol sekalipun bisa dimenangkan sepanjang penyedia jasa ini membuat surat pernyataan kemampuan melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan spesifikasi dan mutu yang diharapkan. Tetapi ini kan sebenarnya perlu tetap menjadi pertanyaan pak bahwa semisal dengan harga besi dia menawar dengan harga yang lebih rendah dari pada harga pabrikan. Tentu ini juga harus diperhatikan kenapa, dengan alasan ada stok dan lain sebagainya, tapi kan saya kira tidak mungkinlah orang pengusaha ini mau menyumbangkan mereka ini lembaga orientasi profit bukan orientasi sosial, tentu pasti tujuan dan targetnya adalah keuntungan buat perusahaannya.

Selanjutnya pak yang keempat tentang fenomena yang ada di lapangan. Saya melihat juga banyak diantara penyedia jasa ini memasukkan penawaran-penawaran tetapi bukan pemilik perusahaannya, kecenderungannya bahasa kasarnya minjem bendera. Orang-orang yang seperti ini banyak kami dapati di lapangan, meminjam bendera lantas melakukan penawaran. Mereka hanya punya kemampuan membuat

penawaran secara administratif, bagus dapat dilihat secara administratif itu apa namanya bisa memenuhi semua persyaratan yang ada, tetapi kenyataan kemampuannya di lapangan itu nggak ada. Karena cenderung dia hanya meminjam perusahaan dan tidak punya efek jera, tidak punya sanksi. Karena yang bertanggung jawab adalah badan usahanya bukan orang perseorangan. Walaupun nanti dengan alasan ada perjanjian Notaris yang mereka buat dan lain sebagainya.

Nah inilah kenapa tadi harus jelas alat ukurnya bagaimana caranya agar supaya dalam penetapan pemenang lelang itu juga memang dibutuhkan apa namanya semacam asas nyata tadi pak kondisi-kondisi rilnya. Jangan sampai mereka menawar kadang-kadang pak, contohlah misalkan orang yang nggak punya AMP yang hanya menyewa AMP bisa menawar lebih rendah dari pada pemilik AMP itu sendiri misalkan kurang lebih seperti itu.

Misalnya tadi orang yang punya pabrik besi aja harganya lebih mahal, kok dia bisa menawarkan besi yang lebih rendah. Nah itu mungkin kita butuh aspek telusur mungkin pak atau sifatnya asas nyata terhadap penyedia jasa dan itu harus disikapi dengan PPK. Mungkin kalau Pokja tidak dibenarkan dalam Perpres, tapi mungkin PPK masih dibenarkan untuk itu.

Kemudian perlu juga saya sampaikan dalam fungsi pengawasan sebenarnya kita lemah pak untuk evaluasi 2020 ini. Kenapa saya begitu? Lemah dalam artian untuk toleransi mutu dan toleransi waktu pelaksanaan. Kita cenderung sering memberikan perpanjangan waktu kepada penyedia jasa tanpa alasan yang jelas kalau nuru saya. Karena setahu saya alasan penambahan waktu diberikan kepada penyedia jasa itu apabila penyedia jasa ini ada pekerjaan tambah atau ada kondisi-kondisi sosial atau kondisi-kondisi force majeur yang tidak dapat dilaksanakan. Tetapi dalam kondisi normal penawaran dia harus terikat dengan jumlah waktu yang mereka tawarkan, harga yang mereka tawarkan, itu harus mereka diikat ketat, jangan diperlonggar pak.

Kita harus konsisten dengan Perpres Nomor 16 ini kalau misalkan Perpres Nomor 16 ini mengharuskan harga terendah. Ya kita juga dalam proses pelaksanaannya harus ketat dalam hal itu dalam kondisi pengawasannya, supaya rekanan-rekanan ini juga tidak serta merta secara leluasa membuat harga penawaran yang begitu rendah, supaya ada efek jera mungkin itu pak.

Nah kita lihat bahwa dalam proses pemasukan penawaran atau ya pemasukan penawaran ini mereka kalau kita sanksi blacklist-nya hanya 1 tahun dan 2 tahun.

KETUA RAPAT :

Pak Iwan, Pak Iwan.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (H. ANDI IWAN DARMAWAN ARAS, S.E., M.Si./F-P.GERINDRA):

Ya.

KETUA RAPAT :

Kalau boleh saya minta waktu dulu kita tambah dulu karena waktu sudah habis pak.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (H. ANDI IWAN DARMAWAN ARAS, S.E., M.Si./F-P.GERINDRA):

Oh ya.

KETUA RAPAT :

Sudah jam 03.30, kita tambah 30 menit pak ya, kalau boleh 30 menit pak.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (H. ANDI IWAN DARMAWAN ARAS, S.E., M.Si./F-P.GERINDRA):

5 menit saja pak cukup.

KETUA RAPAT :

5 menit Pak Iwan tidak ada jawaban Pak Menteri.

Ya silakan pak.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (H. ANDI IWAN DARMAWAN ARAS, S.E., M.Si./F-P.GERINDRA):

Baik pak saya lanjut.

Tadi sampai di mana ya pak? Bukan, masalah efek jera tentang blacklist bagi rekanan. Rekanan yang setahu saya terlambat melaksanakan kegiatan itu atau tidak menyelesaikan kegiatannya hanya di-blacklist satu tahun, ini harus lebih panjang pak. Rekanan yang menyampaikan dokumen lelang pemalsuan harusnya tidak hanya Blacklist 2 tahun kalau perlu dipidana. Ini semua agar supaya membuat para rekanan kita ini bisa betul-betul profesional dan kemudian akan menyayangi perusahaannya dan tidak lagi memberikan kepada orang-orang yang nggak bertanggung jawab untuk dipakai sebagai pemenang.

Kita tahu bahwa satu kontaktor kadang-kadang punya perusahaan 5, 4 sampai 5 perusahaan. Inilah yang akibatnya mereka hanya ingin memenuhi seluruh klasifikasi dan kualifikasi yang ada dan dengan harapan pasar yang ada bisa mereka ikuti semuanya.

Jadi saya pikir kita harus dalam proses penegakan Perpres 16 ini secara konsisten. Kita minta agar fungsi pengawasannya juga tetap dimaksimalkan, jangan diperpanjang pak waktu pelaksanaannya. Jangan

sampai hanya karena ingin kita mencapai apa namanya pencapaian penyerapan. Sehingga kemudian kita memperpanjang mereka waktu pelaksanaannya melewati tahun anggaran dengan hanya melampirkan jaminan pemeliharaan.

Yang berikutnya saya mau mengulangi apa yang disampaikan oleh Pak Bakri tentang pelelangan yang dilaksanakan berulang-ulang. Terkadang 2-3 kali sampai 4 kali. Saya setahu saya penyebab pelelangan dilakukan berulang-ulang ini yang pertama karena tertolak hasil kerja BP2JK ini oleh unit organisasi teknis yang mempergunakan. Baik itu PPK atau Satker menganggap bahwa dalam proses evaluasi itu ada yang terselip ada yang terlupa atau ada yang tidak terperhatikan oleh BP2JK atau yang kedua ada sanggahan-sanggahan, baik itu sanggahan biasa maupun sanggahan banding yang kemudian benar.

Nah ini pak saya juga ingin mempertanyakan proses sanggahan ini. Sanggahan banding ini kalau misalkan terbukti benar seharusnya tidak perlu mengulang pelelangan, tetapi mungkin ada urut kacang karena penetapannya kan ada pemenang pertama pemenang kedua, cadangan kedua, cadangan pertama cadangan kedua. Jadi kalau misalkan ternyata apa yang disanggah oleh penyanggah itu benar tentu kapan penyanggah ini bisa dimenangkan pak, mereka harus membayar uang jaminan.

Kalau tidak benar sanggahannya uang jaminannya dicairkan, tapi kalau pun kemudian sanggahannya benar mereka nggak bisa dimenangkan. Jadi dari sisi mananya penyanggah ini bisa mendapat asas manfaat dari sanggahan tersebut atau minimal tadi jangan diulang prosesnya. Kecuali semua rekanan yang memasukkan penawaran itu terbukti tidak benar dalam proses pengajuan penawaran. Minimal kita ada sistemnya urutan pak kalau misalkan pemenang pertama gak bisa ya pemenang kedua.

Yang ke tujuh pak, banyak juga ternyata proses penggabungan paket pelelangan, paket-paket kegiatan, seperti untuk Cipta Karya ini sekolah-sekolah saya lihat pak banyak menggabungkan paket-paket yang kecil kemudian menjadi paket besar. Sebenarnya kan semangatnya di sini bagaimana membuka pasar untuk UMKM kita dalam artian mungkin pengusaha menengah kecil ke bawah. Setahu saya dalam Perpres 16 juga tidak dibenarkan adanya penggabungan penggabungan kegiatan, jangankan berbeda provinsi atau berbeda kabupaten kota, berbeda kecamatan saja kalau lokasinya beda gak boleh disatukan pak, setahu saya seperti itu.

Nah mungkin ini saya ingin butuh penjelasan kenapa kemudian Cipta Karya untuk sekolah-sekolah ini digabungkan paket-paket kegiatan itu menjadi paket yang besar Pak Menteri. Padahal menurut saya itu bisa menjadi apa mengakomodir kepentingan pengusaha-pengusaha lokal atau pengusaha-pengusaha kecil di daerah agar mereka bisa lebih terberdayakan.

Begitu pula di Dirjen apa namanya ini pak. Pak Khalawi apa itu Pak Dirjen Perumahan ya pak? Ya Rusun-rusun ini juga banyak yang seperti itu, satu paket kegiatan sampai Rp150 Miliar, padahal berbeda provinsi ada yang di Jawa Timur, ada yang di mana dan di mana.

Saya enggak tahu pertimbangannya apa. Padahal menurut saya kalau kita ingin konsisten dengan Perpres 16 ini seharusnya itu tidak boleh digabungkan Pak Menteri. Biarkanlah pengusaha-pengusaha lokal di masing-masing provinsi itu bisa bekerja di wilayahnya mereka. Jangan kemudian dari perusahaan-perusahaan besar nasional atau BUMN kemudian masuk ke tempat itu lagi. Padahal pekerjaan ini hanya pekerjaan biasa yang mampu dilaksanakan oleh pengusaha lokal dan pengusaha kecil itu. Itu mungkin salah satu saya butuh penjelasan dari Pak Menteri.

Dan kemudian apa yang saya sampaikan ini semuanya mungkin bisa menjadi acuan pak, kan kita sama-sama paham bahwa sekarang ini Undang-undang Omnibus Law bapak sudah diketok dan sudah ditandatangani oleh Pak Presiden, mungkin ini bisa menjadi momentum agar Perpres 16 ini bisa bapak revisi ya kan. Bisa Bapak revisi bagaimana agar supaya kondisi-kondisi di lapangan tadi ini dapat dibenarkan, apa dasar hukumnya, apa landasan-landasan hukumnya sehingga kemudian hal-hal itu tadi semua dilaksanakan.

Terutama pak saya titipkan menyangkut masalah kewajaran harga kembali lagi itu saja. Saya mohon Pak Menteri bisa selaku pemerintah, selaku dari pihak stakeholder yang sangat berperan aktif di wilayah infrastruktur memperhatikan keberadaan pengusaha penyedia jasa kita. Mereka agar bisa dapat tetap ekspansi usahanya mereka bisa Settle, mudah-mudahan dengan aturan seperti yang banyak teman-teman sampaikan tadi tentang pembatasan kewajaran harga tadi itu bapak dalam Perpres berikutnya mungkin bisa merevisi dan mengakomodir kepentingan-kepentingan itu.

Mungkin itu saja yang saya sampaikan. Mohon maaf kalau agak panjang Ketua. Saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh. KETUA RAPAT :

Wa'alaikumsalam.

Terima kasih Pak Andi Iwan.

Tadi kan panjang saya ditegur sama Pak Bakri kita lihat tadi, tepat sasaran. Terakhir saya barangkali sedikit saja Pak Menteri.

Yang saya hormati Teman-teman Komisi V, Pak Andi Iwan juga terima kasih,

Yang saya hormati Pak Menteri dan seluruh jajarannya.

Saya pertama meminta terima kasih kepada Pak Menteri walaupun kami tunggu sesungguhnya Pak Menteri waktu ke peresmian Teluk Kendari, Jembatan Teluk Kendari, sungguh sangat indah pak desainnya, sangat indah dan saya mengkhayal kadang kala seperti kita di Eropa kalau di atas itu pak, bagus sekali ya sangat bagus. Presiden pun memuji pak, memuji

arsitekturnya sangat-sangat bagus. Ya sekali lagi terima kasih Pak Menteri tentu dengan jajaran yang terkait dengan itu.

Yang kedua, saya memberi juga apresiasi pak kepada kinerja Pak Menteri dengan seluruh jajarannya yaitu para Dirjen kemudian para Kabalai yang ada di seluruh Indonesia, terlebih yang ada di Sulawesi Tenggara pak, sekarang ini mereka lagi keliling pak untuk memantau pekerjaan-pekerjaan mereka, baik itu Bina Marga, Cipta Karya, kemudian Balai Sungai dan semua balai yang ada di sana mereka bekerja maksimal. Jadi sehingga pada akhirnya membuahkan hasil yang begitu baik, capaian yang begitu tinggi pak, melampaui pencapaian pada tahun 2019. Sekali lagi saya menghormati kinerja ini dan kami bangga memiliki Pak Menteri seperti Pak Hadi Mulyono.

Yang terakhir saya pak, pengalaman kita yang mengerjakan aspal ini pak, jalan aspal itu adalah orang-orang yang harus memiliki AMP tetapi pengusaha lokal kita jadi penonton pak, kasihan mereka. Kadangkala mereka menyusup tercekik leher mereka. Mungkin baiknya barangkali pekerjaan-pekerjaan minor itu dipisah Pak Menteri kalau boleh, kalau ini bisa menjadi pemikiran barangkali. Pekerjaan minor dipisah, sehingga pekerjaan seperti saluran itu misalnya decker-decker yang ada misalnya itu barangkali bisa ditenderkan untuk para pengusaha-pengusaha lokal sehingga mereka itu bisa mendapatkan juga kegiatan mereka.

Itu barangkali pikiran saya kalau misalnya bisa menjadi perhatian dari

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 39-51)

Dokumen terkait