• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.4 Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah penerimaan daerah yang berasal dari orang pribadi atau badan yang sifatnya dapat dipaksakan (yuridis) berdasarkan peraturan perundang-undangan dan tidak ada imbalan secara langsung serta untuk membiayai pemerintah dan pembangunan daerah. Wewenang pemungutan pajak daerah ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.

Pajak daerah merupakan komponen dari pendapatan asli daerah sampai saat ini. Pajak daerah memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan asli daerah. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 memberikan peluang kepada daerah kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak daerah lainnya yang

dipandang memenuhi syarat selain jenis pajak daerah yang sudah ditetapkan. Penetapan jenis pajak lainnya ini harus benar-benar spesifik dan potensial di daerah tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/kota dalam mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan ekonomi daerah pada masa mendatang yang mengakibatkan perkembangan potensi pajak dengan tetap memperhatikan kesejahteraan dan aspirasi masyarakat serta memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Kriteria pajak daerah yang ditetapkan oleh undang-undang bagi kabupaten/kota adalah:

1. Bersifat pajak bukan retribusi. Maksudnya adalah pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan pengertian pajak daerah

2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta melayani masyarakat di wilayah yang bersangkutan

3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum, maksudnya adalah bahwa pajak tersebut dimaksudkan untuk kepentingan bersama secara lebih luas antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek ketentraman, kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. 4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan/atau objek

pajak pusat

5. Potensinya memadai. Maksudnya adalah bahwa hasil pajak cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju

pertumbuhannya diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi.

6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Maksudnya adalah bahwa pajak tersebut tidak mengganggu alokasi sumber-sumber dana efisien.

7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Kriteria aspek keadilan antara lain objek dan subjek harus jelas sehingga dapat diawasi pemungutannya, jumlah pembayaran pajak yang diperkirakan oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan wajib pajak. Selanjutnya kriteria kemampuan masyarakat adalah kemampuan subjek untuk memikul tambahan beban pajak.

8. Menjaga kelestarian lingkungan. Maksudnya adalah bahwa pajak harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan yang akan menjadi beban bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

Menurut UU No 28 Tahun 2009, pajak yang dikelola daerah ada 2 jenis: 1. Pajak provinsi, terdiri dari:

a. Pajak kendaraan bermotor

b. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor d. Pajak air permukaan

e. Pajak rokok.

2. Pajak kabupaten atau kota, terdiri dari: a. Pajak hotel

b. Pajak restoran c. Pajak hiburan

d. Pajak reklame

e. Pajak penerangan jalan

f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C g. Pajak parkir

Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Sedangkan pengertian hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup :

a) Motel b) Losmen

c) Gubuk pariwisata d) Wisma pariwisata e) Pesanggrahan

f) Rumah penginapan dan sejenisnya serta

g) Rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh.

Pemungutan pajak hotel dilakukan melalui sistem self assessment system. Sistem ini menganjurkan wajib pajak agar dapat menghitung pajak, memungut, menyetor, melunasi dan melaporkan pajaknya sendiri berdasarkan kesadaran dari wajib pajak. Sistem self assessment ini diwujudkan dalam bentuk sistem setor tunai. Pemungutan pajak hotel dengan self assessment system menggunakan Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD adalah formulir untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajak yang terutang. Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pemberitahuan Pajak Daerah (STPD).

Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan jasa hotel yang diterima kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Dengan kata lain orang yang menginap atau menggunakan jasa hotel untuk keperluan yang lain. Wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Yang mengusahakan hotel bisa dikatakan yang mempunyai dan menjalankan usaha atau hanya diberi mandat untuk mengelolah usaha hotel tersebut. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang diberikan hotel dengan pembayaran termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa penunjang yang dimaksud adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelolah hotel.

Tidak termasuk objek pajak hotel, antara lain:

a) Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

b) Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya.

c) Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan. d) Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti

asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis.

e) Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dimanfaatkan oleh umum.

Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penetapan besarnya tarif pajak hotel ini dilakukan oleh pemerintah daerah melalui

peraturan daerah. Pemerintah daerah melihat potensi daerah tersebut dalam menetapkan besarnya pajak hotel. Tarif paling tinggi digunakan untuk memaksimalkan penerimaan daerah dari pajak hotel. Tarif rendah digunakan untuk meransang pertumbuhan hotel di daerah tersebut.

Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Dalam kata lain dasar pengenaan pajak hotel adalah seberapa besar seorang individu atau kolompok menggunakan fasilitas yang disediakan oleh hotel yang menjadi objek pajak hotel (Perda Kab Karo No 5 Tahun 2006).

Pajak Terutang =Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

Tarif Pajak X Jumlah Pembayaran yang Dilakukan Kepada Hotel

Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Pengenaan pajak restoran tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota.

Pada pajak restoran yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoran. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha restoran, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk

apapun yang didalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang rumah makan.

Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Besarnya tarif pajak restoran yang paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

Tarif Pajak X Jumlah Pembayaran yang Dilakukan Kepada Restoran

Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan atau pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Sedangkan yang dimaksud dengan hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran. Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada pada seluruh kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.

Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hiburan. Besarnya tarif pajak hiburan yang paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

Tarif Pajak X Jumlah Pembayaran yang Dilakukan Untuk Menikmati/menonton Hiburan

Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memuji suatu barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang, yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan pemerintah.

Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame atau yang melakukan pemesanan reklame. Atau bisa dikatakan subjek pajak reklame itu adalah orang pribadi atau badan yang ingin memperkenalkan suatu barang atau jasa kepada masyarakat luas menggunakan jasa reklame. Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Dalam hal reklame diselenggarakan oleh orang pribadi atau badan, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut.

Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut yang menjadi wajib pajak reklame. Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Objek pajak reklame terdiri atas :

a) Reklame papan / billboard / videotron / megatron dan sejenisnya. b) Reklame kain

c) Reklame melekat, stiker d) Reklame selebaran

e) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan f) Reklame udara

g) Reklame apung h) Reklame suara i) Reklame film / slide j) Reklame peragaan

Tidak termasuk objek pajak reklame adalah :

a) Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya.

b) Label / merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi membedakan dari produk sejenis lainnya.

c) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi yang diselenggarakan, sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut.

d) Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah.

e) Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame. Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, nilai sewa ditetapkan berdasarkan

nilai kontrak reklame. Dalam hak nilai sewa tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, nilai sewa ditetapkan dengan menggunakan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame (Perda Kab Karo No 3 Tahun 2006).

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak X Nilai Sewa Reklame

Pajak Penerangan Jalan

Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Pengenaan pajak penerangan jalan tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.

Pada pajak penerangan jalan yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha penerangan jalan. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha penerangan jalan, yaitu orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan atau pengguna tenaga listrik. Objek pajak penerangan jalan adalah semua penggunaan tenaga listrik di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah.

Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga listrik. Besarnya tarif pajak penerangan jalan yang paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak X Nilai Jual Tenaga Listrik

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahan galian golongan C terdiri dari:

a. Nitrat, fosfat, garam batu

b. Asbes, talk, mika, grafit, magnetis c. Yarosit, leusit, tawas (alum), oker d. Batu permata

e. Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit

f. Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap g. Marmer, batu tulis

h. Batu kapur, dolomit, kalsit

i. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan A maupun golongan B Pada pajak pengambilan galian golongan C yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengambil bahan galian golongan C. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha galian golongan C, yaitu

orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pengambilan bahan galian golongan C. Dengan demikian, pada pajak pengambilan galian golongan C subjek pajak sama dengan wajib pajak. Objek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah kegiatan pengambilan bahan galian gologan C dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi yang dimanfaatkan.

Dasar pengenaan pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah jumlah hasil pengambilan galian golongan C.

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

Tarif Pajak X Nilai Jual Hasil Pengambilan Galian Golongan C

Pajak Parkir

Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Pengenaan pajak parkir tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu pajak di wilayah yang bersagkutan.

Pada pajak parkir yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. Pajak parkir dibayar oleh pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran. Pengusaha tersebut ditetapkan sebagai wajib pajak yang harus membayar pajak parkir yang

terutang. Objek pajak parkir adalah penyelenggaran tempat parkir diluar badan jalan yang memungut bayaran yang disediakan sebagai suatu usaha. Klasifikasi tempat parkir diluar badan jalan adalah gedung parkir, pelataran parkir, tempat penitipan kendaraan bermotor yang dikenakan bayaran, dan sejenisnya.

Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Besarnya tarif pajak parkir ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

Tarif Pajak X Jumlah Pembayaran Untuk Pemakaian Tempat Parkir

Pajak Air Tanah

Pajak air tanah adalah pajak atas penggunaan air tanah. Pengenaan pajak air tanah tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.

Pada pajak air tanah yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan air tanah. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha air tanah. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha air tanah, yaitu orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan atau pengguna air

tanah. Objek pajak air tanah adalah semua penggunaan air tanah di wilayah daerah tersebut.

Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai jual air tanah. Besarnya tarif pajak air tanah yang paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak X Nilai Jual Air Tanah

Dokumen terkait