• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. BAHAN DAN METODE

3.4 Analisis Data

5.1.1 Parameter diameter, tinggi, dan luas tajuk

Diameter merupakan salah satu parameter yang dapat dilihat dalam pertumbuhan suatu tanaman. Dari hasil uji-t pada Tabel 2 diameter jarak pagar pada tegakan mahoni muda berbeda nyata dengan tegakan mahoni tua. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil pengukuran pada Tabel 1. Dari Tabel 1 nilai rata-rata diameter JPMM lebih besar dibandingkan dengan diameter JPMT. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh tegakan mahoni yang paling baik untuk diameter adalah jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda.

Tinggi juga merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang sering diamati selain diameter. Dari hasil uji-t pada Tabel 2 tinggi jarak pagar pada mahoni muda berbeda nyata dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata tinggi jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda lebih besar dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua.

Tajuk merupakan bagian dari tanaman yang memiliki salah satu fungsi untuk menahan pukulan air hujan. Selain itu tajuk juga memiliki kaitan penting

Rata-rata Nilai-P (Hasil Uji-t)

Diameter (cm) 0,000*

Tinggi (cm) 0,007*

Panjang tajuk (cm) 0,000*

Lebar Tajuk (cm) 0,017*

Luas Tajuk (cm²) 0,000*

Panjang akar horisontal (cm) 0,571tn

dengan faktor-faktor seperti jarak tanam permulaan, kontrol kualitas kayu, pemeliharaan antar tegakan dan berpengaruh terhadap produksi sebuah tanaman. Menurut Widodo (2005) di dalam Raden et al. (2009). Pembentukan arsitektur tajuk bertujuan untuk mengurangi sistem percabangan, meratakan penerimaan cahaya, menyebarkan percabangan agar dapat membagi ruang tumbuh secara merata, mempermudah pengelolaan pohon dan mempermudah penyusunan anggaran kebun serta prediksi hasil karena ukuran dan bentuk pohon seragam.

Hasil uji-t pada Tabel 2, panjang, lebar, dan luas tajuk memiliki nilai p < 0,05 yang berarti adanya perbedaan antara jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata panjang, lebar dan luas tajuk pada Tabel 1. Dilihat dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa pengaruh tegakan mahoni muda lebih baik untuk panjang, lebar, dan luas tajuk jarak pagar dibandingkan dengan pengaruh tegakan mahoni tua.

Perbedaan hasil pertumbuhan untuk diameter, tinggi, panjang, lebar, dan luas tajuk jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda memiliki pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Pandey dan Sinha (1972) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain, suplai makanan (nutrisi), suplai air, suplai oksigen, suhu, cahaya, hormon pertumbuhan. Selain itu menurut Sitompul dan Guritno (1995) faktor genetik, bahan tanaman, dan pengaruh masa lalu juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Salah satu faktor yang penting adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang bepengaruh terhadap proses fotosintesis. Hasil pengukuran intensitas cahaya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pengukuran intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk mahoni

Jenis tegakan Persentase penutupan

tajuk (%)

Intensitas cahaya matahari (10¹ LUX)

Mahoni muda 36,50 246

Intensitas cahaya yang tertinggi pada tegakan mahoni muda yaitu 246.10¹ Lux (Tabel 3). Semakin besar intensitas cahaya matahari maka pertumbuhan juga akan semakin cepat. Hal ini disebabkan karena cahaya matahari berpengaruh terhadap laju fotosintesis dari suatu tanaman. Daniel et al. (1987) menyebutkan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis. Bertambahnya intensitas cahaya, maka bertambah pula fotosintesis neto. Hasil dari proses fotosintesis berupa photosintat yang akan membantu pertumbuhan tanaman. Kecilnya intensitas cahaya akan mengakibatkan pertumbuhan tinggi tidak ke atas tetapi ke arah datangnya cahaya. Pertumbuhan jarak pagar yang membengkok terdapat pada jarak pagar mahoni tua (Lampiran 1).

Intensitas cahaya matahari dipengaruhi oleh cuaca dan juga tajuk. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase penutupan tajuk pada mahoni muda lebih kecil dibandingkan dengan persentase penutupan tajuk pada mahoni tua. Menurut Suryanto et al. 2006 perkembangan tajuk berhubungan dengan proses penangkapan energi matahari. Dalam praktek tumpangsari, informasi perkembangan tajuk akan berhubungan dengan proses berbagai sumberdaya dengan tanaman pertanian, terutama mengenai durasi praktek tumpangsari. Perbedaan persentase ini menyebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam tegakan mahoni muda lebih besar dibandingkan dengan intensitas cahaya di mahoni tua. Cuaca juga berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya matahari. Karena setiap waktu cuaca dapat berubah-ubah. Perbedaan waktu pengukuran intensitas cahaya juga dapat berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya. Untuk itu perlu adanya pengukuran intensitas cahaya dalam waktu yang bersamaan. Dilihat dari hasil perbedaan intensitas cahaya tersebut dapat diduga intensitas cahaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan mahoni tua. Besarnya intensitas pada tegakan mahoni muda dapat menyebabkan pertumbuhan jarak pagar yang lebih baik dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua.

Suhu merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman. Karena suhu berpengaruh terhadap fotosintesis suatu tanaman. Dari hasil pengukuran suhu pada tegakan mahoni muda lebih tinggi

yaitu 28,53ºC dibandingkan dengan suhu pada mahoni tua yang besarnya 28,07ºC. Menurut Hambali et al. (2006) jarak pagar paling sesuai tumbuh pada suhu 20 −

26º C. Apabila suhu terlalu tinggi atau lebih dari 35º C atau lebih rendah dari pada 15º C, akan menyebabkan pertumbuhan yang terhambat dan mengurangi kadar minyak dalam biji. Jadi pada suhu tersebut jarak pagar masih dapat bertahan hidup. Perbedaan suhu diantara kedua tegakan memang tidak berbeda jauh. Suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari dan juga cuaca. Seperti halnya pada intensitas cahaya, pengukuran suhu sebaiknya dilakukan secara bersamaan dikedua tegakan. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengukuran suhu dapat dibandingkan dengan kedua tegakan

Menurut Pandey dan Sinha (1972) suhu rendah pada malam hari untuk mengurangi laju respirasi dan suhu tinggi selama sehari untuk fotosintesis yang berguna untuk meningkat dan mengumpulkan photosintat juga meningkatkan pertumbuhan. Suhu pada mahoni muda lebih tinggi dibandingkan dengan tegakan mahoni tua. Hal ini diduga sebagai salah satu penyebab perbedaan pertumbuhan pada kedua tegakan tersebut.

Faktor yang berpengaruh penting adalah unsur hara. Tanah merupakan perantara penyedia faktor unsur hara. Menurut Daniel et al. (1995) tanah merupakan faktor yang penting dalam pengelolaan silvikultur seperti pertumbuhan semai dan penentuan pertumbuhan tegakan. Analisis tanah pada penelitian ini dilakukan dengan pustaka sekunder. Hasil analisis tanah dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil analisis tanah

Analisi Tanah JPMM JPMT

Tekstur Liat Liat

Pasir (%) 6,97 6,89

Pasir sangat halus (%) 0,73 0,66

Debu (%) 29,20 29,83 Liat (%) 62,99 62,62 Bobot Isi (gr/cm³) 1,1 1,05 Permeabilitas (cm/jam) 2,73 4,42 Porositas (%) 58,44 43,85 Ph 5,64 6,41 C-Organik (%) 1,34 1,62 N-total (%) 0,1 0,03 KTK (me/100 gr) 17,72 26,78 Sumber : (Prihatiningtyas 2010)

Tekstur tanah pada kedua tegakan bersifat liat. Pada Tabel 4 bobot isi tanah kecil, dan permeabilitas sedang memungkinkan lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah sehingga dapat mengurangi erosi. Bobot isi berbanding terbalik dengan porositas tanah, bila bobot isi tanah rendah maka porositas tanah akan tinggi dan sebaliknya. Porositas dipengaruhi oleh bahan organik, struktur tanah, dan juga tekstur tanah. Bobot isi menunjukan kepadatan tanah, selain itu bobot isi berfungsi untuk menghitung kebutuhan pupuk dan air. (Hardjowiegeno 2003)

Bahan organik pada analisis tanah JPMM lebih kecil dibandingkan dengan JPMT. Menurut Sutanto (2005) kandungan bahan organik biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Pada C-organik JPMM lebih kecil dibandingkan dengn JPMT. Kedua tegakan juga memiliki pH yang masam. Kemasaman tanah (pH) memiliki fungsi untuk menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman. Menurut Hardjowiegeno (2003) pada umumnya hara mudah diserap pada pH netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada pH masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al. Selain itu tanah masam unsur mikro dapat mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang banyak dan dapat bersifat racun. Sedangkan nilai N-total pada tegakan mahoni muda tergolong rendah, sedangkan pada tegakan mahoni tua tergolong sangat rendah. Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan yang kerdil, pertumbuhan akar yang terhambat, dan juga menyebabkan warna daun menjadi kuning. Kapasitas tukar kation atau KTK sangat erat dengan kesuburan tanah. Semakin tinggi KTK semakin subur tanah karena tanah mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Pada Tabel 4 nilai KTK pada mahoni tua lebih besar dibandingkan dengan mahoni muda. Seharusnya tanah di bawah tegakan mahoni tua lebih subur dibandingkan dengan mahoni muda. Namun kembali kekandungan N total yang lebih tinggi di mahoni muda. Hal ini lah yang diduga menjadi salah satu penyebab pertumbuhan jarak pagar lebih baik di bawah tegakan mahoni muda lebih baik dibandingkan dengan mahoni tua.

Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Karena jarak tanam berpengaruh terhadap kompetisi unsur hara, air,

dan intensitas cahaya. Tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua ataupun mahoni muda memiliki jarak tanam rata-rata 1 m x 1 m, namun banyak jarak tanam antar jarak pagar kurang dari 1 m x 1 m, dan lebih dari 1 m x 1 m. Jarak tanam yang tidak beraturan dan terlalu dekat menimbulkan persaingan atau kompetisi.Menurut Sitompul dan Guritno (1995) apabila dua atau lebih tanaman ditanam dengan cukup dekat dan ketersediaan unsur hara dan air terbatas, maka kompetisi akan faktor tersebut akan terjadi. Selain itu menurut Suprayogo et al.

2003 kompetisi antar tanaman yang ditanam berdampingan pada satu lahan yang sama sering terjadi, bila ketersediaan sumber kehidupan tanaman berada dalam jumlah yang terbatas. Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam hambatan pertumbuhan terhadap tanaman lain, seperti berkurangnya intensitas cahaya karena naungan pohon, atau menipisnya unsur hara dan air karena dekatnya perakaran dua jenis tanaman yang berdampingan. Pada lokasi penelitian pada jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan tegakan mahoni tua diduga terjadi sebuah kompetisi, karena jarak tanam yang terlalu dekat dan juga kandungan unsur hara yang sedikit. Kondisi dari jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua dan muda dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1 Tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua (A), mahoni muda (B)

Lingkaran merah merupakan kondisi tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan tua. Dari gambar di atas dapat dikatakan bahwa kondisi kerapatan pada tegakan mahoni tua lebih rapat di bandingkan dengan tegakan mahoni muda. Adanya kerapatan ini akan menimbulkan kompetisi.

Menurut Omon dan Adman (2007) Persaingan akan terjadi bila tajuk tanaman saling bersentuhan dan persaingan dalam memperoleh cahaya matahari

serta unsur cahaya. Dari Gambar 1 tanaman jarak pagar (lingkaran merah) mahoni tua saling besentuhan dengan sesama jarak pagar (intra-spesies), dan dengan tanaman lain (inter-spesies) dibandingkan dengan jarak pagar mahoni muda. Dengan demikian dapat diduga bahwa JPMT memiliki kompetisi yang lebih besar dibandingkan dengan JPMM. Kompetisi cahaya tidak seaktif kompetisi air dan hara. Biasanya adanya kompetisi cahaya tanaman akan merubah bentuk tumbuhnya mencari arah datangnya cahaya, selain itu akan memperbesar permukaan daun, dan mempertebal daun. Seperti pada JPMT banyak tanaman yang tumbuhnya tidak keatas melainkan mencari datangnya cahaya. Hal ini disebabkan karena kerapatan tanaman jarak pagar pada mahoni tua lebih rapat dibandingkan dengan jarak pagar di mahoni muda. Adanya kerapatan pada JPMT menyebabkan pertumbuhan pada JPMT tidak dapat tumbuh secara baik, karena diduga persaingan yang terjadi di JPMT lebih besar dibandingkan dengan JPMM. Pemeliharaan tanaman juga sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan. Pada lokasi penelitian sudah dilaksanakan pemeliharaan, namun pemeliharaan yang dilakukan kurang intensif. Hal ini terbukti dengan banyaknya gulma berupa rumput dan semak belukar yang tumbuh di bawah tegakan mahoni, terutama pada mahoni tua. Hambali et al. 2006 menyebutkan bahwa gulma yang tumbuh disekitar jarak pagar dapat menjadi pesaing dalam penyerapan nutrisi. Lahan yang bebas gulma berdampak pada pertumbuhan tanaman jarak lebih baik karena dapat menyerap nutrisi secara optimal. Pertumbuhan JPMM lebih baik dibandingkan dengan JPMT dapat disebabkan karena adanya gulma yang lebih banyak di JPMT. Selain penyiangan yang dilakukan juga terdapat pendangiran namun, tidak semua tanaman jarak pagar dilakukan pendangiran. Ada beberapa tanaman jarak pagar pada mahoni tua di bagian atas tidak dilakukan pendangiran karena letak tanaman jarak pagar yang sulit dijangkau. Adanya gangguan hewan kerbau menyebabkan tanaman menjadi rusak dan mati. Tanaman jarak pagar yang sudah rusak dan mati tidak langsung dilakukan penyulaman, terkadang sampai berminggu-minggu baru dilakukan penyulaman. Penyulaman menggunakan tanaman jarak kembali yang ditanam tidak sesuai aturan yaitu 1 m x 1 m. Menurut Omon dan Adman (2007) pembersihan atau pemeliharaan akan memberikan ruang bagi masuknya cahaya yang sangat dibutuhkan oleh tanaman

untuk melangsungkan proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini sangat berguna bagi tanaman dalam bertahan hidup. Perlu adanya peningkatan pemeliharaan tanaman jarak pagar agar pertumbuhan semakin meningkat.

Hasil pengukuran parameter pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda lebih baik dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Melihat dari hal ini dapat disimpulkan bahwa tanaman jarak pagar dapat digunakan sebagai tanaman tumpangsari dengan syarat intensitas cahaya yang cukup bagi jarak pagar. Jarak pagar dapat tetap ditanam di tegakan yang tua asalkan masih memungkinkan adanya intensitas cahaya matahari yang masuk cukup serta pemeliharaan yang intensif.

Dokumen terkait