• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

5. Pangkat Golongan Guru

a. Pengertian Pangkat Golongan Guru

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (1989: 706), pangkat adalah tingkatan dalam kepegawaian ( ketentaraan dan sebagainya), kedudukan atau derajat kebangsawan dalam masyarakat. Golongan adalah kelompok (KBBI, 1989: 326), sedangkan guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Pangkat golongan guru yang dimaksud adalah orang yang kerjanya mengajar berada pada kelompok tingkat kepegawain tertentu. Pengertian pangkat dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002, adalah kedudukan yang menunjukkan tingkatan seseorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.

Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/ 2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksud jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh PNS.

Tabel 2.3

Golongan, Jenjang Pangkat dan Jenjang Jabatan

No Golongan Jenjang Pangkat Jenjang Jabatan

1. III/a Penata Muda Guru Madya

2. III/b Penata Muda Tk.I Guru Madya Tk.I

3. III/c Penata Guru Dewasa

4. III/d Penata Tk.I Guru Dewasa Tk.I

5. IV/a Pembina Guru Pembina

6. IV/b Pembina Tk.I Guru Pembina Tk.I

7. IV/c Pembina Utama

Muda Guru Utama Muda

8. IV/d Pembina Utama

Madya Guru Utama Madya

9. IV/e Pembina Utama Guru Utama

b. Syarat Kenaikan Pangkat Golongan Guru PNS

Menurut undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu. Selain itu, syarat objektif untuk kenaikan pangkat golongan yaitu, tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, dan golongan. Persyaratan guru untuk memperoleh penyesuaian jabatan fungsional guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 38 Tahun 2010, terdiri atas: (1) Memiliki pangkat dan golongan terakhir paling rendah penata muda, golongan III/a, dan jabatan guru

madya, (2) Memiliki penetapan angka kredit terakhir, (3) Masih aktif melaksanakan tugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, atau guru pembimbing.

Pada persyaratan kedua di atas disebutkan seorang guru harus memiliki penetapan angka kredit terakhir, angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang guru dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya. Dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/ 2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 menyatakan bahwa seorang guru wajib menyiapkan bahan penilaian kredit dan disampaikan kepada atasan langsung, dan dalam Pasal 3 menyatakan unsur kegiatan yang dinilai dalam memberikan angka kredit terdiri atas:

a) Unsur utama, yang terdiri atas: (1) Pendidikan;

(2) Pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah;

(3) Pengembangan keprofesian berkelanjutan.

b) Unsur penunjang adalah kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas guru, terdiri atas:

(1) Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya;

(3) Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru, antara lain: (a) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ekstrakurikuler dan sejenisnya; (b) Menjadi anggota organisasi profesi/kepramukaan; (c) Menjadi tim penilai angkakredit; dan/atau (d) Menjadi tutor/pelatih/instruktur.

Kenaikan jabatan dan pangkat golongan seorang guru perlu didasari dengan profesionalisme sesuai dengan kompetensi prestasi kerjanya yang memenuhi angka kredit.

Berdasarkan uraian di atas, pangkat golongan guru dapat memengaruhi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses, semakin tinggi pangkat golongan guru semakin tinggi kemampuan untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. Sebaliknya semakin rendah pangkat golongan guru semakin rendah kemampuan guruuntuk mengimplementasikanPermendikbud Nomor 22

Tahun 2016.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh kepemimpinan, kedisiplinan, beban kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru, telah diteliti oleh Arifin. Dalam penelitiannya, Arifin menggunakan penelitian studi kasus dengan populasi guru- guru Yayasan Kyai Ageng Giri Mranggen Demak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh arifin

menunjukkan bahwa kepemimpinan, kedisiplinan, beban kerja, dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru.

Selanjutnya, Arifin menjelaskan bahwa indikator kelelahan menyelesaikan tugas dalam variabel beban kerja memperoleh nilai terendah 3,66 dibandingkan dengan indikator lainnya yang ada pada variabel lain. Arifin juga menjelaskan bahwa, untuk meringankan kelelahan dalam menyelesaikan tugas, guru harus mengerjakan pekerjaan secara tepat waktu.

Perbedaan penelitian Arifin dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini terletak di Demak, sedangkan penelitian yang akan dilakukan terletak di Kota Yogyakarta. Selain itu, bidang kajian yang diteliti oleh arifin adalah kinerja guru, sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah kesibukan guru dan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses.

http://eprints.dinus.ac.id/8480/1/jurnal_11574.pdf

2. Pengaruh pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPS SMA N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2011/2012, telah diteliti oleh Sultoni. Dalam penelitiannya, Sultoni menggunakan penelitian ex post facto dengan populasi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Wiradesa . Hasil penelitian yang dilakukan oleh sultoni menunjukkan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPS SMA N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan

tahun pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto. Pada siswa kelas XI IPS SMA N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah memengaruhi motivasi belajar, sehingga diharapkan informasi yang diperoleh mengenai pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah memengaruhi motivasi dijadikan sebagai masukan bagi pengambil keputusan.

Perbedaan penelitian Sultoni dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini terletak di Pekalongan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan terletak di Kota Yogyakarta. Selain itu, bidang kajian yang diteliti oleh Sultoni adalah pemanfaatan internet terhadap sumber belajar sedangkan, penelitian yang akan dilakukan adalah frekuensi mengakses internet dan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Persamaan penelitian sultoni dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian yang digunakan yaituex post facto.

Menurut persepsi siswa, pemanfaatan internet memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar. Siswa di SMA N 1 Wiradesa menggunakan internet untuk mencari informasi sumber belajar sejarah. Dengan menggunakan internet tersebut, guru akan mengatahui banyak hal mengenai sejarah. Dengan demikian, semakin tinggi pemanfaatan internet sebagai sumber belajar sejarah, semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Begitu juga dengan frekuensi mengakses

internet pada guru, jika guru sering mengakses internet mencari informasi mengenai implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses maka akan banyak pengetahuan yang guru tersebut dapatkan.

http://lib.unnes.ac.id/19021/1/3101408030.pdf

3. Pengaruh massa kerja, pangkat golongan terhadap motivasi kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor SAR Pontianak, telah diteliti oleh Yasmin dan Suherman. Dalam penelitiannya, yasmin dan suherman menggunakan penelitian deskriptif dengan populasi PNS kantor SAR . Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasmin dan Suherman menunjukkan massa kerja, pangkat golongan berpengaruh terhadap motivasi kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor SAR Pontianak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pangkat golongan dengan motivasi PNS. Perbedaan penelitian yasmin dan suherman dengan penelitian yang akan dilaukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini teretak di Pontianak, sedangkan penelitian yang akan dilakukan terletak di Kota Ygyakarta. Selain itu, bidang kajian yang diteliti oleh Yasmin dan Suherman adlah motivasi kerja, sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah kesibukan guru dan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses.

http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php?journal=jm_motivasi&page=article &op=view&path%5B%5D=59&path%5B%5D=pdf_13

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan teoritik dan kajian penelitian di atas, objek yang telah diteliti dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengaruh Kesibukan Guru di Dalam Kegiatan Sekolah Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses

Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, sertamelaksanakan tugas tambahan. Pasal 35 ayat (2) Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa beban kerja guru sekurang- kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

Kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah seperti membimbing ekstrakurikuler, melaksanakan tugas tambahan, melatih siswa, dll membutuhkan persiapan. Dengan persiapan tersebut secara tidak langsung guru sudah mempelajari implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Guru yang diberi tanggung jawab dengan banyak kegiatan di sekolah berarti guru tersebut sudah memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami perubahan kurikulum. Diduga, Semakin sedikit kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah maka guru semakin kurang mampu

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Sebaliknya semakin banyak kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah maka guru semakin mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses.

2. Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses

Frekuensi mengakses internet itu sendiri yaitu seringnya guru dalam mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan Jaringan internet. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi mengenai implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses adalah guru harus sering menggunakan waktu luangnya untuk mengakses internet. Waktu luang yang dimiliki dimanfaatkan dengan mencari informasi mengenai implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses bukan untuk membuka hal-hal yang di luar implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses

Dengan demikian peneliti menduga, Semakin sering guru mengakses internet untuk mencari informasi mengenai implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses maka guru semakin mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Sebaliknya, semakin tidak sering guru mengakses internet untuk mencari informasi mengenai implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun

2016 Tentang Standar Proses maka guru semakin kurang mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses.

3. Pengaruh Pangkat Golongan terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses

Pangkat golongan guru yang dimaksud adalah orang yang kerjanya mengajar berada pada kelompok tingkat kepegawain tertentu. Pengertian pangkat dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002, adalah kedudukan yang menunjukkan tingkatan seseorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.

Syarat untuk naik pangkat golongan salah satunya guru harus memiliki pengetahuan yang banyak mengenai pendidikan. Seharusnya, guru yang memiliki pangkat golongan tinggi akan lebih memahami cara mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Tetapi kebanyakan guru yang memiliki pangkat golongan tinggi sudah lanjut usia sehingga mereka sudah tidak antusias lagi untuk mempelajari implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Saat ini, guru lebih banyak dibebankan masalah administrasi guru. Namun demikian, guru yang memiliki pangkat golongan rendah juga dapat mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar

Proses. Alasannya, guru yang memiliki pangkat golongan rendah masih antusias untuk mempelajari dan mencoba mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses

Dengan demikian, guru yang memiliki pangkat golongan tinggi belum tentu bisa mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Sebaliknya guru dengan pangkat golongan rendah belum tentu tidak bisa mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses.

Dokumen terkait