• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan pemberdayaan banyak digunakan dalam pengorganisasian komunitas, pendidikan dan psikologi komunitas. Oleh karena itu, pemberdayaan dapat diartikan dalam banyak hal dan dapat diamati pada berbagai level yakni individual, organisasi dan komunitas. Fawcett dalam Melkote 2002 mengungkapkan bahwa di tingkat komunitas, pemberdayaan berarti proses peningkatan kontrol kelompok terhadap konsekuensi-konsekuensi yang penting bagi anggota kelompok dan orang lain dalam komunitas yang lebih luas. Sedangkan di tingkat individu pemberdayaan didefinisikan sebagai “perasaan psikologis berkenaan dengan pengendalian atau pengaruh pribadi dan kepedulian terhadap pengaruh sosial yang aktual, kekuasaan politis dan hukum legal (Rappaport 1987 dalam Melkote 2002).

Dengan mencermati konsep-konsep pemberdayaan yang dikemukakan dalam bab pendahuluan, maka dapat diidentifikasi berbagai bukti diterapkannya pendekatan pembangunan yang berbasis empowerment pada program Primatani di Desa Citarik Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. Primatani yang telah dirintis sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 telah memperlihatkan hasil perubahan terutama bagi petani di Desa Citarik.

Salah satu dampak perubahan di tingkat petani sebagai akibat introduksi teknologi adalah perubahan pada cara budidaya usahatani padi. Perubahan pola usahatani padi di Desa Citarik dapat diamati baik pada level individu maupun pada level kelompok tani. Terkait dengan batasan penelitian yang hanya melihat perubahan dari segi hasil introduksi teknologi PTT Padi, maka peneliti hanya mendeskripsikan beberapa perubahan yang terjadi pada bidang/kajian usahatani padi. Proses pemberdayaan petani khususnya kelompoktani tanaman pangan padi, disajikan secara deskripsi kualitatif. Sedangkan keberdayaan petani disajikan melalui signifikasi hasil pemberdayaan petani yang dilakukan dalam Primatani. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keberdayaan di lihat dari indikator kemandirian petani yaitu (a) kemandirian intelektual, (b) kemandirian manajemen dan (c) kemandirian material. Partisipasi petani dilihat dari (a) partisipasi dalam perencanaan, (b) pelaksanaan dan (c) Evaluasi. Tabel 29 menunjukkan tingkat efektivitas keberdayaan petani di Desa Citarik.

75 Tabel 29 Tingkat keberdayaan petani usahatani padi model Primatani, 2009

Kriteria Keberdayaan Rataan Skor*)

Kemandirian Intelektual 2,70 Manajemen 2,19 Material 1,96 Keterangan: *)

1,00 – 1,66 = rendah; 1,67 – 2,33 = sedang; 2,34 – 3,00 = tinggi

Kemandirian

Sejalan dengan penerapan konsep empowerment, maka Primatani juga berupaya mengembangkan kemandirian bagi petani untuk dapat melanjutkan sendiri terkait aktifitas usahatani yang telah dimulai yang sebelumnya didukung oleh berbagai pihak luarbaik itu petugas. Proses kemandirian tidak lahir dengan sendirinya pada setiap orang, tetapi merupakan hasil kerja keras individu dalam mengembangkan potensinya melalui proses belajar dan proses pemberdayaan yang berkelanjutan. Primatani bersifat mendidik, mengarahkan agar dengan kekuatan dan kemampuannya petani bisa berupaya untuk bekerjasama guna mencapai segala yang dibutuhkan dan diinginkan. Oleh sebab itu, pemberdayaan pada Primatani diarahkan pada peningkatan kemandirian petani dalam mengembangkan bisnis usahataninya. Kemandirian petani dapat dilihat dari kemandirian intelektual, kemandirian manajerial dan kemandirial material.

Kemandirian Intelektual

Bagi sebagian besar petani di Desa Citarik, keberadaan Primatani dirasakan telah membawa suatu dampak lebih baik terhadap pengetahuan petani, setelah sekian lama sebelumnya informasi pertanian sudah jarang diterima oleh para petani. Melalui media Primatani, petani mendapatkan informasi baru khususnya bidang usahatani padi. Althaeide dalam Wisnu (2006) mengemukakan bawa media dapat menjembatani kesenjangan informasi antar pihak. Kesenjangan informasi sendiri erat kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat. Salah satu cara memberdayakan suatu masyarakat adalah dengan membuka akses informasi seluas-luasnya, agar mereka bisa mendapatkan informasi yang sekiranya berguna dan dapat dimanfaatkan.

Informasi bagi petani di Desa Citarik, mereka terima dari petugas Primatani melalui pertemuan-pertemuan kelompok, melalui selebaran leaflet dan

76 melalui gelar teknologi yang dilaksanakan. Melalui leaflet, mereka menjadi tahu bahwa ada hal baru/inovasi bagi usahatani padi yang mereka lakukan, melalui gelar teknologi mereka dapat melihat dan meyakinkan mereka dan melalui media penyuluh mereka diarahkan dan dibimbing dalam penerapannya. Dengan kemampuan membantu masyarakat, media memiliki potensi pembebas yang meluaskan cakrawala pemikiran agar tidak terpenjara dalam batas-batas ketidaktahuan dan keterbatasan lain yang umum ditemui pada masyarakat yang belum maju terutama di pedesaan. Media diketahui memiliki kekuatan mengendalikan pengetahuan khalayaknya melalui apa-apa yang ditampilkan. Karena itu dengan mengorganisir sedemikian rupa isi pesan yang disampaikan, media pada dasarnya dapat membantu masyarakat memusatkan perhatian pada masalah-masalah pembangunan (Nasution 1990).

Menurut petani, peran penghantar teknologi seperti penyuluh dan peragaan gelar teknologi yang dilaksanakan pada Primatani dirasakan besar manfaatnya oleh petani. Berikut salah satu kutipan ungkapan ketua Gapoktan Sritani:

“Saya lebih senang dengan adanya Primatani, saya jadi tahu dan sadar akan adanya teknologi baru, karena sudah lama kami tidak menerima informasi dan saya yakin teknologi PTT bisa meningkatkan hasil PTT setelah melihat langsung peragaan teknologinya”

Penyadaran diri (conscienzacione), satu di antara argumen-argumen yang diajukan oleh Paulo Freire (1984) adalah merupakan inti dari usaha bagaimana bisa mengangkat rakyat dari kelemahannya selama ini. Kesempitan pandangan dan cakrawala rakyat yang tersekap harus diubah kearah suatu keinsyafan, perasaan, pemikiran, gagasan, bahwa tersedia alternatif-alternatif guna memperbaiki kehidupan mereka. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik-teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat. Menurut Sikhondze (1999), orientasi pemberdayaan masyarakat haruslah membantu petani agar mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada.

Peran media bagi petani di Desa Citarik telah membuka wawasan pengetahuan inovasi baru dan membantu membuat keputusan yang tepat dalam pengelolaan usahatani. Beberapa teknologi yang dianggap baru bagi petani terkait

77 dengan teknologi PTT padi adalah penggunaan cara tanam legowo, penanaman bibit 1-3 batang per rumpun, penggunaan bibit muda umur 17 hari dan penentuan pemupukan urea berdasarkan alat bagan warna daun (BWD). Teknologi lain dari komponen PTT padi menurut petani hanya sebagai penyempurnaan dari teknologi yang biasa dilaksanakan seperti penggunaan varietas unggul, penggunaan bahan organik dan rekomendasi pemupukan. Teknologi yang sifatnya baru lebih pada teknologi itu belum pernah dilakukan, sedangkan teknologi yang sifatnya penyempurnaan lebih pada penyesuaian dengan rekomendasi terbaik lokal spesifik.

Secara kuantitatif, tingkat kemandirian intelektual petani diukur berdasarkan kemampuan pengetahuan petani dalam memilih alternatif teknologi yang terbaik pada lahan usahataninya. Ukuran kemandirian diukur pada tingkat individu petani responden. Kemandirian intelektual dikatakan rendah jika tanggapan dari petani tentang penguasaan teknologi PTT memperoleh skor 1 – 1,66, dikatakan kurang jika tanggapan dari petani memperoleh skor 1,67 – 2,33 dan dikatakan tinggi jika tanggapan petani memperoleh skor 2,34 – 3,00.

Tabel 30 Kemandirian intelektual petani PTT padi di Desa Citarik, 2009 No. Kategori Kemandirian

Intelektual Jumlah petani (jiwa) Persentase (%)

1. Rendah 4 14,8

2. Sedang 0 0,0

3. Tinggi 23 85,2

J u m l a h 27 100

Tabel 30 menunjukkan bahwa kemandirian intelektual petani, sebagian besar petani 85,2 persen di atas tinggi dan 14,8 persen petani yang berada pada posisi penguasaan intelektual rendah. Rata-rata petani yang mempunyai kemandirian intelektual tinggi telah menguasai dan paham apa yang dimaksud dengan teknis pengelolaan sumberdaya terpadu PTT padi yang disertai dengan pengetahuan akan manfaat penerapan teknologi tersebut.

Petani yang mempunyai intelektual tinggi rata-rata dapat menjelaskan kembali materi PTT kepada petani lain, mereka dapat menjelaskan kelemahan dan keunggulan dari beberapa komponen teknologi PTT, sehingga mereka telah dapat menilai manfaat dari penerapan teknologi tersebut.

78 Kemandirian Manajemen

Ukuran kemandirian manajemen dilihat dari sejauhmana kemampuan individu petani dalam mengusahakan perubahan perbaikan dalam usahataninya dan mampu melaksanakan perubahan ke arah yang lebih baik. Hasil wawancara dengan petugas lapang, diperoleh informasi bahwa telah terjadi beberapa pola perubahan budidaya di tingkat petani sebelum dan sesudah Primatani di laksanakan.

Perubahan yang terjadi merupakan suatu rangkaian proses, perubahan teridentifikasi dari proses waktu saat petani menerima informasi sampai petani melakukan perubahan pada usahataninya. Bagi sebagian besar petani di Desa Citarik, penerapan teknologi tidak langsung dapat diterima oleh petani, mereka rata-rata melihat terlebih dahulu keunggulan dari teknologi yang diintroduksikan. Keyakinan akan teknologi mereka peroleh dari pengalaman setelah melihat pada media gelar teknologi dan melihat petani yang lebih dulu menerapkan. Dengan demikian, pemberdayaan model Primatani di Desa Citarik lebih pada suatu rangkaian proses pemberdayaan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan personal individu, keluarga atau masyarakat agar mampu melakukan tindakan guna memperbaiki pola usahatani yang telah dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendekatan pemasaran sosial yang melihat bahwa proses komunikasi pembangunan harus dilihat sebagai proses yang bertahap yang memerlukan pesan-pesan dan pendekatan yang berbeda pada setiap tahap proses perubahan perilaku.

Sebagai suatu rangkaian proses, Wrihatnolo (2007) mengemukan pemberdayaan mempunyai tiga tahapan, yaitu : penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. Tahap pertama adalah penyadaran. Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi “pencerahan” dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai “sesuatu”. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu (membangun “demand) diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka. Tahap kedua adalah pengkapasitasan atau “capacity building” atau sederhananya adalah memampukan (enabling). Proses pengkapasitasan dilakukan pada tiga aspek, yaitu (1) memampukan manusia, baik dalam konteks individu maupun kelompok; (2) memampukan organisasi, dapat dilakukan dalam bentuk

79 restrukturisasi organisasi yang hendak menerima daya atau kapasitas tersebut; dan (3) memampukan sistem nilai (aturan main). Dalam cakupan organisasi, sistem nilai berkenaan dengan AD/ART, sistem dan prosedur dan peraturan. Pengkapasitasan sistem nilai dilakukan dengan membantu target dan membuatkan “aturan main” diantara mereka sendiri. Tahap ketiga adalah pemberian daya itu sendiri. Pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas atau peluang.

Pada tahap penyadaran, petani di Desa Citarik terlebih dahulu diberikan informasi tentang adanya teknologi baru hasil penelitian yang dapat membawa pada perbaikan usahatani. Mereka disadarkan bahwa mereka harus dan bisa berubah sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki kearah yang lebih baik. Pada tahap ini, peran media yang diteliti hampir sebagian besar telah mampu menyadarkan petani akan adanya informasi teknologi, petani menjadi sadar bahwa di luar komunitas mereka terdapat teknologi baru yang belum mereka ketahui dan ternyata dapat mereka lakukan.

Proses pengkapasitasan pada Primatani di Desa Citarik lebih pada memampukan individu petani pada level kelompok. Primatani merancang dan memperbaiki keterkaitan antar petani dengan kelompok, keterkaitan antar kelompok (Gapoktan Sri Tani), keterkaitan antar kelompok dengan mitrausaha (Pemasaran). Selain itu Primatani di Desa Citarik juga telah berhasil memampukan kapasitas kelompok dengan menjadikan kelompoktani sebagai wadah penyedia input produksi dan pemasaran hasil. Media yang paling berperan dalam tingkatan komunitas adalah penyuluh, dimana peran media penyuluh lebih pada peran fasilitator. Peran penyuluh dalam Primatani di Desa Citarik sejalan dengan pemikiran peran dari Ife (1995) yang membagi peran falitator menjadi empat kategori dalam pengembangan masyarakat yaitu; 1) peran fasilitaif, 2) peran pendidik, 3) peran peneliti dan 4) peran teknikal.

Tahap akhir pemberdayaan pada Primatani adalah tahap pemberian daya itu sendiri. Dimana petani atau kelompok diberikan kebebasan untuk menentukan dan menjalankan perubahan aktifitas baik pada tingkat usahatani individu maupun pada tingkat kelompok (Kerjasama antar anggota).

80 Perubahan cara budidaya usahatani pada petani program Primatani bukan karena paksaan program, tetapi lebih pada petani telah yakin akan teknologi PTT. Dalam Primatani, tidak ada satu bentuk paksaan kepada petani untuk menerapkan teknologi, tetapi dibangun atas dasar kesadaran sendiri. Seperti diungkapkan oleh manager Primatani dan salahsatu anggota kelompoktani pada saat peneliti melakukan wawancara”

“Di Primatani, petani tidak dipaksa untuk menerapkan teknologi tetapi lebih pada kesadaran sendiri. Primatani tidak membawa dana untuk masyarakat, tetapi lebih mengembangkan potensi setempat. Tidak ada reward and punishmen atas penerapan teknologi kepada petani”. Saya yakin petani dapat memilih yang terbaik bagi dirinya dengan melihat dan membuktikan sendiri hasilnya”.

“Saya melakukan perubahan cara budidaya yang saya lakukan karena saya bisa melakukannya dengan cara melihat langsung cara penerapannya di lapangan, saya telah yakin teknologi PTT punya keunggulan karena sudah dua musim saya menerapkan dan hasilnya berhasil”.

Perubahan pola budidaya seperti penggunaan bibit berlabel, penggunaan jumlah benih, pengolahan tanah, aplikasi umur bibit muda tidak sulit dilakukan dan sebagian besar petani di Desa Citarik telah menerapkannya. Perubahan lain yang masih dirasakan sulit dilakukan oleh sebagian besar petani adalah teknologi cara tanam legowo. Hal ini disebabkan petani mempunyai ketergantungan kepada jasa tanam, sementara jasa tanam yang telah terbiasa dengan cara tanam legowo jumlahnya masih terbatas.

Tabel 31. Perubahan pola budidaya padi di Desa Citarik, 2009

Variabel Budidaya Sebelum Primatani Setelah Primatani Sumber benih Belum berlabel/hasil panen

sebelumnya (ngalean)

Berlabel/Gapoktan Primatani

Jumlah benih 25-30 kg 7-10 kg

Pengolahan tanah Tidak sempurna Sempurna

Penanaman sistem tegel 25 cm x 25 Legowo 2;1

Umur bibit 20-25 hari 17 hari

Jumlah bibit 5-10 2-3

Pengairan Sebagian sulit Terairi seluruhnya

Pemupukan Urea dan TSP Urea, SP-36/18, KCL dan

Organik

Pengendalian Hama Tidak PHT Konsep PHT

Panen Dijual bentuk gabah ke

bandar

Sebagian Dijual ke Gapoktan

81 Dari perubahan pola budidaya Tabel 31, mengindikasikan bahwa petani di Desa Citarik telah mengetahui dan melaksanakan teknologi yang terbaik bagi usahataninya dan telah dapat menyesuaikan dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya. Hal ini tidak terlepas dari peran media sebagai saluran komunikasi seperti media gelar teknologi yang berperan sebagai ajang pembuktian dan praktek lapang bagi petani. Selain itu penyuluh berperan sebagai penghantar informasi baru dan berperan sebagai pendidik yang melakukan pendampingan terhadap praktek lapang ditingkat. Gelar teknologi lebih menekankan petani agar mampu mempraktekan dan terampil dalam melaksanakan PTT. Peran media leaflet dirasakan petani hanya sebagai informasi dasar adanya PTT, lebih lanjut informasi secara mendalam dan melajutkan keinginan untuk pelaksanaannya didapatkan petani dari PPL dan Gelar teknologi.

Sejalan dengan Lerner (1958) yang mengatakan bahwa media merupakan agen yang ampuh untuk menyebarkan informasi dan pengaruhnya kepada individu-individu dalam menciptakan iklim perubahan. Orang-orang yang terdedah oleh pesan-pesan media akan memiliki kemampuan berempati dengan kehidupan masyarakat disekitarnya. Kemampuan berempati ini penting agar orang bisa bersikap fleksibel dan efisien dalam menghadapi kehidupan yang berubah.

Perubahan cara budidaya bagi petani di Desa Citarik lebih pada satu bentuk proses, dimana perubahan tersebut terjadi dalam dimensi waktu. Fluktuasi tingkat penerapan teknologi bergantung pada tingkat pengetahuan dan kepercayaan petani terhadap teknologi yang diintroduksikan sampai pada tahap terampil dalam memilih teknologi yang terbaik bagi usahataninya.

Secara kuantitatif Tabel 32 menunjukkan bahwa kemandirian petani yaitu kemandirian manajemen, sebagian petani masuk dalam kategori cukup sampai dengan baik. 44,5 persen dalam kategori cukup dan 37,0 persen dalam kategori baik. Sedangkan 18,5 persen petani responden berada pada kategori kemandirian manajemen rendah.

Tabel 32. Kemandirian manajemen petani PTT Padi di Desa Citarik, 2009 No. Kategori Kemandirian Manajemen Jumlah petani (jiwa) Persentase (%)

1. Baik 10 37,0

2. Cukup 12 44,5

3. Buruk 5 18,5

J u m l a h 27 100,0

Keterangan: *)

82 Petani yang termasuk dalam kategori cukup baik, rata-rata telah mampu melaksanakan teknologi PTT padi yang direkomendasikan tanpa bimbingan lagi petugas. Mereka mengatakan bahwa dengan adanya Primatani telah menjadikan mereka mampu mengidentifikasi permasalahan budidaya padi, mampu merumuskan kebutuhan teknologi PTT padi yang akan diterapkan, mereka mampu melihat beberapa kelemahan dan kelebihan teknologi yang akan berguna untuk memperbaiki/meningkatkan hasil usahatani selain itu mereka rata-rata mampu memprediksi peluang keberhasilan apabila mereka menerapkan teknologi.

Kemandirian Material

Kemandirian material pada penelitian ini diukur lebih pada kemampuan introduksi teknologi membawa pada satu perubahan pada petani guna memenuhi kebutuhan materi dasar.

Penerapan teknologi PTT padi di tingkat petani berdasarkan data sekunder BPTP Jawa Barat telah membawa satu perubahan peningkatan hasil bagi petani. Rata-rata kontribusi penerapan PTT membawa peningkatan pendapatan petani pada tahun 2005-2006 sebesar 44,6 persen, 2006-2007 sebesar 31 persen atau 2005-2007 sebesar 75,5 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani diperoleh keterangan bahwa peningkatan pendapatan yang mereka dapatkan diperoleh dari hasil produksi yang meningkat. Petani mengungkapkan bahwa apabila teknologi sudah dapat meningkatkan produksi hasil berarti teknologi tersebut telah secara layak untuk dikembangkan secara luas. Indikator peningkatan produksi, bagi petani merupakan indikator utama layak tidaknya teknologi tersebut di tingkat petani. Peningkatan produksi dirasakan oleh hampir seluruh petani Primatani yang menerapkan teknologi PTT. Pemberdayaan pada tahap ini lebih pada satu ukuran hasil dari dampak penerapan teknologi terhadap tingkat keberdayaan petani.

Secara kuantitatif, kemandirian material diukur dari kontribusi penerapan PTT padi pada tingkat petani terhadap perubahan peningkatan produksi. Kemandirian material petani dikatakan rendah jika tanggapan dari petani yang telah melaksanakan teknologi PTT memperoleh skor 1 – 1,66, dikatakan kurang jika tanggapan dari petani memperoleh skor 1,67 – 2,33 dan dikatakan tinggi jika tanggapan petani memperoleh skor 2,34 – 3,00.

83 Hasil penelitian (Tabel 33) menunjukkan bahwa kemandirian petani yaitu kemandirian material, sebagian besar petani responden 88,9 persen masuk dalam kategori cukup. Hanya 3,7 persen yang masuk pada kategori tinggi dan 7,4 persen masuk dalam kategori rendah.

Tabel 33. Kemandirian material petani PTT padi di Desa Citarik, 2009 No. Kategori Kemandirian Material Jumlah petani (jiwa) Persentase (%)

1. Tinggi 1 3,7

2. Sedang 24 88,9

3. Rendah 2 7,4

J u m l a h 27 100,0

Petani yang termasuk dalam kategori cukup dalam kemandirian material mengatakan bahwa dengan adanya Primatani mereka telah terdorong untuk berusaha meningkatkan hasil usahatani, mampu mengelola modal usahatani yang ada untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan cara mengefisienkan input usahatani. Mereka telah merasakan teknologi PTT padi telah dapat meningkatkan produksi hasil dibandingkan dengan cara biasa yang mereka lakukan sebelum adanya Primatani yang berakhir pada peningkatan pendapatan usahatani. Selain itu mereka telah mampu melakukan diversifikasi usaha dengan cara bergabung dengan gapoktan yang menjual hasil panen dalam bentuk beras.

Bentuk kemandirian petani pada tingkat kelompok di Desa Citarik terkait dengan usahatani padi ditunjukkan dengan telah terbentuknya unit usaha Gapoktan dan terbentuknya agroindustri padi. Berikut gambaran kemandirian petani di Desa Citarik setelah dilaksanakannya program Primatani.

Terbentuknya Usaha Gapoktan Sri Tani

Gapoktan Sri Tani merupakan gabungan dari empat kelompoktani, dua kelompok ternak, satu kelompok jamur merang, dan satu kelompok wanita tani. Keempat kelompoktani tersebut adalah Sri Maju 1, Sri Maju 2, Sri Mulya Sejati, dan Sri Subur. Kelompok jamur merang adalah Cipta Karya, sedangkan kelompok wanita tani adalah Dewi Sri.

84 Gambar 7. Struktur organisasi Gapoktan Sri Tani

(Sumber : Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat, 2008)

Pembentukan Gapoktan ditujukan guna membantu kelompoktani dalam berkoordinasi dengan berbagai lembaga ataupun kepentingan, baik di dalam maupun di luar Desa Citarik. Gapoktan menjadi wahana belajar, kerjasama dan usaha. Gapoktan sudah memiliki AD/ART yang disyahkan oleh Dinas Pertanian.

Usaha produktif Gapoktan telah memberikan kontribusi keuntungan yang berarti bagi keberlangsungan Gapoktan. Saat ini baru usaha produktif kios sarana produksi, usaha pemasaran beras Gapoktan, dan benih Gapoktan yang telah berjalan baik dan memberikan kontribusi keuntungan ke Gapoktan. Gapoktan mengkoordinir kerjasama antar kelompok-kelompok dan antar kelompok dengan mitra usaha yang ada di Desa Citarik dan sekitarnya.

PEMBINA (PEMDA, DINAS, BPTP, BALIT, SWASTA) KETUA GAPOKTAN BIDANG PRODUKSI BIDANG PEMASARAN SEKRETARIS BENDAHARA BIDANG INPUT PRODUKSI : BIDANG PASCA PANEN Saprodi Alsintan Pengairan Jasa tanam Benih

Kelompok tani (padi, sayuran, ternak) : S Maju 1 S Maju 2 S Subur S Mulya Dewi Sri Cipta Karya Regu PHT KLINIK AGRIBISNIS

85 Gambar 8. Model penyediaan saprodi Primatani Citarik

(Sumber : Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat, 2008)

Kerjasama Gapoktan Sri Tani telah banyak dilakukan dengan berbagai pihak luar seperti dengan pihak produsen benih (padi, jagung), pupuk (distributor pupuk), dan pestisida (formulator pestisida), dengan instansi pemerintah dalam hal pengolahan hasil (Dinas Pertanian, swasta : PT. Bangun Citra Mandiritama), PHT (BB Padi, BPTPH Jabar), dan penangkaran benih padi (IPSB Karawang, BB Padi).

Terbentuknya agroindustri padi Desa Citarik

Dalam model agroindustri padi di desa Citarik (Gambar 9). Gabah yang keluar dari Desa Citarik dalam bentuk beras yang dikoordinir oleh Gapoktan. Sebelum dilaksanakannya Primatani, sebagian besar padi dijual oleh petani kepada bandar dalam bentuk gabah kering panen. Untuk meningkatkan nilai tambah padi, maka gabah dari empat kelompoktani digiling menjadi beras oleh penggilingan milik Gapoktan dengan menerapkan sistem manajemen mutu. Usaha penggilingan padi mendapatkan modal dari koperasi dan pembinaan dari petugas

Usaha Unit Kios Saprodi GAPOKTAN

Modal

Swasta (Pupuk, pestisida, benih) Saprodi Kel.Tani Padi/sayuran /palawija Kel.Tani Jamur Jeram Limbah media Kel. ternak Kotoran Yarnen/tunai Gabah Dedak Koperasi Usaha Unit Penggilingan Padi GAPOKTAN Modal

Usaha Unit Bibit Jamur GAPOKTAN

Modal Usaha Unit Penangkaran

benih padi GAPOKTAN Modal

Tujuan = Citarik dapat memenuhi

Kebutuhan saprodi sendiri secara

86 yang terlibat dalam Primatani. Penjualan beras dikoordinir oleh Pemasaran Gapoktan untuk dijual kepada pasar atau konsumen.

Gambar 9. Model agroindustri padi Primatani Citarik (Sumber: Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat, 2008)

Pemasaran beras Primatani dijual dalam bentuk kemasan guna meningkatkan nilai jual. Berdasarkan informasi dari ketua Gapoktan, pemasaran dilakukan ke industri PT Johar dan pasar induk sekitar lokasi, rumah sakit, rumah makan dan perumahan di Bandung, dan Koperasi BPTP Jabar. Gabah petani Desa Citarik dibeli oleh Gapoktan dengan pembayaran maksimal satu minggu dengan harga sedikit lebih tinggi dari pasar. Dengan demikian, yang keluar dari Desa

Dokumen terkait