DAFTAR PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.4 Parameter yang Diukur dan Pengumpulan Data .1 Parameter yang Diukur
3.4.1.1 Laju Pertumbuhan Harian
Pertumbuhan harian merupakan pertumbuhan ikan tiap harinya saat pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian (LPH) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi 1997) :
[√ ]
Keterangan : LPH : Laju pertumbuhan harian (% per hari) Wt : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (gram) Wo : Bobot rata-rata ikan pada saat hari ke-o (gram) t : Lama pemeliharaan (hari)
3.4.1.2 Penyerapan Nitrogen dan Fosfat
Menghitung penyerapan nitrogen dan fosfat dalam thallus rumput laut maka dilakukan langkah perhitungan sebagai berikut: sejumlah rumput laut melalui analisis proksimat kadar protein dan mineral fosfat akan diketahui jumlah nitrogen dan fosfat yang terkandung didalamnya (Lampiran 1). Nitrogen yang terkadung dalam thallus (N tissue) sama dengan seper enambelas dari nilai protein yang tertera. Setelah itu maka dilakukan perhitungan (Zhou et al. 2006) :
Penyerapan nitrogen = Laju pertumbuhan harian x N tissue 100
Penyerapan fosfat = Laju pertumbuhan harian x P tissue 100
12
3.4.1.3 Rasio Konversi Pakan (Feeding Convertion Ratio (FCR))
Rasio konversi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektifitas pakan (Effendi 1997). Persamaan yang digunakan untuk mengetahui konversi pakan adalah:
Keterangan : FCR : Feeding convertion ratio
Pa : Jumlah pakan yang diberikan (gram) Wi : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-i (gram) Wo : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-o (gram) Wm : Bobot rata-rata ikan yang mati (gram)
3.4.1.4 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Kelangsungan hidup (Survival Rate) adalah perbandingan antara jumlah total ikan yang hidup pada akhir percobaan dengan jumlah total ikan yang ditanam pada awal percobaan. Persamaan yang digunakan menurut Effendi (1997) adalah:
Keterangan: SR : Kelangsungan hidup
Ni : Jumlah ikan pada akhir pemanenan No : Jumlah ikan pada awal penebaran
3.4.1.5 Pertumbuhan Bobot Relatif (PBR)
Pertumbuhan bobot relatif adalah presentase biomasa ikan akhir dengan awal per biomasa awal. Rumus perumbuhan bobot relatif menurut Effendi (1997):
PBR = × 100%
Keterangan: PBR = Pertumbuhan Bobot Relatif (%)
Wo = Bobot ikan yang hidup di awal pengamatan (gram) Wt = Bobot ikan yang hidup di akhir pengamatan (gram)
3.4.1.6 Nutrient Removal (NR) atau penghilangan unsur hara
Sejumlah nutrien seperti nitrogen dan fosfat untuk rumput laut yang hilang di wadah pemeliharaan. Hal ini diperoleh dari rumus (Zhou et al. 2006) :
NR = 100 x (Ckontrol – Cpoli) Ckontrol
Keterangan : C = Konsentrasi nutrien (di kontrol maupun polikultur)
Wo Wo Wt
13
3.4.1.7 Jumlah Nitrogen dalam Air
Jumlah nitrogen yang dikeluarkan ikan nila dengan bobot biomassa tertentu dan dengan pemberian pakan sesuai FR. Hal ini dapat dihitung dengan memiliki data bobot ikan, feeding rate, dan kadar protein dalam pakan. Perhitungan yang diambil berdasarkan Schryver et al. (2008) adalah :
N dalam air = Bobot Ikan x FR x Kadar Protein x N dalam Protein x 75% Keterangan : N dalam protein = Seperenambelas dari kadar protein
75% = Nitrogen berasal dari pakan yang terbuang ke air (25% terserap tubuh ikan)
3.4.1.8 Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Nila dan Rumput Laut
Tingkat konsumsi oksigen pada ikan nila dan rumput laut diukur dengan merancang sebuah metode atau alat respirometer sederhana. Pengukuran ikan nila dilakukan pada bobot 1,8 gram, 1,9 gram, dan 2,0 gram sebanyak masing-masing 1 ekor pada 6 L media. Wadah berukuran 6 L dipersiapkan dan diisi dengan media bersalinitas 20 ppt, kemudian diaerasi selama 24 jam kemudian aerasi dihentikan dan diukur konsentrasi oksigen awal (jam ke-0), kemudian ikan nila dimasukkan dan konsentrasi oksigen terlarut diukur setiap 30 menit sampai jam ke-3. Hal ini juga berlaku untuk rumput laut dengan bobot pengukuran 200 gram/m3, 400 gram/m3, dan 600 gram/m3, tetapi wadah yang digunakan ada yang ditutup dengan plastik hitam dan ada yang dibiarkan terbuka, bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari sinar matahari terhadap proses fotosintesis dan nilai oksigen terlarut.
Penelitian tingkat konsumsi oksigen dilakukan dengan tiga kali ulangan pada setiap percobaan dan masing-masing wadah terdapat satu DO-meter. Wadah yang digunakan berukuran 6 L dengan sistem tertutup untuk menghindari difusi oksigen dari udara. Setiap 30 menit diamati perubahan nilai DO yang terlihat pada layar DO-meter sampai jam ke-3, metode ini menggunakan metode yang, setelah itu dimasukkan ke dalam rumus Pavlovskii (1964), yaitu :
  
2 11 2 1
0    n n n n t t x W V O O TKO14 Keterangan :
TKO = Tingkat Konsumsi Oksigen (mg O2/gram/jam)
n O2
= Konsentrasi oksigen pada saat tn (mg O2/L) Vn = Volume air pada tn (L)
Vn-1 = Volume air pada tn-1 (L)
W1 = Bobot hewan uji pada saat awal (gram) tn = Waktu pengukuran ke-n (jam)
3.4.2 Pengumpulan Data
3.4.2.1 Data Bobot dan Panjang Ikan Nila dan Rumput Laut
Data bobot ikan nila dan rumput laut diperoleh dengan mengambil semua ikan nila dan rumput laut percobaan pada setiap perlakuan kemudian biota ditimbang. Penimbangan rumput laut dilakukan dengan meniriskan rumput laut dari air hingga air berhenti menetes. Penimbangan dan pengukuran dilakukan di tempat teduh, tidak terkena sinar matahari langsung yang dapat mengakibatkan kekeringan dan kerusakan pada thallus. Penimbangan bobot ikan nila dan rumput laut dilakukan dengan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram (merk ACIS) dan pengukuran panjang dilakukan dengan penggaris dengan ketelitian 0,1 cm pada masing-masing sampel ikan nila. Sampling bobot dan panjang dilakukan pada awal perlakuan dan seminggu sekali selama pemeliharaan.
3.4.2.2 Data Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Nila
Data kelangsungan hidup (SR) ikan nila diperoleh dengan menghitung jumlah ikan nila pada awal dan akhir pemeliharaan serta mengamati jumlah ikan nila yang mati selama pemeliharaan dan dilakukan penimbangan bobot ikan mati.
3.4.2.3 Data Analisis Proksimat
Data analisis proksimat dilakukan untuk rumput laut dan pakan pada awal sebelum perlakuan, dan setelah perlakuan hanya dilakukan proksimat untuk rumput laut. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar protein dan total fosfat untuk mengetahui jumlah nitrogen serta fosfat limbah budidaya ikan nila yang dapat diserap oleh rumput laut. Analisis kadar protein dengan metode oksidasi, titrasi, dan destilasi dilakukan dengan menggunakan labu kjeldahl dan total fosfat dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer (Lampiran 1 dan 2). Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Pakan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
15
3.4.2.4 Pengukuran Fisika-Kimia Air
Data kualitas air diperoleh dengan melakukan pengukuran harian pada suhu menggunakan termometer, salinitas dengan menggunakan refraktometer, cahaya dengan menggunakan lux-meter, dan DO dengan menggunakan DO-meter, sedangkan untuk, TAN menggunakan metode indofenol dan spektrofotometer (λ=660 nm), nitrit metode asam sulfanilat (λ=543 nm), nitrat metode brucin sulfat (λ=410 nm) , dan total fosfat dala air (λ=880 nm), (Lampiran 3) dilakukan pengukuran satu kali dalam satu minggu di Laboratorium Air dan Udara SEAMEO BIOTROP.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pertumbuhan Ikan Nila
Kegiatan budidaya polikultur ikan nila dan rumput laut memiliki tujuan peningkatan produksi. Gambar 3 dan 4 menunjukkan penambahan bobot total ikan nila yang dipelihara bersama rumput laut maupun tanpa rumput laut. Ikan nila yang dipelihara bersama rumput laut memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari monokultur selama 35 hari pemeliharaan.
Gambar 3 menunjukkan grafik pertumbuhan bobot ikan nila yang setiap minggu bertambah pada semua perlakuan. Penambahan bobot pada perlakuan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut memiliki pertumbuhan bobot paling rendah setiap minggu selama 35 hari pemeliharaan yaitu sebesar 106,90±3,98 gram. Pemeliharaan minggu kedua sampai ketiga menggambarkan penambahan bobot yang relatif kecil dari minggu sebelumnya.
Grafik pertumbuhan perlakuan penambahan rumput laut (polikultur) selalu memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari perlakuan tanpa rumput laut. Perlakuan dengan kepadatan rumput laut tertinggi 600 gram/m3 + ikan nila 100 ekor/m3, selalu memiliki pertumbuhan paling baik diantara perlakuan yang lain yaitu dengan bobot akhir 154,02±1,49 gram, disusul dengan kepadatan 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 dengan bobot akhir 145,32±1,11 gram, kemudian perlakuan kepadatan 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 memiliki bobot akhir 142,13±1,99 gram. Perlakuan polikultur pada minggu kedua hingga ketiga memiliki pertumbuhan yang relatif kecil dibandingkan dengan minggu sebelumnya maupun setelahnya, sedangkan pada minggu awal hingga minggu kedua memiliki grafik pertumbuhan yang besar pada setiap perlakuan (Lampiran 4).
Grafik hubungan antara waktu pemeliharaan terhadap penambahan bobot total ikan nila selama 35 hari pemeliharaan yang diukur setiap minggu, terdapat pada Gambar 3.
17 Gambar 3. Biomasa ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam
rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
Gambar 4 menunjukkan peningkatan padat tanam rumput laut dari 0, 200, 400, dan 600 gram/m3 menyebabkan peningkatan bobot ikan nila sejalan dengan persamaan yang terbentuk dari kurva kubik pertumbuhan ikan nila selama 35 hari pemeliharaan adalah bobot nila = 106,9 + 0,3188x – 0,000870x2 + 0,000001x3 dengan R2 = 79,7% (Gambar 4) padat tanam rumput laut (x) dan bobot akhir ikan nila (y) dan R2 menyatakan koefisien determinasi. Berdasarkan persamaan kubik tersebut, maka setiap 1 gram rumput laut akan meningkatkan bobot ikan nila menjadi 107,2 gram selama 35 hari pemeliharaan, dengan nilai korelasi 0,803 dan signifikan (P<0,05). Kecenderungan grafik garis yang terbentuk terjadi peningkatan biomasa ikan yang disebabkan peningkatan padat tanam rumput laut.
Gambar 4. Persamaan biomasa ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0 1 2 3 4 5 B obot ( g ram ) Minggu ke- 0 gram/m3 200 gram/m3 400 gram/m3 600 gram/m3 106,90 142,13 145,32 154,02 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 0 200 400 600 B obot ( g ram )
18 Gambar 5 menunjukkan peningkatan panjang ikan nila pada keempat perlakuan setiap minggu. Perlakuan tanpa rumput laut menghasilkan panjang yang relatif lebih kecil setiap minggu. Peningkatan panjang ikan nila paling besar pada keempat perlakuan terdapat pada minggu awal hingga kedua terlihat dari kemiringan garis yang lebih curam dibanding minggu setelahnya.
Perlakuan dengan penambahan rumput laut pada kepadatan berbeda memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari perlakuan tanpa rumput laut setiap minggu. Namun, pada perlakuan polikultur, panjang ikan nila yang dihasilkan tidak berbeda nyata hingga 35 hari pemeliharaan (P<0,05).
Gambar 5. Panjang ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
Hasil pengukuran panjang ikan nila menghasilkan persamaan kurva kuadratik, yaitu panjang nila= 6,540 + 0,001639x – 0,000001x2 (Gambar 6), padat tanam rumput laut (x) dan panjang ikan nila (y). Berdasarkan persamaan kubik tersebut, setiap 1 gram rumput laut (x) akan menghasilkan panjang ikan nila 6,542 cm dengan R2=57,2% (pemeliharaan selama 35 hari dan pada kisaran wadah pemeliharaan yang sesuai). Peningkatan padat tanam rumput laut yang digunakan pada awal pemeliharaan berbanding lurus terhadap penambahan panjang ikan nila yang dihasilkan, terlihat dari kurva yang semakin meningkat sejalan dengan peningkatan padat tanam rumput laut. Grafik garis pada Gambar 6 memiliki nilai korelasi 0,729 dan signifikan (P<0,05).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 Panj ang ( cm ) Minggu ke- 0 gram/m3 200 gram/m3 400 gram/m3 600 gram/m3
19 Grafik model peningkatan panjang ikan nila yang terbentuk selama 35 hari pemeliharaan dengan berbagai kepadatan rumput laut setiap perlakuan, terdapat pada Gambar 6.
Gambar 6. Persamaan panjang ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
Laju pertumbuhan harian (LPH) ikan nila adalah penambahan bobot dalam persen (%) ikan nila setiap hari selama pemeliharaan. LPH ikan nila pada kepadatan 100 ekor/m3 ikan nila tanpa rumput laut memiliki nilai paling kecil dibandingkan perlakuan polikultur, yaitu 2,03±0,40% per hari. Perlakuan dengan kepadatan 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 menghasilkan LPH ikan nila yang rendah yaitu 2,91±0,37% per hari, sedangkan perlakuan dengan kepadatan 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 menghasilkan LPH yang paling besar yaitu 3,12±0,21% per hari, nilai tersebut tidak jauh berbeda pada perlakuan 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 dengan nilai LPH 3,05±0,22% per hari. Hal ini terlihat pada Gambar 7 LPH ikan nila pada perlakuan 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, dan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
Persamaan garis yang terbentuk adalah LPH nila= 2,030 + 0,00686x – 0,0000016x2 + 0,0000001x3, dengan R2=76,7% sehingga 1 gram rumput laut menghasilkan laju pertumbuhan harian ikan nila sebesar 2,03% per hari pada kondisi lingkungan budidaya yang sesuai. Grafik garis memiliki kecenderungan
6,53 6,84 6,96 7,06 5,60 5,80 6,00 6,20 6,40 6,60 6,80 7,00 7,20 7,40 0 200 400 600 Panj ang ( cm )
20 peningkatan padat tanam rumput laut menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan ikan nila sejalan dengan persamaan kubik di atas. Grafik garis Gambar 7 memiliki nilai korelasi cukup erat 0,773 dan signifikan (P<0,05).
Laju pertumbuhan harian ikan nila pada perlakuan monokultur dan polikultur yang dipelihara bersama rumput laut dalam satu wadah pemeliharaan selama 35 hari, terdapat pada Gambar 7.
Gambar 7. Laju pertumbuhan harian ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
Bobot akhir ikan nila yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan berbanding lurus dengan nilai pertumbuhan bobot relatif ikan nila. Pertumbuhan bobot relatif pada perlakuan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut menghasilkan nilai yang paling kecil yaitu 105,05±30,26%, nilai ini berbeda nyata terhadap perlakuan polikultur (P<0,05), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan dengan kepadatan rumput laut paling rendah 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 dengan nilai pertumbuhan bobot relatif 174,38±36,42%.
Perlakuan dengan kepadatan 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 memiliki nilai pertumbuhan bobot relatif paling besar yaitu 198,10±22,88%, nilai ini tidak berbeda nyata terhadap perlakuan dengan kepadatan 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 yang memiliki nilai pertumbuhan bobot relatif sebesar 191,04±24,35% (P<0,05). Hal ini terlihat dari Gambar 8 pertumbuhan bobot relatif ikan nila pada perlakuan bobot awal 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, 400 gram/m3 rumput laut + ikan
2,03 2,91 3,05 3,12 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 0 200 400 600 L aj u per tum buhan har ian (% /har i)
21 nila 100 ekor/m3, 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, dan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
Grafik garis pertumbuhan bobot relatif ikan nila selama 35 hari terhadap padat tanam rumput laut yang dipelihara secara polikultur, terdapat pada Gambar 8.
Gambar 8. Pertumbuhan bobot relatif ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
4.1.2 Pertumbuhan Rumput Laut (Gracilaria verrucosa)
Pertumbuhan rumput laut pada ketiga perlakuan polikultur memiliki grafik yang sama, mengalami peningkatan setiap minggu. Berdasarkan grafik yang terbentuk pada Gambar 9 terlihat bahwa perlakuan dengan kepadatan rumput laut paling rendah 200 gram/m3 + ikan nila 100 ekor/m3 memiliki grafik garis yang lebih landai.
Perlakuan dengan kepadatan rumput laut paling besar 600 gram/m3 + ikan nila 100 ekor/m3 memiliki grafik garis yang lebih curam dari perlakuan kepadatan rumput laut paling rendah 200 gram/m3 + ikan nila 100 ekor/m3 memiliki arti pertumbuhan rumput laut setiap minggu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Namun, grafik garis yang terbentuk pada perlakuan tersebut tidak berbeda nyata terhadap perlakuan pada kepadatan 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3. Peningkatan pertumbuhan rumput laut pada masing-masing perlakuan dapat dibandingkan pada nilai LPH rumput laut pada Gambar 10. Grafik pertumbuhan rumput laut dapat terlihat pada Gambar 9 pertumbuhan padat tanam rumput laut (G. verrucosa) perlakuan padat tanam 200 gram/m3 rumput
105,05 174,38 191,04 198,10 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 0 200 400 600 Pe rt um bu ha n re la ti f (% )
22 laut + ikan nila 100 ekor/m3, 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, dan 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 selama 35 hari pemeliharaan (Lampiran 5).
Gambar 9. Pertumbuhan biomasa rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
Grafik garis yang terbentuk pada Gambar 10 menjelaskan bahwa penambahan rumput laut akan meningkatkan laju pertumbuhan harian, akan tetapi pada kepadatan rumput laut 400 gram/m3 adalah titik optimum LPH rumput laut dan akan mengalami penurunan pada kepadatan 600 gram/m3. Hal ini terlihat dari grafik garis pada Gambar 10 yang membentuk parabola dan titik teratas terdapat pada kepadatan 400 gram/m3 dan setelah itu mengalami penurunan. Namun, nilai tersebut tidak berbeda nyata antara perlakuan (P<0,05).
Laju pertumbuhan harian (LPH) adalah pertumbuhan rumput laut dalam persen (%) setiap hari. Gambar 10 menunjukkan bahwa nilai LPH rumput laut terbesar pada perlakuan dengan 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 yaitu, 2,22±0,10% per hari, sedangkan perlakuan dengan kepadatan rumput laut paling rendah 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 memiliki nilai LPH 1,84±0,09% per hari dan pada perlakuan dengan kepadatan rumput laut paling besar 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 memiliki nilai LPH 2,03±0,34% per hari. Ketiga perlakuan memiliki nilai LPH yang tidak berbeda nyata (P<0,05). Perlakuan 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, dan 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 selama 35 hari pemeliharaan. Grafik garis yang terbentuk
16,20 20,70 26,43 28,60 27,70 30,90 32,40 39,60 50,83 55,97 59,00 70,57 48,60 55,13 75,83 79,07 82,70 99,00 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 0 1 2 3 4 5 B obot ( gr am ) Minggu ke- 200 gram/m3 400 gram/m3 600 gram/m3
23 menunjukkan hubungan padat tanam rumput laut pada masing-masing perlakuan terhadap laju pertumbuhan rumput laut pada pemeliharaan bersama ikan nila dengan kepadatan 100 ekor/m3.
Grafik pada Gambar 10 menunjukkan peningkatan padat tanam rumput laut menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan rumput laut mengikuti persamaan LPH rumput laut = 0,0452 + 0,01088x – 0,000013x2 dengan R2= 96,4%, yaitu setiap 1 gram rumput laut akan memiliki laju pertumbuhan harian sebesar 0,0056%/hari dipelihara dengan ikan nila kepadatan 100 ekor/m3 selama 35 hari. Grafik garis memiliki kecenderungan penurunan saat titik kepadatan rumput laut 400 gram/m3. Grafik garis Gambar 10 memiliki korelasi 0,801 dan signifikan (P<0,05).
Gambar 10. Laju pertumbuhan harian rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
4.1.3 Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Nilai kelangsungan hidup ikan nila pada perlakuan budidaya polikultur rumput laut dengan kepadatan 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, kepadatan 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, dan pada kepadatan 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kepadatan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
1,84 2,22 2,03 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 0 200 400 600 Laj u per tum buhan har ian (% /har i)
24 Hal ini terlihat dari Gambar 11 tingkat kelangsungan hidup ikan nila (O. niloticus) selama pemeliharaan 35 hari, nilai kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan dengan kepadatan rumput laut 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 yaitu 91,36±4,28% dan terendah pada perlakuan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut yaitu 72,84±2,14%, pada perlakuan 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, dan kepadatan 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3, memiliki kelangsungan hidup secara berturut-turut adalah 85,19±2,62% dan 90,12±4,28% (Lampiran 6).
Gambar 11. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.
4.1.4 Feeding Convertion Ratio (FCR) dan Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)
Nilai konversi pakan menggambarkan efisiensi pakan yang diberikan ke ikan nila dalam menghasilkan bobot akhir. Feeding convertion ratio adalah jumlah pakan yang diberikan (kg) untuk menghasilkan 1 kg bobot tubuh ikan. FCR ikan nila tertinggi terdapat pada perlakuan dengan pemeliharaan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut yaitu 4,31±1,60 memiliki arti dalam menghasilkan 1 kg ikan nila dibutuhkan pakan sebanyak 4,31 kg, sedangkan pada kepadatan rumput laut tertinggi 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 FCR sebesar 1,87±0,18 memiliki arti dalam menghasilkan 1 kg bobot ikan nila membutuhkan 1,87 kg pakan.
Efisiensi pakan merupakan persen tingkat efisiensi pakan untuk pertumbuhan ikan nila. Efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada nilai FCR terendah. Jadi pada perlakuan monokultur ikan nila dengan nilai FCR tertinggi
72,84 85,19 90,12 91,36 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 200 400 600 Surv iv al r at e (% )
Padat tanam rumput laut (gram/m3) a
25 menghasilkan efisiensi 23,19±3,64% lebih rendah dari perlakuan pemberian rumput laut, dan efisiensi pemberian pakan tertinggi terdapat pada perlakuan 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 dengan FCR terendah, nilai EPP yaitu sebesar 53,60±1,84%. FCR dan EPP sangat dipengaruhi dari bobot akhir, bobot awal, bobot mati ikan nila dan total pakan yang diberikan selama pemeliharaan (Lampiran 13 dan 14).
Tabel 1. Feeding Convertion Ratio (FCR) dan Efisiensi Pemberian Pakan (EPP) ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan
Peforma Ikan nila Padat tanam rumput laut (gram/m
3 ) 0 200 400 600 Bobot Awal (g) 52,13±0,15 51,80±1,41 49,93±0,57 51,67±0,07 Bobot Akhir (g) 106,90±3,98b 142,13±1,99a 145,32±1,11a 154,02±1,49a Bobot Mati (g) 18,47±1,19a 11,30±2,56ab 7,23±4,72b 7,07±3,49b Total Pakan (g) 140,5 158,6 167,1 176,7 FCR 4,31±1,60a 2,06±0,38b 1,90±0,08b 1,87±0,18b EPP (%) 23,19±3,64b 48,61±4,42a 52,70±1,46a 53,60±1,84a
Keterangan : Huruf superscript dibelakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05)
4.1.5 Nitrogen yang dikeluarkan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Pakan yang diberikan merupakan sumber nitrogen yang mampu mengurangi kualitas air. Nilai nitrogen yang dikeluarkan ikan nila tergantung dari bobot total ikan nila, semakin besar bobot ikan nila maka semakin banyak pakan yang dikonsumsi dan semakin banyak limbah nitrogen yang dikeluarkan. Pengeluaran nitrogen berasal dari feses, urea, dan insang. Hal ini terlihat dari Tabel 2 pada kepadatan 600 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 memiliki pertumbuhan bobot ikan nila tertinggi sehingga menghasilkan nitrogen tertinggi 3,151±0,10 mg/L, pada perlakuan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut memiliki pertumbuhan bobot akhir paling kecil (Gambar 3 dan 4) menghasilkan nitrogen di wadah pemeliharaan sebesar 2,257±0,19 mg/L (Lampiran 7).
Pengeluaran nitrogen ikan semakin meningkat sejalan dengan waktu, dan terlihat bahwa perlakuan ikan nila dipelihara bersama rumput laut kepadatan tertinggi akan mengeluarkan nitrogen paling banyak setiap minggu. Berikut disajikan Tabel 2, jumlah nitrogen yang dikeluarkan ikan nila di wadah pemeliharaan ikan nila dan rumput laut berdasarkan peforma ikan nila.
26 Tabel 2. Nitrogen dalam air yang dikeluarkan oleh ikan nila Oreochromis niloticus pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan (mg/L). Padat tanam (gram/m3) Minggu ke- 1 2 3 4 5 200 1.589±0.00 2.004±0.13ab 2.148±0.30ab 2.271±0.13ab 2.504±0.13bc 400 1.589±0.00 2.032±0.02a 2.235±0.16ab 2.429±0.17a 2.797±0.10b 600 1.589±0.00 2.060±0.03a 2.358±0.24a 2.564±0.32a 3.151±0.10a 0 1.589±0.00 1.779±0.12b 1.871±0.13b 1.825±0.24b 2.257±0.19c Keterangan :
 Huruf superscript dibelakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap kolom menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05)
 Pada minggu ke-6 telah dilakukan pemanenan, sehingga angka N yang dikeluarkan ikan nila sebesar 0 (tidak dilakukan pengukuran).
4.1.6 Konsentrasi TAN, Nitrit, dan Nitrat, dan Fosfat
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan konsentrasi nitrogen (TAN, nitrat, dan nitrit) dan fosfat pada perlakuan polikultur ikan nila dan rumput laut dengan budidaya monokultur ikan nila. Kemampuan rumput laut dalam menyerap nitrogen di wadah pemeliharaan mampu mengurangi konsentrasi nitrogen di wadah pemeliharaan.
Konsentrasi TAN pada Gambar 12 menunjukkan pada perlakuan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut menghasilkan konsentrasi TAN paling tinggi. Setiap minggu konsentrasi TAN pada perlakuan ini semakin meningkat, dan pada minggu kedua menuju minggu ketiga, peningkatan TAN lebih tinggi dari minggu sebelum dan sesudahnya, terlihat dari kemiringan grafik yang lebih curam. Konsentrasi TAN perlakuan tersebut yaitu 2,470±0,3 mg/L selama 35 hari