STRATEGI PENGENDALIAN MUTU
PABRIK MINYAK GORENG CAP SENDOK PT. ASTRA AGRO LESTARI, TBK
Faktor-Faktor Lingkungan Internal
Seperti halnya di PKS Rambutan, faktor-faktor lingkungan internal pada PMG Cap Sendok diperoleh berdasarkan hasil wawancara yang mendalam dengan para pakar dan tinjauan langsung ke lokasi penelitian. Faktor-faktor tersebut dikaji dari berbagai aspek internal yang berkaitan erat bagi peningkatan mutu CPO. Adapun faktor-faktor lingkungan internal tersebut dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Faktor-Faktor Lingkungan Internal PMG Cap Sendok
No Faktor Lingkungan Internal Bobot
A. Kekuatan
0.325
1 Mutu bahan baku yang terjamin
0.198
2 Penanganan bahan baku yang baik
0.147
3 SOP yang baku
4 Pemeliharaan mesin dan peralatan 0.100
5 Tenaga kerja terlatih yang dimiliki 0.120
6 Dukungan keuangan yang kuat 0.057
7 Harga yang bersaing 0.054
B. Kelemahan
0.227
1 Ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan
0.151
2 Teknologi proses yang sudah lama
0.174
3 Mesin dan peralatan yang sudah tua 4 Kapasitas produksi dalam memenuhi
permintaan 0.027
5 Fungsi dan fasilitas R & D yang terbatas 0.022
6 Infrastruktur yang kurang mendukung 0.083
7 Lokasi pabrik yang tidak mendukung 0.107
8 Fasilitas laboratorium yang kurang memadai 0.044
9 Sistem operasi sanitasi yang belum berjalan baik 0.111
10 Sistem pengemasan yang manual 0.054
Berdasarkan Tabel 36 terlihat bahwa terdapat 17 faktor lingkungan internal, yang terdiri dari tujuh faktor yang menjadi kekuatan dan 10 faktor yang menjadi kelemahan. Kekuatan yang dimiliki perusahaan menjadi faktor yang sangat menguntungkan bagi aktivitas perusahaan, sedangkan kelemahan yang dimiliki perusahaan merupakan faktor yang bisa merugikan aktivitas perusahaan jika tidak ditangani dengan baik. Penilaian faktor lingkungan tersebut dilakukan dengan pairwise comparison dari metode AHP. Perhitungan bobot untuk faktor lingkungan dilakukan dengan bantuan software Expert Choice 2000.
Tiga faktor kekuatan yang memiliki bobot tertinggi secara berurutan adalah mutu bahan baku yang terjamin (0.325), penanganan bahan baku yang baik (0.198) dan SOP yang baku (0.147), sedangkan untuk faktor kelemahan adalah Ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan (0.227), mesin dan peralatan yang sudah tua (0.174) dan teknologi proses yang sudah lama (0.151).
Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi yang mendalam dengan para pakar dan tinjauan langsung di lokasi penelitian, diperoleh faktor-faktor lingkungan eksternal sebanyak 10 faktor yang terdiri dari lima faktor yang menjadi peluang dan lima faktor yang menjadi ancaman. Adapun faktor-faktor lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal PMG Cap Sendok
No Faktor-faktor Lingkungan Eksternal Bobot
A. Peluang
1 Diversifikasi produk dari CPO yang semakin beragam 0.063
2 Peningkatan konsumsi minyak goreng sawit di dunia 0.073
0.385
3 Peningkatan pola hidup sehat
0.153
4 Pola kemitraan yang baik
0.325
5 Hubungan dengan pemasok yang terbina baik
D. Ancaman
0.186
1 Harga bahan baku CPO yang tinggi
2 Keberadaan industri yang sejenis 0.101
0.258
3 Perubahan teknologi proses yang terus berkembang maju
0.379
4 Tuntutan konsumen terhadap mutu yang semakin tinggi
5 Adanya substitusi produk yang sejenis 0.077
Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa tiga faktor peluang paling utama adalah peningkatan pola hidup sehat (0.385), hubungan dengan pemasok yang terbina baik (0.325) dan pola kemitraan yang baik (0.153), sedangkan tiga faktor ancaman utama yang mempengaruhi perusahaan dalam pengendalian mutu adalah tuntutan konsumen terhadap mutu yang semakin tinggi (0.379), perubahan teknologi proses yang semakin berkembang maju (0.258) dan harga bahan baku CPO yang tinggi (0.186). Hasil penilaian peluang dan ancaman oleh masing-masing pakar dilakukan dengan pairwise comparison dari metode AHP. Keluaran hasil perhitungan pembobotan diolah menggunakan software Expert Choise 2000.
Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) merupakan hasil pemodelan data dari faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting, sedangkan matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Kedua matriks tersebut kemudian digabungkan ke dalam satu matriks yang disebut matriks IE (internal eksternal). Tujuan matriks tersebut adalah untuk memperoleh data strategi yang lebih detail mengenai posisi internal dan eksternal perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis Matriks IE diperoleh total nilai faktor kekuatan sebesar 3,893 dan total nilai faktor kelemahan sebesar 1,448. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kekuatan internal perusahaan lebih besar dari pada kelemahan internal perusahaan. Hasil evaluasi faktor eksternal memperlihatkan bahwa total nilai peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebesar 3,070
dan total nilai ancaman sebesar 1,566. Hal tersebut memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki peluang eksternal yang lebih besar dibandingkan ancaman eksternal yang dihadapinya. Adapun Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Internal Factor Evaluation (IFE)dan External Factor Evaluation (EFE) Faktor Lingkungan Internal Bobot Rating Skor A. Kekuatan
1 Mutu bahan baku yang sesuai 0,325 4 1,300
2 Penanganan bahan baku yang baik 0,198 4 0,792
3 SOP yang baku 0,147 4 0,588
4 Pemeliharaan mesin dan peralatan 0,100 4 0,400
5 Tenaga kerja terlatih yang dimiliki 0,120 4 0,480
6 Dukungan keuangan yang kuat 0,057 3 0,171
7 Harga yang bersaing 0,054 3 0,162
Total nilai faktor kekuatan 3,893
B. Kelemahan
1 Ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan 0,227 2 0,454
2 Teknologi proses yang sudah lama 0,151 1 0,151
3 Mesin dan peralatan yang sudah tua 0,174 1 0,174
4 Kapasitas produksi dalam memenuhi
permintaan 0,027 2 0,054
5 Fungsi dan fasilitas R & D yang terbatas 0,022 1 0,022
6 Infrastruktur yang kurang mendukung 0,083 2 0,166
7 Lokasi pabrik yang tidak mendukung 0,107 1 0,107
8 Fasilitas laboratorium yang kurang memadai 0,044 1 0,044
9 Sistem operasi sanitasi yang belum berjalan
baik 0,111 2 0,222
10 Sistem pengemasan yang manual 0,054 1 0,054
Total nilai faktor kelemahan 1,448
NILAI POSISI INTERNAL 2,445
C. Peluang
1 Diversifikasi produk dari CPO yang semakin
beragam 0,063 3 0,189
2 Peningkatan konsumsi minyak goreng sawit di
dunia 0,073 4 0,292
3 Peningkatan pola hidup sehat 0,385 3 1,155
4 Pola kemitraan yang baik 0,153 3 0,459
5 Hubungan dengan pemasok yang terbina baik 0,325 3 0,975
Total nilai faktor peluang 3,070
D. Ancaman
1 Harga bahan baku CPO yang tinggi 0,186 2 0,372
2 Keberadaan industri yang sejenis 0,101 1 0,101
3 Perubahan teknologi proses yang terus
berkembang maju 0,258 1 0,258
4 Tuntutan konsumen terhadap mutu yang
semakin tinggi 0,379 2 0,758
5 Adanya substitusi produk yang sejenis 0,077 1 0,077
Total nilai faktor ancaman 1,566
NILAI POSISI EKSTERNAL 1,504
Berdasarkan evaluasi faktor internal dan eksternal dapat diketahui bahwa posisi perusahaan berada pada sel VIII, dimana nilai posisi internal (total nilai
kekuatan-kelemahan) adalah 2,445 dan nilai posisi eksternal (total nilai peluang-ancaman) adalah 1,504. Posisi perusahaan pada sel VIII menunjukkan strategi panen atau divestasi. Posisi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 10.
TOTAL NILAI FAKTOR INTERNAL
Kuat 3.0-4.0 Sedang 2.0-2.99 Lemah 1.0-1.99 4.0 3.0 2.0 1.0 Tinggi 3.0-4.0 I II III Sedang 2.0-2.99 IV V VI
TOTAL NILAI FAKTOR
EKSTERNAL Lemah 1.0-1.99 3.0 2.0 1.0
VII Posisi Perusahaan
VIII IX
Gambar 10. Posisi Matriks IFE dan EFE PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk
Perumusan Alternatif Strategi Pengendalian Mutu
Analisa terhadap lingkungan perusahaan memperlihatkan bahwa faktor lingkungan internal yang paling berpengaruh adalah bahan baku, produksi dan operasi, mesin dan alat serta sumber daya manusia, sedangkan faktor lingkungan eksternal yang paling berpengaruh adalah konsumen, teknologi proses, pemasok, pesaing dan produk substitusi.
Analisis matriks IFE dan EFE memberikan hasil bahwa posisi PMG Cap Sendok berada pada sel VIII, dimana posisi perusahaan ini mendukung untuk melakukan strategi panen atau divestasi. Strategi panen atau divestasi jika diaplikasikan dalam matriks SWOT adalah strategi S-O, dimana PMG Cap Sendok menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Jika posisi perusahaan bergeser, maka perusahaan harus
menyesuaikan strategi yang akan dilaksanakan. Adapun perumusan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 11.
Berdasarkan kondisi dan analisis Matriks SWOT, maka alternatif strategi yang dapat dilaksanakan oleh pihak perusahaan dalam mengendalikan mutu produknya saat ini adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan dan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama terkait dengan sistem HACCP (S2,3,5,6 & O2-3)
2. Pemberian sertifikasi ISO dan HACCP untuk memberikan jaminan mutu kepada konsumen dalam peningkatan kualitas produk (S1-7 & O2-5)
3. Peningkatan teknologi produksi dengan perubahan mesin dan peralatan yang lebih maju (S3-6 & O1-4)
4. Pengembangan diversifikasi produk yang berorientasi ekspor, yaitu dengan mengadakan aliansi strategis dengan perusahaan minyak goreng asing dengan cara mem-blending minyak sawit dengan minyak kedelai, minyak sawit dengan minyak jagung, minyak sawit dengan minyak nabati lain di negara tujuan ekspor. (S5-6 & O1,4).
Internal Factors Analysis
Strategic (IFAS)
Eksternal Factors Analysis Strategic (EFAS)
KEKUATAN (S)
1. Mutu bahan baku yang sesuai 2. Penanganan bahan baku yang baik 3. SOP yang baku
4. Pemeliharaan mesin dan peralatan yang sudah tua
5. Tenaga kerja terlatih yang dimiliki 6. Dukungan keuangan yang kuat 7. Harga yang bersaing
KELEMAHAN (W)
1. Ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan 2. Teknologi proses yang sudah lama
3. Mesin dan peralatan yang sudah tua
4. Kapasitas produksi dalam memenuhi permintaan 5. Fungsi dan fasilitas R & D yang terbatas 6. Infrastruktur yang kurang mendukung 7. Lokasi pabrik yang tidak mendukung 8. Fasilitas laboratorium yang kurang memadai 9. Sistem operasi sanitasi yang belum berjalan baik 10. Sistem pengemasan yang manual
PELUANG (O)
1. R&D yang berkembang maju
2. Peningkatan konsumsi minyak goreng sawit di dunia
3. Peningkatan pola hidup sehat 4. Pola kemitraan yang baik 5. Tersedianya pemasok bahan baku
Strategi S-O :
1. Pengembangan dan pelatihan SDM terutama terkait dengan sistem HACCP (S2,3,5,6 & O2-3)
2. Sertifikasi ISO dan HACCP untuk memberikan
jaminan mutu kepada konsumen dalam peningkatan kualitas produk (S1-7 & O2-5).
3. Peningkatan teknologi produksi dengan perubahan mesin dan peralatan yang lebih maju (S3-6 & O1-4). 4. Pengembangan diversifikasi produk yang berorientasi
ekspor, yaitu dengan mengadakan aliansi strategis dengan perusahaan minyak goreng asing dengan cara
mem-blending minyak sawit dengan minyak kedelai,
minyak sawit dengan minyak jagung, minyak sawit dengan minyak nabati lain di negara tujuan ekspor. (S5-6 & O1,4).
Strategi W-O :
1. Efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan produksi (W1-4 & O2,5)
2. Peningkatan teknologi produksi dengan perubahan mesin dan peralatan yang lebih maju (W2-5,8,10 & O1-4)
3. Pembangunan sistem operasi sanitasi yang baik / SSOP (W6-10 & O3)
4. Peningkatan kualitas produk dengan cara memproduksi makanan yang baik / membangun sistem GMP (W1-10 & O1-5)
5. Pembangunan kemitraan yang lebih baik dengan pemasok (W1,4,7 & O4-5)
ANCAMAN (T)
1. Harga bahan baku CPO yang tinggi 2. Keberadaan industri yang sejenis
3. Perubahan teknologi proses yang semakin berkembang maju
4. Tuntutan konsumen terhadap mutu yang semakin tinggi
5. Adanya substitusi produk yang sejenis
Strategi S-T :
1. Peningkatan kualitas produk dengan kinerja yang tinggi (S3,5,7 & T1-5)
2. Peningkatan teknologi produksi (S2-7 & T2-3) 3. Pengembangan produk baru/diversifikasi produk
(S1-5,7 & T2,3,5)
4. Pembangunan kepercayaan konsumen dengan sistem jaminan mutu yang tersertifikasi (S1-7 & T2-5)
Strategi W-T :
1. Pembangunan kemitraan yang lebih baik dengan pemasok (W1,4 & T1,2,5)
2. Penerapan sistem GMP (W2-4, 6-10 & T2-5) 3. Penerapan sistem SSOP (W3,6-10-10 & T2,4)
4. Penerapan sistem jaminan mutu yang tersertifikasi (W2-4,6-10 & T2-5)