• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Panjang tunas

Tabel 2. Panjang Tunas (cm) Pisang Rajabulu saat Umur 8 MST (Minggu Setelah Tanam) Perlakuan 8 MST P1 (MS+vitamin)/kontrol 12.09 a P2 (MS+ekstrak pisang 50g/l) 11.55 a P3 (MS+ekstrak pisang 100g/l) 7.56 b P4 (MS+ekstrak pisang 150g/l) 7.64 b

Ket: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata uji BNJ pada taraf 1%

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh ekstrak pisang terhadap panjang tunas terlihat sangat nyata pada pengamatan 8 MST. Dari Tabel 2 diketahui bahwa antara media kontrol dan media dengan konsentrasi ekstrak pisang 50 g/l tidak berbeda nyata pengaruhnya. Sedangkan media dengan penambahan ekstrak pisang 100 g/l dan 150 g/l menghasilkan tunas yang lebih pendek dibandingkan dengan P2. Media dengan ekstrak buah pisang konsentrasi 50 g/l menghasilkan panjang tunas paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Kultur pada media dengan konsentrasi ekstrak lebih tinggi secara morfologis lebih banyak yang tumbuh kerdil dibandingkan dengan yang tumbuh normal.

Fajar (1998) melaporkan bahwa penambahan ekstrak pisang 50 g/l pada media kultur anggrek Dendrobium in vitro menghasilkan jumlah anakan 1.3 dan tinggi tanaman 8.2 menunjukkan penambahan yang paling baik. Hasil penelitian Muawanah (2005) menunjukkan bahwa penggunaan hyponex dan ekstrak buah pisang memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi planlet anggrek Dendrobium pada taraf perlakuan yang digunakan. Kondisi kultur yang memiliki ukuran planlet paling tinggi yaitu planlet yang ditanam pada media hyponex 1 g/l + ekstrak pisang 100 g/l. Sementara itu hasil percobaan Hadi (2006) mengenai kultur Anggrek Dendrobium pula, menunjukkan bahwa media Vitabloom 2 g/l + vitamin (1.8 cm) dan Vitabloom 2 g/l + bubur pisang 100 g/l (2.4 cm) menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan media Vitabloom 1 g/l + vitamin (4.1 cm). Ada lagi hasil percobaan perbesaran planlet anggrek Dendrobium oleh Afriani (2006) menunjukkan bahwa media kombinasi Gandasil 2 g/l + ekstrak pisang 50 g/l menghasilkan planlet paling tinggi (3.2 cm) pada 24 MST. Menurut Gunawan (1992) penggunaan bahan organik sebagai bahan tambahan media kultur berbeda pengaruhnya pada tanaman yang berbeda pula.

Dari hasil pengamatan terhadap panjang tunas, ekstrak buah pisang pada konsentrasi 50 g/l dapat digunakan untuk menggantikan fungsi vitamin sintetis yang biasa digunakan. Vitamin serta hormon auksin dalam ekstrak buah pisang mendukung pertumbuhan memanjang tunas. Di dalam ekstrak buah pisang selain mengandung auksin juga mengandung asam giberelat (Arditti dan Ernst, 1992). Menurut Krishnamoorthy (1981) penggunaan asam giberelat dapat meningkatkan panjang batang. Pertambahan panjang batang disebabkan karena asam giberelat dapat meningkatkan aktivitas pembelahan sel di bawah meristem pucuk. Pemanjangan batang terjadi melalui dua proses yaitu pembelahan sel dan pembesaran sel. Sel membesar dan mencapai ukuran maksimum, selanjutnya diikuti oleh pembelahan sel.

3 . Jumlah daun

Percobaan yang telah dilakukan menggunakan eksplan hasil sub kultur yang telah dipotong daunnya. Saat kultur umur 1 MST masih belum ada daun yang muncul. Namun, saat 2 MST sudah ada kultur yang memiliki daun yang berjumlah 1-2 daun. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, saat tunas berumur 8 MST media kontrol (P1) berbeda nyata dengan P2, dan berbeda sangat nyata dengan P3 dan P4 (Tabel 3). Ini berarti bahwa penggunaan ekstrak buah pisang menghasilkan jumlah daun yang berbeda jika dibandingkan dengan penggunaan vitamin yang biasa digunakan. Penggunaan vitamin menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak.

Tabel 3. Jumlah Daun Pisang Rajabulu saat Umur 2-8 MST (Minggu Setelah Tanam) Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 6 MST 8 MST P1(MS+vitamin) 2.60 a 4.43 a 5.90 a 7.30 a 9.80 a P2(MS+eks. pis. 50g/l) 1.73 c 3.03 b 4.33 a 5.47 a 6.80 b P3(MS+eks. pis. 100g/l) 1.43 c 2.27 c 2.87 c 4.13 c 6.13 c P4(MS+eks. pis. 150g/l) 1.43 c 2.37 c 3.67 c 4.83 c 5.83 c

Ket: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata uji BNJ pada taraf 5%

Media dengan konsentrasi ekstrak buah pisang 50 g/l menghasilkan jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan media dengan konsentrasi 100 g/l dan 150 g/l. Percobaan Muawanah (2005) dan Hadi (2006) menunjukkan bahwa pada media kultur Anggrek Dendrobium dengan konsentrasi bubur pisang 100 g/l cenderung menghasilkan jumlah daun yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Akan tetapi, percobaan Afriani (2006) menunjukkan bahwa pada perbesaran planlet Anggrek Dendrobium, media dengan ekstrak pisang 50 g/l menghasilkan planlet paling tinggi dan jumlah daun terbanyak (pada 24 MST) dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak pisang yang lebih tinggi.

Penggunaan pisang sebagai vitamin dalam komposisi media yang ada menghasilkan jumlah daun yang tidak berbeda nyata dengan penggunaan vitamin

yang umumnya digunakan dalam perbesaran kultur jaringan. Walaupun demikian, apabila dilihat dari hasil pengamatan pada 6 MST, diketahui bahwa ekstrak pisang pada konsentrasi 50 g/l dapat digunakan untuk menggantikan vitamin sintetis yang biasa digunakan. Sehingga dari segi ekonomi, biaya produksi tunas dapat ditekan.

4 . Panjang daun

Tabel 4. Panjang Daun (cm) Pisang Rajabulu saat Umur 8 MST (Minggu Setelah Tanam Perlakuan 8 MST P1 (MS+vitamin)/kontrol 6.60 a P2 (MS+ekstrak pisang 50g/l) 5.89 a P3 (MS+ekstrak pisang 100g/l) 3.78 b P4 (MS+ekstrak pisang 150g/l) 3.95 b

Ket: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata uji BNJ pada taraf 1%

Hasil pengamatan panjang daun saat 8 MST menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak buah pisang 50 g/l pada media memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Pada konsentrasi yang lebih tinggi (100 g/l dan 150 g/l), ekstrak buah pisang memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap panjang daun dibandingkan dengan kontrol. Kontrol lebih bagus pengaruhnya terhadap panjang daun pisang Rajabulu. Selain itu, daun yang dihasilkan pada media dengan konsentrasi ekstrak buah pisang 50 g/l, lebih panjang dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi (100 g/l dan 150 g/l).

Ahmadi (1996) melaporkan bahwa ekstrak pisang pada dosis 50 g/l memberikan pengaruh nilai yang tertinggi terhadap parameter panjang daun dan berat basah planlet anggrek dendrobium dibandingkan dengan dosis yang lebih tinggi. Muawanah (2005) melaporkan bahwa respon pertambahan panjang daun kultur anggrek Dendrobium canayo paling lambat didapatkan pada komposisi media dengan ekstrak pisang 300 g/l, pertambahan panjang daun selama 8 minggu pengamatan berlangsung hanya 1 mm. Diduga konsentrasi pisang yang terlampau

tinggi tidak mendorong pembelahan sel yang dapat mendorong pertambahan panjang daun. Demikian pula hasil penelitian Widiastoety dan Syafril (1993) memperlihatkan bahwa pada penambahan bahan nabati air kelapa 300 ml/l pada media kultur in vitro anggrek Dendrobium terjadi penurunan pertumbuhan planlet, yang diduga karena konsentrasi air kelapa yang ditambahkan dalam medium terlampau tinggi. Konsentrasi yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan tanaman seperti pecahnya dinding sel (lisis) dan juga plasmolisis.

Pada pengamatan terhadap panjang daun, diketahui bahwa ekstrak buah pisang pada konsentrasi 50 g/l dapat digunakan untuk menggantikan fungsi vitamin sintetis yang biasa digunakan. Hal ini disebabkan vitamin dan hormon auksin dalam ekstrak buah pisang mendukung pertumbuhan memanjang daun. Widiastoety dan Syafril (1993) menyatakan bahwa terjadinya pertumbuhan panjang, lebar dan jumlah daun disebabkan oleh adanya pembesaran atau pemanjangan sel, yang tidak terlepas dari pengaruh aktivitas auksin yang terkandung dalam ekstrak buah pisang. Auksin sangat berpengaruh terhadap plastisitas dan elastisitas dinding sel, viskositas sitoplasma dan aktivitas enzim. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Bidwell (1974) bahwa fungsi auksin adalah meningkatkan penyerapan air, sehingga sel membesar. Produksi auksin terjadi pada daun yang muda yaitu setelah proses mitosis berakhir dan dilanjutkan dengan pembesaran sel. Menurut Krishnamoorthy (1981) pertambahan panjang dan lebar daun disebabkan oleh pembelahan sel yang menghasilkan sel-sel baru, serta pemanjangan sel, atau pembesaran sel itu sendiri.

Pe rtumbuhan Akar

Dokumen terkait