BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.5 Psychrometric Chart
2.1.5.1 Parameter-parameter Psychrometric Chart
Tdp atau temperatur titik embun adalah suhu dimana uap air di dalam udara mulai mengembun saat suhu udara diturunkan atau didinginkan.
b. Dry-bulb Temperature (Tdb)
Tdb atau temperatur bola kering adalah suhu yang didapat dari pengukuran termometer dengan bulb pada keadaan kering (tidak dilapisi kain basah).
c. Wet-bulb Temperature (Twb)
Twb atau temperatur bola basah adalah suhu yang didapat dari pengukuran termometer dengan bulb pada keadaan basah (dilapisi kain basah).
d. Entalpi (h)
Entalpi adalah besarnya energi yang dimiliki suatu benda yang nilainya tergantung dari suhu dan tekanan benda tersebut.
e. Volume Spesifik (SpV)
Volume spesifik adalah volume udara campuran per satuan kilogram udara kering (m3/kg).
f. Kelembaban Spesifik (W)
Kelembaban spesifik adalah kandungan berat uap air yang terkandung dalam satu kilogram udara kering (kgair/kgudara).
g. Kelembaban Relatif (RH)
Kelembaban relatif adalah perbandingan massa uap air dengan massa uap air maksimal yang terdapat pada udara pada kondisi udara tersebut.
Gambar 2.9 Parameter dalam Psychrometric chart
(Sumber : https://4.bp.blogspot.com/-zZumTJjjrgs/WpaduAxiZTI/.png)
Gambar 2.10 Psychrometric chart (Sumber : http://flycarpet.net/en/PsyOnline) 2.1.5.2 Proses-Proses Pada Psychrometric Chart
Proses-proses yang dapat digambarkan pada psychrometric chart adalah (1) proses pemanasan (heating), (2) proses pendinginan (cooling), (3) proses dehumidifying, (4) proses humidifying, (5) proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying), (6) proses pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidifying), (7) proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying), (8) proses pemanasan dan menaikkan kelembaban (heating and humidifying).
Gambar 2.11 Proses-proses dalam psychrometric chart
(Sumber : https://www.google.co.id/search?q=PROSES+PROSES)
1. Proses pemanasan (heating)
Proses pemanasan adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara. Terjadi peningkatan temperatur bola kering, bola basah, volume spesifik dan entalpi pada proses ini. Kelembaban relatif mengalami penurunan, sedangkan temperatur titik embun dan kelembaban spesifik tidak berubah atau konstan
Gambar 2.12 Proses Heating 2. Proses pendinginan (cooling)
Proses pendinginan merupakan proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga temperatur udara mengalami penurunan. Temperatur udara kering, bola basah dan volume spesifik mengalami penurunan pada proses ini, dan kelembaban relatif mengalami kenaikan. Sedangkan kelembaban spesifik dan temperatur titik embun tidak berubah atau konstan.
Gambar 2.13 Proses Cooling
3. Proses dehumidifying
Proses dehumidifying merupakan proses pengurangan kandungan uap air pada udara tanpa merubah temperatur bola kering sehingga terjadi penurunan entalpi, titik embun, temperature bola basah dan kelembaban spesifik.
Gambar 2.14 Proses dehumidifing 4. Proses humidifying
Proses humidifying merupakan proses penambahan kandungan air udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi kenaikkan entalpi, titik embun, temperatur bola basah, dan kelembaban spesifik.
Gambar 2.15 Proses Humidifying
5. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying) Proses pendinginan dan penurunan kelembaban ini merupakan proses penurunan kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke udara. Penurunan temperatur bola kering, bola basah, titik embun, entalpi, volume spesifik dan kelembaban
spesifik terjadi pada proses ini. Sedangkan kelembaban relatif dapat meningkatkan ataupun menurun tergantung dari prosesnya.
Gambar 2.16 Proses cooling dan dehumidifying
6. Proses pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidifying) Proses pendinginan dan menaikkan kelembaban merupakan proses menurunkan temperatur udara dan menaiknya kandungan uap air udara. Proses ini mengakibatkan temperatur bola kering dan volume spesifik mengalami penurunan, sedangkan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relative dan kelembaban spesifik mengalami kenaikan.
Gambar 2.17 Proses cooling and humidifying
7. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying) Proses pemanasan dan penurunan kelembaban ini merupakan proses kenaikan temperatur bola kering dan penurunan kandungan uap air pada udara. Proses ini
mengakibatkan kelembaban spesifik, kelembaban relative, entalpi, dan temperatur bola basah mengalami penurunan.
Gambar 2.18 Proses heating and dehumidifying
8. Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban (heating and humidifying) Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban merupakan proses dinaikkannya temperatur udara dan penambahan kandungan uap air. Terjadi kenaikan kelembaban spesifik, entalpi, temperatur bola basah dan temperatur bola kering.
Gambar 2.19 Proses heating and humidifying
2.1.5.3 Proses-Proses Pada Pengering Briket Dalam Psychrometric Chart Proses-proses pada pengeringan briket dalam psychrometric chart adalah sebagai berikut (a) proses pendinginan (cooling), (b) proses pendinginan dan
penurunan kelembaban (cooling and humidifying), (c) proses pemanasan (heating), (d) proses pendinginan dan kelembaban (cooling and dehumidifying).
Gambar 2.20 Proses pengeringan briket pada psychrometric chart a. Proses A – A’ : Proses pendinginan (cooling)
Pada proses pendinginan, udara kering mengalami penurunan temperatur karena udara mengandung banyak uap air yang diambil dari briket basah, sehingga udara kering berubah menjadi udara basah. Pada proses ini, udara basah akan masuk melalui evaporator. Kadar uap air dalam proses ini dalam kondisi yang konstan, dan adanya uap air melalui proses pengembunan.
b. Proses A’ – B : Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying)
Pada proses ini, evaporator telah dilewati oleh udara basah. Karena kandungan uap air diembunkan di evaporator dan mengalami penurunan temperatur, maka udara mengalami penurunan kadar uap air. Proses ini menghasilkan udara kering bertemperatur rendah.
c. Proses B – D : Proses pemanasan (heating)
Pada proses ini, kompresor dan kondensor akan dilalui oleh udara kering bertemperatur rendah. Udara mengalami kenaikkan temperatur tanpa ada
penambahan kadar uap air. Proses ini menghasilkan udara kering yang bertemperatur tinggi.
d. Proses D – A : Proses pendinginan dan pelembaban (cooling and humidifying) Pada proses ini, briket akan dilalui oleh udara kering bertemperatur tinggi.
Udara kering yang bertemperatur tinggi akan mampu menguapkan uap air di dalam briket. Proses ini menghasilkan udara basah yang mengalami penurunan temperatur.
Gambar 2.21 Proses udara yang terjadi pada mesin pengering
Untuk mengetahui laju pengeringan briket oleh mesin pengering briket, dapat digunakan Persamaan (2.8) :
ṁ
𝒂𝒊𝒓=
MtPada Persamaan (2.8) :
ṁair : Laju pengeringan briket, (kgair/menit)
(2.8)
(cooling and humidifying)
(cooling and dehumidifying)
(heating)
M : Massa air yang berhasil diambil oleh udara dari briket yang dikeringkan, (kgair)
t : Waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan
Untuk menentukan laju aliran udara pada mesin pengering briket dapat ṁair : Laju pengeringan briket, (kgair/menit)
W : Massa air yang berhasil diuapkan persatuan massa udara, (kgair/kgudara) Wg : Kelembaban spesifik udara sebelum masuk evaporator, kg/kg
Wf : Kelembaban spesifik udara setelah melewati kondensor, kg/kg
Untuk menentukan debit aliran udara yang masuk ke ruang pengering dapat dihitung dengan Persamaan (2.10) :
Q =
ṁudaraudara
Pada Persamaan (2.10) :
Q : Debit aliran udara yang masuk ke ruang pengering ṁudara : Laju aliran massa udara, (kgudara/menit)
udara : Massa jenis udara, (1,2kg/m3)
2.2 Tinjauan Pustaka
Bernando dan Ambarita (2014) telah melakukan penelitian tentang unjuk kerja mesin pengering pakaian dengan menggunakan AC ruangan. Mesin pengering ini menggunakan AC ruangan berdaya 1 PK. Mesin pengering pakaian ini dalam bekerjanya menggunakan siklus kompresi uap. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi usaha loundry dan pada penggunaan efisiensi energi listrik dapat diaplikasikan untuk skala kecil maupun besar. Komponen mesin pengering terdiri dari : kompresor, evaporator, kondensor, dan pipa kapiler. Fluida (2.9)
(2.10)
kerja yang digunakan adalah refrigeran HCFC-22. Jenis kompresor yang digunakan adalah kompresor sudu luncur. Hasil penelitian menunjukkan COP sebesar 5,093 dengan daya kompresor 1,03 kW. Juga diperoleh fraksi uap sebesar 0,008, dengan kecepatan refrigerant yang mengalir pada pipa kapiler sebesar 10,989 m/dt. Dengan faktor gesek sebesar 0,0186 dimana diperoleh panjang pipa kapiler sebesar 0,0366 meter.
Wibowo Kusbandono, PK Purwadi (2016) telah melakukan penelitian tentang pengaruh adanya kipas yang mengalirkan udara melintasi kondensor terhadap COP dan efisiensi mesin pendingin showcase, menjelaskan tentang pengaruh aliran udara melalui atau di seluruh kondensor terhadap karakteristik rendaman pendinginan. Aliran udara melintasi kondensor dalam penelitian ini dilakukan oleh kipas yang terpasang di dekat kondensor. Karakteristik pendinginan yang diperiksa meliputi Coefficien of Performance (COP) dan efisiensi. Penelitian dilakukan pada pekerjaan pendinginan showcase dengan menggunakan siklus kompresi uap. Siklus kompresi uap, memiliki komponen utama: kompresor, evaporator, tabung kapiler dan kondensor. Komponen lainnya adalah memasang filter dan kontrol suhu alat di dalam ruang dingin. Kompresor dari showcase yang digunakan memiliki kekuatan 1/6 PK, sementara ukuran komponen utama lainnya menyesuaikan dengan jumlah daya kompresor. Refrigeran R134a yang digunakan adalah ramah lingkungan. Variasi penelitian dilakukan terhadap jumlah penggemar yang bekerja yang digunakan dalam aliran udara kondensor yang melewati: (a) tanpa kipas kipas (b) 1 bekerja dan (c) 2 kipas bekerja. Penggemar aliran udara sejuk yang digunakan masing-masing memiliki tenaga: 63 watt. Ukuran ruang pamer: 170 cm x 55 cm x 40 cm. Beban pendinginan berupa 20 botol air dengan volume per 1 liter sebotol air. Hasil penelitian: aliran udara yang melewati efek kondensor pada nilai COP dan efisiensi mesin menunjukkan: (1) ke kondensor tanpa kipas angin, nilai COP 3,23 dan efisiensi 0,76 (2) pada kondensor dengan 1 kipas angin, nilai COP 3,56 dan efisiensi 0,77 dan (3) ke kondensor dengan 2 kipas angin, nilai COP 3,80 dan efisiensi 0,81
Kurniandy Wijaya, PK Purwadi (2016) telah melakukan penelitian tentang mesin pengering handuk dengan energi listrik, menjelaskan tentang : (a) merancang
dan merakit mesin pengering handuk dengan energi listrik dan (b) mengetahui waktu yang diperlukan mesin pengering untuk mengeringkan 20 handuk secara serentak. Mesin pengering handuk yang dirakit mempergunakan mesin yang bekerja dengan siklus kompresi-uap. Komponen utama siklus kompresi-uap meliputi: kompresor, evaporator, kondensor dan pipa-kapiler. Kompresor rotari yang dipergunakan memiliki daya sebesar ½ HP. Komponen utama yang lain, ukurannya menyesuaikan dengan besarnya daya kompresor yang dipergunakan.
Fluida kerja yang dipergunakan pada mesin siklus kompresi-uap: R134a. Selain mempergunakan mesin siklus kompresi-uap, mesin pengering juga mempergunakan satu buah alat penukar kalor. Mesin pengering bekerja dengan menggunakan sistem-terbuka. Variasi penelitian dilakukan terhadap kondisi awal handuk yang akan dikeringkan: (a) hasil perasan tangan dan (b) hasil perasan mesin-cuci. Handuk terbuat dari katun, dengan ukuran 30 cm x 75 cm x 1,4 mm.
Jumlah handuk yang dikeringkan sebanyak 20 sekaligus. Ukuran ruang pengering handuk : 150 cm x 90 cm x 156 cm.Hasil penelitian menunjukkan (a) mesin pengering handuk dapat bekerja dengan baik, dengan kondisi udara rata-rata di dalam ruang pengering memiliki suhu udara bola-kering (Tdb): 53,7 oC, suhu udara bola-basah(Twb): 28 oC, dan kelembaban relative udara (RH) sekitar: 13%. (b) Untuk 20 handuk dengan kondisi awal hasil perasan tangan, memerlukan waktu pengeringan 165 menit, dengan massa awal handuk basah 4,833 kg sampai menjadi massa handuk kering 1,779 kg. (2) untuk handuk dengan kondisi awal hasil perasan mesin cuci, memerlukan waktu pengeringan 45 menit untuk 20 handuk, dengan massa awal handuk basah 2,575 kg sampai menjadi massa handuk kering 1,777 kg.
Arif Kurniawan (2016) telah melakukan penelitian tentang studi eksperimen pemanfaatan panas buang kondensor untuk pemanas air, menjelaskan tentang pengaruh penggunaan 3 variasi ukuran diameter pipa kondensor terhadap performa atau koefisien prestasi (COP) pada suatu mesin pendingin. Metode penelitian menggunakan studi eksperimen dengan parameter yang diuji adalah temperatur (T) dan tekanan (P) pada mesin pendingin yang diukur pada saat pipa kondensor dikenai pembebanan air. Variabel eksperimen adalah air pada pembebanan pipa kondensor dan diameter pipa kondensor (D). Hasil analisa data penelitian
menunjukkan COP mesin pendingin semakin naik dengan bertambahnya ukuran diameter dan pembebanan air pada pipa kondensor, yang nilainya masing-masing:
(1) D=0,00318 m, beban air 0 L, COP=1,96; beban air 0,6 L, COP=2,26; beban air 1,8 L, COP=2,28; beban air 3 L, COP=2,33; (2) D=0,00476 m, beban air 0 L, COP=2,18; beban air 0,6 L, COP=2,29; beban air 1,8 L, COP=2,38; beban air 3 L, COP= 2,46; (3) D=0,00635 m, beban air 0 L, COP=2,48; beban air 0,6 L, COP=2,56; beban air 1,8 L, COP=2,67; beban air 3 L, COP=2,74. Dari hasil penelitian ini dapat membuktikan dan menunjukkan hasil yang signifikan bahwa adanya pengaruh penggunaan diameter pipa kondensor dan pembebanan air terhadap performa mesin pendingin, yaitu adanya kenaikan nilai COP mesin pendingin
Handayani dkk (2014) telah melakukan penelitian tentang unjuk kerja mesin pengering jahe dengan menggunakan AC split dengan daya 1 PK. Mesin pengering ini dalam bekerjanya menggunakan siklus kompresi uap sistem terbuka dengan ditambah heater. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi suhu dan kelembaban udara, kapasitas dan kemampuan pengeringan. Komponen mesin pengering terdiri dari : kompresor, evaporator, kondensor, katup ekspansi dan heater. Fluida kerja yang digunakan adalah refrigerant R22. Ruang pengeringan berbentuk kotak dan memiliki 3 susun rak, masing masing rak berukuran 50 cm x 50 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peralatan mampu menghasilkan udara dengan temperatur udara masuk ruang pengering 60oC dan RH hingga 0% serta menurunkan kadar air dari 36% hingga menjadi 0,1% dalam waktu 7 jam.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Alat penelitian menggunakan mesin pengering briket yang memiliki ukuran 120 cm x 120 cm x 135 cm dengan benda uji briket berbentuk kubus dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm. Berat briket untuk sekali pengeringan sekitar 50 kg.
Gambar 3.1 adalah skematik mesin pengering briket yang dijadikan objek penelitian.
Gambar 3.1 Skematik mesin pengering briket
Keterangan Gambar 3.1 a. Evaporator
b. Kompresor c. Kondensor d. Pipa kapiler e. Kipas
f. Selang water output g. Penampung air h. Briket
i. Filter
Gambar 3.2 Briket yang dikeringkan
Bahan utama untuk pembuatan briket adalah arang dari batok kelapa, arang kayu, tepung kanji dan abu, dengan komposisi arang batok kelapa 70%, arang kayu 20%, tepung kanji 5% dan abu 5%. Abu yang digunakan adalah abu hasil residu dari mesin crusher batok kelapa atau kayu, yang berguna untuk menambah massa briket. Briket yang dijadikan objek penelitian ini memiliki bentuk kubus dengan dimensi ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm. Volume briket sebesar 15,625 cm3dengan berat per briket 19 gram. Berat per briket didapat dari total briket dalam 1 kali penelitian sebanyak sekitar 50 kg, dibagi dengan jumlah briket sebanyak 2631 buah.
Satu buah briket memiliki massa jenis sebesar 1216 kg/m3. Jumlah rak yang diperlukan saat proses pengeringan briket adalah 10 buah rak, dengan ketentuan 1
rak briket untuk menampung 5 kg briket. Rata-rata massa awal briket basah saat proses penelitian adalah sekitar 50 kg dan massa akhir briket kering adalah sekitar 44,2 kg. Susunan briket saat dikeringkan adalah dengan cara menyusun rak secara vertikal seperti yang terlihat pada Gambar 3.4 berikut ini.
Gambar 3.3 Susunan briket yang dikeringkan
3.2 Pembuatan Mesin dan Alat Pendukung Penelitian 3.2.1 Pembuatan Mesin
3.2.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan lemari mesin pengering briket, antara lain :
a. Gerinda potong
Gerinda potong digunakan untuk memotong besi hollow dan siku pada proses pembuatan kerangka lemari pengering.
Gambar 3.4 Gerinda potong
b. Mesin las listrik
Mesin las listrik digunakan dalam pembuatan rangka lemari pengering.
Dengan memakai proses pengelasan untuk penyambungan besi, diharapkan rangka yang dibuat akan memiliki kontrsuksi yang kuat dan tahan lama.
Gambar 3.5 Mesin las listrik c. Palu las
Palu las digunakan untuk membersihkan lapisan-lapisan yang melindungi sambungan las. Lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi ketika pengelasan tidak terkena oksigen, sehingga sambungan las tidak mudah korosi.
Gambar 3.6 Palu las d. Kaca mata las
Kaca mata las digunakan untuk melindungi mata agar tidak terkena langsung oleh cahaya dan asap yang ditimbulkan ketika proses pengelasan.
Gambar 3.7 Kaca mata las e. Kuas cat
Alat pengecat kerangka digunakan untuk memberi cat yang bertujuan untuk melapisi kerangka agar tidak mudah korosi.
Gambar 3.8 Kuas cat f. Tang jepit
Tang digunakan untuk mencabut paku yang bengkok pada saat membuat pintu lemari pengering.
Gambar 3.9 Tang jepit
g. Obeng
Obeng digunakan untuk memasang dan mengencangkan baut. Obeng yang digunakan adalah obeng plus (+).
Gambar 3.10 Obeng h. Pisau cutter
Pisau cutter digunakan untuk memotong gabus yang digunakan untuk membuat saluran masuk udara dari ruang pengering ke evaporator.
Gambar 3.11 Pisau cutter i. Double tape
Double tape digunakan sebagai perekat gabus dengan gabus dan gabus dengan evaporator.
Gambar 3.12 Double tape
j. Plester kertas
Plester kerats digunakan untuk memperkuat dan menutupi sela-sela lubang saluran masuk udara ke evaporator agar kuat dan rapat.
Gambar 3.13 Plester kertas k. Mesin gergaji triplek
Gergaji triplek digunakan untuk memotong triplek yang akan digunakan untuk membuat lemari mesin dan pintu lemari.
Gambar 3.14 Mesin gergaji triplek l. Gergaji besi
Gergaji besi digunakan untuk melubangi triplek sebagai tempat alat ukur hygrometer.
Gambar 3.15 Gergaji besi
m. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Dalam proses pembuatan mesin pengering briket meteran digunakan mengukur panjang besi hollow, besi siku, tripek dan kayu.
Gambar 3.16 Meteran n. Pensil
Pensil digunakan untuk menandai pada besi, triplek dan kayu ketika bahan tersebut akan dipotong.
Gambar 3.17 Pensil o. Bor listrik
Bor listrik digunakan untuk membuat lubang pada besi dan triplek untuk sebagai lubang penanaman baut. Sehingga triplek dapat terpasang pada kerangka mesin. Bor listrik juga digunakan untuk melubangi triplek ketika akan membuat lubang tempat alat ukur hygrometer.
Gambar 3.18 Bor listrik
p. Amplas
Amplas digunakan untuk menghaluskan triplek setelah dipotong dengan gergaji.
Gambar 3.19 Amplas q. Palu
Palu digunakan untuk memukul paku pada proses pembuatan pintu lemari pengering.
Gambar 3.20 Palu 3.2.1.2 Bahan
a. Evaporator
Evaporator merupakan unit yang berfungsi untuk menguapkan refrigeran dari fase cair dan gas menjadi gas sepenuhnya sebelum masuk ke kompresor.
Evaporator yang digunakan memiliki spesifikasi panjang 65 cm, lebar 16 cm dan tinggi 23,5 cm. Evaporator ini berjenis pipa bersirip, pipa berbahan alumunium dengan diameter pipa 6,20 mm dan jarak antar pipa 13 mm. Bahan sirip adalah alumunium dengan jarak antar sirip 1 mm. Evaporator ini cocok digunakan dengan daya kompresor 1 PK.
Gambar 3.21 Evaporator b. Kondensor
Kondensor merupakan suatu alat penukar kalor yang berfungsi mengkondisikan refrigeran dari fase uap panas lanjut menjadi fase cair. Agar dapat berubah fase dari uap menjadi cair diperlukan suhu di sekitar ruang pengering lebih rendah dari suhu refrigeran sehingga dapat terjadi pelepasan kalor di sekitar kondensor. Kondensor yang digunakan ini memiliki panjang 68 cm, lebar 25 cm dan tinggi 42 cm. Kondensor ini berjenis pipa bersirip, pipa berbahan alumunium dengan diameter pipa 6 mm dan jarak antar pipa 13 mm. Bahan sirip adalah alumunium dengan jarak antar sirip 1 mm. Dari hasil pengukuran didapat jarak pipa evaporator sampai ke kondensor adalah 102 cm. Kondensor ini dapat bekerja sama dengan kompresor yang memiliki daya 1 PK.
Gambar 3.22 Kondensor
c. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang berfungsi untuk menaikkan tekanan refrigeran dan mensirkulasikan refrigeran ke komponen siklus kompresi uap yang lainnya melalui pipa-pipa dengan cara menghisap dan memompa refrigeran.
Kompresor yang digunakan pada penelitian ini adalah kompresor jenis rotary, dan menggunakan freon R134a. Kompresor ini memiliki daya sebesar 1 PK.
Gambar 3.23 Kompresor d. Pipa kapiler
Pipa kapiler merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sebelum masuk ke evaporator.
Ketika tekanan refrigeran mengalami penurunan maka temperatur refrigeran juga mengalami penurunan. Dari hasil pengukuran, diketahui ukuran diameter pipa kapiler sebesar 0,8 mm. Pipa kapiler ini berbahan tembaga dengan panjang 50 cm.
Gambar 3. 24 Pipa kapiler
e. Kipas
Dalam penelitian ini menggunakan kipas AC outdoor merk Shining sebanyak 1 buah, seperti yang terlihat pada Gambar 3.26. Kipas dengan arus DC ini memiliki daya sebesar 16 watt, dengan diameter sebesar 33 cm dan memiliki 3 buah sudu.
Dengan alat ukur tachometer, diketahui kipas ini memiliki putaran sebesar 1300 rpm.
Gambar 3. 25 Kipas AC outdoor f. Besi hollow dan besi siku
Besi hollow digunakan untuk pembuatan kerangkan lemari pengering sedangkan besi siku digunakan sebagai penguat bagian bawah lemari pengering.
g. Triplek partikel
Triplek partikel digunakan sebagai penutup luar kerangka dan sebagai penutup pintu lemari pengering.
h. Kayu
Kayu digunakan untuk membuat kerangka pintu lemari pengering.
i. Glass wool
Glass wool digunakan untuk menutupi bagian tepi pintu terhadap kerangka lemari pengering agar pintu tertutup dengan rapat.
j. Baut
Baut digunakan merekatkan triplek dengan kerangka lemari pengering dan merekatkan engsel pintu dengan pintu lemari pengering dan engsel pintu dengan kerangka lemari pengering.
k. Paku
Paku digunakan untuk merekatkan antara triplek dengan kerangka pintu lemari pengering.
l. Engsel pintu
Engsel pintu digunakan untuk merekatkan pintu lemari pengering dengan kerangka lemari pengering.
m. Cat
Cat digunakan untuk melapisi kerangka lemari pengering agar tidak mudah korosi.
n. Dempul dan sealler
Dempul dan sealler digunakan untuk menutupi sela-sela sambungan triplek dengan triplek atau triplek dengan kerangka lemari pengering.
o. Engsel kunci
Engsel kunci digunakan mengunci pintu lemari pengering agar tertutup dengan rapat.
p. Gembok
Gembok digunakan untuk mengunci pintu lemari pengering agar tidak mudah dibuka oleh orang yang akan merusak atau mengambil komponen mesin.
3.2.1.3 Pembuatan Mesin Pengering Briket
Langkah - langkah yang dilakukan dalam pembuatan dan pembuatan mesin pengering briket :
a. Merancang bentuk dan ukuran mesin briket.
b. Membuat kerangka mesin.
Gambar 3.26 Kerangka mesin pengering briket c. Penambahan kerangkan penyangga bagian bawah.
d. Pemasangan triplek pada kerangka mesin pengering briket.
Gambar 3.27 Pemasangan triplek pada mesin pengering briket
Gambar 3.28 Pemasangan pintu ruang lemari pengering
Gambar 3.29 Pemasangan pintu ruang mesin pengering e. Penempelan glass wool pada tepi pintu.
Gambar 3.30 Pemasangan glass wool f. Menutup lubang sambungan tripek dengan dempul.
Gambar 3.31 Lubang sambungan triplek
Gambar 3.32 Sambungan triplek sudah rapat
g. Menutup sela-sela triplek pada bagian atap box dengan menggunakan sealler.
h. Membuat lubang udara untuk kondensor dan evaporator.
i. Memasang kondensor dan evaporator.
j. Pemasangan pipa-pipa tembaga pada kondensor dan evaporator.
k. Penyambungan kabel listrik.
l. Membuat lubang untuk kabel listrik mesin pengering.
m. Mengeluarkan udara yang berada di saluran pipa-pipa tembaga.
n. Membuat penutup pada saluran masuk udara dari ruang pengering menuju ke evoprator dengan gabus.
o. Pengetesan pengoperasian mesin pengering.
p. Pembuatan lubang untuk menempatkan higrometer dan lubang untuk jalur kabel listrik kipas.
q. Pemasangan alat ukur higrometer pada lubang yang sudah disiapkan.
3.2.1.4. Alat Pendukung Penelitian
Untuk proses pengambilan data diperlukan alat bantu pada saat proses
Untuk proses pengambilan data diperlukan alat bantu pada saat proses