• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III CITRA DIRI WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

3.1.2 Citra Diri Wanita Tokoh K’tut Tantri dalam Aspek

3.1.2.11 Pandai Menyiasati Situasi

Wanita ningrat itu sangat menaruh perhatian terhadap K’tut Tantri yang bisa meramalkan nasib seseorang. K’tut Tantri ditugaskan untuk membuat ramalan palsu tentang wanita nigrat itu. Pertama kali bertemu wanita ningrat itu, ia berusaha

meyakinkan wanita ningrat itu mengenai kartu-kartu yang dimilikinya dan dibuat

sendiri. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut:

(94) Aku sengaja bersikap enggan. Kartuku bukan kartu biasa-biasa saja, kataku. Masa terkutung seorang diri dalam penjara memberi peluang bagiku untuk mengenali diriku sendiri, dan kartuku merupakan bagian dari perkembangan kejiwaanku, alat bagiku untuk memasuki alam yang lebih tinggi. Kukatakan bahwa kartuku hanya bisa meramalkan nasib orang lain, apabila orang itu dengan diriku ada getaran simpatik yang harmonis. Menurut perasaanku ia simpatik, tetapi tidak banyak orang yang bisa memahami hal itu (hlm. 258).

Kutipan di atas mendeskripsikan tantang K’tut Tantri yang berusaha untuk membuat wanita ningrat itu percaya. Ia berusaha untuk meyakinkan dengan cara yang

dimilikinya. Membuat cerita yang seolah-olah benar adanya. Hal ini ditunjukkan

dalam kutipan di atas yang menjelaskan bahwa, kartunya hanya dapat meramal jika

orang lain merasa simpatik. Selain meyakinkan tentang ramalan kartu, K’tut Tantri

juga berusaha meyakinkan tentang rencana mereka yang tidak akan berhasil jika tidak

ada nama-nama yang terlibat di dalam rencana itu. Hal ini terdeskripsikan dalam

kutipan berikut:

(95) Kalau begini saja, rasanya tidak bisa, kataku. Ini takkan meyakinkan bagi pemerintah Amerika. Tak ada artinya sama sekali, kalau tidak disertakan dengan jelas siapa saja yang ikut didalamnya. Supaya rencana ini mengandung bobot yang bisa diterima, perlu ditulis nama para perwira tentara yang bisa diandalkan, begitu pula susunan pasukan-pasukan yang mereka bawahi. Hanya dengan cara begitu pihak Amerika nanti bisa menentukan apakah ini merupakan gerakan serius yang patut didukung, atau hanya akksi kecil-kecilan saja yang tidak punya harapan bisa berhasil. Mereka menginginkan fakta-fakta (hlm. 263).

Kutipan di atas mendeskripsikan K’tut Tantri yang dengan tegas berusaha

meyakinkan mereka. Ia begitu keras berusaha agar perkataanya dipercaya tanpa

menumbulkan curiga. Kutipan di atas juga mendeskripsikan mengenai K’tut Tantri

yang berusaha mendapatkan informasi lebih banyak dari mereka.

Untuk menutupi kesedihan K’tut Tantri, ia mengelilingi daerah-daerah untuk menghilangkan rasa sedih sekaligus belajar tawakal pada rakyat Indonesia. Hal ini

dilakukan K’tut Tantri untuk menghilangkan rasa sedih yang menyelimuti hatinya

(96) Sejak menerima kabar tentang meninggalnya Agung Nura, aku menyibukkan diri dengan berkelana mengelilingi daerah yang dikuasai republik. Aku sering kepingin menjadi orang Indonesia asli, supaya bisa memandang kematian denagn cara mereka yang penuh dengan ketawakalan, tanpa lama-lama berkabung (hlm. 290).

K’tut Tantri terdeskripsikan dalam kutipan di atas mencoba untuk belajar

tawakal dan untuk tidak bersedih terlalu lama. Ia menghindari kesedihan dengan cara

berkelana ke daerah yang dikuasai Republik. Selain itu, K’tut Tantri juga menyanjung rakyat Indonesia yang selalu tawakal dalam menghadapi kematian. Karena itulah, ia

ingin menjadi orang Indonesia asli. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa, citra diri

wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis selalu ingin memcoba bersikap tegar

dalam menghadapi segala sesuatu.

Perjalanan yang membuat K’tut Tantri tegang, telah berhasil. Ia berada di

Singapura dan sangat terkejut ketika mengetahui bahwa namanya diganti oleh

seorang wartawan. K’tut Tantri kaget dan sangat marah mengetahui hal itu. Hal ini terdeskripsikan dalam kutipan berikut:

(97) Aku kaget dan tersinggung. Nama konyol itu, cap yang diciptakan seorang wartawan surat kabar, jelas dengan menirukan julukan Shanghai Lin atau Tokyo Roes, dua wanita barat yang ikut mengadakan siaran propaganda semasa perang. Kepingin rasanya memborong semua surat kabar yang memuat berita mengenai diriku itu, lalu membakarnya. Tetapi kemudian aku mengambil langkah yang lebih praktis. Kucari sopir yang mengantarku, lalu kami pulang. Maksudku hendak melaporkan kejadian itu pada tuan rumahku. Tetapi seisi rumah ternyata sedang pergi, menghadiri pernikahan orang Cina kenalan mereka (hlm. 322).

Dalam kutipan di atas mendeskripsikan tentang kekagetan K’tut Tantri dan

merasakan itu sebagai penghinaan dan ingin membeli semua surat kabar itu. Namun,

pikiran jernih K’tut Tantri membuatnya berpikir untuk segera pergi dan kembali ke

rumah orang Cina itu. Ia ingin meloporkan kejadian yang menyinggungnya di sebuah

surat kabar. Kemarahan itu tertutupi oleh pikiran jernih K’tut Tantri. Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsikan sebagai wanita yang tenang

dalam menghadapi masalah, walau diselimuti kemarahan.

3.2 Rangkuman

Dalam bab III ini mendeskripsikan tentang citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek fisik dan aspek psikis. Citra diri wanita dalam aspek fisik yang

tergambar dalam tokoh K’tut Tantri adalah bersuku Man(Amerika), berambut pirang, dan berkulit putih. Ia memakai pakaian adat Bali dan merubah warna rambutnya

dengan mengecatnya menjadi warna hitam, karena rambut pirang di Bali identik

dengan setan dan penyihir. Hal ini menunjukkan citra diri wanita dalam aspek fisik

bahwa, K’tut Tantri berkeinginan untuk menjadi wanita Bali yang sesungguhnya Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis adalah seorang wanita asing yang memiliki kedewasaan dalam menjalani setiap kehidupannya. Ia memiliki

keinginan untuk mencari kedamaian dan ketenangan di Pulau Bali. Ketertarikan K’tut Tantri pada Pulau Bali diawali ketika melihat film yang mengisahkan tentang Pulau

K’tut Tantri kagum dengan pesta yang sangat mewah berada di pedalaman Pulau Bali. Ia memiliki rasa keingintahuan terhadap Pulau Bali yang sangat besar, itu

menyebabkan dirinya berada di tengah-tengat masyarakat Bali. K’tut Tantri selalu yakin dengan tindakannya dan memiliki prinsip hidup yang dipegang kuat. Selain

yakin dengan tindakannya dan prinsip hidup yang dipegang kuat, K’tut Tantri memiliki keberanian dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapinya.

Setelah lama tinggal di Pulau Bali, K’tut Tantri mulai mencintai Pulau Bali

seperti tanah airnya sendiri. Namun, ia mulai terlena dengan gaya hidup Raja Bali dan

terlena dengan lingkungan disekitarnya. K’tut Tantri telah mencintai Pulau Bali seperti tanah airnya sendiri, hal itu menyebabkan keinginan untuk menjadi wanita

Bali seutuhnya.

Dalam menghadapi setiap masalah, K’tut Tantri selalu tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalahnya. Ia mulai gelisah karena banyak kejadian yang tidak

diketahuinya dan ia tidak terlibat langsung didalamnya. Oleh karena itu, K’tut Tantri memutuskan untuk bergabung dalam gerakan kemerdekaan Indonesia. Tindakan

seperti ini menunjukkan bahwa K’tut Tantri sangat mencintai Indonesia yang dianggap sebagai tanah airnya yang kedua.

Sebagai wanita asing yang mencintai Indonesia selayaknya mencintai

negeranya sendiri, K’tut Tantri terdeskripsikan sebagai wanita yang selalu bertanggung jawab atas segala tindakannya dan jika telah berjanji, ia tidak akan

mengingkari janjinya. Ia selalu berhati-hati dan waspada dengan tindakan yang

dilakukannya. Selain itu, K’tut Tantri adalah orang yang selalu tidak ingin mengecewakan orang lain.

K’tut Tantri memiliki kebencian yang sangat besar terhadap penjajahan di

Indonesia yang dilakukan Belanda maupun Jepang. Di saat ditawan Jepang, ia

merasakan ketekutan karena akan dikubur hidup-hidup. Dokter yang merawat K’tut

Tantri mengenggap ia telah mati. Hal ini mengakibatkan K’tut Tantri tidak terkendali

dan histeris. Namun, dalam menghadapi setiap masalah ia selalu berpikir positif dan

memiliki semangat yang membangkitkan hidupnya.

Dalam situasi yang sulit, K’tut Tantri masih bisa peduli terhadap sesama. Ia

juga selalu bertindak untuk melindungi orang yang disayanginya. Hal ini dilakukan

K’tut Tantri agar tidak mengulangi kesalahan dan tidak ingin kehilangan orang yang disayanginya untuk kedua kali, yaitu kehilangan Anak Agung Nura. Ia selalu belajar

dari pengalaman yang telah dilaluinya agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

Kecintaan K’tut Tantri terhadap Pulau Bali dan Indonesia tidak dapat diragukan lagi. Tindakan yang dilakukannya hanya untuk Bali dan Indonesia.

Dari analisis citra diri wanita dalam bab III ini, tergambar adanya citra diri

wanita yang sangat kuat dari tokoh utama, yaitu K’tut Tantri. Untuk dapat

menyimpulkan secara rinci, maka akan ditarik kesimpulan yang akan dibahas dalam

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam bab IV penulis akan memaparkan kesimpulan dari hasil analisis

bab II dan bab III, serta saran bagi penelitian selanjutnya. Pertama yang akan

dipaparkan adalah hasil analisis struktur alur novel Revolusi di Nusa Damai karya

K’tut Tantri. Kemudian yang kedua akan dipaparkan hasil analisis citra diri wanita dalam novel Revolusi di Nusa Damai karya K’tut Tantri. Serta yang ketiga akan dipaparkan saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya.

Alur dalam novel Revolusi di Nusa Damai karya K’tut Tantri adalah alur lurus atau maju. Hasil analisis alur digunakan untuk menganalisis citra diri wanita

dalam novel Revolusi di Nusa Damai karya K’tut Tantri yang meliputi aspek fisik dan aspek psikis.

Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek fisik terdeskrepsi sebagai wanita keturunan suku Man(Amerika), berkulit putih, dan berambut pirang. Ia

memakai pakaian adat Bali dan mengubah warna rambutnya dengan mengecatnya

menjadi warna hitam, karena rambut merah di Bali identik dengan setan dan

penyihir. Hal ini menunjukkan citra diri wanita dalam aspek fisik bahwa, K’tut Tantri berkeinginan untuk menjadi wanita Bali yang sesungguhnya.

Dalam aspek psikis, K’tut Tantri terdeskripsikan sebagai wanita asing yang tertarik terhadap Pulau Bali. Ia juga memiliki rasa ingin tahu yang sangat

besar terhadap segala sesuatu yang bersangkutan dengan Bali. K’tut Tantri selalu

yakin dengan segala sesuatu yang dilakukannya dan memiliki prinsip hidup yang

selalu dipegang teguh dalam menjalali kehidupannya di Pulau Bali. Hal seperti ini

yang mengakibatkan K’tut Tantri dapat bertahan di Pulau Bali walau mendapatkan tekanan dan mendapat masalah dari pihak penjajah Belanda dan

Jepang.

K’tut Tantri mulai mencintai pulau Bali dan terlena dengan gaya hidup raja Bali, serta keinginannya untuk menjadi wanita Bali seutuhnya sangat kuat.

K’tut Tantri memiliki keberanian dalam menghadapi setiap masalah. Ia juga

memiliki sikap tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalahnya. Karena

kecintaan K’tut Tantri terhadap Bali dan Indonesia, ia memutuskan untuk bergabung dengan perjuangan Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari

penjajahan Belanda dan Jepang.

K’tut Tantri merupakan wanita asing yang sangat bertanggung jawab, hati- hati, dan selalu waspada, serta tegar. Selain itu, ia juga selalu tidak ingin

mengecewakan orang lain, peduli dengan sesama, melindungi orang yang

disayanginya, selalu berpikir positif, tidak mudah tergoda, dan memiliki

semangat. Selain itu, K’tut Tantri sangat benci terhadap penjajahan yang dilakukan Belanda dan Jepang terhadap Indonesia. Ia memiliki kegelisahan dan

ketakutan dalam menghadapi setiap masalah, kegelisahan dan ketekutan akan

4.2 Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang dapat dipelajari dan

dianalisis dari novel Revolusi di Nusa Damai karya K’tut Tantri. Tokoh utama dalam novel Revolusi di Nusa Damai karya K’tut Tantri, yaitu K’tut Tantri. Novel ini masih dapat dianalisis menggunakan citra diri wanita dalam aspek sosial atau

menganalisis aspek historis dari novel Revolusi di Nusa Damai dengan

DAFTAR PUSTAKA

Anton, dkk. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ariani, Ratna. 2008. K’tut Tantri: Perempuan Indonesia Yang Bukan Indonesia. Stable URL: http://tulisanperempuan.wordpress.com/2008/08/17/ktut- tantri-perempuan-pejuang-indonesia-yang-bukan-indonesia/#more-213. Diunduh: 01/11/2012, 23:05.

Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai

Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Penerbit Gama Media.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugihastuti. 2000. Wanita di Mata Wanita: Perspektif Sajak-Sajak Toeti Heraty. Bandung: Penerbit Nuansa.

Sumarjo, Yakob. 1979. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: C.V. Nur Cahaya.

Tantri, K’tut. 2006. Revolusi di Nusa Damai. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

BIODATA PENULIS

Pipit Priya Atmaja lahir tanggal 13 Desember 1987 di

Gunungkidul. Mengawali pendidikan dasar di Sekolah

Dasar Negeri Legundi 1 Gunungkidul pada tahun 1993-

2000 dan dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama

Kanisius Wonosari pada tahun 2000-2003. Penulis

melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas Negeri 2

Playen pada tahun 2003-2006. Pendidikan terakhir yang ditempuh penulis pada

tahun 2006 hingga sekarang di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

xiii ABSTRAK

Atmaja, Pipit Priya. 2012. Citra Diri Wanita Tokoh Utama dalam Novel Revolusi di Nusa Damai karya K’tut Tantri. (Kajian Sosiologi Sastra). Skripsi S-1. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji citra diri wanita dalam novel Revolusi di Nusa

Damai karya K’tut Tantri. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan unsur alur yang terdapat dalam novel Revolusi di Nusa Damai

karya K’tut Tantri dan menganalisis citra diri wanita yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini menggunakan kajian sosiologi sastra yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dan metode analisis isi. Tahap awal penelitian ini adalah melakukan analisis unsur alur dan hasilnya digunakan untuk menganalisis citra diri wanita dalam novel Revolusi di Nusa Damai.

Hasil dalam penelitian ini adalah analisis alur dalam bab II dan citra diri wanita dalam bab III. Alur dalam novel Revolusi di Nusa Damai adalah alur lurus atau maju. Peristiwa-peristiwa penting yang menyusun pergerakan alur dalam novel ini berjalan secara kronologis.

Dalam bab III, dianalisis citra diri wanita dalam aspek fisik dan aspek

psikis. Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek fisik terdeskripsi sebagai

wanita bersuku Man (Amerika), berambut pirang, dan berkulit putih, mengecat rambur menjadi hitam karena tuntutan rakyat Bali. Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsi sebagai wanita yang merindukan kedamaian, percaya diri karena memiliki prinsip dan semangat yang besar, memiliki sikap sopan-santun, berfikir positif, mengalami kegelisahan dan ketakutan, cinta terhadap Bali dan Indonesia, peduli sesama, memegang janji, waspada, haru dan tabah, dan pandai mensiasati situasi.

xiv ABSTRACT

Atmaja, Pipit Priya. 2012. Women’s Portrait in the Novel Entitled Revolusi di Nusa Damai by K’tut Tantri. (The Research of Literature Sociology). Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Indonesian Literature Department, Faculty of Literature, Sanata Dharma University.

The study carried out women’s portrait in the novel entitled Revolusi di Nusa

Damai by K’tut Tantri. It aimed to analyze and to describe the plot in Revolusi di Nusa Damai by K’tut Tantri and to analyze women’s portrait in the novel.

The research employed the research of literature sociology focusing on literature text. Data analysis method used in the study was descriptive and analysis method. The first step in the research was analyzing the plot and the result was used

to analyze women’s portrait in Revolusi di Nusa Damai by K’tut Tantri.

The result of the research was the plot analysis in chapter II and women’s portrait in chapter III. The plot in the novel was progressive plot. The crucial events

which arranged the movement of novel’s plot ran chronologically.

In chapter III, women’s portrait was analyzed in physics and psychic aspects.

K’tut Tantri as a main character in physics aspect was figured out as a blond and fair- skinned Man lady. Her portrait in psychic was figured out as a lady who yearned a peace, had self-confidence as she had the rules and enormous spirit, behaved well, taught positively, experienced discomfort and fear, loved Bali and Indonesia, cared about others, kept promises, was wary, touched and patient, and planned investigation well.

Dokumen terkait