• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

KurikulumLembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) seyogyanya tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai pemahamanan konsep saja, akan tetapi juga mengembangkan kemampuan lainnya, seperti menanamkan karakter dan mengembangkan kecerdasan, seperti kecerdasan berbahasa (verbal), interpersonal, intrapersonal, spasial, kinestetik, matematika, musical dan natural.

Mahasiswa di LPTK merupakan calon guru yang nantinya akan menjadi ujung tombak dalam memberikan pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), mutu mahasiswa calon guru di LPTK haruslah ditingkatkan melalui perbaikan kurikulum di LPTK. Selain mengembangkan kemampuan penguasaan konsep, pembelajaran juga harus mengembangkan kemampuan lainnya seperti kecerdasan, penalaran dan menanamkan karakter. Penguasaan konsep, kecerdasan, penalaran dan karakter penting untuk calon guru agar dapat membantu sepenuhnya dalam pemecahan masalah tentang konsep dalam pembelajaran, kejadian- kejadian di dalam kelas atau dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kita memiliki guru yang berkualitas, yaitu guru yang memiliki penguasaan konsep yang utuh, berkarakter, cerdas dan mampu bernalar dengan baik.

48 Selama ini dosen di LPTK, kebanyakan masih menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran ekspositori yang masih didominasi oleh dosen, mahasiswa hanya mencatat selama perkuliahan, dengan sedikit tanya jawab atau diskusi. Sehingga mahasiswa menjadi pasif dan hanya kemampuan mengingat saja yang berkembang. Padahal sebagai calon guru selain menguasai pengetahuan dan penalaran, mahasiswa juga harus memiliki kemampuan lain, seperti kemampuan spasial, sebagai bagian dari kecerdasan yang harus dikembangkan.Untuk mengembangkan karakter dan kecerdasan, maka diperlukan banyak latihan dan pengalaman belajar di kelas. Dengan demikian maka di LPTK perlu dilakukan pembelajaran aktif, dosen tidak lagi menjadi sumber informasi utama dalam pembelajaran, tetapi lebih sebagai fasilitator. Dosen lebih banyak memberi kesempatan mahasiswa untuk mengembangkan dirinya dengan memberikan kesempatan merancang dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang sesuai dengan matakuliah yang diampu.

Dalam mempelajari anatomi tumbuhan sebenarnya telah dilakukan proses pembelajaran yang sesuai seperti yang dikehendaki oleh pengembang kurikulum, yaitu ada perkuliahan dan praktikum, serta representasi gambar 2D. Akan tetapi dalam pelaksanaannya kurang optimal, karena pembelajarannya lebih ditujukan untuk memahami konsep anatomi tumbuhan saja, dan kurang mengembangkan aspek ketrampilan lainnya, seperti ketrampilan merancang, dan membuat model 3D. Selama ini dalam mempelajari anatomi tumbuhan juga kurang ditekankan pada kemampuan visuospasial atau disebut pula dengan kemampuan tilikan ruang, padahal untuk mempelajari struktur tumbuhan diperlukan pengembangan

Model pembelajaran an repr Dosen Mahasiswa Ke Pengua-saan konsep

Gambar 3.1 : Paradigma Penelitian berkarakter cerdas Guru Biolog Berkuali Sarana dan prasarana jaringan tumbuhan representasi 2D analisis presentasi 3D Pengusaan sistem struk tumbuhan Ketrampila laboratorium Ketrampila menggamba representas 3D penalaran Matakuliah : Anatomi tumbuhan Kemampuan representasi visuospasial Kurikulum LPTK Mengembangk karakter Mengembangk berbagai kecerd 49 menguasai konsep bernalar ologi yang ualitas an konsep ruktur jaringan ilan rium ilan bar tasi 2D dalam ngkan ngkan erdasan

50 kemampuan visuopasial untuk lebih memudahkan merepresentasikan imajinasinya dalam bentuk 3D. Untuk meningkatkan pemahaman struktur jaringan tumbuhan yang terdiri atas bermacam sel dan jaringan, maka dibuatlah program pembelajaran yang melibatkan kegiatan representasi visuospasial, yaitu model wimba, agar mahasiswa lebih detail mengamati setiap struktur sel dan jaringan serta mengimajinasikannya dalam bentuk 3D.

Menurut Ramadas (2009) belajar melalui visual dan spasial (tilikan ruang)dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran sains.Joneset al. (2010) menyatakan bahwa ada hubungan antara kemampuan visuospasial dengan kemampuan berpikir logis. Dengan demikian belajar anatomi tumbuhan melalui kemampuan visuospasial selain meningkatkan kemampuan penguasaan materi anatomi tumbuhan, juga mampu pula membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran sains dan dapat meningkatkan kemampuan penalaran.

Dalam mempelajari anatomi tumbuhan dengan model wimba ini tentu diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga tujuan pembelajaran untuk meningkatkan berbagai aspek seperti pemahaman struktur jaringan tumbuhan, meningkatkan ketrampilan kerja laboratorium, meningkatkan representasi 3D, meningkatkan ketrampilan menggambar dan meningkatkan penalaran dan penguasaan konsep dapat tercapai. Dengan demikian maka akan diperoleh guru biologi yang berkualitas, yaitu guru yang menguasai konsep, berkarakter, cerdas dan memiliki kemampuan penalaran yang baik.

51 B. Disain &Metoda Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah R and D (Research and Development)yang diadaptasi dari model Dick & Carey, 2001 (Gall et al., 2003). Disain penelitian ini terdiri atas empattahap yaitu : 1) Tahap persiapan 2)Tahap rancangan dan pengembangan. 3)Tahap uji coba dan perbaikan 4)Tahap implementasi program.

Karakteristik penelitian ini bersifat spesifik dan kontekstual, masalah yang akan diselesaikan melalui pengembangan model dan perangkat pembelajaran merupakan masalah yang spesifik dan nyata yang dihadapi oleh dosen pengampu mata kuliah. Penyebab terjadinya masalah adalah kurang sarana pembelajaran dan kejenuhan dengan rutinitas kegiatan pembelajarandari waktu ke waktu.

Waktu pelaksanaan program berlangsung selama 12 bulan, mulai dari persiapan, pelaksanaan program penelitian, evaluasi dan pengembangan model, hingga pelaporan.

1. Persiapan (Studi Pendahuluan)

Studi pendahuluan dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dimulai dengan kajian literatur berupa kajian terhadap materi subyek anatomi tumbuhan dan pedagogi, khususnya tentang penelitian terdahulu terkait pembelajaran anatomi tumbuhan.

Studi lapangan dilakukan dengan mengamati pelaksanaan pembelajaran anatomi tumbuhan, tentang bagaimana kondisi mahasiswa, dosen, studi dokumen kurikulum dan sarana yang mendukung proses belajar di universitas. Pengambilan data lapangan dilakukan dengan menggunakan wawancara dan tes terhadap

52 mahasiswa pendidikan biologi tentang penguasaan konsep anatomi tumbuhan dan kemampuan melakukan pengamatan mikroskopis. Setelah itu dilakukan identifikasi kesulitan- kesulitan yang dialami mahasiswa dilapangan.

Studi literatur menunjukkan bahwa pemahaman struktur sel dalam bentuk 3D memudahkan mahasiswa untuk memahami struktur jaringan, misalnya bentuk 3D sklerenkim adalah silinder, ujung runcing seperti serabut dan memiliki penebalan dinding, serta posisi sklerenkim dalam jaringan tidak sejajar tapi saling tumpang tindih, memudahkan mahasiswa untuk memahami fungsi sklerenkim. Untuk meningkatkan pemahaman struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan visuospasial.Selain itu dipelajari pula literatur tentang imajinasi, pengembangan visuospatial pada materi anatomi tumbuhan dan literatur yang membahas tentang pengembangan kemampuan representasi mikroskopis dan visuospatial.

2. Tahap Perancangan dan Pengembangan a. Merancang Strategi Perkuliahan

Strategi perkuliahan untuk matakuliah anatomi tumbuhan, terbagi atas 2 kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan perkuliahan dan kegiatan praktikum. Strategi perkuliahan dibuat berdasarkanhasil studi lapangan yang dilakukan terhadap mahasiswa, dosen, materi, sarana dan kurikulum. Materi perkuliahan umumnya diketahui mahasiswa sebagai hafalan saja, tidak dipahami dengan baik. Mereka umumnya hanya memahami bentuk 2D nya saja, tidak peduli dengan bentuk sel dalam 3D, sehingga perlu ditekankan belajar struktur jaringan dalam 3D agar mahasiswa memahami bentuk 3D sel tumbuhan dalam sistem jaringan

53 tumbuhan, dengan bentuk yang khusus dan fungsi yang khusus pula, maka strategi perkuliahan anatomi tumbuhan diarahkan pada pengembangan struktur 3D sel dan jaringan tumbuhan.

1) Kegiatan Perkuliahan

Kegiatan perkuliahan mengembangkan dua kemampuan yaitu penguasaan konsep dan representasi visuospasial. Penguasaan konsep dilakukan dengan membuat peta konsep. Peta konsep merupakandiagramhirarkidua dimensiyang mencerminkanbagaimana pengetahuandisusun. Peta konsepsering digunakanuntuk membantudalam klarifikasi, konsolidasi, dan penguatanpengetahuan(Allen, 2003).Diharapkan pembuatan peta konsep meningkatkan pengusaan konsep sel dan jaringan tumbuhan.

Rancangan model perkuliahan yang dibuat adalah rancangan model wimba pada jaringan tumbuhan. Model wimba adalah model pembelajaran yang merupakan gabungan dari model yang dikembangkan Primadi (2009) dan model dari Lazear (2004). Menurut Primadi (2009) gambar adalah sesuatu yang tampak pada suatu bidang yang relatif datar berupa sketsa, gambar, lukisan, foto, karya grafis, relief, layar lebar (cine), layar kaca (tv), layar monitor (komputer) dan sebagainya. Gambar yang dimaksud disini adalah gambar representatif yaitu gambar yang mewakili obyek aslinya hingga dapat dikenali. Bahasa kata dan tata bahasa padanannya dalam bahasa rupa adalah imaji dan tata ungkapan.Oleh karena imaji mencakup makna yang luas maka dipilih istilah wimba untuk imaji dalam bahasa rupa.Wimba terdiri atas isi wimba dan cara wimba. Isi wimba adalah obyek yang digambar dan cara wimba adalah cara menggambar obyek.

54 Gambar 3.2 : Rancangan program penelitian

Dokumen terkait