• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL PENELITIAN

2. Secara Temporal

5.2 Parameter Biolog

Kelimpahan jenis plankton di perairan Pulau Abang sangat bervariasi di setiap bulannya. Pada umumnya dapat diterangkan bahwa migrasi vertikal harian disebabkan oleh faktor internal misalnya dengan adanya jam biologis (biological

clock) yang secara otomatis mengatur irama kegiatan harian tiap individu, dan

faktor eksternal yang ditentukan oleh perubahan kondisi lingkungan perairan karena faktor cahaya, suhu, salinitas, kandungan oksigen, tekanan hidrostatik dan ketersediaan pakan (fitoplankton). Banyak yang menduga bahwa yang paling dominan berpengaruh adalah cahaya (Nontji, 2006). Migrasi vertikal harian merupakan fenomena universal yang dipicu oleh rangsangan cahaya dan suhu. Dengan mempertimbangkan kelompok taksonomi, ukuran atau kebiasaan makan, hanya sedikit generalisasi yang dapat dikemukakan untuk membandingkan zooplankton yang bermigrasi secara vertikal atau tidak (Nybakken, 1992). Selanjutnya Basmi (1999) dalam Krisnanti, A. A. I (2008) menyatakan bahwa distribusi horizontal fitoplankton tidak akan pernah mencapai hasil yang homogen. Hal ini dikarenakan kondisi perairan yang tidak homogen serta berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti aksi angin, perubahan kondisi parameter fisika-kimia perairan yang tidak sama antar lokasi, adanya arus dalam perairan, adanya pergantian musim sehingga muncul spesies baru, serta sifat zooplankton yang senang bergerombol.

Menurut Nontji (2006) ada hipotesis isolume (isolume hypothesis) yang menerangkan bahwa plankton bergerak mengikuti kedalaman yang mempunyai

lautan tidak seragam dalam arah vertikal, diduga ada beberapa faktor yang dapat memodifikasi skema pengaturan cahaya misalnya suhu. Banyak migrasi dibatasi oleh perubahan suhu pada kedalaman yang akan dituju. Kedalaman maksimum dapat ditentukan oleh suhu yang dapat mengalahkan rangsangan cahaya (Nybakken, 1992).

Kelimpahan plankton setiap stasiun dalam setiap pengamatan sangat berbeda – beda. Perbedaan kelimpahan ini dapat disebabkan karena pengaruh faktor fisika dan kimia perairan seperti TSS, kecerahan, suhu, salinitas dan DO.

Dari hasil pengukuran beberapa parameter yang didapatkan pada setiap pengamatan (lampiran 6a, 6b, 6c) dapat menggambarkan keadaan parairan yang masih cocok untuk kehidupan dan perkembangan plankton. Menurut Riley dalam

Junaedi (2002) suhu yang baik adalah 25 °C atau lebih, sedangkan salinitas yang cocok berkisar 30 – 40 ppt (Odum, 1993) karena umumnya organisme laut bersifat stenohaline. Nilai DO yang didapatkan dari hasil pengukuran sangatlah rendah, sedangkan plankton dapat hidup dan berkembang dengan baik pada kadar oksigen yang melebihi 5 ppm (Hutagalung dalam Zakiyah, 1996). Tetapi jika perairan tidak mengandung bahan beracun, maka kandungan oksigen terlarut minimal 2 mg/l cukup mendukung kehidupan komunitas akuatik secara normal di daerah tropis (Pescod dalam Junaedi, 2002).

Dari hasil penelitian diperoleh pada bulan Mei perbandingan antara kelimpahan fitoplankton dan zooplankton yang paling menonjol terdapat pada stasiun 4 dengan kelimpahan fitoplankton sebesar 312.800 ind/m3 dan kelimpahan zooplankton sebesar 30.300 ind/m3 dan Stasiun 6 dengan kelimpahan fitoplankton sebesar 18.550 ind/m3 dan kelimpahan zooplankton sebesar 26.100 ind/m3, dimana kelimpahan zooplankton lebih dominan dari fitoplankton. Pada bulan Juli kelimpahan fitoplankton cenderung melimpah dibandingkan dengan kelimpahan zooplankton. Nilai kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 1.044.800 ind/m3 dan kelimpahan zooplanktonnya sebesar 13.200 ind/m3 (Lampiran 6). Sedangkan kelimpahan zooplankton terkecil pada stasiun 8 sebesar 11.100 ind/m3 yang kelimpahan fitoplanktonnya sebesar 192.600 ind/m3. Sedangkan pada bulan Oktober perbandingan zooplankton dan fitoplankton yang

50

paling menonjol terdapat pada stasiun 7 dengan kelimpahan fitoplankton sebesar 46.250 ind/m3 sedangkan kelimpahan zooplankton 154.500 ind/m3, (Lampiran 6).

Perbedaan kelimpahan plankton dapat disebabkan kerena perbedaan faktor fisika-kimia lingkungan perairan serta keistimewaan biologi organisme tersebut. Michael dalam Makaminan (2000) mengatakan bahwa pola penyebaran suatu organisme akuatik dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia yang mempengaruhi kehidupan dan sebaran plankton di laut seperti suhu, cahaya matahari, salinitas, oksigen terlarut, kadar ion hidrogen (pH), kecerahan, dan arus. Selain sifat fisika- kimia perairan, sebaran plankton juga dipengaruhi oleh daur pembiakan, tingkah laku spesies dalam populasi, dan persaingan diantara spesies.

Menurut Michael dalam Makaminan (2000), pada umumnya plankton dan larva planktonik menyebar dengan cara hanyut mengikuti arus. Kecepatan arus sangat mempengaruhi penyebaran fitoplankton dan unsur hara yang ada, sehingga berpengaruh besar terhadap penyebaran zooplankton. Selain sifat fisika-kimia perairan, sebaran zooplankton juga dipengaruhi oleh daur pembiakan, tingkah laku spesies dalam populasi, dan persaingan diantara spesies.

Pada umumnya, kelimpahan zooplankton harus lebih rendah dari pada kelimpahan fitoplankton karena produksi zooplankton yang lebih lambat dari produksi fitoplankton (Davis, 1955). Sebagai produsen yang paling utama di perairan, fitoplankton merupakan dasar dari rantai makanan di perairan. Perbandingan kelimpahan fitoplankton yang baik harus lebih melimpah dibandingkan kelimpahan konsumen I untuk mengimbangi jumlah zooplankton. Tetapi pada bulan Mei dan bulan Oktober terdapat kelimpahan zooplankton yang melampauhi kelimpahan fitoplankton (Gambar 6 dan 7 yaitu pada stasiun 6 dan 7). Hal ini dapat diduga karena adanya predasi dari zooplankton maupun hewan lain yang bersifat plankton feeder. Hal ini sesuai dengan teori dimakannya fitoplankton oleh zooplankton (Theory of grazing) yang menerangkan hubungan antara fitoplankton dengan zooplankton Davis (1955) dalam Yuningsih (2007) jika populasi zooplankton tinggi, maka fitoplankton akan sampai pada kecepatan pertumbuhan tertentu, sehingga kecepatan pertumbuhan fitoplankton tidak dapat mengimbangi kecepatan pertumbuhan zooplankton.

sementara kelimpahan zooplankton sangat sedikit. Dapat diduga akibat siklus pertumbuhan fitoplankton lebih cepat dibandingkan zooplankton, predasi zooplankton oleh predator, dan adanya migrasi diurnal zooplankton. Ini sesuai dengan teori Grazing Davis, (1955) dalam Yuningsih (2007) jika populasi zooplankton sedikit, maka fitoplankton akan berkembang dan menyebabkan jumlah fitoplankton berlimpah. Davis (1955) dalam Yuningsih (2007) juga menyatakan teori penyingkiran hewan (Theory of animal exlution) dan teori perbedaan laju pertumbuhan (Theory of different growth rate) (Nielsen dalam

Davis, 1955) yaitu selama zooplankton melakukan migrasi vertikal harian, maka zooplankton akan menemui hambatan untuk mencapai permukaan jika bertemu dengan kelimpahan fitoplankton yang sangat padat. Meskipun zooplankton memakan fitoplankton, tetapi untuk mencapai populasi yang melimpah akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari fitoplankton. Hal ini disebabkan zooplankton mempunyai siklus reproduksi yang lebih panjang dari pada fitoplankton.

Dokumen terkait