• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sarana dan Prasarana

Dalam dokumen Laporan Praktik Lapang Kondisi Umum Ekos (Halaman 31-42)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Demografi .1 Penduduk .1 Penduduk .1 Penduduk

4.2.5 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang bagi kemajuan desa khususnya bagi pembangunan dan pengembangan daerah. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Tanjung Sebauk dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 6. Sarana dan Prasarana

No. Nama Objek Jumlah

1 Masjid 1 2 Mushalla 1 3 TPA/TPQ 1 4 PAUD 1 5 Pos Kamling 1 6 Lapangan Voli 1

7 Lapangan Sepak Bola 1

8 Posyandu 1

9 Sumur Umum 1

10 Pelabuhan Nelayan 1

Sumber: Profil Desa Tanjung Sebauk

4.3 Keadaan Umum Perairan

4.3.1 Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan

Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia di lapangan yang di ukur pada pagi hari pukul 08.15 WIB dan Sore Hari 17.15 Wib tanggal 13 April sampai 17 April 2016, maka di dapat beberapa kondisi parameter kualitas perairan, di sajikan pada tabel 7 dan 8.

Tabel 7. Hasil Pengukuran Parameter Fisika Perairan

Parameter

Fisika Tanggal

Nilai dan Stasiun

Rata-rata Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore

Suhu (0C) 13 April 2016 27 29 28 30 28 30 28,7 15 April 2016 26 27 27 27 27 28 27 17 April 2016 27 28 27 28 28 29 27,8 Salinitas (%0) 13 April 2016 27,5 35,0 28,5 35,5 27,5 33,0 31,2 15 April 2016 26,5 34,0 26,5 33,0 25,5 33,0 29,6 17 April 2016 28,5 34,0 28,5 35,0 27,5 35,5 31,5 Kecepatan arus (cm/s) 13 April 2016 4,4 7,6 5,1 8,1 5,9 7,3 6,4 15 April 2016 5,0 8,2 6,8 8,8 6,0 7,5 7,1 17 April 2016 4,1 7,8 6,8 7,8 5,1 6,1 6,3

Sumber: Data Primer

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil pengukuran parameter fisika selama praktik lapang. Parameter suhu yang paling rendah suhunya adalah pada tanggal 15 April di Stasiun I saat pagi hari dengan suhu 260C. Suhu tertinggi pada tanggal 13 April di stasiun III saat sore hari dengan suhu 300C. Parameter salinitas yang terendah pada 15 April di stasiun III saat pagi hari dengan nilai salinitas 25,5%0. Parameter salinitas tertinggi pada 13 April di stasiun II saat sore hari dan 17 April di stasiun III saat sore hari dengan nilai salinitas 35,5%0. Parameter kecepatan arus terendah pada tanggal 17 April 2016 Stasiun I saat pagi hari dengan kecepatan arus 4,1 cm/s dan kecepatan arus tertinggi pada tanggal 15 April 2016 Stasiun II sore hari dengan kecepatan 8,8 cm/s.

Tabel 8. Hasil Pengukuran Parameter Kimia Perairan

Parameter

Kimia Tanggal

Nilai dan Stasiun

Rata-rata Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore

pH 13 April 2016 7,6 7,3 7,0 7,0 7,4 7,1 7,3 15 April 2016 7,9 7,5 7,9 7,6 7,7 7,5 7,7 17 April 2016 7,7 7,7 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 DO (mg/L) 13 April 2016 8,0 8,4 8,1 8,4 8,0 8,0 8,2 15 April 2016 8,3 8,4 8,0 8,0 8,1 8,1 8,2 17 April 2016 8,0 8,0 8,1 8,1 8,3 8,4 8,2

Sumber: Data Primer

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil pengukuran parameter kimia selama praktik lapang. Parameter pH yang terendah pada tanggal 13 April di stasiun II saat pagi dan sore dengan nilai 7, dan yang tertinggi pada tanggal 15 April di stasiun I saat pagi dengan nilai 7,9. Parameter DO yang terendah yaitu 8, dan yang tertinggi yang didapati dengan nilai 8,4.

Grafik 1. Hasil pengukuran kualitas perairan yang telah dirata-ratakan

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil pengukuran kualitas perairan fisika dan kimia yang telah dirata-ratakan. Suhu yang telah dirata-ratakan adalah 27,8 0C,

0 5 10 15 20 25 30 35

Pengukuran kuaitas perairan

Suhu (⁰C) Salinitas (‰)

Kecepatan arus (cm/s)

pH

salinitas yang telah dirata-ratakan adalah 30,8%0, kecepatan arus yang telah dirata-ratakan 6,6 cm/s, pH yang telah dirata-ratakan adalah 7,6 , dan DO yang telah dirata-ratakan adalah 8,2 mg/L.

Hasil pengamatan parameter biologi yang berupa identifikasi jenis lamun dan fauna asosiasi di lapangan yang diamati pada tanggal 13 April sampai 17 April 2016, maka di dapat beberapa jenis dari lamun dan fauna asosiasi, di sajikan pada tabel 10 dan 11.

Tabel 9. Jenis lamun di perairan Desa Tanjung Sebauk

Famili Spesies

Hydrocharitaceae

Enhalus acoroides Halophila minor Thalassia hemprichii

Cymodoceaceae Syringodium isoetifolium

Cymodocea serrulata

Tabel 10. Jenis Fauna di Perairan Desa Tanjung Sebauk

Nama lokal Spesies

Bintang laut Protoreaster nodulosus

Protoreaster nodosus

Rajungan Syclla serrata

Ikan Pranaesus duodecimalis

Gerres macrosoma

Kerang Polymesoda expansa

Udang Macrobacium sp

4.3.1.1 Suhu perairan

Dari hasil pengukuran suhu, perairan pantai Desa Tanjung Sebauk berkisar 27 – 29 oC dan masih berada pada suhu normal untuk pertumbuhan lamun. Menurut Hutomo (1985) suhu yang normal untuk pertumbuhan lamun di perairan tropis berkisar antara 24 °C – 35 °C.

Suhu perairan untuk Enhalus acoroides

Dharmayanthi (1989) dalam Faiqoh (2006) dalam Hasanah (2014) menemukan bahwa kisaran suhu Enhalus acoroides yang tumbuh di pulau Lima (Serang, Banten) adalah 26-270C. Sedangkan menurut Erftemeijer and Middelburg (1993) dalam Hasanah (2014) Enhalus tumbuh pada temperatur 26,5-32,50C yang pada saat siang hari di perairan dangkal dan pada saat air sedang surut suhu ini dapat mencapai 380C.

Suhu perairan untuk Halophila minor

Sambara (2014) mendapatkan Halophila sp hidup pada kisaran suhu 29 – 32 0

C di Pulau Barrang Lompo.

Suhu perairan untuk Thalassia heprichii

Sambara (2014) mendapatkan Thalassia hemprichii hidup pada kisaran suhu 29 – 32 0C di Pulau Barrang Lompo.

Suhu perairan untuk Syringodium isoetifolium

Hendra (2011) menemukan Syringodium isoetifolium tumbuh pada temperatur 300C di perairan Pulau Barrang Lompo.

Suhu perairan untuk Cymodocea serrulata

Sambara (2014) mendapatkan Cymodocea sp hidup pada kisaran suhu 29 –

4.3.1.2 Kecepatan arus perairan

Terjadi perbedaan kecepatan arus pada saat pagi dan sore. Hal ini disebabkan oleh tiupan angin dan arus yang tidak menentu sehingga mampu mengubah gerakan air yang berada di permukaan perairan.

Kecepatan arus perairan berpengaruh pada produktifitas padang lamun. Arus tidak memengaruhi penetrasi cahaya, kecuali jika mengangkat sedimen sehingga mengurangi cahaya yang masuk dalam suatu perairan (Moore, 1996). Lamun mempunyai kemampuan maksimal untuk menghasilkan standing crop pada saat kecepatan arus 0,5 m/detik yang masih termasuk kondisi yang baik untuk pertumbuhan lamun (Dahuri et al., 2001 ; Irwanto, 2010; Hasanah 2014).

Kecepatan arus untuk Enhalus acoroides

Kisaran arus yang didapatkan pada daerah lokasi adalah 0,007 m/detik –

0,039 m/detik untuk lamun jenis Enhalus acoroides (Sambara, 2014).

Kecepatan arus untuk Halophila minor

Kisaran arus yang didapatkan pada daerah lokasi adalah 0,007 m/detik –

0,039 m/detik untuk lamun jenis Halophila sp (Sambara, 2014).

Kecepatan arus untuk Thalassia hemprichii

Kisaran arus yang didapatkan pada daerah lokasi adalah 0,007 m/detik –

Kecepatan arus untuk Syringodium isoetifolium

Kecepatan arus perairan dilokasi penelitian untuk stasiun Syringodium isoetifolium adalah 0,0214 m/s (Hendra, 2011).

Kecepatan arus untuk Cymodocea serrulata

Kisaran arus yang didapatkan pada daerah lokasi adalah 0,007 m/detik –

0,039 m/detik untuk lamun jenis Cymodocea sp (Sambara, 2014).

4.3.1.3 Salinitas

Salinitas perairan Desa Tanjung Sebauk berkisar antara 25,5‰ -35,5‰. Hal ini didukung oleh Hutomo (1999) menjelaskan bahwa lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu 10-40‰. Nilai salinitas yang optimum untuk lamun adalah 35‰. Walaupun spesies lamun memiliki toleransi terhadap salinitas yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki kisaran yang besar terhadap salinitas yaitu antara 10-30 ‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan

fotosintesis.

Salinitas untuk Enhalus acoroides

Hasil penelitian Lanuru (2011) dalam Hasanah (2014) menyatakan bahwa lamun Enhalus acoroides dapat hidup pada kisaran salinitas antara 28-32 ‰ di Pulau Lae lae, Makassar.

Salinitas untuk Halophila minor

Hasil penelitian Sambara (2014) menemukan pada bentuk vegetatif lamun yang salah satunya adalah Halophila sp hidup pada kisaran salinitas antara 30 -

Salinitas untuk Thalassia sp

Thalassia ditemukan hidup dari salinitas 3,5-60 ‰, namun dengan waktu toleransi yang singkat. Kisaran optimum untuk pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35 ‰ (Azkab, 1999 dalam Hendra, 2011).

Salinitas untuk Syringodium isoetifolium

Hasil penelitian Hendra (2011) menyatakan bahwa lamun Syringodium isoetifolium dapat hidup pada salinitas 35 ‰ di Pulau Barrang Lompo.

Salinitas untuk Cymodocea serrulata

Hasil penelitian Sambara (2014) menemukan pada bentuk vegetatif lamun yang salah satunya adalah Cymodocea sp hidup pada kisaran salinitas antara 30 -

35‰ di Pulau Barrang Lompo.

4.3.1.4 Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen terlarut yang optimum bagi pertumbuhan lamun dan organisme asosiasinya pada suatu perairan adalah lebih dari 5 mg/L (Baku Mutu air laut Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Th. 2004). Rata-rata oksigen terlarut di Desa Tanjung Sebauk adalah 8<x<8,5 yang menandakan oksigen terlarut di lokasi ini termasuk dalam kategori optimum bagi pertumbuhan lamun organisme asosiasinya.

Oksigen Terlarut untuk Enhalus acoroides

Kisaran oksigen terlarut yang didapatkan di perairan Pulau Bonetambung yang ada pada vegetasi Enhalus acoroides adalah 3,4 – 5,47 mg/L (Qurahman, 2013).

Oksigen Terlarut untuk Halophila minor

Kisaran oksigen terlarut (DO) yang didapatkan di perairan Pulau Mantehage, Sulawesi Utara yang ada pada vegetasi Halophila minor adalah antara 4,19 – 5,99 mg/L (Patty, et al., 2013).

Oksigen Terlarut untuk Thalassia hemprichii

Kisaran oksigen terlarut yang didapatkan di perairan Pulau Bonetambung yang ada pada vegetasi Thalassia hemprichii adalah 3,4 – 5,47 mg/L (Qurahman, 2013).

Oksigen Terlarut untuk Syringodium isoetifolium

Hasil penelitian Hendra (2011) menyatakan bahwa lamun Syringodium isoetifolium dapat hidup pada kandungan DO 4,86 mg/L di Pulau Barrang Lompo.

Oksigen Terlarut untuk Cymodocea serrulata

Hasil penelitian Syahid (2014) menyatakan bahwa lamun Cymodocea sp

dapat hidup pada kandungan DO 7,2 – 7,6 mg/L di Pulau Miangas. 4.3.1.5 Derajat Keasaman (pH)

Hasil pengukuran kandungan derajat keasaman di perairan Desa Tanjung Sebauk Kecamatan Tanjungpinang Kota Kepulauan Riau adalah 6,9<x<8 yang menandakan bahwa perairan ini memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Menurut Odum (1971) air laut merupakan sistem penyangga yang sangat luas dengan pH relatif stabil sebesar 7,0-8,5. Ini membuktikan bahwa perairan Desa Tanjung Sebauk tergolong stabil berdasarkan pH.

pH perairan untuk Enhalus acoroides

pH perairan untuk Enhalus acoroides ditemukan pada kisaran nilai 6 – 8 (Feryatun, et al. 2012).

pH perairan untuk Halophila minor

pH perairan untuk Halophila sp ditemukan pada kisaran nilai 8 (Feryatun, et al. 2012).

pH perairan untuk Thalassia hemprichii

pH perairan untuk Thalassia hemprichii ditemukan pada kisaran nilai 6 – 8 (Feryatun, et al. 2012).

pH perairan untuk Syringodium isoetifolium

pH perairan untuk Syringodium isoetifolium ditemukan pada kisaran nilai 7

– 8 (Feryatun, et al. 2012).

pH perairan untuk Cymodocea serrulata

pH perairan untuk Cymodocea serrulata ditemukan pada kisaran nilai 6 – 8 (Feryatun, et al. 2012).

4.3.1.6 Lamun

Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai yang dasarnya bisa berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati, Pendukung lain adalah kecerahan perairan yang tinggi, suhu yang stabil, dengan kedalaman sekitar 1 – 10 meter. Pada perairan yang sangat jernih, beberapa jenis lamun ditemukan tumbuh di kedalaman 8 hingga 15 meter.

4.3.1.7 Fauna Asosiasi Perairan

Pada perairan Desa Tanjung Sebauk terdapat jenis-jenis fauna yang berupa rajungan, udang, ikan, kerang-kerangan dan bintang laut. Jenis yang mendominasi di lokasi ini adalah dari jenis ikan seperti ikan bilis, ikan sembilang dan selangat dan juga dari jenis rajungan. Data ini didapatkan melalui pengamatan langsung dan wawancara nelayan setempat.

4.3.1.8 Keterkaitan Kualitas Perairan dan Lamun

Perairan Desa Tanjung Sebauk merupakan perairan ekosistem lamun masih berada dalam batas toleransi bagi lamun dan biota asosiasi sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan referensi yang mendukung bagi lamun dan biota asosiasinya. Berikut tabel pengukuran kualitas perairan Desa Tanjung Sebauk yang dibandingkan dengan KepMen. LH No. 51 tahun 2004 dan referensi terkait. Tabel 11. Keterkaitan kualitas perairan lamun dibandingkan baku mutu

No. Parameter Perairan Rata-Rata* Baku Mutu** Keterangan*** 1 Suhu (oC) 27,8 28 – 32

Menurut Hutomo (1985) suhu yang normal untuk pertumbuhan lamun di perairan tropis berkisar antara 24 °C – 35 °C..

2 Salinitas (%0) 30,8 33 – 34

Hutomo (1999), lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu 10-40‰.

3 Kecepatan arus

(cm/s) 6,6 - -

4 pH 7,6 7 – 8,5

Odum (1971) air laut merupakan sistem penyangga yang sangat luas dengan pH relatif stabil sebesar 7,0-8,5.

5 DO (mg/L) 8,2 >5

Effendi (2003), perairan yang mempunyai konsentrasi oksigen terlarut >5 mg/L merupakan perairan yang tidak tercemar.

Sumber: *Data Primer

**KepMen. LH no. 51 tahun 2004, tentang baku mutu air laut untuk biota laut

4.3.2. Sumberdaya Perikanan

Dalam dokumen Laporan Praktik Lapang Kondisi Umum Ekos (Halaman 31-42)

Dokumen terkait