• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAK di Sekolah bagian dari Katekese

BAB II. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH

A. PAK di Sekolah

1. PAK di Sekolah bagian dari Katekese

Paus Yohanes Paulus II memberikan ajakan tentang katekse yaitu dalam hubungannya dengan keluarga, sekolah perlu menyelenggarakan katekese dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak boleh diabaikan. Katekese tersebut berupa pendidikan agama yang diintegrasikan dengan hidup. Pendidikan hidup beriman dalam lingkup sekolah merupakan tugas Gereja dalam memperkembangkan iman.

Katekese adalah pendidikan iman yang terus-menerus selama manusia hidup di dunia. Pendidikan iman tersebut meliputi pengenalan akan kebenaran- kebenaran yang diwahyukan untuk membawa manusia pada perubahan sikap yang kemudian diwujudkan dalam tindakan sebagai usaha semakin mendekatkan diri kepada Kristus (Telambuana, 2005: 48). Selain itu katekese adalah suatu bagian integral, pemakluman Injil yang pertama disusul dengan hubungan erat antara

katekese dengan sakramen inisiasi Kristen. Hal ini kemudian dipahami sebagai hidup menggereja yang terus menerus dalam iman teristimewa pada pelajaran agama di sekolah bersama dengan pendidikan keluarga Kristen yang membina kaum muda (PUK, Art. 60). Dengan demikian Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan bagian dari katekese karena PAK bertujuan untuk membantu siswa agar beriman semakin mendalam dan memiliki kesadaran untuk terlibat dalam kehidupan menggereja juga kehidupan di masyarakat.

a. Katekese sebagai Pendidikan Iman

Berdasarkan arti kata, katekese berasal dari bahasa Yunani Katechein, bentukan dari kata „Kat‟ yang berarti meluas atau pergi, dan „echo‟ yang berarti menggemakan atau menyuarakan. Dengan demikian katechein berarti perwartaan secara meluas tentang suatu berita.

Pewarta Kabar Gembira yang utama dan pertama adalah Yesus Kristus. Dia mewartakan Kerajaan Allah, dan pewartaannya sebagai Kabar Gembira dirumusakan di dalam Injil (PUK, Art. 34). Pewartaan kabar Gembira yang telah dimulai oleh Yesus kemudian dilanjutkan oleh murid-murid-Nya. Melalui katekese umat beriman menyampaikan kata-kata dan perbuatan Wahyu, memaklumkan dan menceritakan sekaligus memperjelas misteri yang ada di dalamnya (PUK, Art. 39).

Komkat KWI memberikan tekanan pada katekese yaitu sebagai komunikasi iman dari pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari dan dapat meneguhkan iman para peserta. Untuk itu katekese adalah pendidikan yang di

dalamnya terdapat pewartaan iman yang dapat saling meneguhkan iman masing- masing peserta dengan pengalaman iman yang dapat mendekatkan diri dengan Kristus yang terungkap dalam peristiwa hidup sehari-hari.

Katekese sebagai pendidikan iman merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja yang bertujuan untuk membantu umat beriman agar imannya semakin mendalam dan supaya mereka semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dan masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok (Adisusanto, 1995:3). Dengan demikian katekese membuat setiap orang diundang untuk bertobat, lebih mendekatkan diri dan mengimani Yesus. Pendidikan iman ini diharapkan berlangsung terus-menerus sepanjang hidup manusia di dunia.

b. Katekese sebagai Pelayanan Sabda

Pelayanan sabda adalah salah satu bentuk dari katekese. Tidak ada katekese yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji, Kerajaan Allah, Putra Allah, Yesus dari Nasaret tidak diwartakan. Mereka yang sudah menjadi murid Kristus juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh dalam hidup Kristiani mereka (PUK, Art. 50). Katekese sebagai pelayanan sabda memiliki fungsi yaitu:

1) Dikumpulkan dan dipanggil kepada iman

Fungsi ini merupakan perintah misioner Yesus yang ditujukan kepada orang-orang yang tidak beriman yaitu mereka yang memilih untuk tidak percaya, orang-orang Kristen yang ada di ambang batas hidup Kristiani dan

mereka yang memeluk agama-agama lain. Selain itu fungsi ini juga ditujukan kepada anak-anak dari keluarga Kristiani.

2) Inisiasi

Mereka yang karena rahmat memilih untuk mengikuti Yesus kemudian diperkenalkan dengan hidup iman, liturgi dan cinta kasih Umat Allah. Untuk mencapai pada fungsi ini katekese memiliki peranan penting terutama katekese mengenai sakramen-sakramen inisiasi yang akan atau sudah diterima. Pendidikan Kristen dalam keluarga dan pelajaran agama di sekolah juga memiliki fungsi mengawali.

3) Pendidikan iman

Katekese ini ditujukan bagi orang-orang Kristen yang sudah diperkenalkan oleh unsur dasar iman Kristen namun masih perlu memupuk dan memperdalam iman selama hidup. Fungsi ini dilaksanakan melalui banyak bentuk antara lain: sistematis atau kadang-kadang, individual atau komunal, diatur atau spontan.

4) Fungi Liturgis

Pelayanan sabda juga mempunyai fungsi liturgis karena pelayanan sabda merupakan bagian utuh dari suatu tindakan sakral. Homili adalah bentuk pelayanan sabda yang paling penting dalam suatu liturgi. Pelayanan sabda menjadi persiapan langsung bagi penerimaan sakramen-sakramen yang berbeda, perayaan sakramental dan yang terpenting partisipasi umat beriman dalam Ekaristi, dan sebagai sarana pendidikan iman yang pertama.

Katekese sebagai pelayanan sabda memiliki banyak fungsi yaitu untuk pertobatan, pendidikan iman baik dalam keluarga maupun dalam lembaga- lembaga pendidikan, selain itu pelayanan sabda diberikan secara berkesinambungan guna memupuk iman dan mendewasakan iman.

c. Katekese sebagai Ilmu

Kateketik adalah teori tentang katekese, refleksi atas karya Gereja, ilmu yang mengajarkan bagaimana mewartakan ajaran Kristus kepada kaum muda dan dewasa. Kateketik adalah ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman (Telaumbanua, 2005: 6). Kateketik sebagai ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman telah cukup lama ditekuni, khususnya dalam hal praksis bina iman yang dinamai katekese (Telambuana, 2005: 13). Sedangkan menurut Purwatma (2012: 155) ilmu kateketik adalah sebuah studi ilmiah perihal katekese dengan menggunakan metode dan sistem yang spesifik. Perkembangan paham, tujuan, model, sarana dan kedudukan katekese dalam Gereja serta hubungan katekese dengan ilmu pendidikan ikut membantu memperkembangkan ilmu kateketik sehingga umat semakin berkembang dalam iman dan penghayatan hidup akan Yesus Kristus yang menyelamatkan.

1) Objek Formal

Objek formal dalam ilmu kateketik memiliki tiga aspek penting yaitu komunikasi iman, pewartaan dan pendidikan iman.

Dalam PPKI II yang berlangsung di Klender Jakarta menjelaskan bahwa katekese umat adalah komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat beriman. Dalam katekese, umat dituntut untuk mampu bersaksi tentang imannya akan Yesus Kristus sebagai pola hidup umat beriman dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Baru sebagai dasar penghayatan iman umat kristiani sepanjang hidupnya. Telambuana (2005: 86) juga mengungkapkan bahwa katekese yang menjemaat, yang berdasarkan pada situasi konkret setempat dan berpola pada Yesus Kristus adalah sumber iman yang utama menuju pada hidup Kristiani yang utuh.

Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat tanpa pandang bulu untuk terus bersaksi tentang iman mereka secara terbuka ditandai sikap saling menghargai dan mendengarkan satu sama lain (Telambuana, 2005: 87-88). Komunikasi iman juga diharapkan mampu membantu peserta agar menghayati imannya di dalam kenyataan hidupnya atau kebudayaan dan cara berpikirnya sendiri. Perjumpaan antara kenyataan hidup peserta dengan kekayaan iman Kristiani, membantu mereka supaya sampai pada penghayatan iman yang menyeluruh, yang membawa mereka pada kematangan atau kedewasaan iman (Heryatno Wono Wulung, 2008: 50).

b) Pewartaan Sabda

Pewartaan yang menyampaikan Wahyu kepada dunia, dilaksanakan dalam perkataan-perkataan dan perbuatan. Pelayanan sabda adalah unsur pewartaan yang fundamental. Tidak ada pewartaan yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji,

Kerajaan Allah, Putra Allah tidak diwartakan. Mereka yang sudah menjadi murid Kristus juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh dalam hidup Kristiani mereka (PUK, art. 50).

Katekese bukan hanya membuat orang saling berkontak satu sama lain, namun ada kemesraan dengan Yesus kristus. Mewartakan Kabar Gembira merupakan kesatuan dengan Yesus Kristus. Persatuan dengan Yesus Kristus membawa murid-murid menyatukan diri dengan segala sesuatu yang mempersatukan Yesus Kristus secara mendalam dengan Allah Bapa dan dengan Roh Kudus (PUK, Art. 80)..

c) Pendidikan Iman

Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu peserta agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka, sehingga yang menjadi tujuan PAK ialah demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tenggah hidup mereka, demi kedewasaan iman dan demi kebebasan manusia (Heryatno Wono Wulung, 2008: 22). Adapun titik tolak dari pendidikan iman itu sendiri yaitu proses perkembangan iman yang nampak dalam pertobatan kita sebagai umat beriman. Pertobatan merupakan kesediaan sikap dan tindakan manusia untuk mendalami hidup. Orang yang bertobat menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru dengan berbalik kepada Kristus (Adisusanto, 1995: 11).

2) Objek Material

Objek material ilmu kateketik adalah iman (Tradisi Gereja) dalam pengalaman hidup. Iman dalam Tradisi Gereja dan dalam pengalaman hidup akan diuraikan sebagai berikut:

a) Iman

Iman merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah, manusia tidak bisa bersifat pasif atau menutup diri tetapi harus memberi tanggapan dengan memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah (Adisusanto, 1995: 3). Iman mencakup perubahan hidup, suatu pertobatan yakni perubahan budi dan hati yang mendalam, iman yang membuat seorang beriman menghayati pertobatan itu. Iman dan pertobatan muncul dari hati yakni muncul dari kedalaman pribadi manusia dan melibatkan seluruh keberadaannya melalui perjumpaan dengan Yesus Kristus dan kesetiaan kepada-Nya (PUK, art.55). Telaumbanua (2005: 52) juga mengatakan “pertobatan lebih pada usaha pembaharuan diri yang terus-menerus yang dilakukan dalam seluruh proses pembangunan iman secara pribadi.”

Katekese merupakan bentuk khusus yang mematangkan pertobatan awal untuk menjadikan suatu pengakuan iman yang nyata hidup dan berbuah. Permandian erat dengan pengakuan iman bersifat Tritunggal. Gereja mempermandikan “dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Orang-orang Kristen menyerahkan hidup kepada Allah Tritunggal. Katekese membantu mematangkan pengakuan iman dan pemaklumannya terdapat di dalam Ekaristi

menjadi penting untuk menyatukan pengakuan iman kepada Kristus akan cinta Allah dan sesama menyatakan keberadaan dan tindakan-Nya (PUK, Art 82).

Iman dengan mana manusia menanggapi pewartaan Injil menuntut permandian, yang didasarkan pada kehendak Kristus sendiri yang memerintahkan murid-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya dan mempermandikan mereka, misi ini merupakan misi untuk mewartakan Kabar Gembira. Mereka yang sudah bertobat kepada Yesus Kristus dan telah dididik dalam iman melalui katekese, dengan menerima sakramen-sakramen inisiasi Kristen (Permandian, Krisma dan Ekaristi) dibebaskan dari kekuasaan kejahatan melalui sakramen- sakramen inisiasi Kristen (PUK, Art. 65).

b) Pengalaman Hidup

Pengalaman membangkitkan dalam diri manusia, minat, pertanyaan- pertanyaan, harapan-harapan, Kecemasan-kecemasan, perenungan dan penilaian- penilaian semuanya bertemu untuk membentuk suatu hasrat untuk mengubah eksistensinya. Adalah tugas katekese membuat orang sadar akan pengalamannya yang paling dasar, membantu mereka menilai dalam terang injil pertanyaan dan kebutuhan yang muncul dari pengalaman itu, serta mendidik hingga sampai pada suatu cara hidup yang baru yang membuat setiap pribadi sanggup bertindak dengan aktif dan penuh tanggung jawab di hadapan karunia Allah (PUK, Art. 152).

Pengalaman hidup peserta meliputi segala kegiatan hidup sehari-hari termasuk kegiatan rohani seperti hidup doa, perayaan iman dan devosi-devosi termasuk juga permasalah serta kesulitan, keprihatinan dan persoalan hidup yang

menekan seperti kekuatiran, ketakutan dan kebingungan tetapi juga kegembiraan, kebahagian, cita-cita serta pengharapan. Dengan bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta, kegiatan pendidikan iman menjadi relevan dan sungguh menanggapi kenyataan hidup dan kebutuhan peserta karena setiap peserta memiliki pengalamannya sendiri yang diyakini maknanya dan dipahami sebagai suatu bagian penting dari rangkaian perjalanan hidup (Heryatno Wono Wulung, 2008: 50).

Dokumen terkait