• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pabrik Kap Sepatu

2. Beam House

Proses produksi di beam house bertujuan untuk mengolah kulit mentah menjadi bahan baku kulit ( wet blue dan wet white ). Proses utamanya meliputi : 1). Proses Perendaman ( Soaking Proses )

Maksud dari proses perendaman ini adalah mempersiapkan kulit untuk dapat menerima perlakuan-perlakuan dalam proses selanjutnya. Sedangkan tujuan proses perendaman adalah :

a) Pembasahan kembali untuk mengembalikan kadar air yang hilang selama berlangsungnya proses pengawetan, sehingga kadar airnya mendekati atau sama dengan kadar air kulit hewan segar yang baru dipotong, khususnya untuk kulit-kulit yang diawetkan dengan cara dikeringkan.

b) Membersihkan kulit dari darah, faeces, tanah dan kotoran lain yang melekat pada kulit.

c) Melarutkan lemak dan protein. Kulit yang mempunyai bulu tebal biasanya mengandung lemak, sehingga jika disamak sering menyulitkan proses penyamakan karena lemak menghalangi masuknya zat penyamak.

Bahan kimia yang digunakan pada proses perendaman adalah sebagai berikut :

a) Bahan kimia untuk antiseptik.

b) Bahan kimia yang dapat mempercepat masuknya air ke dalam kulit (wetting agent).

c) Bahan kimia untuk menaikkan PH hingga sesuai untuk pemasukan obat-obatan.

Alat dan mesin yang digunakan berupa drum dengan paddle, untuk lebih mempercepat penetrasi air ke dalam kulit, karena gerakan-gerakan mekanis yang ditimbulkan oleh putaran drum dan gesekan antar kulit.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perendaman ini, yaitu PH harus mencapai 9,5 – 10 dan kepekatan garam dalam kulit kurang dari 3,5 %. Kadar garam yang lebih dari 3,5 % berarti pencucian ataupun perendaman kurang lama. Adanya garam atau kotoran ini menyebabkan urat kulit tidak membuka, sehingga obat sulit masuk ke dalam kulit.

Proses perendaman dikatakan selesai jika kulit dianggap cukup lemas dan lunak atau menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Jika dipegang kulit tidak akan terasa kaku atau keras.

b. Berat kulit basah mencapai 220 – 250 % dari berat kulit mentah kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulit segar, yaitu 60 – 65 % .

c. Pada penampang kulit tidak transparan lagi.

Limbah yang dihasilkan dari proses soaking ini adalah air, sisa darah, bulu, garam, dan kotor-kotoran.

2).Proses Pengapuran ( Liming Proses )

Setelah cukup kelemasannya, kulit kemudian diangkat dari proses perendaman, dicuci dan selanjutnya mengalami proses pengapuran ( liming proses

). Tujuan dari proses pengapuran adalah : a. Merenggangkan kulit dan membuka kulit. b. Pelepasan bulu-bulu.

Bahan kimia yang digunakan dalam proses pengapuran ini adalah sebagai berikut :

a. Bahan kimia untuk membengkakkan kulit dan membuka pori kulit, sehingga bulu dan kotoran lain dapat dengan mudah lepas, yang berupa kapur [ Ca ( OH )2 ].

b. Bahan kimia yang dapat merontokkan. c. Natrium Sulfida ( Na2S ).

Alat yang digunakan sama dengan proses soaking, yaitu drum dan paddle. Drum diputar selama 2,5 jam putaran 8 – 12 rpm, dengan ditambahkan kapur dan air sebanyak 100 % kulit garaman. Kemudian diputar lagi sebanyak 45 menit dengan ditambah kapur dan air sebanyak 200 % berat kulit garamn , lalu diputar lagi 30 menit dengan ditambahkan kapur dan air sebanyak 200 % berat kulit garaman, dan lagi 30 menit dengan perlakuan yang sama. Kemudian kulit dikeluarkan untuk dilakukan proses selanjutnya, yaitu buang daging ( flessing proses ).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengapuran ini, yaitu jika kulit dikerok dan bahan pengerok kulit lepas, maka proses telah berjalan dengan baik. Pada kulit yang bengkak, jika terdapat warna kulit transparan dan tidak terdapat warna putih, maka proses telah berjalan dengan baik.

Limbah yang dihasilkan berupa larutan pekat yang mengandung air kapur, Natrium Sulfida, Albumin, bulu, sisa daging, sisa lemak, dll.

3) Proses Buang Daging ( Flessing Proses )

Maksud dari proses buang daging ini adalah untuk mempermudah pelaksanaan proses pembelahan kulit ( Splitting Proses ) dan mempermudah proses-proses selanjutnya.

a. Pembuangan koyoran, gajih yang mungkin akan menghalangi masuknya zat penyamak ke dalam bagian tengah kulit.

b. Lebih membuka kulit

Daging buangan dari proses ini oleh PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO dijual ke penjual dengan jasa transportasi. Alat dan mesin yang digunakan berupa mesin buang daging (fleshing machine).

4) Proses Pembelahan ( Spliting Proses )

Proses pembelahan kulit ini dilakukan denagn mesin pembelah kulit (

Splitting Machine ).

Tujuan dari proses ini, yaitu :

a. Membelah kulit sesuai tebal yang diinginkan, misal : Java I : 2,6 – 2, 8 mm.

Java II : 2,8 – 3, 0 mm. Java III : 3,0 – 3, 2 mm. Java IV : 3,4 – 3, 6 mm.

b. Penghematan bahan kimia pada tahap penyamakan.

Dari proses ini dihasilkan cecek yang dapat digunakan untuk kerupuk rambak. Cecek yang dihasilkan tersebut dijual, biasanya pembeli yang dating sendiri ke PT. ECCO Indonesia Sidoarjo.

5) Proses Penghilangan Kapur (Deliming Process).

Tujuan dari proses ini adalah untuk menurunkan pH kulit, agar kulit siap menerima perlakuan selanjutnya yang menghendaki pH rendah, menghindari bereaksinya kapur dengan bahan kimia pada proses berikutnya dan menghemat pemakaian bahan kimia.

Bahan kimia yang digunakan dalam proses ini, yaitu:

a. Amonium sulfat[(NH4)2SO4], atau lebih dikenal dengan nama pupuk ZA.

Reaksi antara kapur dengan ZA ini menghasilkan CaSO4 yang sukar larut,

sehingga harus dibantu putaran drum atau penambahan air, dan NH4OH yang

menyebabkan pH larutan naik. Zat ini juga dimaksudkan sebagai bleaching

(pemutih). Pemakaian ZA ini 2% dari berat kulit (setelah mengalami proses sebelumnya).

b. Sodium bisulfit 0,5 % dari berat kulit ( setelah mengalami proses sebelumya). Kulit dicuci dalam drum/paddle dengan air mengalir selama setengah jam untuk menghilangkan kapur yang terikat. Kemudian putar dengan 200% air putaran 8 – 12 rpm, diberikan ZA sedikit demi sedikit dan dijaga agar pH tidak turun (7,9 – 8,5). Kemudian diputar lagi selama 45 menit dengan ditambahkan Sodium bisulfit dan air sebanyak 200%. Jika sisa kapur masih tertinggal akan terlihat warna merah pada penampang kulit bagian tengah saat ditetesi indikator PP. Penurunan pH yang terlalu cepat dan besar akan menyebabkan proses pembengkakan pada kulit dan menyebabkan kualitas kulit menurun karena mudah pecah dan sobek.

6) Proses Penghilangan Lemak/ Daging (Batting Proses) Tujuan dari proses ini adalah:

a. Untuk melonggarkan permukaan serat kulit, sehingga pegangannya lebih enak dan mudah dimasuki bahan kimia.

b. Untuk menghilangkan sisa lemak yang masih ada.

c. Untuk menghilangkan sisa-sisa bulu, pigmen kulit dan zat-zat kulit lainnya yang tidak diperlukan.

d. Untuk menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.

Bahan kimia yang digunakan pada proses ini, yaitu batting dan degrasing agent.

Alat yang digunakan pada proses ini berupa drum/paddle. Kulit diputar dengan air hangat sebanyak 100% putaran 8 – 12 rpm dengan diberi enzim pemakan protein. Kulit dikeluarkan dan dikerok kembali untuk meghilangkan atau mengeluarkan zat-zat yang tidak dapat dihilangkan dengan enzim.

Tanda-tanda kulit sudah cukup di batting:

a. Kulit menjadi lunak bila ditekan dengan ibu jari dan bekasnya lama kembali (thumb test).

b. Timbulnya gelembung udara kecil-kecil pada permukaan kantung udara kulit (air permeability test).

c. Pemanpang melintang kulit berwarna putih bila ditetesi indikator PP. d. Kulit kemudian dicuci bersih.

7) Proses pengasaman (Pickling process)

Setelah kulit telah selesai dilakukan proses pembuangan protein, maka untuk meghentikan proses bekerjanya enzim adalah dengan proses pengasaman.

Proses pengasaman dilakukan untuk kulit-kulit yang akan disamak dengan bahan penyamak krom.

Tujuan dari proses pengasaman ini adalah:

a. Menurunkan pH kulit dari pH = 8 menjadi pH ± 4, tanpa membuat kulit bengkak karena asam (acid swelling).

b. Menghentikan bekerjanya obat.pengikisan protein (enzim).

c. Mencegah tumbuh atau hidupnya bakteri pembusuk, sehingga kulit dapt disimpan lama dan tidak akan busuk asalkan pH dan kandungan garamnya tetap.

d. Menghilangkan flek-flek kulit yang terjadi selama prose-proses sebelumnya. e. Menyesuaikan pH kulit terhadap pH penyamak (krom), sehingga kulit tidak

akan mengalami kontraksi.

Bahan kimia yang digunakan pada proses ini semua bahan kimia yang bersifat asam, dengan mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomis, yaitu Asam sulfat (H2SO4) sebanyak 0,7 % dan Asam formiat (HCOOH)0,7 %. Garam 5 %

berfungsi sebagai buffer atau penahan terjadinya pembengkakan karena penurunan pH secara mendadak misalnya garam dapur NaCl. Alat mesin yang digunakan dalam proses ini adalah drum dengan paddle.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengasaman ini adalah konsentrasi garam. Konsentrasi garam yang terlalu pekat mengganggu pengikatan obat penyamak, sehingga kulit kurang rata. Sedangkan konsentrasi yang terlalu cair akan menyebabkan pembengkakan bulu, sehingga kulit terasa licin, lemas, dan mudah lentur.

Proses ini dikatakan selesai jika kulit memberikan tanda-tanda: a. pH cairan antara 3,6 – 3,7.

b. Penampang kulit akan memberikan warna kuning jika ditetesi dengan BCG (Brom Kresol Green).

Ketiga proses (deliming, batting, pickling) diatas merupakan proses pendahulu sebelum tanning proses. Proses deliming, batting, pickling, dan tanning tersebut dilaksanakan dalam satu drum.

8) Proses Penyamakan (tanning)

Penyamakan (tanning) bertujuan untuk merubah sifat kulit yang tidak stabil menjadi stabil terhadap perlakuan-perlakuan tertentu, misalnya adanya reaksi kimia tertentu atau perlakuan fisik seperti pukulan, gesekan, panas, tekanan, dan sebagainya.

Secara terperinci tujuan proses penyamakan (tanning process) adalah sebagai berikut:

a. Menstabilkan kulit terhadap degradasi enzimatik dan menaikkan daya tahan (resistant).

b. Menaikkan temperatur penyusutan dan menaikkan daya tahan terhadap air panas.

c. Menurunkan atau menghilangkan kemampuan untuk membengkakkan. d. Memperbaiki sifat pertahanan kulit.

Dari proses tanning ini dihasilkan limbah berupa air, protein, sisa garam, sisa asam, dan mineral-mineral kromium.

9) Wet Blue

Kulit yang dihasilkan dari proses penyamakan diatas disebut wet blue. Wet blue ini kemudian dianalisa kadar airnya, kadar debu, dan kandungan kromnya. Analisis tersebut dilakukan di laboratorium PT. ECCO Indonesia, Sidoarjo dengan waktu kurang lebih 2 hari.

10) Sammying

Proses ini mengurangi kadar air dan flatness (kerataan) kulit setengah jadi (wet blue), setelah itu diukur luasnya (square feet) dan dikategorikan menjadi kategori A,B,C dan D.

Dokumen terkait