• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PARAMETER KUALITAS AIR Suhu

Tabel 3. Data Kualitas Air Selama Penelitian

Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah pakan buatan FF999 dengan kandungan protein 30% dan frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam satu hari yaitu pukul 09.00, 13.00 dan 18.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5%

dari bobot ikan per hari.

Pembahasan

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang, berat maupun volume dalam waktu tertentu (Susanto, 1997). Laju pertumbuhan panjang tertinggi dan pertumbuhan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu berturut – turut 2,32 cm dan 2,45 gr sedangkan laju pertumbuhan panjang dan pertumbuhan bobot terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 1,743 cm dan1,68 gr Berdasarkan uji lanjut (BNJ) menunjukkan bahwa perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P3. Pertambahan panjang pada ikan patin diiringi dengan pertambahan bobot ikan tersebut atau laju pertumbuhan panjang berbanding lurus dengan pertumbuhan bobot ikan patin hal ini dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3. Semakin besar nilai koefisien keragaman panjang maka dalam populasi tersebut ukuran antar individu akan semakin beragam. Keseragaman ukuran ikan dalam suatu populasi sangat penting karena apabila terjadi keragaman yang tinggi maka kompetisi yang terjadi didalamnya semakin tinggi pula dalam hal ini adalah kompetisi perebutan ruang gerak.

Penurunan nilai laju pertumbuhan panjang, pertumbuhan panjang mutlak dan nilai koefisien keragaman ikan yang tinggi diduga karena ruang gerak ikan yang semakin sempit dengan meningkatnya padat penebaran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wedemeyer (1996) bahwa peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.

Rata – rata ikan yang mati adalah ikan yang berukuran kecil karena adanya kompetisi dengan ikan yang berukuran lebih besar dalam perebutan ruang gerak.

Sehingga ikan yang berukuran lebih besar mendominasi ruang gerak. Hal ini

yang menyebabkan ikan yang berukuran kecil menjadi terhambat pertumbuhannya sehingga pertumbuhan panjang mutlak ikan menurun dan koefisien keragamannya tinggi.

Kualitas air juga menjadi salah satu faktor pendukung pada pertumbuhan ikan patin, dimana pada penelitian diperoleh kualitas air antara lain suhu 28oC - 30 oC, pH 6,5 – 7,3 , DO 5,2 – 7,0 dan amoniak 0 – 0,1. Sedangkan menurut Kordi (2005) ikan patin hidup pada pH 6,5 – 9,0 dan suhu berkisar 25 oC – 33 o

Jumlah pakan yang diberikan pada setiap perlakuan adalah sama yakni sebesar 5 % daari bobot tubuh ikan patin setiap harinya. Pertumbuhan akan semakin cepat jika makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan, sedangkan jika pakan diberikan secara berlebih kedalam wadah pemeliharaan maka mengakibatkan penurunan kualitas air. Kandungan gizi dalam pakan juga mempengaruhi pertumbuhan ikan. Dalam penelitian ini pakan yang digunakan adalah pakan buatan jenis FF999 yang biasa digunakan oleh pembudidaya.

C.

Pemeliharaan pada penelitian ini menggunakan pakan pellet ikan, sedangkan pada habitat aslinya patin termasuk hewan omnivora. Kualitas air media budidaya dipengaruhi oleh kandungan amoniak didalamnya. Penurunan kualitas air dapat menyebabkan ikan stres yang kemudian dapat mengganggu laju pertumbuhan ikan.

Penurunan kualitas air juga dapat disebabkan karena pemberian jumlah pakan yang berlebih sehingga menyebabkan pakan tersisa dan tidak termakan oleh ikan. Pakan yang tersisa akan terakumulasi menjadi racun dan toksik bagi ikan budidaya karena adanya proses penguraian bahan organik dimana proses tersebut dilakukan oleh bakteri anerob yang menggunakan oksigen terlarut dalam air untuk

membantu proses dekomposisi. Sumpono (2005) menyatakan bahwa meningkatnya konsentrasi amoniak selain disebabkan oleh semakin tingginya padat penebaran juga dipengaruhi oleh waktu pemeliharaan.

Kematian ikan terjadi akibat dari persaingan yang timbul dari tingkat kepadatan yang tinggi sehingga kepadatan menjadi salah satu faktor pembatas terhadap kelangsungan hidup ikan. Hal ini dapat juga terjadi karena perlakuan pada padat tebar tertinggi telah melampaui daya dukung perairan. Daya dukung merupakan salah satu kemampuan suatu perairan untuk dapat mendukung kehidupan biota dalam perairan tanpa menambah atau mengurangi biomasssanya.

Peningkatan padat penebaran akan mengganggu tingkah laku ikan ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup.

Selama pemeliharaan terjadi kematian ikan pada beberapa perlakuan. Hal ini terjadi pada hari pertama penelitan hingga hari ke empat puluh. Persaingan ruang gerak mengakibatkan banyak ikan patin mati terutama pada perllakuan 5 ekor/liter. Nilai kelangsungan hidup ikan patin pada akhir penelitian berkisar antara 88,89% - 80,56%, berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa padat tebar ikan patin P1, P2 dan P3 yang dipelihara selama 40 hari. Pada pemeliharaan ini tingkat kelangsungan hidup menunjukkan bahwa perlakuan padat tebar ikan hingga 5 ekor/liter menunjukkan tingkat kematian yang paling banyak.

Nilai kualitas air juga mempengaruhi terhadap kematian ikan, menurut Kordi (2005) ikan patin hidup pada pH 6,5 – 9,0 dan suhu berkisar 25 oC – 33 oC, dari hasil penelitian yang telah dilakukan nilai kualitas air yang didapat yaitu pH 5,1 – 7,3, suhu 28 oC – 30 oC. Penurunan pH disebabkan oleh peningkatan CO2

akibat respirasi sedangkan jumlah O2

Sebagaimana makhluk hidup lainnya, ikan membutuhkan linngkungan yang nyaman agar dapat hidup. Berdasarkan pengukuran kualitas air media pemeliharaan, nilai DO selama masa pemeliharaan berkisar antara 4,7 – 7,0 mg/L.

nilai DO 7 mg/L hanya terdapat pada awal pemeliharaan yang kemudian terus menerus turun hingga diakhir pemeliharan terdapat nilai 4,7 mg/L yang terdapat pada P3. Pada pengukuran DO dan pH terjadi penurunan sedangkan pada amoniak terjadi peningkatan di setiap perlakuan yang diberikan hal ini disebabkan karena akuarium sebagai wadah pemeliharaan terhubung antara satu sama lain.

berkurang akibat respirasi dan perombakan zat organik melalui proses oksidasi yang memerlukan oksigen.

Pada parameter ammonia terjadi peningkatan nilai. Nilai terendah hanya terdapat pada awal pemeliharaan kemudian terus mengalami peningkatan hingga hari ke empat puluh pemeliharaan sebesar 0,01 mg/L. hasil dari pengukuran amoniak juga menunjukkan kadar dari setiap perlakuan adalah sama. Sedangkan hasil pengukuran suhu selama pemiliharaan berkisar 28 oC – 30 o

Suhu juga merupakan salah satu parameter yang menentukan keberhasilan budidaya. Suhu merupakan faktor penting yaitu sebagai controlling factor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan merupakan hewan berdarah dingin yang berarti suhu tubuh dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen.

C. Pada parameter suhu mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi lingkungan dan cuaca, namun tidak terjadi perubahan suhu drastis selama pemeliharaan karena dilakukan pada lingkungan yang terkontrol. Hasil pengukuran suhu juga menunjukkan nilai yang sama pada setiap perlakuan.

Peningkatan suhu perairan sebesar 10 o

Menurut Goddard (1996) menyebutkan bahwa kualitas air menurun seiring peningkatan padat tebar yang diikuti oleh penurunan tingkat pertumbuhan. Namun jika kondisi lingkungan dapat dipertahankan dengan baik dan pemberian pakan yang cukup, kepadatan ikan yang tinggi akan meningkatan produksi. Padat penebaran dan pertukaran air akan sangat mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisensi pakan. Oksigen yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi.

C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebesar 2 – 3 kali lipat.

Dokumen terkait