• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pantai Sundak-Ngandong dan sekitarnya

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang (Halaman 32-41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Pantai Sundak-Ngandong dan sekitarnya

Gambar 4.8. (A) Gisik Aktif dengan Endapan Pasir Kasar dan (B) Gisik Pasif dengan Endapan Pasir Halus di Pantai Siung

(Sumber : Effendy, 2016)

3. Pantai Sundak-Ngandong dan sekitarnya

Genesis stop site ketiga yaitu sepanjang Pantai Sundak-Ngandong memiliki karateristik utama tipologi primer land erosion coast. Ditandai dengan adanya perbukitan karst di bagian daratan. Karst dengan material gamping mudah mengalami solusioanal atau larut meninggalkan material sisa pengotor seperti abu vulkan yang berkembang menjadi tanah di bagian lembah karst. Jika terjadi hujan dengan membentuk aliran permukaan material tanah pada lembah karst tersebut akan dibawa menuju ke perairan. Kemudian oleh tenaga arus geombang akan diendapkan kembali di daratan membentuk tipologi sekunder yaitu marine deposition coast.

Pembentukan marine deposition coast sebelumnya dimulai dengan adanya proses arus dan gelombang yang menggerus tebing cliff di bagian timur dan

barat pantai. Gerusan arus dan gelombang menghasilkan bentukan sea cave dan mushroom rock. Hasil abrasi arus gelombang yang membawa material lepas-lepas pasir yang kemudian hanyut terbawa arus gelombang laut. Dinamika arus gelombang Samudera Hindia kemudian mengendapkan materia lepas-lepas tersebut ke daratan. Garis Pantai Ngandong-Sundak-Krakal memiliki garis pantai yang memanjang dengan topografi datar-landai. Sehingga pengendapan material membentuk gisik pantai yang memanjang. Selain itu adanya fenomena barrier islands pada sisi Pantai Ngandong memungkinkan tenaga arus dan gelombang laut menjadi terpecah dan tenaganya semakin berkurang saat menuju daratan. Hal tersebut membuat perairan pada bagian belakang barrier island tenang dan terbentuk ekosistem terumbu karang di Pantai Ngandong. Tipologi sekunder tersebut berkembang coast built by organism. Kenampakan geomorfologi di sepanjang Pantai Sundak dan Ngandong dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut.

Gambar 4.9 Panorama dan Kenampakan Geomorfologi Lokal pada Wilayah Pantai Sundak-Ngandong

(Sumber : Effendy, 2016)

Pembentukan gisik pantai dengan material pasir memanjang dari Pantai Sundak-Ngandong-Krakal. Gisik yang dapat disebut beach ini memiliki ciri sedimen yang berbeda. Kondisi gisik yang aktif memiliki tekstur yang kasar masuk apda klas ukuran butir coarse sand. Sedangkan pada gisik pasif memiliki pasir yang halus dengan ukuran butir fine sand. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10.(A) Gisik Aktif dengan Endapan Pasir Kasar dan (B) Gisik Pasif dengan Endapan Pasir Halus di Pantai Sundak

(Sumber : Effendy, 2016)

c. Tipologi Lokasi Penelitian

1. Tipologi wilayah kepesisiran Sadeng

Secara administrasi, teluk Sadeng terletak di Desa Songbanyu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Teluk Sadeng merupakan bekas bermuaranya sungai Bengawan Solo purba, sehingga jika diamati melalui citra satelit teluk ini memiliki pola yang yang memanjang dan mengikut tebing ke arah utara dan berakhir di hulu Wonogiri. Tipologi pesisir primer yang terdapat di teluk Sadeng sangat dipengaruhi oleh proses geomorfologi utama yaitu hasil solusional/erosional perbukitan kasrt (Land Erosion Coast), yang membentuk daratan lebih awal, dan membentuk lembah serta perbukitan karst. Tipologi primer yang kedua banyak di pengaruhi oleh proses structural atau tektonik (Structurally Shapped Coast) yang membentuk tebing-tebing curam di sebelah barat dan timur teluk. Zona pecah gelombang (Wave Breaker Zone) yang letaknya tidak terlalu jauh dari daratan mengindikasikan bentuk landas kontinental yang tidak terlalu panjang ke arah lautan.

Tipologi sekunder yang dapat dijumpai di teluk Sadeng adalah adanya bentuk tipologi wave erosion coast yang mana energy gelombang dan aktivitas pasang surut mengerosi tebing-tebing dan pada akhirnya akan membentuk gua-gua (sea cave). Bentuk tipologi sekunder yang lain yang dapat dijumpai adalah adanya wave deposition coast yang mana

material yang tererosi hasil kerja gelombang dan pasang surut air laut terdeposisikan disuatu tempat dan membentuk pantai (shore) dengan material pasir yang lepas-lepas atau yang lebih dikenal dengan sebutan gisik saku (pocket beach). Pada bentuk tipologi primer structurally shaped coast, garis pantai (shore line) dan garis pesisir (coast line) sulit untuk dibedakan, bahkan cenderung tidak memiliki wilayah pesisir. Satu-satunya wilayah pesisir yang dapat dilihat dengan jelas di teluk sadeng adalah bagian darat teluk mulai dari tanggul lurus ke arah utara hingga pengaruh angin laut terbelokkan atau terhenti akibat adanya bukit karst sebagai hinter land-nya, dengan panjang ± 1 km dari tanggul. Bentuk wilayah pesisirnya pun telah mengalami intervensi yang massif akibat aktivitas manusia, dapat dilihat dengan adanya bangunan tanggul, pelabuhan, dan lainnya.

2. Tipologi Wilayah Kepesisiran Siung

Secara administrasi, Pantai Siung terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu fenomena yang unik dari wilayah kepesisiran Siung adalah terdapat bekas aktivitas vulkanik purba. Fenomena geologi yakni di segmen pantai sebelah timur di tempati oleh batuan gunung api (breksi, andesit, dan lava) dan terobosan mikrodiorit yang berumur ± 40 juta tahun, sementara di segmen barat tersusun dari batugamping formasi Wonosari. Tipologi kepesisiran primer yang terdapat pada wilayah kepesisiran Siung ada 2 macam, yaitu volcanic coast akibat aktivitas vulkanik yang ada di sebelah timur lokasi, dan land erosion coast akibat aktivitas sollusional/erosi pada wilayah yang tersusun dari batugamping yang terdapat di sebelah barat lokasi. Perbedaan tipologi ini dapat diamati dengan jelas baik melalui citra satelit maupun pengamatan lapangan, yaitu dengan mengamati singkapan-singkapan batuan. Material yang menyusun wilayah pantai (Shore) di lokasi adalah pasir in-situ, sehingga bentuklahannya adalah gisik (beach).

Tipologi sekunder pada lokasi Siung yang dapat ditemukan adalah wave erosion coast di sebelah timur lokasi dan dan wave deposition coast yang kemudian membentuk pantai (shore) dengan material penyusun adalah pasir, sehingga disebut gisik (beach). Pada sisi barat tepatnya di Nglambor juga terdapat tipologi sekunder coast built by organism, yakni rataan terumbu (reef flat) yang terdapat di antara pantai (shore) dan barrier island. Kawasan hinterland atau batas pesisir Siung adalah perbukitan karst untuk segmen sebelah barat, dan perbukitan bekas aktivitas gunung api purba dengan material breksi, andesit dan perbukitan terobosan mikrodiorit.

Gambar 4.12 Peta Wilayah Kepesisiran Siung

3. Tipologi wilayah kepesisiran Ngandong dan Sundak

Secara administrasi, kawasan kepesisiran Ngandong dan sundak terletak di desa Sidoharjo, kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika dibandingkan dengan dua lokasi sebelumnya, kawasan kepesisiran Ngandong dan Sundak memiliki pantai (shore) yang lebih memanjang dengan material pasir yang lepas-lepas, atau gisik (beach). Secara umum, tipologi primer kawasan kepesisiran Ngandong dan Sundak adalah land erosion coast, yakni berasal dari perbukitan karst formasi wonosari. Sifat batuan gamping yang mudah larut oleh aktivitas hidrodinamika dimana CaCO3 bereaksi dengan H20 dan CO2 yang berasal dari air hujan menjadi Ca2+ dan 2 HCO3-. Aktivitas tersebut menghasilkan apa yang hari ini dapat dilihat sebagai perbukitan dan lembah-lembah karst. Genesis tipologi primer tersebut kemudian diikuti dengan munculnya tipologi sekunder yang terjadi akibat kerja gelombang laut dan aktivitas pasang-surut air laut.

Tipologi sekunder yang dapat dijumpai di kawasan kepesisiran Ngandong dan sundak adalah wave erosion coast dan wave deposition coast yang merupakan hasil kerja gelombang dan aktivitas pasang-surut air laut. Kenampakan seperti gua laut (sea cave) dan bagiannya yang sudah runtuh (stach) merupakan genesis dan tipologi sekunder wave erosion coast. Sedangkan kenampakan pantai (shore) yang memanjang, dengan material pasirnya yang merupakan hasil erosi membentuk gisik (beach) merupakan kenampakan dari tipologi wave deposition coast. Tipologi sekunder lain yang dapat ditemukan adalah adanya rataan terumbu (reef flat) yang merupakan bagian dari coast build by organism di kawasan pesisir Ngandong dan Sundak. Rataan terumbu ini terdapat di belakang barrier island dan membentang dari arah timur dan barat dengan lebar hampir sejajar dengan garis surfline. Batas wilayah kepesisiran (hinterland) Ngandong dan Sundak di darat adalah perbukitan karst di belakang pemukiman penduduk.

d. Kondisi Hidrologi Lokasi Penelitian

Kondisi hidrologis lokasi pengamatan dijelaskan sebagai berikut. 1. Pesisir Sadeng

Kondisi hidrologi Pesisir Sadeng direpresentasikan berdasarkan kondisi airtanah yang berada di pesisir tersebut. Terdapat 3 titik sampel kondisi airtanah di Pesisir Sandeng, yang diidentifikasi berdasarkan karaketeristik hidrologis. Titik 1 (49L 477837, 9094536) merupakan sumur warga yang dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Titik 2 (49L 477746, 9094466) juga berupa sumur yang dimanfaatkan untuk keperluan pelabuhan. Sedangkan titik 3 (49L 477824, 9094596) dimanfaatkan untuk keperluan domestik rumah tangga. Kondisi lokasi pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.14.

A B

Gambar 4.14. Lokasi Kajian Titik Pengamatan 1 (A) dan Titik 2 (B) Sumber: Ghiffari, 2016

Kuantitas airtanah di pesisir Sadeng diidentifikasi berdasarkan kondisi TMA (Tinggi Muka Airtanah) dan fluktusi pada saat musim penghujan dan kemarau. Berdasarkan hasil observasi, menunjukan bahwa TMA pesisir Sadeng cenderung dangkal yaitu 0,74 – 2,35 meter (Tabel 4.1), sedangkan fluktuasi muka airtanahnya tidak terlalu signifikan. Jumlah airtanah yang berada pada

sumur-sumur tersebut masih dapat dimanfaatkan penduduk sepanjang tahun. Indikator alam dari muka airtanah dangkal adalah banyaknya pohon kelapa. Berdasarkan kondisi lapangan, jarak dengan pantai semakin dekat, TMA semakin dangkal. TMA pada titik 2 0,74 meter. Berdasarkan sejarah geomorfologis, wilayah ini merupakan bekas lembah Bengawan Solo purba, sehingga potensi sumberdaya airnya cukup besar.

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Karakteristik Hidrologis Pesisir Sadeng

Parameter Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

TMA (m) 1,4 0,74 2,35

DHL (μmhos) 780 1553 628

pH 7 7 7

Temperatur (0C) 27,9 29,7 29,9

Sumber: Data Primer, 2016

Kualitas airtanah di pesisir Sadeng diidentifikasi berdasarkan nilai DHL, temperatur, dan pH. Nilai DHL dari pesisir Sadeng berkisar dari 628-1553 μmhos. Nilai tersebut termasuk dalam kategori tawar. Nilai DHL paling besar pada titik 2. Hal ini karena titik tersebut dekat dengan material karbonat. Air yang masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi akan mengalami kontak dengan mineral-mineral yang terdapat dalam tanah (Effendi, 2003). Kondisi ini juga memungkinkan terjadinya proses pelarutan, sehingga dapat terjadi perubahan kualitas air akibat reaksi kimia.

Suhu merupakan salah satu parameter fisik kualitas air yang berperan penting dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Suhu airtanah di pesisir Sandeng berkisar 27,9-29,90C (Tabel 4.1). Suhu tersebut termasuk dalam kriteria suhu optimum untuk pertumbuhan biota air, seperti fitoplankton. Selain itu, pH dari airtanah termasuk dalam kategori normal, sehingga bisa dimanfaatkan untuk keperluan domestik. Berdasarkan kenampakan fisiknya, airtanah tersebut berasa tawar, tidak berbau, dan jernih.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang (Halaman 32-41)

Dokumen terkait