METODE PENELITIAN
F. Paradigma dan Alur Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengungkap keterampilan argumentasi yang dimiliki oleh siswa-siswa berdasarkan pola asuh keluarga dan terkait dengan determinasi gender dalam keluarga tersebut. Peneliti memandang bahwa informasi-informasi yang diperlukan untuk penelitian ini dapat digali dari sumber informasi berupa gejala-gejala alami yang dapat diangkat melalui kasus-kasus yang terjadi dalam dinamika keluarga berlatar belakang Sunda yang menerapkan pola asuh keluarga tertentu, sehingga paradigma penelitian naturalistik dianggap sangat cocok untuk mengungkap temuan-temuan yang akan dihasilkan penelitian ini. Adapun paradigma naturalistik yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi dari Lincoln dan Guba (1985) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Dari paradigma penelitian, disusun alur penelitian yang akan dilaksanakan mengacu pada paradigma tersebut. Adapun alur penelitian secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Bambang Ekanara, 2014
Keterampilan Argumentasi Siswa Sekolah Menengah Atas : Studi Tentang Keterampilan Pembentukan Klaim Mengenai Isu Sosio-Saintifik Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Kelompok Budaya Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini menekankan pada orisinalitas seting penelitian yang tidak sedikitpun diberikan perlakuan atau intervensi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pengungkapan keterampilan argumentasi siswa dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya terungkap dengan jujur dan apa adanya, sehingga didapatkan hasil penelitian yang orisinil mengenai hal tersebut. Studi naturalistik juga tidak mempunyai rancangan penelitian yang pasti atau kaku. Rancangan studi ini berkembang sesuai dengan kebutuhan untuk membentuk suatu interpretasi dan konklusi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan rancangan penelitian yang berkembang, dalam pelaksanaanya terdapat pertanyaan-pertanyaan penelitian tambahan selama masih relevan dengan inti pertanyaan penelitian hingga data yang dibutuhkan mengalami kejenuhan. Studi ini menghasilkan simpulan yang ditafsirkan secara idiografis dan diterapkan secara tentatif.
Seting alami
Instrumen manusia (Observer as participant)
Metode kualitatif Pengetahuan yang terpendam
(tacit knowledge)
Metode sampling kualitatif (e.g. snowball sampling)
Design yang berkembang (emergent design)
Grounded theory
Hasil negosiasi (negotiated outcomes)
Bambang Ekanara, 2014
Keterampilan Argumentasi Siswa Sekolah Menengah Atas : Studi Tentang Keterampilan Pembentukan Klaim Mengenai Isu Sosio-Saintifik Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Kelompok Budaya Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian Naturalistik (sumber: Lincoln & Guba, 1985)
Identifikasi kasus / fenomena mengenai keterampilan
argumentasi atau pembuatan klaim pada kelompok budaya Sunda (Identification of the phenomenon to be studied)
Identifikasi subjek (partisipan) penelitian (Identification of the participants in the study)
Pembentukan hipotesis / pertanyaan penelitian mengenai Keterampilan argumentasi siswa kelompok budaya Sunda
(Generation of hypotheses)
Koleksi data KATs dan KALs (Data collection)
Koleksi data PAK dan KGK (Data collection)
Perekapan Perekapan
Reduksi Reduksi
Bambang Ekanara, 2014
Keterampilan Argumentasi Siswa Sekolah Menengah Atas : Studi Tentang Keterampilan Pembentukan Klaim Mengenai Isu Sosio-Saintifik Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Kelompok Budaya Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2 Alur Penelitian berdasarkan Paradigma Naturalistik G. Prosedur Pengumpulan Data
Secara umum pengambilan data dilakukan dengan angket, lembar argumentasi, wawancara, dan observasi.
1. Data Pribadi
Identitas pribadi siswa dan orang tua diperoleh dari jawaban angket, wawancara, dan arsip sekolah. Data pribadi meliputi jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan orang tua, kedudukan dalam keluarga, mata pelajaran yang menjadi favorit, dan kegemaran siswa. Data dihimpun dari beberapa sumber sehingga dimungkinkan dilakukan triangulasi untuk menguji kepercayaan informasi yang diperoleh
Bambang Ekanara, 2014
Keterampilan Argumentasi Siswa Sekolah Menengah Atas : Studi Tentang Keterampilan Pembentukan Klaim Mengenai Isu Sosio-Saintifik Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Kelompok Budaya Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Lincoln & Guba, 1985). Sumber data terdiri dari hasil angket respon siswa dan orang tua, arsip sekolah, dan hasil wawancara guru.
2. Data Keterampilan Argumentasi
Data keterampilan argumentasi dibedakan menjadi dua jenis data yaitu data keterampilan argumentasi lisan siswa (KALs) dan data keterampilan argumentasi tertulis siswa (KATs).
a. Data KALs
Data KALs diperoleh melalui wawancara argumentasi siswa mengenai isu sosio-saintifik dalam bentuk standpoint yang kontroversial. Wawancara argumentasi berlangsung sekitar 20-30 menit. Pada beberapa kasus wawancara diberikan pertanyaan pengantar yang dimaksudkan untuk memancing siswa untuk berargumentasi. Wawancara argumentasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya terdapat keraguan pada siswa dalam membentuk argumennya mengenai suatu isu tertentu akan dilanjutkan pada kesempatan yang lain. Wawancara dilakukan di tempat yang kondusif seperti di ruang kelas, taman sekolah, dan ruang guru. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketenangan dan konsentrasi siswa dalam mengemukakan pendapatnya mengenai isu yang ditanyakan. Wawancara argumentasi sebisa mungkin dilakukan hanya empat mata antara pewawancara dan siswa karena dikhawatirkan subjek penelitian yang lain meniru jawaban yang diberikan siswa yang diwawancara.
Wawancara argumentasi terdiri dari tiga pertanyaan kontroversial mengenai isu sosio-saintifik. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan waktu berpikir sekitar 3-5 menit untuk membentuk pendapat dan memberikan bukti-bukti untuk memperkuat
Bambang Ekanara, 2014
Keterampilan Argumentasi Siswa Sekolah Menengah Atas : Studi Tentang Keterampilan Pembentukan Klaim Mengenai Isu Sosio-Saintifik Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Kelompok Budaya Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendapatnya. Semua jawaban siswa dicatat dan dikodekan tanpa menyalahkan apapun jawaban siswa.
b. Data KATs
Data KATs diperoleh dari lembar argumentasi yang dijawab siswa. Pengumpulan data KATs dilakukan dua kali pada dua kelas hingga didapat data KATs sebanyak 44 siswa. Sebelum menjawab LA, siswa diberikan penjelasan bahwa maksud dari pemberian LA adalah untuk mengetahui keterampilan argumentasi secara tertulis tanpa niat untuk menilai masing-masing individu dan hasilnya tidak akan mempengaruhi nilai rapor. Dijelaskan juga cara mengisi LA kepada siswa untuk menjawabnya dengan jujur tanpa mencontek teman karena jawaban yang diharapkan merupakan pendapat pribadi masing-masing siswa.
3. Data Pola Asuh Keluarga
Data pola asuh keluarga diperoleh dari angket pola asuh siswa dan orang tua. Angket pola asuh siswa diberikan kepada siswa setelah mereka mengisi LA. Dalam pelaksanaannya, sebelum siswa mengisi angket siswa diminta terlebih dahulu membaca secara sekilas dan menanyakan apabila terdapat hal-hal yang tidak dimengerti. Dijelaskan pula bahwa angket bersifat rahasia dan tidak akan dibocorkan kepada siapapun. Pengisian angket berlangsung sekitar 15 menit.
Angket untuk orang tua siswa dititipkan kepada siswa untuk diserahkan kepada orang tuanya di rumah. Penyerahan atau penitipan angket tersebut dilakukan satu minggu setelah siswa mengisi angket siswa, hal ini dilakukan karena terdapat kekhawatiran siswa memanipulasi angket untuk orang tua tersebut, selain itu angket dimasukkan ke dalam amplop agar kerahasiaan angket terjamin.
Bambang Ekanara, 2014
Keterampilan Argumentasi Siswa Sekolah Menengah Atas : Studi Tentang Keterampilan Pembentukan Klaim Mengenai Isu Sosio-Saintifik Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Kelompok Budaya Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengumpulan angket orang tua dilakukan 2-3 hari setelah angket dititipkan.
4. Data Kesadaran Gender Keluarga
Data Kesadaran gender diperoleh dari angket kesadaran gender yang diisi oleh orang tua. Pemberian angket dititipkan bersamaan dengan angket pola asuh, begitupun pengembaliannya.
5. Catatan Lapangan
Catatan lapangan meliputi kesan yang diperoleh selama kegiatan di lapangan. Tidak ada format khusus dalam menuliskan catatan lapangan. Catatan lapangan dikhususkan untuk melihat hal-hal menarik mengenai segala hal yang berkaitan dengan keterampilan argumentasi, pola asuh, dan kesadaran gender keluarrga, sehingga diharapkan dapat lebih memperkaya temuan studi ini.
6. Perluasan Rancangan Penelitian
Data yang telah dikumpulkan sebelumnya dianalisis sesaat setelah terkumpul hingga ditemukan sedikit gambaran kekurangan dan kedalaman data. Untuk mengatasi hal yang demikian, studi ini mengalami perluasan rancangan penelitian yang tergambarkan melalui pertanyaan-pertanyaan tambahan. Data pola asuh dan kesadaran gender keluarga, ditindak lanjuti dengan melakukan wawancara kepada beberapa keluarga siswa yang menunjukan karekteristik data yang unik. Disamping itu, dilakukan juga pencatatan hasil observasi berupa catatan lapangan mengenai hal tersebut. Wawancara pola asuh dan kesadaran gender keluarga dilakukan dalam waktu yang sama dan pada keluarga yang sama. Pemilihan keluarga siswa didasarkan pada keunikan data yang telah dianalisis sebelumnya.
Bambang Ekanara, 2014
Keterampilan Argumentasi Siswa Sekolah Menengah Atas : Studi Tentang Keterampilan Pembentukan Klaim Mengenai Isu Sosio-Saintifik Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Kelompok Budaya Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan wawancara dilakukan pada 10 keluarga terpilih. Sebelum menanyakan pertanyaan wawancara, dijelaskan terlebih dahulu maksud kedatangan dan wawancara. Bahasa yang digunakan dalam wawancara fleksibel. Bahasa Sunda digunakan ketika terdapat keluarga yang tidak dapat menangkap sepenuhnya maksud pertanyaan wawancara. Selain wawancara kepada keluarga siswa dilakukan juga wawancara kepada salah satu tokoh adat di Kampung Naga, sebagai kampung yang masih memegang teguh budaya Sunda sebagai falsafah hidupnya. Tata laksana dan seting wawancara dengan tokoh adat sama dengan wawancara keluarga siswa.