• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. INTERPRETASI DATA

4.7 Pandangan Informan tentang Pemeliharaan Jalan

Masyarakat desa Pertambatan memandang bahwa wewenang pemeliharan jalan tersebut berada ditangan pemerintah. Mereka beranggapan bahwa pemerintahlah yang memiliki kewajiban dalam upaya pemeliharaan jalan tersebut.

Karena menurut pandangan mereka dana untuk pemeliharaan jalan tersebut ada di APBD kabupaten.

Gambaran diatas sesuai dengan yang diutarakan oleh informan U (Lk, 40 tahun) yang mengatakan:

”kalau perbaikan jalan ini kan tanggung jawab pemerintah..jadi bukan tanggung jawab kami..kan sudah ada di anggaran APBD itu.”

Hal yang sama juga diperkuat informan A (Pr, 70 tahun) yang mengatakan:

”perbaikan jalan itu tanggung jawab pemerintah...dananya kan dari mereka..bukan dari masyarakat”

Pemerintah desa juga mengakui bahwa wewenang pemeliharaan jalan tersebut berada di tangan pemerintah namun keikutsertaan perusahaan perkebunan yang menggunakan jalan tersebut belum maksimal dilakukan. Hal ini seperti yang dikatakan informan M.N (Lk, 40 tahun) sebagi berikut:

”kami sadar memang jalan tersebut wewenang pemerintah tetapi dana untuk perbaikan itu belum dapat maksimal adanya sementara perkebunan pun partisipasinya belum maksimal semua”.

Jalan menjadi salah satu prasarana yang penting bagi keseharian masyarakat. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia No.38 Tahun 2004 Tentang Jalan dimana jalan sebagai sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting tertutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan

dalam kehidupan masyarakat. Pemeliharaan terhadap jalan menjadi tanggung jawab semua pihak, bukan saja bertumpu pada pemerintah tetapi masyarakat yang memanfaatkannya bahkan pihak pengusaha. Dimana upaya pemeliharaan jalan itu sendiri adalah segala upaya yang ditujukan kepada upaya agar jalan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutinitas yang harus diperhatikan secara berkala dan terus-menerus untuk menjaga agar keberadaan jalan tetap dapat dimanfatkan semaksimal mungkin.

4.8 Analisis Penggunaan Peluang Modal Sosial dalam Pemeliharaan Jalan

Menurut Coleman (dalam Soetomo, 2006:88) modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama dalam berbagai kelompok dan organisasi. Selain pengetahuan dan keterampilan, porsi lain dari human capital adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi datu sama lain. Kemampuan berasosiasi ini menjadi modal penting bukan hanya pada kehidupan ekonomi, tetapi juga bagi aspek sosial lainnya. Kemampuan ini sangat tergantung dari kondisi dimana komunitas mau berbagi untuk mencari titik temu norma-norma dan nilai-nilai bersama. Jika titik temu etis normatis ini diperoleh, maka pada gilirannyakepentingan individu akan tunduk pada kepentingan komunitas.

Dewasa ini orang tidak lagi melihat modal hanya dari segi financial dan modal fisik saja, melainkan juga human capital. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, berdasarkan pendapat Coleman, human capital tidak terbatas berasal dari pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga berasal dari kemampuan

untuk bekerjasama guna mencapai tujuan bersama yang kemudian disebut modal sosial.

Sama halnya apabila akan dimanfaatkan untuk kepentingan transaksi ekonomis pada umunya dan keutungan ekonomi pada khususnya, jika modal sosial akan dimanfaatkan untuk usaha dan tindakan bagi kesejahteraan bersama perlu digali, diidentifikasi dan kemudian dimanfaatkan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan untuk kepentingan warga masyarakat. Dalam hal ini peranan dan kontribusinya juga sejalan dengan bidang ekonomi yaitu meringankan beban pemerintah dalam usaha mewujudkan kesejateraan sosial warganya (Soetomo, 2006:89).

4.8.1 Partisipasi dalam Pemeliharaan Jalan

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis partisipasi didefenisikan sebagai berikut: “Partisipation is defined as a mental and emotional involved at a person in a group situasion which encourager then contribut to group goal and share responsibility in them”. (Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya) dikutip dari WIB.

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap

memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM PPK, 2007). Hoofsteede (1971) menyatakan bahwa patisipasi adalah the taking part in one ore more phases of the process sedangkan Keith Davis (1967) menyatakan bahwa patisipasi “as mental and emotional involment of persons of person in a group situation which encourages him to contribute to group goals and share responsibility in them”.

Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa, partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri dikutip dari (ttp://earning-of.slmetwi dodo.com/2008/02/01/partisipasi-pemberdayaan-danpembangunan/), diakses tanggal 16 desember 2010 pukul 09.58 WIB.

Terkait dengan masalah kerusakan jalan di desa Pertambatan adapun bentuk partisipasi yang pernah dilakukan masyarakat adalah menutup lubang- lubang yang ada di tengah kerusakan jalan dengan batu ataupun tongkol kelapa sawit. Gambaran ini seperti yang dikatakan informan S.H (Lk,50 tahun), yaitu:

“pernah dulu ada kegiatan para pemuda sini menutup lubang-lubang jalan yang rusak parah itu dengan batu-batu padas atau tungkul-tungkul sawit tapi ga lama itu..ujung- ujungnya malas mereka..karna mereka aja yang kerja..susah memang..”

Hal serupa juga dikatakan informan S (Lk, 50 tahun), yaitu:

“memang dulu pernah ada pemuda-pemuda kita menutup lubang-lubang di ujung jalan itu dengan batu padas yang diambil dari sungai yang sekarang jadi tambang pasir itu..tapi ga lama jugalah..bis tu berhenti sampai sekarang ga ada lagi.”

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh tak acuh” terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pembangunan dikutip dar

Peneliti menemukan partisipasi masyarakat dalam pengawasan terhadap muatan jalan tersebut juga tidak ada. Hal ini dapat dilihat langsung oleh peneliti dilapangan bagaimana truk-truk besar jelas sekali melebihi muatan maksimal jalan dibiarkan saja melintas seoleh seperti rutinitas yang biasa. Setelah membayar iuran rutin untuk perpass truk-truk tersebut lolos dari tanggung jawab. Pungutuan iuran perpass itu sendiripun berada di daerah perbatasan antara desa Kerapuh

dengan desa Pertambatan padahal kondisi alan yang rusak ada di desa Pertambatan (Observasi, 16 Juni 2010).

Peneliti menemukan bahwa bentuk partisipasi masyarakat di desa Pertambatan tersebut untuk pemeliharaan prasarana jalan tidak ada, hanya dalam bentuk penutupan lubang-lubang ditengah jalan namun hal tersebut pun tidak berlangsung lama. Dalam proses pemeliharaan jalan pun masyarakat tidak diturut sertakan untuk terlibat dalam proses perbaikan tersebut. Perbaikan sepenuhnya diserahkan kepada pekerja jalan.

Sementara itu bentuk partisipasi dari perusahaan perkebunan yang ada di desa tersebut terwujud dari bentuk bantuan dana maupun bantuan pengadaan alat- alat berat untuk proses perbaikan jalan. Perusahaan memberi bantuan karena menyadari bahwa mereka juga memanfaatkan jalan tersebut untuk usaha mereka.

Gambaran diatas seperti yang dikatakan informan A.S (Lk, 51 tahun), yaitu:

“wah..kalau hitung-hitungan duit..sudah ga bisa dihitung berapa kami habis untuk membantu perbaikan jalan itu..belum lagi bantuan alat berat..untuk perbaikan meratakan batu-batu itu kan..kami mau bantu karena kami juga merasa memang jalan itu penting sekali untuk kami..untuk pengakutan panen kami bawa lewat jalan itu..tentang bantuan ada semua datanya itu nanti saya kasih tunjuk ke adek..”

Hal tersebut juga dibenarkan oleh pemerintah desa Pertambatan informan M.N (Lk, 40 tahun), yaitu:

”selama ini PT. PN III setiap pemeliharaan jalan selalu turun buat bantuan alat-alat berat....tapi kalau PT. Socfin Indonesia itu ga pernah ada...pelit mereka itu...kami kalau sebutnya belanda hitam.”

Proses pemeliharaan jalan rusak di desa Pertambatan belum mengalami perbaikan yang maksimal. Keterbatasan dana yang ada menjadi salah satu penyebab sulitnya proses yang maksimal terhadap pemeliharaan jalan tersebut ditambah pula bantuan dari pihak perusahaan yang melakukan usahanya di desa tersebut belum maksimal padahal perusahaan perkebunan tersebut dinilai oleh pemerintah memanfaatkan jalan di desa Pertambatan tersebut. Oleh karena itu selama ini upaya pemeliharaan yang bersifat sementara dilakukan dari sumbangan dari beberapa pengusaha yang melakukan usahanya di desa tersebut.

Gambaran diatas seperti yang diutarakan oleh informan S.A (Lk, 38 tahun), yang mengatakan:

“kami sudah berulang kali membawa masalah ini dalam musrembang kecamatan dan kami usulkan di musrembang kabupaten tapi belum bisa ada upaya maksimal karena ini terkait dana..APBD tidak memadai..dan kalau partisipasi masyarakat bantuan seperti uang atau sejenisnya belum ada pernah saya dengar tetapi kalau dari pt. pn 3 selama ini memang ada kepedulian”.

Hal yang sama diperkuat oleh informan M.N (Lk, 40 tahun), yang mengatakan: “masalah utama itu terkait dana ya bu…karena kan jalan ini cukup panjang itu dari ujung ke ujung sana, kurang lebih enam kilometer..selama ini saya sudah sering menggerakkan para perusahaan itu untuk meminta bantuan sama mereka untuk perbaikan jalan ini..paling kalau yang rajin kasih tu PN.III silou dunia..kalau pt.socfin pelit itu bu”.

Dalam upaya pemeliharaan maksimal yaitu pekerjaan perkuatan struktur perkerasan jalan sepenuhnya dipegang tanggung jawabnya oleh pemerintah kabupaten Serdang Bedagai. Pemeliharaan jalan yang dilakukan secara bertahap

kabupaten dan diserahkan proses proses perbaikan sepenuhnya kepada pekerja jalan tanpa ikut campur dari masyarakat.

Gambaran diatas seperti yang dikatakan pemerintah desa Pertambatan informan M. N (Lk, 50 tahun), yaitu:

“perbaikan bulan mei baru sekitar 300 meter yang diperbaiki..dan itupun dananya semua dari pemkab..kami tidak memberatkan masyarakat dan perbaikan pun semua dilakukan pemborng..tidak ada campur tangan masyarakat.” Hal serupa juga dikatakan informan S (Lk, 50 tahun), yaitu:

“kalau masyarakat ga pernah ikut campur..proses perbaikan itu semua ditangani sama pemborong..lagian kalau masyarakat kita kan mana ada yang punya keahlian untuk bagusin jalan begitu..dan kalau kumpul dana juga tidak pernah ada.”

Hal tersebut juga diakui oleh informan dari masyarakat U (Lk, 40 tahun), yaitu: “kami tidak pernah ikut campur urusan perbaikan jalan..pemborng semua yang kerjakan..uang juga kita tidak pernah di kutip...”

Sementara itu bentuk partisipasi pemerintahan desa Pertambatan terwujud dalam upaya pengajuan proposal perbaikan jalan dalambentuk dana maupun bantun peralatan baik dari perusahaan perkebunan maupun pemerintah tingkat desa maupun tingkat kabupaten. Hal ini seperi yang dikatan informan M. N (Lk, 40 tahun) sebagai berikut:

“usaha yang saya lakukan untu pebaikan jalan kami ini sudah cukup banyak ya bu…dalam setiap rapat saya selalu menyampaikan tentang masalah ini ke kecamatan atau kabupaten sedangkan kalau di perusahaan saya kasih proposal untuk perbaikan jalan, dalam setiap kesempatan yang ada saya selalu berusaha menyampaikan hal ini, dalam musrembang desa atau kecamatan sampai kabupaten saya selalu berusaha menyampaikan masalah ini”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan partisipasi yang ada dalam upaya pemeliharaan prasarana jalan di desa Pertambatan ini hanya berada di pemerintah dan perusahaan. Namun peluang partisipasi di masyarakat tidak digunakan.

4.8.2 Hubungan Timbal Balik Antar Stakeholder dalam Pemeliharaan Jalan

Dalam kaitannya dari sikap resiprosikal dan pertukaran, Prety dan Ward, dalam (Badaruddin, 2005:32) mengemukakan bahwa adanya hubungan-hubungan yang dilandasi prinsip resiprositas dan pertukaran akan menumbuhkan kepercayaan resiprositas dan pertukaran akan menumbuhkan kepercayaan, karena setiap pertukaran akan dibayar kembali. Kepercayaan akan menimbulkan kewajiban sosial, dengan mempercayai seseorang akan menimbulkan kepercayaan kembali dari orang tersebut. Hal ini merupakan pelicin dari suatu hubungan kerjasama yang telah dibangun agar tetap konsisten dan berkesinambungan. Namun hal ini tidak ditemukan peneliti dilapangan.

Peneliti menemukan tidak adanya bentuk hubungan timbal balik antar PT. Socfin Indonesia Bangun Bandar yang melakukan usahanya di desa Pertambatan terhadap usaha pemeliharaan jalan rusak di desa Pertambatan tersebut. Perusahaan tersebut merasa bahwa jalan tersebut bukan jalan mereka sehingga mereka tidak memiliki tanggung jawab terhadap jalan tersebut.

Gambaran diatas sesuai dengan yang diutarakan oleh informan H.M.S (Lk, 56 tahun), yang mengatakan:

“kami tidak ada program-program csr atau apapun..kami belum punya itu..kemungkinan masih akan dijalankan lagi

pusatnya..jangan-jangan ada gayus-gayus junior..lagipula kami punya jalan sendiri.”

Dalam pengamatan peneliti ketika melakukan wawancara dengan informan dari perusahaan tersebut terlihat sambutan yang kurang mengenakkan. Informan terkesan cuek namun tetap menjawab pertanyaan peneliti. Informan duduk di kursinya menjawab pertanyaan peneliti sambil mengerjakan pemeriksaan berkas yang akan dikirim ke medan (Observasi, 2 Juli 2010).

Namun adanya hubungan timbal balik antara pengusaha dan masyarakat ditunjukkan oleh perusahaan perkebunan PT. PN III dalam upaya pemeliharaan jalan di desa Pertambatan. Perusahaan ini telah banyak memberi bantuan berupa dana maupun bantuan alat berat untuk keperluan perbaikan jalan sebagai wujud adanya rasa saling membutuhkan dan adanya pertukaran yang dinilai perusahaan sebandinga dengan apa yang telah mereka dapat dari pemanfaatan prasarana jalan di desa Pertambatan. Hal ini seperti yang dikatakan informan A. S (Lk, 51 tahun) sebagai berikut:

”kami mau bantu karena kami rasa itu pantas kami beri sebagai wujud imbalan yang pantas karena jaln itu jeas...bagaimanapun sangat penting buat perusahaan kami”..

Adanya bantuan dalam pemeliharaan jalan yang dilakukan oleh PT. PN III Kebun Silau Dunia juga diaku oleh pemerintah desa Pertambatan. Hal ini seperti yang diakui oleh informan M.N (Lk, 40 tahun) yang mengatakan:

“ kasdun (kasdun: pt. pn 3 kebun silau dunia) kalau perusahaan ini kami akui banyak membantu kami, setiap ada perbaikan, mau itu hanya kegiatan menutup lubang-lubang kecil ataupun perbaikan yang besar kami buat saja proposal mereka pasti Bantu, mau itu uang atau alat-alat berat seperti

Hal yang sama juga tergambar dari pernyataan pemerintah kecamatan yaitu informan S. A (Lk, 38 tahun) yang mengatakan:

‘kalau pt. pn 3 silau dunia banyak memberi bantuan untuk jalan di Pertambatan itu, setiap ada perbaikan mereka selalu ikut serta, memang hal itu jelas perlu bagi perusahaan mereka karena mereka kan memakai jalan itu jadi saya rasa juga wajar saja mereka memberi bantuan itu kepada desa Pertambatan, sawit-sawit mereka itu berapa ton yang lewat dari situ setiap hari jadi memang harus seperti itulah sharusnya yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan usaha mereka’.

Dengan demikian dapat disimpulkan adanya sikap resiprosikal (hubungan timbal balik) antara perusahaan perkebunan PT. PN III Kebun Silau Dunia terhadap desa Pertambatan sebagai lingkungan usahanya. Hal tersebut sebagai wujud tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat.

4.8.3 Bentuk Kerjasama dalam Pemeliharaan Jalan

Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan bersama. Jika satu unsur tersebut tidak termuat dalam satu obyek yang dikaji, dapat dianggap bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama.Unsur dua pihak, selalu menggambarkan suatu himpunan yang satu sama lain saling mempengaruhi sehingga interaksi untuk mewujudkan tujuan bersama penting dilakukan. Apabila hubungan atau interaksi itu tidak ditujukan pada terpenuhinya kepentingan masing-masing pihak, maka hubungan yang dimaksud bukanlah suatu kerjasama.

interaksi yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses interaksi, juga bukan suatu kerjasama. Kerjasama senantiasa menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi yang seimbang, serasi dan selaras dikutip dari

Peneliti menemukan tidak adanya kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah terhadap upaya pemeliharaan jalan rusak di desa Pertambatan tersebut. Gambaran tersebut sesuai dengan yang diutarakan oleh informan M.N (Lk,40 tahun),yaitu:

“kalau saja ada keinginan untuk bersama-sama menangani masalah ini mungkin akan lebuh ringan..saya sebenarnya selalu berusaha menggalakkan kerjasama semua pihak..tapi ya seperti yang ibu lihatlah..masyarakat sini memang sulit diajak kerjasama..mungkin mereka sudah jenuh…karena memang gini-gini aja keadaannya..saya rasa kalau semua pihak turut peduli saya rasa seperti yang saya bilang tadi…bisa lebih cepat kerjanya..tapi apa yang ada...kami tidak pernah ada kerjasama dengan masyarakat..kalau dana semua dari kabupaten..yang kerja juga pemboronglah.”

Peneliti juga menemukan tidak adanya kerjasama antara perangkat pemerintahan desa Pertambatan kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai dengan daerah kecamatan Silou Kahean kabupaten Simalungun dalam upaya pemeliharaan jalan yang rusak di desa Pertambatan tersebut. Kecamatan Silou Kahean menilai bahwa prasarana jalan umu di desa Pertambatan itu bukan nerupakan tanggung jawab mereka.

Gambaran diatas seperti yang dikatakan informan M.N (Lk,40 tahun), yaitu:

ini...perkebunan di sana itu hampir semuanya kelapa sawit...diangkut semua lewat jalan kami...tapi tidak pernah ada upaya apa-apa dari mereka.”

Sementara itu informan dari kecamatan silou kahean J.S (Lk, 55 tahun) menyatakan:

“jalan desa pertambatan itu wewenang dari pemerintah kabupaten serdang bedagai jadi kami sialungun tidak memiliki tanggung jawab ke sana, jalan kami ya silou kahean ini, adek lihat sendirilah....kan bagus....kalau saya rasa serdang bedagai itu kurang sigap dalam menangani prasarana jalan mereka itu...memang kalau sudah bicara masalah perbaikan jalan itu bukan sedikit biayanya...makanya kami pun tidak bisa berbuat apa- apa...kalau masalah upaya yang kami silou kahean lakukan wewenang kami itu sekedar hanya mengingatkan, kami sudah pernah utus perwakilan daerah kami ke serdang bedagai itu menyampaikan tentang kerusakan jalan itu...karena kami juga terganggu dengan keruskan itu tapi memang hanya sebatas itulah wewenang kami..”

Padahal dalam Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan pasal 45 ayat 10 menyebutkan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan negara mempunyai kewenangan menyelenggarakan jalan. Penyelenggaraan jalan, sebagai salah satu bagian penyelenggaraan transportasi, melibatkan unsur masyarakat dan pemerintah. Agar diperoleh suatu hasil penanganan jalan yang memberikan pelaynan yang optimal, diperlukan penyelenggaraan jalan secara terpadu dan bersinergi antar sektor, antar daerah, dan juga antarpemerintah serta masyarakat termasuk dunia usaha.

4.8.4 Transparansi Dana dalam Pemeliharaan Jalan

menyeluruh dan memberi tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik. Transparansi menyangkut berbagai aspek kehidupan di bidang politik, ekonomi dan bisnis, sosial, dan kebudayaan. Tumbuh dan berkembangnya transparansi hanya dimungkinkan dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral di segala bidang. Hanya dalam masyarakat yang transparan yang menjunjung tinggi etika dan moral keadilan dapat ditegakkan dikutip dari (http://eone_ 87. wordpress. com /201004/02/ langkah-dan-strategi-penanganan- bencana-gempa-di-yogyakarta- an-jawa-tengah/),diakses tanggal 16 desember 2010 pukul 12. 56 WIB.

Peneliti menemukan tidak adanya transparansi antara masyarakat dan pemerintah dalam memberikan informasi tentang bantuan untuk pemeliharaan prasarana jalan yang diberikan oleh perkebunan PT. PN III Kebun Silau Dunia. Adanya pemberian bantuan dari perusahaan yang ada di desa tersebut ternyata tidak diketahui oleh masyarakat desa mengakibatkan pandangan yang negatif terhadap perusahaan. Hal ini tentunya memberi akibat tidak baik terhadapa hubungan antar masyarakat dengan pemerintah maupun perusahaan perkebunan yang dapat menghambat proses pembangunan desa dalam hal ini adalah pemeliharaan jalan di desa tersebut.

Gambaran diatas sesuai dengan yang diutarakan oleh informan U (Lk, 40 tahun), yang mengatakan:

“saya tidak tau kalau selama ini PT. PN III pernah ada kasih bantuan untuk jalan ini..kades lah itu sama perangkat desa yang tanggung jawab.”

Menurut pengamatan peneliti, informan terlihat terkejut mendengar bahwa ternyata salah satu perusahaan yang melakukan usaha di desanya telah memberi bantuan terhadap masyarakat desa tersebut. Informan juga kelihatan bingung mengetahui hal tersebut (Observasi, 11 Juni 2010). Hal yang sama juga diperkuat oleh informan S (Lk, 50 tahun), yang mengatakan:

“saya tidak tau pasti apa ada bantuan atau tidak...yang tau pasti ya perangkat desa..saya tidak tau kalau memang ada untuk jalan ini.”

Ketiadaan tranparansi telah menimbulkan dampak negatif yang sangat luas dan merugikan masyarakat. Ketidaktransparanan menimbulkan kecurigaan- kecurigaan terhadap kinerja pemerintah. Hal ini seperti yang diutarakan oleh infroman U (Lk, 40 tahun), yang mengatakan:

“ya kalau masalah dana ya saya ga taulah..itu urusan

Dokumen terkait