• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan dan Alat

B. Pada Fase Generatif (Tanaman Masak Panen Buah)

1. Jumlah polong (buah/pot) dan berat polong kering (g/pot).

Hasil tanaman dipanen setelah biji matang ditandai dengan 90 % polong telah berwarna coklat, daun telah gugur dan batang sudah mengering. Jumlah polong yang terbentuk dihitung untuk masing-masing perlakuaan kemudian ditimbang beratnya.

2. Berat biji kering (g/pot)

Hasil biji ditimbang untuk setiap perlakuan. 3. Persentase infeksi akar oleh mikoriza

Persentase infeksi akar diukur dengan melihat akar yang terinfeksi oleh mikoriza. Derajat infeksi mikoriza menyatakan pengukuran persentase akar yang terinfeksi atau sebagai indikator eksistensi mikoriza pada akar

tanaman. Preparasi contoh akar yang akan diamati dilakukan dengan penjernihan secara dingin di dalam larutan KOH 10 % selama 24 jam, dan kemudian pewarnaan dengan acid fuchsin 0.1% dalam lactofenol secara dingin (direndam selama lebih dari 24 jam) (Kormanik dan Mc. Graw 1982). Sedangkan persentase derajat infeksi akar ditentukan menurut prosedur visual dari Geovanetti dan Mosse (1980). Contoh akar yang diamati diambil secara acak dari dua pertiga bagian akar yang terletak di bagian bawah dan pengamatan dilakukan terhadap akar tanaman yang mempunyai diameter lebih kecil dari 2.0 mm.

Derajad infeksi = pengamatan jumlah akar yang terinfeksi x 100 % total akar yang diamati

Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Tanah Gambut

Sifat-sifat tanah gambut yang dianalisis dalam penelitian ini adalah pH, DHL, % C, C/N, N-total, dan P tersedia tanah. Hasil pengukuran terhadap sifat-sifat tersebut disajikan pada Lampiran 12, Lampiran 14, Lampiran 16, Lampiran 18, Lampiran 20, dan Lampiran 22. Sedangkan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 13, Lampiran 15, Lampiran 17, Lampiran 19, Lampiran 21, dan Lampiran 23. Kemasaman (pH Tanah) dan DHL Tanah

Hasil analisis sidik ragam (uji F) (Lampiran 13 dan 15) pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah dan nyata terhadap DHL tanah. Hasil uji beda rataan pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan tanah terhadap pH tanah dan DHL tanah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap pH Tanah dan DHL Tanah

Perlakuan pH Tanah DHL Tanah

A0 = kontrol 4.14 AB 5.50 abcd

A1 = kapur 5.52 D 3.25 a

A2 = lumpur laut 3.57 A 8.50 e

A3 = kapur+lumpur laut 4.56 BC 7.00 de

A4 = Bradyrhizobium 4.30 ABC 5.25 abcd

A5 = mos 4.11 AB 5.50 abcd

A6 = mikoriza isolat tanah gambut 4.28 ABC 4.50 abcd A7 = mikoriza isolat tanah mineral 4.06 AB 5.00 abcd

A8 = Bradyrhizobium+mos 4.09 AB 6.75 cde

A9 = Bradyrhizobium+mikoriza isolat tanah gambut

4.25 ABC 4.25 abc

A10 = mos+mikoriza isolat tanah gambut 4.06 AB 6.00 bcde A11 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat

tanah gambut

5.09 CD 3.75 ab

A12 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah mineral

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada P <.05 dan P<0.1

Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan unggulan pertama terhadap parameter pH tanah adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) yang menghasilkan pH tanah tertinggi (5.52) dengan peningkatan pH tanah sebesar 33.33 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua adalah perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isalat tanah gambut (A11) yang menghasilkan pH tanah (5.09), dengan peningkatan pH tanah 23 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0), namun tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A1. A3 A4, A6, A9 dan A12. Pada Perlakuan lumpur laut (A2) cenderung terjadi penurunan pH tanah yang menghasilkan pH tanah (3.57), dengan penurunan pH tanah masing-masing 13.77 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0).

Untuk DHL tanah dari Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan unggulan pertama terhadap penurunan DHL tanah adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) menghasilkan DHL terendah (3.25 mmhos/cm) dengan penurunan DHL tanah sebesar 40.91 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua terhadap penurunan DHL tanah adalah perlakuan inokulasi gabungan

Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah gambut (A11) menghasilkan DHL tanah 3.75 mmhos/cm dengan penurunan DHL tanah 31.82 % lebih rendah dari perakuan kontrol (A0), namun tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A0, A1, A4, A5, A6, A7, A9, A10 dan A12. Pada Perlakuan kombinasi lumpur laut+kapur dolomit

(A3) dan perlakuan lumpur laut (A2) cenderung terjadi peningkatan DHL tanah yang menghasilkan DHL tanah masing-masing 7.00 mmhos/cm dan 8.50 mmhos/cm, dengan peningkatan DHL tanah masing-masing 27.27 %, 54.55 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0).

C Organik Tanah, C/N Tanah, N Total Tanah dan P Tersedia Tanah

Hasil analisis sidik ragam (uji F) (Lampiran 17, 19, 22 dan 23) pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap C organik tanah, C/N tanah, N total tanah dan P tersedia tanah. Pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan tanah terhadap C organik tanah, C/N tanah, N total tanah dan P tersedia tanah disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap C-Organik Tanah dan C/N Tanah

Perlakuan C-Organik Tanah

(%) C/N Tanah A0 = kontrol 6.48 19.12 A1 = kapur 5.00 16.83 A2 = lumpur laut 5.69 31.67 A3 = kapur+lumpur laut 5.00 21.54 A4 = Bradyrhizobium 5.14 19.35 A5 = mos 4.63 19.62

A6 = mikoriza isolat tanah gambut 6.95 22.24

A7 = mikoriza isolat tanah mineral 6.13 26.49

A8 = Bradyrhizobium+mos 5.22 17.88

A9 = Bradyrhizobium+mikoriza isolat tanah gambut 6.55 18.28

A10 = mos+mikoriza isolat tanah gambut 3.76 19.59

A11 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah

gambut

5.18 13.99

A12 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah

mineral

Tabel 5. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap N Total Tanah dan P Tersedia Tanah

Perlakuan N Total Tanah (%) P Tersedia Tanah (ppm) A0 = kontrol 5.00 137.50 A1 = kapur 6.47 153.00 A2 = lumpur laut 5.69 93.00 A3 = kapur+lumpur laut 6.48 147.00 A4 = Bradyrhizobium 5.14 74.00 A5 = mos 4.63 134.00

A6 = mikoriza isolat tanah gambut 6.95 147.00

A7 = mikoriza isolat tanah mineral 6.13 81.00

A8 = Bradyrhizobium+mos 5.22 148.00

A9 = Bradyrhizobium+mikoriza isolat tanah gambut 6.55 113.00

A10 = mos+mikoriza isolat tanah gambut 3.76 152.50

A11 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah

gambut

5.18 178.50

A12 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah

mineral

Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Serapan Hara Tanaman Kedelai

Analisis serapan hara dalam penelitian ini adalah serapan N tanaman, dan serapan P tanaman. Hasil pengukuran terhadap serapan N tanaman dan serapan P tanaman disajikan pada Lampiran 24 dan Lampiran 26. Sedangkan sidik ragamnya

disajikan pada Lampiran 25 dan Lampiran 27. Hasil analisis sidik ragam (uji F) (Lampiran 25 dan Lampiran 27) pemberian

beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap serapan N tanaman dan serapan P tanaman. Pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan tanah terhadap serapan N tanaman dan serapan P tanaman disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Serapan Hara N dan P Tanaman Perlakuan Serapan N Tanaman (%) Serapan P Tanaman (%) A0 = kontrol 492.75 45.45 A1 = kapur 773.20 65.15 A2 = lumpur laut 199.85 13.55

A3 = kapur+lumpur laut 323.55 28.95

A4 = Bradyrhizobium 578.25 48.45

A5 = mos 496.40 48.65

A6 = mikoriza isolat tanah gambut 584.90 54.20 A7 = mikoriza isolat tanah mineral 557.05 54.25

A8 = Bradyrhizobium+mos 700.10 51.10

A9 = Bradyrhizobium+mikoriza isolat tanah gambut

366.40 63.10

A10 = mos+mikoriza isolat tanah gambut

545.30 57.40

A11 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah gambut

584.10 86.85

A12 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah mineral

Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kedelai

Parameter pertumbuhan vegetatif yang diukur dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman umur 2 minggu setelah tanam, 3 minggu setelah tanam, 4 minggu setelah tanam dan 5 minggu setelah tanam, diameter batang umur 5 minggu setelah tanam, berat tajuk kering dan berat akar kering.

Hasil pengukuran terhadap parameter-parameter tersebut disajikan pada Lampiran 28, Lampiran 30, Lampiran 32, Lampiran 34, Lampiran 36, Lampiran 38 dan Lampiran 40, sedangkan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 37, Lampiran 39, Lampiran 41, Lampiran 43, Lampiran 45, Lampiran 47 dan Lampiran 49.

Tinggi Tanaman dan Diameter Batang

Hasil analisis sidik ragam (uji F) (Lampiran 29 dan Lampiran 31 ) pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 5 minggu setelah tanam dan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang umur 5 minggu setelah tanam. Pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan tanah terhadap tinggi tanaman umur 5 minggu setelah tanam dan diameter batang umur 5 minggu setelah tanam disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Tinggi Tanaman Umur 5 Minggu Setelah Tanam dan Diameter Batang Umur 5

Minggu Setelah Tanam

Perlakuan Tinggi Tanaman

Umur 5 Minggu Setelah Tanam (cm) Diameter Batang Umur 5 Minggu Setelah Tanam (mm) A0 = kontrol 81.25ab 0.23 A1 = kapur 128.25 e 0.36 A2 = lumpur laut 71.50 a 0.19

A3 = kapur+lumpur laut 86.00 abc 0.21

A4 = Bradyrhizobium 107.25 bcde 0.24

A5 = mos 111.50 cde 0.26

A6 = mikoriza isolat tanah gambut 119.00 de 0.24 A7 = mikoriza isolat tanah mineral 118.75 de 0.26 A8 = Bradyrhizobium+mos 113.50 cde 0.27 A9 = Bradyrhizobium+mikoriza isolat

tanah gambut

A10 = mos+mikoriza isolat tanah Gambut

93.50 abcd 0.24

A11 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza solat tanah gambut

119.00 de 0.32

A12 = Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah mineral

118.75 de 0.31

Tabel 7 terlihat bahwa perlakuan unggulan pertama terhadap parameter tinggi tanaman umur 5 MGST adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) yang menghasilkan tinggi tanaman tertinggi (128.25 cm) dengan peningkatan tiinggi tanaman sebesar 49.13 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua adalah perlakuan inokulasi gabungan

Bradyrhizobium+mos+mikoriza isalat tanah gambut (A11) yang menghasilkan tinggi tanaman (119.00 cm), dengan peningkatan tinggi tanaman 46.46 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0), namun tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10 dan A12. Pada Perlakuan kombinasi lumpur laut+kapur dolomit (A3) dan perlakuan lumpur laut tanpa kapur (A2) cenderung terjadi penurunan tinggi tanaman yang menghasilkan tinggi tanaman masing-masing (86.00

cm) dan (71.5 cm), dengan penurunan tinggi tanaman masing-masing lebih rendah 5.85 % dan 12..31% dari perlakuan kontrol (A0).

Berat Tajuk Kering dan Berat Akar Kering

Hasil analisis sidik ragam (uji F) (Lampiran 39 dan Lampiran 41 ) pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap berat tajuk kering dan berat akar kering. Pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan terhadap berat tajuk kering dan berat akar kering disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Berat Tajuk Kering dan Berat Akar Kering

Perlakuan Berat Tajuk

Kering (g) Berat Akar Kering (g) A0 = kontrol 10.85 0.95 A1 = kapur 17.15 2.85 A2 = lumpur laut 4.45 0.30 A3 = kapur+lumpur laut 8.55 0.70 A4 = Bradyrhizobium 15.05 1.35 A5 = mos 12.80 1.40

A6 = mikoriza isolat tanah gambut 14.30 1.70

A7 = mikoriza isolat tanah mineral 12.60 1.65

A8 = Bradyrhizobium+mos 15.75 1.40

A9 = Bradyrhizobium+mos 11.30 1.55

A10 = Bradyrhizobium+mikoriza isolat tanah gambut 12.50 1.45

A11= Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah

gambut

15.55 2.00

A12= Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah

mineral

Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Kedelai

Parameter pertumbuhan generatif yang diukur dalam penelitian ini adalah jumlah polong/pot, berat polong kering/pot, dan berat biji kering/pot. Hasil pengukuran terhadap parameter-parameter tersebut disajikan pada Lampiran 42, Lampiran 44 dan Lampiran 46. Sedangkan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 43, Lampiran 45 dan Lampiran 47.

Hasil analisis sidik ragam (uji F) (Lampiran 43, Lampiran 45 dan Lampiran 47) pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah polong/pot dan , dan berat biji kering/pot sedangkan terhadap berat polong kering/pot berpengaruh sangat nyata. Hasil uji beda rataan pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan tanah terhadap jumlah polong/pot, berat polong kering/pot, dan berat biji kering/pot disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Jumlah Polong/Pot, Berat Polong Kering/Pot dan Berat Biji Kering/Pot

Perlakuan Jumlah Polong

(buah /pot)

Berat Polong Kering (g/pot)

Berat Biji Kering (g/pot) A0 = kontrol 22.50 abc 12.50 AB 8.40 ab A1 = kapur 50.00 e 21.15 C 16.40 c A2 = lumpur laut 15.50 a 6.55 A 4.60 a A3 = kapur+lumpur laut 22.50 ab 11.55 AB 4.80 a A4 = Bradyrhizobium 34.00 bcd 16.55 BC 11.95 bc A5 = mos 36.50 cde 15.50 BC 11.00 bc A6 = mikoriza isolat tanah gambut 38.50 de 13.55 ABC 9.30 ab A7 = mikoriza isolat tanah mineral 37.00 cde 10.75 AB 9.25 ab A8 = Bradyrhizobium+ mos 26.00 abcd 12.05 AB 8.05 ab A9 = Bradyrhizobium+ mikoriza isolat 32.50 bcd 14.10 BC 9.90 ab

tanah gambut A10 = mos+mikoriza

isolat tanah gambut

29.00 abcd 16.55 BC 9.10 ab

A11 = Bradyrhizobium+ mos + mikoriza isolat tanah gambut

40.50 de 17.45 BC 12.25 bc

A12 = Bradyrhizobium+ mos+mikoriza isolat tanah mineral

39.00 de 16.65 BC 12.05 bc

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada P<.05 dan P<.0.01

Tabel 9 terlihat bahwa perlakuan unggulan pertama terhadap parameter jumlah polong/pot adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) yang menghasilkan jumlah polong (50 buah/pot ) dengan peningkatan sebesar 122.22 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua adalah perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah gambut (A11) yang menghasilkan jumlah polong (40.50 buah/pot), dengan peningkatan jumlah polong/pot 80 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0), namun tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A1, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10 dan A12. Pada Perlakuan kombinasi lumpur laut+kapur dolomit (A3) dan perlakuan lumpur laut tanpa kapur (A2) cenderung terjadi penurunan jumlah polong/pot yang menghasilkan jumlah

polong masing-masing (20 buah/pot) dan (15 buah/pot) dengan penurunan jumlah polong/pot masing-masing lebih rendah 11.11 % dan 33.33 % dari perlakuan kontrol (A0).

Untuk parameter berat polong kering/pot dari Tabel 9 terlihat bahwa perlakuan unggulan pertama adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) yang menghasilkan berat polong kering (21.15 g/pot) dengan peningkatan berat polong kering/pot 72 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua adalah perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah mineral (A11) yang menghasilkan berat polong kering (17.45 g/pot) dengan peningkatan berat polong kering/pot 39.60 % lebih tinggi dari kontrol (A0) namun tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A0, A1, A3, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10 dan A12.

Pada Perlakuan kombinasi lumpur laut+kapur dolomit (A3) dan perlakuan lumpur laut tanpa kapur (A2) cenderung terjadi penurunan berat polong kering /pot yang menghasilkan berat polong kering masing-masing (11.55 g/pot) dan (6.55 g/pot), dengan penurunan berat polong kering/pot masing-masing 8.23 % dan 47.60 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0).

Untuk parameter berat biji kering/pot dari Tabel 9 terilihat bahwa perlakuan unggulan pertama adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) menghasilkan berat biji kering tertinggi yaitu (16.40 g/pot) atau 0.98 ton/ha dengan peningkatan produksi 95.24 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan

kedua adalah perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah gambut (A11) menghasilkan berat biji kering 12.25 g/pot atau 0.74 ton/ha dengan peningkatan produksi 45.83 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0) , namun tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A0, A1, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10 dan A12. Pada perlakuan kombinasi lumpur laut+kapur dolomit (A3) dan perlakuan lumpur laut (A2) cenderung terjadi penurunan berat biji kering/pot yang menghasilkan berat biji kering masing-masing (4.80 g/pot) atau 0.29 ton/ha dan (4.60 g/pot ) atau 0.28 ton/ha dengan penurunan berat biji kering/pot masing-masing 42.86 % dan 45.24 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0).

Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Infektivitas Bradyrhizobium dan Mikoriza

Parameter infektivitas mikroba yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah bintil akar/pot, dan derajat infeksi mikoriza. Hasil pengukuran terhadap parameter-parameter tersebut disajikan pada Lampiran 48 dan Lampiran 50. Sedangkan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 49 dan Lampiran 51.

Hasil analisis sidik ragam (uji F) ( Lampiran 49 dan Lampiran 51)

pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bintil akar, dan derajat infeksi mikoriza. Hasil uji beda rataan pengaruh beberapa jenis bahan perbaikan tanah terhadap jumlah bintil akar, dan derajat infeksi mikoriza disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah Terhadap Jumlah Bintil Akar dan Derajat Infeksi Mikoriza

Perlakuan Jumlah Bintil

Akar (buah/pot) Derajat Infeksi Mikoriza (%) A0 = kontrol 43.00 AB 30.00 A A1 = kapur 131.00 BC 96.00 B A2 = lumpur laut 1.50 A 10.00 A A3 = kapur+lumpur laut 2.00 A 17.00 A A4 = Bradyrhizobium 98.50 BC 20.00 A A5 = mos 55.00 AB 27.00 A

A6 = mikoriza isolat tanah gambut

64.50 ABC 80.00 B

A7 = mikoriza isolat tanah mineral

59.50 ABC 85.00 B

A8 = Bradyrhizobium+mos 106.00 BC 25.00 A

A9 =Bradyrhizobium+mikoriza isolat tanah gambut

80.00 ABC 86.00 B

gambut

A11 = Bradyrhizobium+mos+

mikoriza isolat tanah gambut

154.50 C 99.00 B

A12 = Bradyrhizobium+ mos+ mikoriza isolat tanah mineral

112.00 BC 97.00 B

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada P <.01

Tabel 10 terlihat bahwa perlakuan unggulan pertama terhadap jumlah bintil akar adalah perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah gambut (A11) yang menghasilkan jumlah bintil akar tertinggi (154.50 buah/pot) dengan peningkatan jumlah bintil akar 259.30 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua terhadap jumlah bintil akar/pot adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) yang menghasilkan jumlah bintil akar (131/pot) dengan peningkatan jumlah bintil akar/pot sebesar 204.65 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0), namun tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A0, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10, A11 dan A12. Pada perlakuan kombinasi lumpur laut+kapur dolomit (A3) dan perlakuan lumpur laut (A2) cenderung terjadi penurunan jumlah bintil akar yang menghasilkan jumlah bintil akar masing-masing (2 buah/pot)

dan (1.50 buah/pot) dengan penurunan jumlah bintil akar/pot masing-masing 95.35 % dan 96.51 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0).

Untuk parameter derajat infeksi mikoriza dari Tabel 10 terilihat bahwa perlakuan unggulan pertama terhadap derajad infeksi akar adalah perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah gambut (A11) yang menghasilkan derajad infeksi akar tertinggi (99 %) dengan peningkatan derajat infeksi akar 230 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0). Perlakuan unggulan kedua terhadap derajad infeksi akar adalah perlakuan pemberian kapur dolomit (A1) yang menghasilkan derajat infeksi akar 96 %dengan peningkatan derajat infeksi akar sebesar 220 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol (A0), namun tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan A6, A7, A9 A10, A11 dan A12. Pada perlakuan kombinasi lumpur laut+kapur dolomit (A3) dan perlakuan lumpur laut (A2) cenderung terjadi penurunan derajat infeksi akar yang menghasilkan derajat infeksi akar masing-masing (17 % ) dan (10 % ) dengan penurunan derajat infeksi akar masing-masing-masing-masing 43.33 dan 66.67 % lebih rendah dari perlakuan kontrol (A0).

Tabel 11. Rangkuman Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah (Kapur, Lumpur Laut dan Beberapa Jenis Pupuk Hayati ) Terhadap Aspek Fisik, Kimia Tanah, Mikrobiologi Tanah, serta Aspek Vegetatif dan Generatif Tanaman

Aspek Tanah Aspek MikrobiologiTanah Aspek Vegetatif dan Generatif Tanaman Perlakuan pH DHL Jlh Bintil Akar Infeksi Mikoriza Tinggi Tanaman Jumlah Polong/Pot Berat PolongKering / Pot Berat Biji Kering / Pot Jumlah Efek Unggul

A0 = kontrol AB abcd AB A abe abc AB ab -

A1 = kapur dolomit D a BC B e e C c 6

A2 = lumpur laut A e A A a a A a 1

A3 = kapur dolomit+lumpur laut

BC de A A abc ab AB A -

A4 = Bradyrhizobium ABC abcd BC A bcde bcd BC bc -

A5 = mos AB abcd AB A cde cde BC bc -

A6 = mikoriza isolat tanah gambut

ABC abcd ABC B de de ABC ab 1

A7 = mikoriza isolat tanah mineral

AB abcd B B de cde AB ab -

A8 = Bradyrhizobium +mos AB cde A A cde abcd AB ab -

A9 = Bradyrhizobium +mos+mikoriza isolat tanah gambut

ABC abc B B de bcd BC ab -

A10 = mos+mikoriza isolat tanah gambut

AB bcde B B abcd abcd BC ab -

A11 = Bradyrhizobium +mos+mikoriza isolat tanah ganbut

CD ab C B de de BC bc 4

A12 = Bradyrhizobium + mos + mikoriza isolat tanah mineral

BC ab BC B de de BC bc 2

2 1 1 3 1 4 1 1 ∑14

Catatan :

1. Huruf yang ditebalkan dan ‘dikursif-kan’ menandakan hasil yang diharapkan.

2. Perlakuan unggulan pertama adalah perlakuan kapur dolomit (A1), diikuti dengan perlakuan inokulasi gabungan Bradyrhizobium+mos+mikoriza isolat tanah gambut (A11) yang merupakan perlakuan unggulan kedua

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan unggulan pertama adalah perlakuan kapur dolomit (A1) terhadap parameter pengamatan pH tanah, DHL tanah, tinggi tanaman umur 5 minggu setelah tanam, jumlah polong/pot,,, berat polong kering/pot, dan berat kering biji/pot, sedangkan untuk parameter jumlah bintil akar/pot, derajat infeksi mikoriza, perlakuan kapur dolomit merupakan perlakuan unggulan kedua.

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kapur dolomit menghasilkan pH tanah tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, seperti yang disajikan pada Tabel 3. Hal ini disebabkan kapur dolomit mengandung unsur Ca dan Mg, dimana kedua jenis unsur ini melalui reaksi hidrolisis dapat melepaskan ion OH -yang berpengaruh terhadap peningkatan pH tanah (Nyakpa dkk. 1988).

Hasil penelitian Tabel 4 perlakuan kapur dolomit dapat menurunkan DHL tanah. Fenomena ini disebabkan peningkatan pH tanah akibat pemberian kapur dolomit dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah pada tanah gambut yang menghasilkan asam-asam organik sebagai hasil sekresi mikroba dan sangat berperanan dalam penurunan DHL tanah, mungkin melalui proses pengkhelatan anion dan kation yang berpotensi meningkatkan kadar garam tanah. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi antara pH tanah dengan DHL tanah berkorelasi negatip (r=-0.58). Menurut UN-FAO (2005), DHL tanah memberikan indikasi tentang jumlah elektrolit dalam larutan tanah, artinya semakin tinggi nilainya semakin banyak pula garam yang terlarut dalam larutan tersebut.

Perlakuan kapur dolomit dapat meningkatkan secara nyata hasil tanaman kedelai (jumlah polong/pot, berat polong kering/pot dan berat biji kering/pot) dan pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai yaitu tinggi tanaman umur 5 minggu setelah tanam. Hal ini disebabkan karena kapur dolomit mengandung Ca dan Mg. Kedua unsur hara ini penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fenomena ini dapat dilihat pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5 dengan perlakuan kapur dolomit pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif tanaman tampak paling baik dari perlakuan lainnya. Kandungan Ca dan Mg yang tinggi pada kapur dolomit dapat meningkatkan pH tanah dan menyediakan Ca lebih banyak untuk tanaman. Secara fisiologis calsium terdapat sebagai calsium pectinaat pada lamela-lamela tengah dari dinding sel, endapan-endapan dari calsium oksalat, calsium karbonat, dan sebagai ion di dalam air sel. Fungsi ion calsium yang penting adalah mengatur permeabilitas dinding sel yang bersifat antagonis dengan peranan ion kalium yang mempertinggi permeabilitas dinding sel, sedangkan peranan ion calsium adalah sebaliknya. Selain itu calsium juga berperan terhadap pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu-bulu akar. Sedangkan peranan Mg pada tanaman adalah sebagai bagian dari klorofil maupun sebagai ion dalam air sel yang tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Selain itu adanya penurunan KTK dan peningkatan KB tanah gambut akibat perlakuan dolomit. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 8 yang memperlihatkan terjadinya penurunan KTK dari 151.70 me/100 g (hasil analisis awal tanah gambut) menjadi 40.43 me/100g (hasil analisis tanah gambut setelah diikubasi 8 minggu) dan peningkatan KB tanah gambut dari 18,56 (hasil analisis

awal tanah gambut) menjadi 110.59 (hasil analisis tanah gambut setelah diinkubasi selam 8 minggu). Pada kondisi alami tanah gambut memiliki KB yang rendah, sehingga menghambat penyediaan hara bagi tanaman terutama K, Ca, dan Mg (Hardjowigeno, 1997). Hasil penelitian Institute Pertanian Bogor (1986 dalam

Saeri Sagiman, 2001), mengungkapkan bahwa perbaikan produksi pertanian melalui pendekatan gatra hara tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hambatan tumbuh pada tanah gambut terutama bersumber dari KB yang sangat rendah. Tanaman dapat menghasilkan setelah KB gambut ditingkatkan melalui penambahan kapur. Tanaman akan tumbuh normal pada tanah gambut jika nilai KB sekitar 25-30 %. Peningkatan KB tersebut akan menyebabkan basa-basa seperti K, Ca dan Mg dapat meningkat. Hal ini dapat dipahami karena kapur dolomit mengandung Ca dan Mg. Menurut (Nurhaida, 1988) pemberian kapur dolomit pada tanah gambut selain dapat menaikkan pH tanah, juga meningkatkan ketersediaan P, K dan Mg tukar sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan

Dokumen terkait