• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan PAK di Sekolah

BAB II. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH

C. Tujuan PAK di Sekolah

PAK di Sekolah pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan (Komkat KWI,2007: 7).

Heryatno (2008:25) mengatakan bahwa pada hakekatnya tujuan PAK yaitu, demi terwujudnya Kerajaan Allah, iman yang selalu berkembang.

1. Demi Terwujudnya Kerajaan Allah

Tujuan orang memeluk agama adalah untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat. Agama Katolik juga menawarkan kebahagian di dunia dan di surga. Terciptanya kebahagian di dunia dan di surga ini dalam bahasa Katolik di istilahkan terciptanya Kerajaan Allah yaitu jika Allah sudah meraja maka di situ akan tercipta suatu kebahagian. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

adalah untuk menyelamatkan jiwa. Jika Allah sudah meraja maka tentu kita akan selamat dan bahagia karena kita adalah Anak-anakNya.

Oleh sebab itu Pendidikan Agama Katolik di Sekolah harusnya mampu menggerakkan siswa untuk ikut mengambil bagian demi terciptanya Kerajaan Allah. Artinya Pendidikan Agama Katolik harus mampu membuat siswa merasa bahagia dan berbagi kebahagian dengan orang-orang di sekitar lewat sikap dan tindakan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran Katolik. Dengan demikian Kerajaan Allah di surga akan hadir secara nyata lewat sikap dan tindakan yang memberi kebahagian bagi orang di sekitar.

Terwujudnya Kerajaan Allah menjadi tujuan utama dalam PAK di Sekolah, karena Kepercayaan kita kepada Allah memimpin kita untuk menyadari dan mengingat bahwa Kerajaan Allah adalah pemberian. Dalam arti yang definitif Kerajaan telah datang dalam Yesus Kristus. Keselamatan telah dimenangkan bagi kita. Karena Kerajaan Allah telah hadir dan kedatangannya yang terakhir dijanjikan dapat dipercaya, kita dapat menjalani masa kini dengan suka cita, damai dan bahagia.

2. Iman Yang Selalu Berkembang

Iman Katolik sebagai realitas yang hidup memiliki tiga dimensi yang esensial, yaitu keyakinan, hubungan yang penuh kepercayaan dan kehidupan agape yang hidup. Maksud dari agape di sini adalah iman tumbuh karena ada rasa keyakinan, kepastian dan kepercayaan yang penuh. Tidak berhenti di situ, iman yang tumbuh karena keyakinan dan kepercayaan akan Yesus Kristus harus dihayati secara penuh dan dilaksanakan secara penuh juga dalam hidup sehari-

hari. Iman adalah sebuah realitas yang hidup, maka tiga dimensi tersebut diekspresikan ke dalam tiga kegiatan, yaitu iman sebagai keyakinan (faith as believing), iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting) dan iman sebagai kegiatan melakukan (faith as doing). Ketiga dimensi dan kegiatan ini harus ada dalam pendidikan agama (Groome, 2010: 81).

Menurut Gravissimum Educationis yaitu pernyataan Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen tujuan PAK, tampak dalam artikel yang ada (art 1-9). Dalam Artikel 2 mengatakan bahwa semua orang Kristen berhak atas pendidikan kristen. Alasannya karena telah dilahirkan kembali dalam air dan Roh Kudus (dibaptis). Pendidikan tidak hanya bertujuan mematangkan pribadi manusia saja (bdk. art. 1), melainkan juga bertujuan utama agar orang yang telah dibaptis perlahan-lahan memahami misteri penyelamatan Allah, menyadari anugrah- anugrah iman yang diperolehnya, belajar menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran (Yoh 4:33) terutama dalam karya Liturgi, dan kekudusan yang benar (Ef 4:22-24). Konsili mengingatkan para gembala jiwa akan tugas tersebut, agar semua orang beriman menikmati pendidikan Kristen, terutama angkatan muda yang adalah harapan gereja.

Pada artikel 4 mengatakan tentang menunaikan tugas pendidikan gereja mengusahakan semua sarana yang tepat, terutama sarana yang khas yaitu, katekese, yang menerangi dan meneguhkan iman, yang mengasuh kehidupan menurut semangat Kristus, yang mengantar kepada peran serta yang aktif dan sadar dalam misteri liturgi dan yang merangsang kegiatan kerasulan. Sarana- sarana lain (yang dijiwai dengan semangat Gereja) yakni warisan umum umat

manusia, alat-alat komunikasi sosial, bermacam-macam serikat untuk melatih jiwa dan raga, organisasi kaum muda, dan terutama sekolah-sekolah.

Selain itu dalam artikel 7 menjelaskan mengenai Gereja yang menyelenggarakan dengan tekun pendidikan moral dan agama bagi semua putra- putrinya. Gereja harus hadir dengan perhatian dan bantuan khusus bagi sekian banyak orang yang dididik di sekolah-sekolah bukan katolik, baik melalui kesaksian hidup maupun karya kerasulan, terutama melalui pelayanan imam dan awam yang memberikan ajaran keselamatan, sesuai dengan usia dan keadaan serta menymbangkan bantuan rohani melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan keadaan, waktu, tempat. Gereja mengingatkan para orang tua akan tugas mereka yang berat untuk mengatur malah menuntut agar para putra-putrinya dapat menikmati bantuan-bantuan itu dan maju dalam pendidikan kristen dengan langkah-langkah yang seimbang dengan pendidikan profan. Gereja memuji negara-negara yang memperhatikan kemajemukan masyarakat dewasa ini lalu memperhitungkan kebebasan agama, serta membantu keluarga-keluarga agar pendidikan anak di semua sekolah dapat diberikan seuai dengan azas-azas moral dan agama masing-masing.

Kehadiran gereja di bidang persekolahan nampak dalam artikel 8 terutama melalui sekolah katolik seperti sekolah-sekolah lainnya, sekolah katolik mengusahakan tujuan-tujuan budaya dan pendidikan manusiawi angkatan muda. Tugas sekolah katolik yang khas, yaitu: menciptakan lingkungan paguyuban sekolah, yang dijiwai semangat kebebasan dan cinta kasih injili, membantu tunas muda agar perkembangan pribadinya bertumbuh sejalan dengan keadaan mereka

berdasarkan permandian (ciptaan baru) dan mengarahkan seluruh kebudayaan manusiawi kepada warta keselamatan sedemikian, sehingga pengetahuan yang diperoleh oleh murid tentang dunia, kehidupan dan manusia diterangi oleh iman. Konsili mengingatkan para orang tua Katolik akan kewajiban mereka untuk mempercayakan anak-anaknya kepada sekolah-sekolah Katolik sekuat tenaga serta bekerja sama dengannya demi kepentingan putra-putrinya.

Menurut kurikulum 1984, PAK di sekolah memiliki beberapa tujuan yaitu agar murid mampu memahami diri sendiri, sesama dan lingkungannya serta mencari dan membangun hidup yang mendalam seperti yang diwartakan oleh Yesus Kristus dan diwujudkan serta diwartakan terus oleh umat beriman Kristiani. Dalam PAK Iman Kristiani menjadi inti pokok dan Yesus Kristus sendiri adalah pusatnya.

Dalam kurikulum 1994, kurikulum ini memperhatikan keadaan lingkungan dan kebutuhan pembangunan Nasional dan daerah. Kurikulum ini dijiwai oleh pasal 38 no.2 Th 1989 yang menjelaskan bahwa satuan pendidikan melaksanakan kurikulum yang disusun secara nasional dan kurikulum yang disusun sesuai dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan itulah yang disebut “Kurikulum Muatan Lokal”. Kurikulum 1994 bidang studi agama Katolik amat kuat menekankan komunukasi iman, peranan guru agama di sekolah bukan lagi suatu perkara yang mudah dan enteng. Pengetahuan di bidang agama melalui bacaan bermutu yang khusus membahas

tentang agama, ajaran-ajaran Gereja sangat perlu bagi seorang agama Katolik. Tujuannya adalah agar peserta didik akrab dan terhindar dari keterasingan dari lingkungan sendiri serta dapat menolong orang tua dan dirinya sendiri dalam memperbaiki kehidupannya.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 adalah kompetensi yang berupa serangkaian keterampilan atau kemampuan dasar serta sikap dan nilai penting yang dimiliki seorang individu setelah dididik dan dilatih melalui pengalaman belajar yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Sasaran utama proses pendidikan umumnya serta proses belajar mengajar khususnya pada suatu jenjang sekolah SD, SLTP, dan SLTA, bukan semata-mata menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya namun lulusan yang memiliki serangkaian keterampilan atau kemampuan serta berbagai sikap dan nilai penting yang tidak hanya berguna untuk melanjutkan pendidikan tetapi juga untuk hidup dan bekerja di masyarakat

Berdasarka pernyataan tentang kompetensi di atas maka Pendidikan Agama Katolik tidak lagi terlalu berorientasi pada materi tetapi lebih pada kompetensi, oleh karena itu seseorang dianggap kompeten apabila:

a. Mampu menguasai ajaran imannya, menginterpretasikan, menganalisis dan membuat sintesis-sintesis dari padanya secara bertanggung jawab (know how, know why).

b. Mampu bertindak, berbuat sesuai dengan ajaran imannya (know to do)

c. Mampu berprilaku dan berkembang dalam berkepribadian sesuai dengan ajaran imannya (to be).

d. Dapat hidup mengumat dan memasyarakat sesuai dengan ajaran imannya (to live together).

Kurikulum 2006 hadir dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan untuk mencapai tujuan yang jelas dalam materi standar belajar siswa dan pembelajaran yang berkesinambungan dalam PAK yang menjadi sentral yaitu anak atau siswa sebagai pribadi dan pembelajar yang dikondisikan secara aktif menjadi subjek yang membangun kesadaran dan pembelajarannya sendiri dalam interaksi antar siswa, interaksi dengan pendamping dan refleksi serta aksi yang mengikutinya atas kondisi real lingkungan pembelajaran. Siswa-siswi didorong, diasuh dan diasah untuk aktif berkomunikasi, bereksplorasi, terampil berefleksi dan berani menyatakan sikap dan pendaptnya. Yang diharapkan bukan sekedar pengetahuan tentang Kitab Suci, agama dan ajaran Katolik melainkan kompetensi dan keterampilan yang konkret real berhadapan dengan situasi dan kondisi real lingkungan dengan begitu proses belajar mengajar dikembangkan.

Setiap perubahan kurikulm memiliki kekhasan dalam tujuan dan proses pembelajarannya. Meskipun kurikulum dan tujuan pendidikan selalu berubah- ubah tujuan khas dari PAK tetaplah sama yaitu memperkembangkan iman siswa secara utuh dan mendalam bukan semata-mata menerima pendidikan di sekolah namun siswa dapat memaknai dan menerapkan dalam diri pribadi, lingkungan, keluarga dan masyarakat.

Tujuan PAK di sekolah senada dengan Konsili Vatikan II yang menegaskan bahwa sekolah Katolik merupakan suatu lembaga pendidikan dalam

mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik yang tumbuh dan berkembang untuk jadi pribadi yang matang. Tujuan Pendidikan Agama Katolik sendiri yaitu mengembangkan diri yang utuh, bertanggung jawab, membentuk kesadaran sosial dan menyiapkan para peserta ddik untuk mampu menerima kehidupan dan memaknai hidup.

Dokumen terkait