• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius pangasius)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

Andreas H. Marpaung 100302080

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(2)

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

SKRIPSI

Andreas H. Marpaung 100302080

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(3)

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

SKRIPSI

Andreas H. Marpaung 100302080

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Padat Tebar Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius pangasius)

Nama : Andreas H. Marpaung NIM : 100302080

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Syammaun Usman, M.P Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui :

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Andreas H. Marpaung NIM : 100302080

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Padat Tebar Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius pangasius)” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi.

Medan, Januari 2017

Andreas H. Marpaung NIM. 100302080

(6)

ANDREAS H. MARPAUNG. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius pangasius). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan INDRA LESMANA.

Ikan patin merupakan salah satu ikan budidaya yang paling populer dan memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Budidaya intensif dapat dilakukan dengan mengoptimalkan padat tebar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh padat tebar optimum dengan panjang rata – rata 10 cm dan bobot rata – rata 5 gram. Ikan patin yang digunakan sebanyak 324 ekor dab wadah pemeliharaan yang digunakan adalah 9 akuarium ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm dengan volume air 12 liter per akuarium. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan padat tebar 1 ekor/liter, 3 ekor/liter dan 5 ekor/liter. Perlakuan P1 menunjukkan laju pertumbuhan panjang dan bobot terbaik. P3 menunjukkan pertumbuhan panjang dan bobot terendah.

Hasil akhir penelitian diperoleh panjang P1 12,34 cm; P2 12,01 cm; P3 11,76 cm dan bobot P1 7,49 gr; P2 7,08 gr; P3 6,71 gr. Padat tebar berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan panjang dan pertumbuhan bobot.

Kata kunci : Pangasius pangasius. Patin, padat tebar, laju

(7)

ANDREAS H. MARPAUNG. Effect of stocking density on the growth rate patin fish (Pangasius pangasius). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and INDRA LESMANA.

Patuin fish is one of cultivication fish which familiar and have high economical price in Indonesia. Intensive cultivication can be done bya optimizing the stocking density. This research aims to determine optimum stocking density with an average length is 10 cm and weight is 5 gr. Patins are use as much as 324 fishes and maintenance container use are 9 aquariums with size 40 cm x 20 cm x 20 cm and the volume water are 12 liters each aquarium. The method use is Completly Randomize Design with the treatment of stocking density 1 fish/liter (P1); 3 fish/liter (P2); 5 fish/liter(P3). Ended treatment showed length P1 12,34 cm; P2 12,01 cm; P3 11,76 cm and weight P1 7,49 gr; ; P2 7,08 gr; P3 6,71 gr.

Stocking density significantly affected on the length and weight growth rate.

Keywords : Pangasius pangasius, patin, stocking density, growth rate

(8)

Penulis dilahirkan di Sidikalang tanggal 3 Agustus 1992 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Antonius Marpaung dan Eva. V. Panjaitan.

Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Sidikalang dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis pernah melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Ikan Padasuka, Dinas Perikanan dan Peternakan Sumedang pada tahun 2013.

Selama perkuliahan penulis juga aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan 2013 – 2014, aktif sebagai pengurus Ikatan Mahasiswa Katolik St. Fransiskus Xaverius bidang kekeluargaan tahun 2012 – 2013 dan aktif sebagai anggota Pemerintahan Mahasiswa koordinator bidang pengkaderan tahun 2014 -2015.

(9)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi “Pengaruh Padat Penebaran Benih Ikan Patin (Pangasius pangasius)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada Ayahanda Ir. Antonius Marpaung dan Ibunda Dra. Eva V.

Panjaitan, adinda Andry Hizkia, Alvin Marpaung dan Agung K. Marpaung yang saya sayangi yang telah memberikan dukungan materi, kasih sayang dan doa kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Syammaun Usman, M.P dan Bapak Indra Lesmana S.Pi, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua program studi, seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada M. Khairul Saleh S.Pi, Rewaldy Siregar S.Pi, Ronald F. Naibaho S.Pi, Albino Panjaitan S.Pi, May R. Sihaloho SP, Navisa Fairuz S.Pi, Aryani Agiza S.Kg, Noer Sultan, Teuku Irfan Lizda, M. Zulfahmi, Ryanda Putra dan teman – teman Manajemen Sumberdaya Perairan stambuk 2010, 2011, 2012 dan 2013 serta selurh rekan mahasiswa yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berusaha untuk sempurna, namun jika ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menerima kritik, saran dan masukan yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan dan Budidaya Perikanan. Atas saran dan arah serta motivasi yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2017

Penulis

(10)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Kerangka Pemikiran ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Biologi Ikan Patin (Pangasius pangasius) ... 6

Pertumbuhan Ikan ... 8

Padat Penebaran ... 10

Kelangsungan Hidup ... 12

Fisika dan Kimia Perairan ... 12

METODE PENELITIAN ... 15

Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Rancangan Percobaan ... 15

Teknis Penelitian ... 16

Persiapan Wadah ... 16

Penebaran Ikan Uji ... 17

Pemberian Pakan ... 17

Kualitas Air ... 17

Pengumpulan Data ... 18

Kelangsungan Hidup ... 19

Laju Pertumbuhan Panjang ... 19

Laju Pertumbuhan Bobot ... 20

Kualitas Air ... 20

Analisis Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

(11)

Tingkat Kelangsungan Hidup ... 24

Kualitas Air ... 25

Pemberian Pakan ... 26

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 32 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

No Teks Halaman 1. Tabel Data Kualitas Air ... 26

(13)

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Ikan Patin ... 7

3. Laju Pertumbuhan Panjang Ikan Patin ... 21

4. Rata – Rata Pertumbuhan Panjang Ikan Patin ... 22

5. Laju Pertumbuhan Bobot Ikan Patin ... 23

6. Rata – Rata Pertumbuhan Bobot Ikan Patin ... 24

7. Kelangsungan Hidup Ikan Patin ... 25

(14)

No. Teks Halaman

1. Bagan Percobaan Acak Lengkap (RAL) Nonfaktorial ... 37

2. Data dan Analisis Ragam Panjang Rata-Rata Ikan Patin ... 38

3. Data dan Analisis Ragam Bobot Rata – Rata Ikan Patin ... 41

4. Data dan Analisis Ragam Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Patin 44

5. Tabel Rata-Rata Parameter Kualitas Air Selama Pemeliharaan ... 46

6. Dokumentasi Penelitian ... 47

(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan, hal ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan.

Menurut Mandiri Tani (2009) ikan merupakan salah satu sumber makanan yang sangat digemari masyarakat karena mengandung protein yang cukup tinggi dan dibutuhkan oleh manusia untuk pertumbuhan.

Subsektor perikanan merupakan pemegang peranan yang sangat penting dalam penyediaan kebutuhan protein bagi rakyat Indonesia. Produksi ikan mencapai kurang lebih 2 juta ton per tahun, sebagian besar 74% yaitu berasal dari laut dan sisanya 26% dari perairan tawar (Mariyono dan Sundana, 2002).

Usaha perbaikan kualitas ikan sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan pembudidaya ikan. Induk dan benih yang memiliki mutu tinggi mutlak diperlukan dalam kegiatan budidaya karena dari induk unggul diharapkan didapatkan benih yang berkualitas pula. Benih berkualitas dapat dilihat dari tingkat pertumbuhannya yang cepat, FCR rendah, tahan terhadap penyakit sehingga nantinya dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan pembudidaya (Setiyono dkk, 2012).

Menurut Setiawan (2009) peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya akan

(16)

dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tesebut adalah penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Sehingga peningkatan padat penebaran harus sesuai dengan daya dukung.

Menurut Hepher dan Pruginin (1981), peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical santding crop) sehingga pada kepadatan tertentu pertumbuhan akan terhenti karena telah mencapai titik carrying capacity (daya dukung lingkungan). Untuk memperoleh hasil yang optimal, peningkatan kepadatan harus juga diikuti dengan peningkatan carrying capacity. Salah satu cara meningkatkan carrying capacity yaitu dengan pengelolaan lingkungan budidaya melalui sistem resirkulasi.

Perumusan Masalah

Ikan patin merupakan salah satu ikan budidaya yang populer dan memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum maka dilakukan budidaya intensif yaitu dengan padat penebaran.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi antara lain:

1. Apakah padat tebar pemeliharaan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan patin?

2. Berapakah padat penebaran optimal benih ikan patin?

(17)

Kerangka pemikiran

Permintaan pasar terhadap produksi ikan patin sangat tinggi, sehingga untuk mengimbangi permintaan pasar tersebut perlunya dilakukan pemeliharaan ikan secara intensif. Pemeliharaan secara intensif dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan padat penebaran. Padat penebaran bertujuan untuk mengoptimalkan lahan sempit sehingga memiliki pengaruh terhadap efisiensi produk. Dengan memiliki sumber daya dan tempat yang terbatas diharapkan mampu untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan budidaya dan memberikan efek yang nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan budidaya.

Padat penebaran dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin, sehingga dapat mengimbangi permintaan pasar yang tinggi. Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

(18)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Budidaya

Perikanan

Permintaan Pasar Ikan Konsumsi Tinggi

Intensif Ekstensif

Mengoptimalkan Padat Penebaran

Penambahan Hormon

Laju Pertumbuhan dan kelangsungan hidup

1 ekor/Liter

3 ekor/Liter

5 ekor/Liter

(19)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui padat tebar optimal benih ikan patin.

2. Untuk mengetahui pengaruh padat tebar terhadap kelangsungan hidup benih ikan patin.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah meemberikan informasi kepada petani budidaya mengenai padat tebar optimal benih ikan patin yang diperlihara dalam kolam pemeliharaan sehingga menghasilkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Patin (Pangasius pangasius)

Ikan patin adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil didomestikasi. Jenis – jenis ikan patin di Indonesia sangat banyak, antara lain Pangasius pangasius atau Pangasius jambal, Pangasius humeralis, Pangasiuslithostoma, Pangasius nasutus, pangasius polyuranodon, Pangasius niewenhuisii. Sedangkan Pangasius sutchi dan Pangasius hypophtalmus yang dikenal sebagai jambal siam atau lele bangkok merupakan ikan introduksi dari Thailand (Kordi, 2005).

Ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiruan. Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala ikan patin relatif kecil dengan mulut terletak diujung kepala agak ke bawah. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm.

Sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.

Sirip punggung memiliki sebuah jari–jari keras yang berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi di belakangnya, sedangkan jari – jari lunak pada sirip punggungnya terdapat 6 – 7 buah (Kordi, 2005).

Pada permukaan punggung terdapat sirip lemak yang ukurannya sangat kecil dan sirip ekornya membentuk cagak dengan bentuk simetris.Sirip duburnya agak panjang dan mempunyai 30 – 33 jari-jari lunak, sirip perutnya terdapat 6 jari – jari lunak. Sedangkan sirip dada terdapat sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi 6 senjata yang dikenal sebagai patil dan memiliki 12 – 13 jari-jari lunak (Susanto Heru dan Khairul Amri, 1996).

(21)

Gambar 2. Ikan Patin (Pangasius pangansius)

Menurut Santoso (1996), kedudukan taksonomi ikan patin adalah sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi Sub-ordo : Siluroidea

Famili : Pangasidae Genus : Pangasius Spesies : Pangasius pangasius

Habitat ikan patin adalah di tepi sungai – sungai besar dan di muara – muara sungai serta danau. Dilihat dari bentuk mulut ikan patin yang letaknya sedikit agak ke bawah, maka ikan patin termasuk ikan yang hidup di dasar perairan.Ikan patin sangat terkenal dan digemari oleh masyarakat karena daging ikan patin sangat gurih dan lezat untuk dikonsumsi (Susanto Heru dan Khairul Amri, 1996).

Patin dikenal sebagai hewan yang bersifat nokturnal, yakni melakukan aktivitas atau yang aktif pada malam hari. Ikan ini suka bersembunyi di liang – liang tepi sungai. Benih patin di alam biasanya bergerombol dan sesekali muncul di permukaan air untuk menghirup oksigen langsung dari udara pada menjelang fajar. Untuk budidaya ikan patin, media atau lingkungan yang dibutuhkan tidaklah rumit, karena patin termasuk golongan ikan yang mampu bertahan pada

(22)

lingkungan perairan yang jelek. Walaupun patin dikenal ikan yang mampu hidup pada lingkungan perairan yang jelek, namun ikan ini lebih menyukai perairan dengan kondisi perairan baik (Kordi, 2005).

Kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Karena air sebagai media tumbuh sehingga harus memenuhi syarat dan harus diperhatikan kualitas airnya, seperti: suhu, kandungan oksigen terlarut (DO) dan keasaman (pH) (Effendie, 2002).

Menurut Kordi (2005) air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan patin harus memenuhi kebutuhan optimal ikan. Air yang digunakan kualitasnya harus baik. Ada beberapa faktor yang dijadikan parameter dalam menilai kualitas suatu perairan, sebagai berikut:

1. Oksigen (O2

2. Suhu 25 – 33

) terlarut antara 3 – 7 ppm, optimal 5 – 6 ppm.

o

3. pH air 6,5 – 9,0 ; optimal 7 – 8,5.

C.

4. Karbondioksida (CO2

5. Amonia (NH

) tidak lebih dari 10 ppm

3) dan asam belerang (H2

6. Kesadahan 3 – 8 dGH (degress of German total Hardness)

S) tidak lebih dari 0,1 ppm.

Pertumbuhan Ikan

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang, berat maupun volume dalam waktu tertentu. Pertumbuhan ikan biasanya diikuti dengan perkembangan, yaitu perubahan dalam kenampakan dan kemampuannya yang mengarah pada pendewasaan. Pada pertumbuhan normal terjadi rangkaian perubahan pematangan yaitu pertumbuhan yang mengikut sertakan penambahan protein serta peningkatan panjang dan ukuran (Setiawan, 2009).

(23)

Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor genetik, hormon, umur, kemampuan dalam memanfaatkan makanan atau efisiensi penggunaan ransum dan ketahanan terhadap suatu penyakit. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar seperti ruang gerak, kepadatan penebaran, kuantitas dan kualitas makanan (Anggorodi, 1984).

Dalam kegiatan budidaya perikanan baik pada tahap kegiatan pembenihan maupun pembesaran, pakan merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk menunjang keberhasilan usaha tersebut. Pakan yang dibutuhkan harus mempunyai formula yang lengkap, mengandung bahan – bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan (Sutikno, 2011).

Ikan patin perkembangan gametnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

Patin jantan mencapai dewasa lebih cepat daripada ikan betina, karena proses kematangan kelamin relatif lama. Namun, patin yang hidup di daerah tropis, perkembangan telur dan spermanya lebih cepat daripada patin yang hidup di daerah subtropis (Kordi, 2005).

Ikan akan tumbuh dengan normal jika pertambahan berat sesuai dengan pertambahan panjang. Pertumbuhan ikan dapat dinyatakan menurut rata – rata berat / panjang pada umur tertentu (Achyar, 1979).

Terdapat dua macam pertumbuhan yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah pertambahan bobot atau panjang pada ikan pada saat umur tertentu, sedangkan pertumbuhan relatif adalah perbedaan antara ukuran pada akhir interval dibagi dengan ukuran pada awal interval. Pertumbuhan merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu adalah pertambahan

(24)

jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan (Effendie, 2002).

Padat Penebaran

Padat penebaran ikan merupakan jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya persatuan luas atau volume (Hepher dan Pruginin, 1981). Peningkatan kepadatan ikan akan menyebabkan menurunnya bobot rata-rata, efisiensi pakan serta kelangsungan hidup ikan. Padat penebaran erat sekali hubungannya dengan produksi dan pertumbuhan ikan. Hatimah (1992) mengatakan bahwa padat penebaran yang tinggi akan menghasilkan produksi yang tinggi namun berat individunya kecil. Sebaliknya dengan padat penebaran rendah akan menghasilkan produksi yang rendah tetapi berat individual akan relatif besar.

Menurut Suresh dan Lin (1992) bahwa kualitas air menurun seiring peningkatan padat tebar yang diikuti dengan penurunan tingkat pertumbuhan.

Namun jika kondisi lingkungan dapat dipertahankan dengan baik dan pemberian pakan yang cukup, kepadatan ikan yang tinggi akan meningkatkan produksi.

Padat penebaran dan pertukaran air akan sangat mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan.

Bardach dkk. (1972) menyatakan bahwa tingkat padat penebaran akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya sisa metabolisme yang terakumulasi dalam media air, sedangkan ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang rendah akan lebih agresif. Jika dalam suatu perairan budidaya populasi terlalu padat dapat menyebabkan berkurangnya

(25)

oksigen terlarut (DO) dan akan mempengaruhi nafsu makan ikan. Tingkat DO yang rendah dalam kolam diikuti dengan nitrit yang tinggi dapat merangsang pembentukan methemoglobine, sehingga mengakibatkan menurunnya transportasi oksigen dalam darah yang mengakibatkan stres dan kematian pada ikan.

Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis. Respon stres terjadi dalam tiga tahap yaitu tanda adanya stres, bertahan, dan kelelahan. Ketika ada stres dari luar ikan mulai mengeluarkan energinya untuk bertahan dari stres.

Selama proses bertahan ini pertumbuhan menurun. Stres meningkat cepat ketika batas daya tahan ikan telah tercapai atau terlewati. Dampak stres ini mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan selanjutnya terjadi kematian.

Gejala ikan sebelum mati yaitu warna tubuh menghitam, gerakan tidak berorientasi, dan mengeluarkan lendir pada permukaan kulitnya.

Apabila jumlah ikan melebihi batas kemampuan suatu wadah maka ikan akan kehilangan berat. Selain itu persaingan dalam hal makanan sangat penting karena kompetisi untuk memperoleh makanan lebih tinggi pada padat penebaran yang lebih tinggi dibandingkan padat penebaran yang lebih rendah. Oleh Karena itu, pada padat penebaran yang lebih tinggi ukuran ikan lebih bervariasi sedangkan pada padat penebaran yang lebih rendah relatif seragam dan ukurannya lebih besar (Serdiati, 1988).

Semakin tinggi tingkat padat penebaran dalam suatu wadah budidaya, maka kualitas air pada wadah tersebut cenderung mengalami penurunan seiring waktu pemeliharaan. Hal ini dapat diatasi menggunakan cara intensif, yang

(26)

dilakukan dengan wadah indoor sehingga kualitas air akan lebih mudah terkontrol, baik parameter fisika, biologi maupun kimia. Kualitas air merupakan faktor utama yang mempengaruhi kelangsungan hidup serta pertumbuhan segala jenis ikan.

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup merupakan presentase organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan pemeliharaan dari jumlah seluruh organisme awal pemeliharaan dalam suatu wadah (Effendie, 1985). Kelangsungan hidup ikan terutama pada stadia larva sangat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan sdangkan jumlah makanan dan frekuensi pemberian pakan dalam satu hari juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Kelangsungan hidup ikan patin yang dipelihara dalam akuarium selama 8 minggu sebesar 95,85%

dengan tingkat pemberian pakan sebesar 3% (Sugianto, 2007).

Faktor Fisika dan Kimia Perairan

Kondisi wadah yang terlalu padat mengakibatkan oksigen terlarut semakin berkurang, begitu pula dengan ketersediaan pakan sedangkan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan semakin tinggi. Jika faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan, maka peningkatan padat penebaran dapat dilakukan tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan.

Kualitas air berperan penting dalam budidaya ikan karena diperlukan sebagai media hidup ikan. Beberapa parameter fisika dan kimia yang dapat mempengaruhi hidup ikan adalah suhu, oksigen terlarut, CO2, pH, alkalinitas, amoniak, nitrit dan nitrat (Barus, 2004).

Ikan memerlukan oksigen terlarut yang cukup bagi kehidupannya, kandungan oksigen yang rendah menyebabkan nafsu makan menurun, yang

(27)

selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan. Kisaran nilai optimum oksigen terlarut bagi pertumbuhan ikan adalah di atas 5 ppm. Meskipun demikian kandungan oksigen terlarut 4,21 – 5,43 ppm masih dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik bagi benih ikan dengan bobot individu sekitar 10 mg atau berumur 10 hari (Affiati dan Lim, 1986).

Nilai pH optimum untuk menumbuhkan bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter yang digunakan dalam proses nitrifikasi berkisar antara 6-9 (Timmons dan Losordo, 1994). Tinggi rendahnya pH dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan, khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme. Semakin tinggi padat penebaran dalam wadah budidaya, bahan organik dan sisa metabolisme juga semakin tinggi, namun dengan pengaturan pemberian pakan, alkalinitas merupakan perubah yang berhubungan dengan pH. Alkalinitas berperan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Benih ikan patin dapat hidup dengan baik pada perairan yang beralkalinitas 14 – 100 mg/l. Air yang memiliki alkalinitas tinggi akan menerima asam dalam jumlah yang lebih besar tanpa menyebabkan penurunan pH secara nyata (Vesilind dkk, 1973).

Laju oksidasi, laju oksidasi nitrit dan laju nitrifikasi juga meningkat dengan meningkatnya padat penebaran yang secara tidak langsung berkaitan dengan meningkatnya buangan metabolit dan sisa pakan di dalam sistem budidaya. Dekomposisi metabolit dan sisa pakan yang meningkat akan meningkatkan konsentrasi amoniak di dalam sistem, sehingga mendorong meningkatnya laju oksidasi amoniak, laju oksidasi nitrit dan laju nitrifikasi.

(28)

Kandungan amonia antara 0 – 0,12 ppm masih menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik bagi benih ikan (Affiati dan Lim, 1986).

Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air. Selain itu, tingginya temperatur air akan menyebabkan meningkatnya aktivitas metabolisme dari organisme yang ada. Dengan tingginya aktivitas metabolisme ini, kandungan gas terlarut akan berkurang. Rendahnya kandungan gas terlarut dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan ikan lemas bahkan mati (Zonneveld dkk, 1991).

Suhu air menjadi faktor pembatas utama yang menentukan pertumbuhan dan kehidupan ikan. Suhu yang tinggi akan meningkatkan jumlah konsumsi oksigen sehingga dapat menyebabkan kematian. Suhu berpengaruh terhadap kelarutan gas – gas dalam air dan kehidupan organisme didalamnya. Semakin tinggi suhu di perairan maka semakin tinggi pula metabolisme ikan sehingga dalam proses tersebut maka ikan membutuhkan banyak energi untuk kelangsungan hidupnya (Fujaya, 2008).

(29)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 – November 2016, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium untuk pemeliharaan ikan patin dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm sebanyak 9 buah, pompa air, pH meter, DO meter, termometer, ammoniak tes kit, kertas milimeter, timbangan digital dan rak kayu.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain ikan patin dengan ukuran panjang rata-rata 10 cm/ekor dan bobot rata-rata 5 gram/ekor sebanyak 324 ekor yang didapat dari petani lokal di wilayah Medan dan pakan komersil.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali yang disusun secara acak dengan perlakuan sebagai berikut:

Perlakuan 1 dengan padat tebar 1 ekor/liter (P1) Perlakuan 2 dengan padat tebar 3 ekor/liter (P2)

Perlakuan 3 dengan padat tebar 5 ekor/liter (P3)

Rancangan ini digunakan karena keragaman kondisi lingkungan, alat,

(30)

bahan dan media yang digunakan adalah homogen atau letak/posisi masing- masing unit tidak mempengaruhi hasil-hasil percobaan, dan percobaan ini dilakukan pada kondisi terkendali atau setiap unit percobaan secara keseluruhan memiliki peluang yang sama besar untuk menempati akuarium percobaan atau dapat dilihat pada Lampiran 1.

Teknis Penelitian Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan adalah akuarium dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm dengan ketinggian air 15 cm sehingga volume air dalam akuarium sebanyak 12 liter dihubungkan dengan menggunakan pipa plastik (paralon) dan kran air sebagai pengatur debit air dalam satu sistem sirkulasi untuk mengalirkan air dari bak penampungan ke akuarium digunakan pompa air.

Sedangkan untuk mengalirkan air dari akuarium ke bak penampungan dengan memanfaatkan gravitasi, dimana bak penampungan dan bak filter diletakkan sejajar tetapi berada posisi yang lebih rendah dari posisi akuarium dengan perhitungan debit dari inlet dan outlet bak penampungan adalah sama.

Akuarium yang akan digunakan dicuci menggunakan larutan detergen kemudian dibilas dengan bersih dan di isi air bersih dan diaerasi selama 24 jam.

Kemudian media filter disusun didalam bak filter dan dilakukan pengisian ulang air ke dalam akuarium, bak penampungan, dan bak filter. Sebelum ikan ditebar, sistem sirkulasi yang telah disusun dijalankan terlebih dahulu selama 7 hari agar debit dari air inlet dan outlet sama atau stabil dan kandungan kaporit dalam air yang digunakan menurun, karena sumber air yang digunakan berasal dari air

(31)

PAM. Selama penelitian atau 40 hari akan dilakukan pergantian air setinggi 3 cm dari tinggi air di akuarium atau 20% dari volume air pemeliharaan di akuarium atau sebanyak 2,4 liter setiap 4 hari sekali untuk membersihkan bak filter, bak penampungan serta mengurangi kotoran dan menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tetap sesuai dengan kualitas air yang dibutuhkan oleh ikan patin dan membersihkan bak filter.

Penebaran Ikan Uji

Ikan yang digunakan adalah ikan patin. Sebelum ditebar, ikan disterilisasi dengan cara direndam dalam larutan blue copper sebanyak 5 ml dalam 20 liter air selama 3 detik dilakukan pengukuran kualitas air pemeliharaan dan kemudian aklimatisasi terlebih dahulu terhadap media dan lingkungan pemeliharaan. Setelah proses adaptasi maka ikan ditebar kedalam 9 akuarium, dengan kepadatan masing- masing 1 ekor/liter, 3 ekor/liter dan 5 ekor/liter dengan bobot 5 gr/ekor.

Pemberian Pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan komersil dengan kandungan protein 30% dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam satu hari yaitu pukul 09.00, 13.00 dan 18.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5% dari bobot ikan per hari.

Kualitas Air

Parameter kualitas air pemeliharaan ditentukan dengan mengukur parameter kualitas air selama penelitian yang terdiri dari parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan yaitu pH, ammonia, DO, suhu. Data ini digunakan untuk menentukan kelayakan kualitas air media pemeliharaan selama penelitian apakah masih memenuhi baku kelayakan hidup ikan patin. Pengukuran suhu dan

(32)

DO dilakukan setiap hari sedangkan pengukuran kandungan Ammonia dan pH dilakukan setiap 10 hari sekali dengan menggunakan Ammonia testkit dan pH meter. Pengukuran ammonia dilakukan dengan mengambil sampel dari setiap perlakuan sebelum dilakukan pergantian air.

Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan selama 40 hari. Dalam penelitian ini diamati adalah laju pertumbuhan antara lain yang meliputi kelangsungan hidup ikan, panjang ikan dan bobot ikan. Pengamatan dilakukan setiap 10 hari sekali.

Kegiatan ini dilakukan sebelum pemberian pakan pada pagi hari . Ikan diambil menggunakan saringan hawa ikan secara perlahan kemudian ditempatkan pada baskom yang telah diisi air. Ikan contoh ditimbang menggunakan timbangan digital. Panjang tubuh ikan diukur dengan menggunakan kertas milimeter.

Setiap hari dilakukan pengamatan ikan yang mati sehingga jumlah ikan yang hidup dapat diketahui. Dari data yang telah dikumpulkan kemudian digunakan untuk menghitung parameter kerja yang meliputi derajat kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan panjang harian dan laju pertumbuhan bobot harian

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Untuk menghitung kelangsungan hidup (SR) digunakan rumus dari Goddard (1996):

SR = 𝑁𝑁𝑁𝑁

𝑁𝑁0 x 100 %

(33)

Keterangan :

SR : kelangsungan hidup benih (%) Nt

N

: jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)

0 : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

Laju Pertumbuhan Panjang

Pengukuran panjang dilakukan setiap 10 hari. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kertas milimeter. Dengan pengambilan contoh ikan sampel sebanyak 50 % dari jumlah ikan uji pada setiap wadah percobaan. Laju pertumbuhan panjang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie, 1997) :

ΔL = Lt – L Keterangan:

0

ΔL = Pertumbuhan panjang (cm) Lt

L

= Panjang rata-rata akhir (cm)

0 = Panjang rata-rata awal (cm)

Laju Pertumbuhan Bobot

Laju pertumbuhan bobot menjadi parameter utama dalam budidaya ikan patin. Pengukuran pertumbuhan bobot dilakukan setiap 10 hari dan dengan pengambilan contoh ikan sampel sebanyak 50 % dari jumlah ikan uji pada setiap wadah percobaan. Laju pertumbuhan bobot (ΔW) dihitung dengan rumus (Effendie, 1997):

ΔW= Wt – W0

(34)

keterangan:

ΔW = Laju pertumbuhan bobot harian (%) Wt

W

= Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram)

0 = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram)

Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur suhu, pH, amoniak dan DO.

Pengukuran suhu diukur dengan menggunakan thermometer pada pagi, siang, dan sore hari. PH diukur dengan menggunakan pH meter dalam rentang waktu 10 hari sekali. Ammonia diukur dengan menggunakan ammonia testkit. DO diukur dengan menggunakan DO meter.

Analisis Data

Untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati berpengaruh nyata atau tidak kemudian dilakukan uji analisis ragam (ANOVA) dan uji F pada selang kepercayaan 95%. Jika ada perbedaan nyata, maka akan diuji lanjut dengan menggunakan BNJ (Beda Nyata Jujur) pada selang kepercayaan 95% dan selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data berupa pertumbuhan panjang (cm), pertumbuhan berat (gr), kelangsungan hidup (%) dan data hasil pengamatan kualitas air selama penelitian.

Pertumbuhan Panjang Ikan Patin

Laju pertumbuhan ikan patin yang diperlihara selama 40 hari pada setiap perlakuan P1, P2 dan P3 berturut – turut adalah 2,32 cm, 2 cm dan 1,74 cm. Laju pertumbuhan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yakni sebesar 2,32 cm sedangkan laju pertumbuhan panjang terkecil terdapat pada P3 1,74 cm yakni sebesar seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Pertumbuhan Panjang Rata – Rata Ikan Patin

Berdasarkan pengamatan peningkatan padat tebar yang diberikan terhadap ikan patin juga mempengaruhi laju pertumbuhan panjang ikan patin selama masa pemeliharaan 40 hari seperti Gambar 4. Grafik menunjukkan pada setiap sampling

2,32

2

1.74

0 0,5 1 1,5 2 2,5

P1 P2 P3

Panjjang Rata-Rata (cm)

Perlakuan

(36)

yang dilakukan nilai panjang terbesar diperoleh pada perlakuan P1 kemudian diikuti P2 dan P3 yang memiliki nilai panjang terendah.

Gambar 4. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin

Perlak uan

Rata- ra ta

Panjang Hari Ke- (cm) Δ

0 10 20 30 40 L

P1

Rata- ra ta

10.

0 2

10.

7 2

11.

1 0

11.

9 1

12.

3 4

2.

3 2

P2

Rata- ra ta

10.

0 1

10.

4 7

10.

9 5

11.

4 4

12.

0 1

2.

0 0

P3

Rata- ra ta

10.

0 1

10.

3 2

10.

6 5

11.

1 1

11.

7 6

1.

7 4 Tabel 1. Panjang Rata-rata (cm) Ikan Patin Selama Penelitian

Dari hasil anilisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap laju pertumbuhan panjang ikan patin. Hasil dari uji lanjut perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2 dan P3 begitu juga dengan perlakuan P2 berbeda nyata dengan perlakuan P3.

10,02

10,72

11,1

11,91

12,34

10,01 10,47

10,95

11,44

12,01

10,01 10,32

10,65

11,11

11,76

9,5 10 10,5 11 11,5 12 12,5

0 10 20 30 40

Panjang Sampling Hari Ke-

P1 P2 P3

(37)

Laju Pertumbuhan Bobot

Laju pertumbuhan bobot yang dipelihara pada tingkat kepadatan P1, P2 dan P3 berturut – turut adalah 2,45 gr, 2,05 gr dan 1,68 gr. Laju pertumbuhan bobot tertinggi ada pada perlakuan P1 yaitu 2,45 gr sedangkan laju pertumbuhan bobot terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 1,68 gr. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pertumbuhan Bobot Rata – Rata Ikan Patin

Berdasarkan pengamatan dan sampling yang dilakukan, peningkatan padat penebaran yang diberikan terhadap ikan patin mempengaruhi laju bobot ikan patin selama masa pemeliharaan 40 hari (Lampiran 3) seperti pada Gambar 6. Grafik menunjukkan pada setiap sampling dilakukan nilai pertambahan bobot tertinggi diperoleh pada P1 kemudian diikuti perlakuan P2 dan perlakuan P3 memiliki nilai bobot terendah.

2,45

2,05

1,68

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

P1 P2 P3

Bobot Rata -Rata (gr)

Perlakuan

(38)

Gambar 6. Pertumbuhan Bobot (gr) Ikan Patin

Perlaku an

Rata- ra ta

Bobot Hari Ke- (gr) Δ

0 10 20 30 40 W

P1

Rata- ra ta

5.0 4

5.6 5

6.4 9

7.0 7

7.4 9

2.4 5

P2

Rata- ra ta

5.0 3

5.4

1 6.2

6.6 5

7.0 8

2.0 5

P3

Rata- ra ta

5.0 2

5.3 5

5.6

8 6.2

6.7 1

1.6 8 Tabel 2. Bobot Rata-rata (gr) Ikan Patin Selama Penelitian

Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberi pengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan berat atau pertumbuhan spesifik ikan patin dan berdasarkan uji lanjut perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3, tetapi perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2.

5,04

5,65

6,49

7,07

7,49

5,03

5,41

6,2

6,65

7,08

5,02 5,35

5,68

6,2

6,71

4,6 5,1 5,6 6,1 6,6 7,1 7,6

0 10 20 30 40

Panjang Sampling Hari Ke-

Pertumbuhan Berat Rata -Rata (g)

P1 P2 P3

(39)

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan patin yang dipelihara dengan tingkat kepadatan 1 ekor/liter (P1), 3 ekor/liter (P2), dan 5 ekor/liter (P3) selama 40 hari berkisar 88,89% – 80,56%. Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan P1 sebesar 88,89% dan nilai terendah pada perlakuan P3 sebesar 80,56% atau untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Patin

Dari hasil pemeliharaan diperoleh bahwa jumlah ikan mati setiap perlakuan yakni perlakuan P1 11,11%, P2 15,74% dan P3 19,44% (Lampiran 4).

Kualitas Air

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, pH dan ammonia. Dalam penelitian terjadi penurunan beberapa parameter kualitas air seperti kandungan pH, ammonia, dan oksigen terlarut karena meningkatnya padat penebaran ikan patin dalam wadah pemeliharaan, hal ini teratasi dengan

88,89

84,26

80,56

76 78 80 82 84 86 88 90

P1 P2 P3

Kelangsungan Hidup (%)

Perlakuan

(40)

menggunakan cara intensif yang dilakukan dengan wadah pemeliharaan indoor sehingga kualitas air akan lebih mudah terkontrol. Namun pada parameter kualitas air pH, suhu, kadar ammonia adalah sama pada setiap perlakuan seperti pada Tabel 1. Data lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Perlakuan

PARAMETER KUALITAS AIR Suhu

(o

DO (mg/L

C) ) pH Amoniak (mg/L)

P1 28 - 30 5,6 – 6,8

6,7 - 7, 3

0 - 0,1

P2 28 - 30 5,5 - 6,7

6,5 - 7, 3

0 - 0,1

P3 28 – 30 5,2 - 6,7

6,3 - 7, 3

0 - 0,1 Tabel 3. Data Kualitas Air Selama Penelitian

Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah pakan buatan FF999 dengan kandungan protein 30% dan frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam satu hari yaitu pukul 09.00, 13.00 dan 18.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5%

dari bobot ikan per hari.

(41)

Pembahasan

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang, berat maupun volume dalam waktu tertentu (Susanto, 1997). Laju pertumbuhan panjang tertinggi dan pertumbuhan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu berturut – turut 2,32 cm dan 2,45 gr sedangkan laju pertumbuhan panjang dan pertumbuhan bobot terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 1,743 cm dan1,68 gr Berdasarkan uji lanjut (BNJ) menunjukkan bahwa perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P3. Pertambahan panjang pada ikan patin diiringi dengan pertambahan bobot ikan tersebut atau laju pertumbuhan panjang berbanding lurus dengan pertumbuhan bobot ikan patin hal ini dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3. Semakin besar nilai koefisien keragaman panjang maka dalam populasi tersebut ukuran antar individu akan semakin beragam. Keseragaman ukuran ikan dalam suatu populasi sangat penting karena apabila terjadi keragaman yang tinggi maka kompetisi yang terjadi didalamnya semakin tinggi pula dalam hal ini adalah kompetisi perebutan ruang gerak.

Penurunan nilai laju pertumbuhan panjang, pertumbuhan panjang mutlak dan nilai koefisien keragaman ikan yang tinggi diduga karena ruang gerak ikan yang semakin sempit dengan meningkatnya padat penebaran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wedemeyer (1996) bahwa peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.

Rata – rata ikan yang mati adalah ikan yang berukuran kecil karena adanya kompetisi dengan ikan yang berukuran lebih besar dalam perebutan ruang gerak.

Sehingga ikan yang berukuran lebih besar mendominasi ruang gerak. Hal ini

(42)

yang menyebabkan ikan yang berukuran kecil menjadi terhambat pertumbuhannya sehingga pertumbuhan panjang mutlak ikan menurun dan koefisien keragamannya tinggi.

Kualitas air juga menjadi salah satu faktor pendukung pada pertumbuhan ikan patin, dimana pada penelitian diperoleh kualitas air antara lain suhu 28oC - 30 oC, pH 6,5 – 7,3 , DO 5,2 – 7,0 dan amoniak 0 – 0,1. Sedangkan menurut Kordi (2005) ikan patin hidup pada pH 6,5 – 9,0 dan suhu berkisar 25 oC – 33 o

Jumlah pakan yang diberikan pada setiap perlakuan adalah sama yakni sebesar 5 % daari bobot tubuh ikan patin setiap harinya. Pertumbuhan akan semakin cepat jika makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan, sedangkan jika pakan diberikan secara berlebih kedalam wadah pemeliharaan maka mengakibatkan penurunan kualitas air. Kandungan gizi dalam pakan juga mempengaruhi pertumbuhan ikan. Dalam penelitian ini pakan yang digunakan adalah pakan buatan jenis FF999 yang biasa digunakan oleh pembudidaya.

C.

Pemeliharaan pada penelitian ini menggunakan pakan pellet ikan, sedangkan pada habitat aslinya patin termasuk hewan omnivora. Kualitas air media budidaya dipengaruhi oleh kandungan amoniak didalamnya. Penurunan kualitas air dapat menyebabkan ikan stres yang kemudian dapat mengganggu laju pertumbuhan ikan.

Penurunan kualitas air juga dapat disebabkan karena pemberian jumlah pakan yang berlebih sehingga menyebabkan pakan tersisa dan tidak termakan oleh ikan. Pakan yang tersisa akan terakumulasi menjadi racun dan toksik bagi ikan budidaya karena adanya proses penguraian bahan organik dimana proses tersebut dilakukan oleh bakteri anerob yang menggunakan oksigen terlarut dalam air untuk

(43)

membantu proses dekomposisi. Sumpono (2005) menyatakan bahwa meningkatnya konsentrasi amoniak selain disebabkan oleh semakin tingginya padat penebaran juga dipengaruhi oleh waktu pemeliharaan.

Kematian ikan terjadi akibat dari persaingan yang timbul dari tingkat kepadatan yang tinggi sehingga kepadatan menjadi salah satu faktor pembatas terhadap kelangsungan hidup ikan. Hal ini dapat juga terjadi karena perlakuan pada padat tebar tertinggi telah melampaui daya dukung perairan. Daya dukung merupakan salah satu kemampuan suatu perairan untuk dapat mendukung kehidupan biota dalam perairan tanpa menambah atau mengurangi biomasssanya.

Peningkatan padat penebaran akan mengganggu tingkah laku ikan ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup.

Selama pemeliharaan terjadi kematian ikan pada beberapa perlakuan. Hal ini terjadi pada hari pertama penelitan hingga hari ke empat puluh. Persaingan ruang gerak mengakibatkan banyak ikan patin mati terutama pada perllakuan 5 ekor/liter. Nilai kelangsungan hidup ikan patin pada akhir penelitian berkisar antara 88,89% - 80,56%, berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa padat tebar ikan patin P1, P2 dan P3 yang dipelihara selama 40 hari. Pada pemeliharaan ini tingkat kelangsungan hidup menunjukkan bahwa perlakuan padat tebar ikan hingga 5 ekor/liter menunjukkan tingkat kematian yang paling banyak.

Nilai kualitas air juga mempengaruhi terhadap kematian ikan, menurut Kordi (2005) ikan patin hidup pada pH 6,5 – 9,0 dan suhu berkisar 25 oC – 33 oC, dari hasil penelitian yang telah dilakukan nilai kualitas air yang didapat yaitu pH 5,1 – 7,3, suhu 28 oC – 30 oC. Penurunan pH disebabkan oleh peningkatan CO2

(44)

akibat respirasi sedangkan jumlah O2

Sebagaimana makhluk hidup lainnya, ikan membutuhkan linngkungan yang nyaman agar dapat hidup. Berdasarkan pengukuran kualitas air media pemeliharaan, nilai DO selama masa pemeliharaan berkisar antara 4,7 – 7,0 mg/L.

nilai DO 7 mg/L hanya terdapat pada awal pemeliharaan yang kemudian terus menerus turun hingga diakhir pemeliharan terdapat nilai 4,7 mg/L yang terdapat pada P3. Pada pengukuran DO dan pH terjadi penurunan sedangkan pada amoniak terjadi peningkatan di setiap perlakuan yang diberikan hal ini disebabkan karena akuarium sebagai wadah pemeliharaan terhubung antara satu sama lain.

berkurang akibat respirasi dan perombakan zat organik melalui proses oksidasi yang memerlukan oksigen.

Pada parameter ammonia terjadi peningkatan nilai. Nilai terendah hanya terdapat pada awal pemeliharaan kemudian terus mengalami peningkatan hingga hari ke empat puluh pemeliharaan sebesar 0,01 mg/L. hasil dari pengukuran amoniak juga menunjukkan kadar dari setiap perlakuan adalah sama. Sedangkan hasil pengukuran suhu selama pemiliharaan berkisar 28 oC – 30 o

Suhu juga merupakan salah satu parameter yang menentukan keberhasilan budidaya. Suhu merupakan faktor penting yaitu sebagai controlling factor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan merupakan hewan berdarah dingin yang berarti suhu tubuh dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen.

C. Pada parameter suhu mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi lingkungan dan cuaca, namun tidak terjadi perubahan suhu drastis selama pemeliharaan karena dilakukan pada lingkungan yang terkontrol. Hasil pengukuran suhu juga menunjukkan nilai yang sama pada setiap perlakuan.

(45)

Peningkatan suhu perairan sebesar 10 o

Menurut Goddard (1996) menyebutkan bahwa kualitas air menurun seiring peningkatan padat tebar yang diikuti oleh penurunan tingkat pertumbuhan. Namun jika kondisi lingkungan dapat dipertahankan dengan baik dan pemberian pakan yang cukup, kepadatan ikan yang tinggi akan meningkatan produksi. Padat penebaran dan pertukaran air akan sangat mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisensi pakan. Oksigen yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi.

C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebesar 2 – 3 kali lipat.

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Padat penebararan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan panjang dan bobot ikan patin yang dipelihara selama 40 hari masa penelitian

2. Berdasarkan hasil uji lanjut perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan P2 dan P3 sehingga diperoleh perlakuan terbaik adalah perlakuan P1. Jadi padat tebar optimal pada pemeliharaan ikan Patin adalah 1 ekor/liter

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan ukuran benih ikan patin yang lebih kecil atau dengan perlakuan di bawah 1 ekor/liter untuk mengetahui apakah pada tingkat padat penebaran yang lebih kecil masih memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ikan patin.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Achyar, M. 1979. Perikanan Darat. Indonesia Membangun. V. Mosa. Bandung Affiatti, N.A, Lim. 1986. Pengaruh Saat Awal Pemberian Pakan Alami Terhadap

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Bull. Penel. Perik. Darat. 5(1): hlm 66 - 69

Anggorodi. 1990. Ilmu dan Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi. USU Press. Medan.

Bardach J.E, J.H Ryther dan W.O McLarney. 1972. Aquaculture : The Farming and Husbandry of Fresh Water and Marine Organism. John Wiley and Sons. New York

Effendie, M.I. 1985. Biologi Perikanan. Bagian I : Study Natural History. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 163 hal.

Effendie, M.I. 1997. Metode Perancangan Percobaan. CV. Amrico. Bandung.

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.

Rineka Cipta. Jakarta.

Goddard, S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and Hall. New York.

Hatimah, S.W. 1992. Penelitian Pendahuluan Budidaya. Buletin Penelitian Perikanan Darat, Vol. 8 Nomor 1. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar.

Bogor.

Hepper, B dan Y. Pruginin. 1981. Commercial Fish Farming : with Special Reference to Fish Culture in Israel. John Wiley and Sons. New York.

Kordi, M. Ghufran. 2005. Budidaya Perairan. Citra Aditya Bakti. Yogyakarta.

Mariono dan A. Sundana. 2002. Teknik Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Bercak Merah Pada Ikan Air Tawar yang Disebabkan Oleh Bakteri Aeromonas hydropilia. Buletin Teknik Pertanian Vol. 7 Nomor 1 Hal 33.

Santoso, Budi. 1996. Budidaya Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta.

Serdiati. 1988. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang dipelihara dalam Keramba pada Kolam dengan

(48)

Input Air Limbah Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas Peternakan.

Universitas Hassanudin. Ujung Pandang.

Setiawan, D.H. 2009. Petunjuk Lengkap Budidaya Ikan Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Setiyono, D.J dan Maria Ulfah. 2011. Pembenihan Ikan Patin. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Sugianto. 2007. Metode Pengolahan Data. Bandung

Sumpomo. 2005. Pengelolaan Pakan, Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit.

Litkayasa Balai Budidaya Air Tawar Situbondo. Situbondo.

Suresh, A.V., dan Lin, C.K. 1992. Effect of Stocking Density on Water Quality and Production of Red Tilapia in a Recirculated Water System.

Aquacultural Engineering.

Susanto, Heru dan Khairul Amri. 1997. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Sutikno, E. 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan Bandeng. Jurnal Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV Nuansa Alia. Bandung.

Timmons, M.B., dan Losordo, T.M. 1994. Aquaculture Water Resue System : Engineering Design and Management. Elsevier Science. Amsterdam Netherland.

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan.

Vesilind, P., A., J., J Pierce dan R.F. Weiner. 1993. Environtment Engineering.

Butterworth-Heineman. New York

Wedemeyer, G.A. 1996. Physiology of Fish in Intensive Aquaculture Systems.

Chapman and Hall. New York.

Zonneveld, N. E. A., Huisman dan J.H. Boon. 1991. Prinsip – Prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(49)

LAMPIRAN

(50)

Lampiran 1. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Nonfaktorial

P1U1 P1U2 P1U3

P2U1 P2U2 P2U3

P3U1 P3U2 P3U3

Keterangan :

Perlakuan terdiri dari 1 ekor/liter, 3ekor/liter, dan 5 ekor/liter (t=3) dengan simbol P1, P2, P3 dan diulang sebanyak 3 kali (i = 1, 2 ,3) maka simbol unit-unit percobaan sebagai berikut:

P1U1

P

= Perlakuan P1 pada ulangan ke 1

1U2

P

= Perlakuan P1 pada ulangan ke 2

1U3

P

= Perlakuan P1 pada ulangan ke 3

2U1

P

= Perlakuan P2 pada ulangan ke 1

2U2

P

= Perlakuan P2 pada ulangan ke 2

2U3

P

= Perlakuan P2 pada ulangan ke 3

3U1

P

= Perlakuan P3 pada ulangan ke 1

3U2 P

= Perlakuan P3 pada ulangan ke 2

3U3 = Perlakuan P3 pada ulangan ke 2

(51)

LAMPIRAN

(52)

Lampiran 1. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Nonfaktorial

P1U1 P1U2 P1U3

P2U1 P2U2 P2U3

P3U1 P3U2 P3U3

Keterangan :

Perlakuan terdiri dari 1 ekor/liter, 3ekor/liter, dan 5 ekor/liter (t=3) dengan simbol P1, P2, P3 dan diulang sebanyak 3 kali (i = 1, 2 ,3) maka simbol unit-unit percobaan sebagai berikut:

P1U1

P

= Perlakuan P1 pada ulangan ke 1

1U2

P

= Perlakuan P1 pada ulangan ke 2

1U3

P

= Perlakuan P1 pada ulangan ke 3

2U1

P

= Perlakuan P2 pada ulangan ke 1

2U2

P

= Perlakuan P2 pada ulangan ke 2

2U3

P

= Perlakuan P2 pada ulangan ke 3

3U1

P

= Perlakuan P3 pada ulangan ke 1

3U2 P

= Perlakuan P3 pada ulangan ke 2

3U3 = Perlakuan P3 pada ulangan ke 2

(53)

Lampiran 2. Data dan Analisis Ragam Panjang Rata-Rata (cm) Ikan Patin

Perlakuan Ulangan Panjang Hari Ke (cm)

0 10 20 30 40 ΔL

P1

1 10.02 10.72 11.11 11.92 12.31 2.29

2 10.01 10.74 11.09 11.91 12.37 2.36

3 10.02 10.71 11.09 11.89 12.33 2.31

Total 30.05 32.17 33.29 35.72 37.01 6.96

Rata-

rata 10.02 10.72 11.10 11.91 12.34 2.32 P2

1 10.02 10.46 10.94 11.43 11.97 1.95

2 10.01 10.45 10.96 11.46 11.96 1.95

3 10.01 10.51 10.95 11.44 12.11 2.1

Total 30.04 31.42 32.85 34.33 36.04 6

Rata-

rata 10.01 10.47 10.95 11.44 12.01 2

P3

1 10.01 10.33 10.62 11.11 11.78 1.77

2 10.02 10.31 10.65 11.09 11.75 1.73

3 10.01 10.33 10.67 11.12 11.74 1.73

Total 30.04 30.97 31.94 33.32 35.27 5.23

Rata-

rata 10.01 10.32 10.65 11.11 11.76 1.74

Perlakuan Ulangan

Total Rata- rata

1 2 3

P1 2.29 2.36 2.31 6.96 2.32

P2 1.95 1.95 2.1 6 2

P3 1.77 1.73 1.73 5.23 1.743

Total 6.01 6.04 6.14 18.19 6.063

FK 18,19

2

9

=

36.7646

JKT = (2.292 +2.362+2.312+1.952+1.952+2.12+1.772+1.732+1.732 = 37,2835 - 36.764 = 0.51949

) - FK

JKP = 6.96

2+62+5,232

3

− 𝐹𝐹𝐹𝐹

Lampiran 2. Lanjutan = 37,2648 - 36.764 = 0.50082

(54)

JK G = JK T - JK P = 0.51949 - 0.50082 = 0.01867

KT P = 0.50082

2

=

0.25041

KT G = 0,01867

6 = 0.00311 F-Hitung = 𝐹𝐹𝐾𝐾 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃

𝐹𝐹𝐾𝐾 𝐺𝐺𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁 = 0.25041

0.00311 = 80.4893

SK Db JK KT F-Hitung F-Tabel

0.05 0.01 Perlakuan 2 0.50082 0.25041 80.4893** 5.14 10.92

Galat 6 0.01867 0.00311

Total 8 0.51949

**

(F hitung > F Tabel 0.01) Berpengaruh Sangat Nyata

Koefisien Keragaman KK = √𝐹𝐹𝐾𝐾𝐺𝐺

ȳ

𝑥𝑥 100%

KK = √0,003111

6,06333

𝑥𝑥 100%

KK = 0,00919 X 100%

KK= 0,919 %

(KK < 5%) = Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)

Lampiran. 2. Lanjutan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)

Diperoleh KTG = 0.00311, db galat = 6, ulangan = 3 dan Q0,05

BNJ

(3;6) = 4,34

0,05

Dimana = √S

2

𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃

=

𝐹𝐹𝐾𝐾 𝐺𝐺𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁 𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃

=

Q

∝(p:db galat )

𝑥𝑥

𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃√S2

P = banyaknya perlakuan

Q = dicari pada daftar table BNJ

(55)

BNJ0,05

= 4,34 x 0,0322

=

Q

0,05(3:6)

𝑥𝑥

√0,0031113

= 0,139748

Tabel Hasil Uji BNJ Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan Panjang Menurut RAL

Perlakuan Pertumbuhan Panjang (cm) BNJ0,05(0,0078)

P1 2,32 A

P2 2 B

P3 1,7433 C

(56)

Lampiran 3. Data dan Analisis Ragam Bobot Rata – Rata Ikan Patin

Perlakuan Ulangan Bobot Rata - Rata Sampling Hari Ke-

0 10 20 30 40 ΔW

P1

1 5.05 5.62 6.48 7.01 7.49 2.44

2 5.02 5.67 6.49 7.13 7.51 2.49

3 5.04 5.66 6.51 7.06 7.47 2.43

Total 15.11 16.95 19.48 21.20 22.47 7.36 Rata-rata 5.04 5.65 6.49 7.07 7.49 2.45

P2

1 5.04 5.44 6.18 6.65 6.96 1.92

2 5.03 5.41 6.22 6.67 7.11 2.08

3 5.02 5.39 6.20 6.64 7.16 2.14

Total 15.09 16.24 18.60 19.96 21.23 6.14 Rata-rata 5.03 5.41 6.20 6.65 7.08 2.05

P3

1 5.02 5.36 5.71 6.22 6.69 1.67

2 5.03 5.33 5.66 6.20 6.72 1.69

3 5.02 5.35 5.68 6.19 6.71 1.69

Total 15.07 16.04 17.05 18.61 20.12 5.05 Rata-rata 5.02 5.35 5.68 6.20 6.71 1.68

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P1 2.44 2.49 2.43 7.36 2.45

P2 1.92 2.08 2.14 6.14 2.05

P3 1.67 1.69 1.69 5.05 1.68

Total 6.03 6.26 6.26 18.55 6.18

FK 18,55

2

9

=

38,23361

JKT = (2,442 +2,492+2,432+1,922+2,082+2,142+1,672+1,692+1,692 = 39,1521 – 38,23361 = 0,918489

) - FK

JKP = 7,36

2+6,142+5,052

3

− 𝐹𝐹𝐹𝐹

Lampiran 3. Lanjutan

= 39,1239 – 38,23361 = 0,89029

JK G = JK T - JK P

(57)

= 0,918489 – 38,23361 = 0,0282

KT P = 0.89029

2

=

0,44514

KT G = 0,0282

6 = 0,0047 F-Hitung = 𝐹𝐹𝐾𝐾 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃

𝐹𝐹𝐾𝐾 𝐺𝐺𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁 = 0,44514

0.0047 = 94,1158

SK Db JK KT F-Hitung F - Tabel

0.05 0.01

Perlakuan 2 0.89029 0.44514 94.7116** 5.14 10.92

Galat 6 0.0282 0.0047

Total 8 0.91849

**Berpengaruh Sangat Nyata

(F hitung > F Tabel 0.01) Koefisien Keragaman

KK = √𝐹𝐹𝐾𝐾𝐺𝐺

ȳ

𝑥𝑥 100%

KK = √0,0047

6,18

𝑥𝑥 100%

KK = 0,00919 X 100% = 0,011

(KK < 5%) = Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)

Lampiran 3. Lanjutan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)

Diperoleh KTG = 0.0047, db galat = 6, ulangan = 3 dan Q0,05

BNJ

(3;6) = 4,34

0,05

Dimana = √S

2

𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃

=

𝐹𝐹𝐾𝐾 𝐺𝐺𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁 𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃

=

Q

∝(p:db galat )

𝑥𝑥

𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑈𝑈𝑃𝑃𝑃𝑃√S2

P = banyaknya perlakuan

Q = dicari pada daftar table BNJ BNJ0,05

= 4,34 x 0,0228

=

Q

0,05(3:6)

𝑥𝑥

√0,00473

(58)

= 0,099

Tabel Hasil Uji BNJ Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan Panjang Menurut RAL

Perlakuan Pertumbuhan Panjang (cm) BNJ0,05(0,0078)

P1 2.45 A

P2 2.05 B

P3 1.68 C

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Budidaya
Gambar 2. Ikan Patin (Pangasius pangansius)
Gambar 3. Pertumbuhan Panjang Rata – Rata Ikan Patin
Gambar 4. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin
+6

Referensi

Dokumen terkait

Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai tujuan. UKM Garuda Jaya memiliki beberapa fasilitas untuk

3.8 2010: “ Ta s aww u r Pembangunan Dalam al-Qur’an: Satu Pemikiran Awal”, kertas kerja yang dibentangkan dalam The 5 th ISDEV International Graduate Workshop (INGRAW

Mengingat begitu pcntingnya untuk mengetahui proses dan factor-faktor perubahan di perguruan tinggi Islam, maka penelitian ini dilakukan, tujuan yang ingin dicapai dalam penclitian

Dari latar belakang yang telah diuraikan, adanya perbedaan ukuran dari parameter pertumbuhan mandibula pada berbagai kelompok ras dan usia, maka peneliti tertarik untuk

Dalam usaha dakwah yang berterusan terhadap masyarakat Orang Asli di Pahang, sudah pasti terdapat cabaran dan dugaan yang perlu ditempuhi oleh setiap dai dalam siri-siri dakwah

The total project cost includes the construction cost (for building and site work), plus amounts for architect's fees, furniture and equipment, communications, contingency,

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan, maka dapat dihitung tingkat kepentingan konsumen dengan cara melihat jumlah skala terbanyak dari responden yang

Secara umum, pokea awal matang gonad di muara Sungai Pohara dan muara Sungai Lasolo berada pada ukuran yang relatif sama dengan beberapa kerang lainnya (Tabel 2)