• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.4 Parameter pertumbuhan

Berdasarkan hasil pemisahan kelompok umur, didapatkan data modus panjang ikan (Lampiran 7 dan 8) yang selanjutnya akan dianalisis untuk menduga parameter pertumbuhan ikan tembang. Hasil analisis parameter pertumbuhan ikan tembang yaitu koefisien pertumbuhan (K), panjang asimptotik (L ) dan umur teoritis ikan pada saat panjang ikan 0 (t0) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter pertumbuhan ikan tembang di Perairan Selat Sunda

Parameter Jantan Betina

L (mm) 181,94 190,45

K (bulan-1) 0,33 0,26

t0(bulan) -0,31 -0,38

t* (bulan) 20,12 24,65

Keterangan : *umur dugaan saat Lt= L

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan tembang jantan dan betina di Perairan Selat Sunda berturut-turut adalah sebagai berikut:

= 181,94 1 − [ , ( , )]

dan

= 190,45 1 − [ , ( , )]

Dari persamaan pertumbuhan di atas maka dapat diketahui panjang ikan tembang dari berbagai umur relatif, sehingga dapat dihitung pertambahan panjang ikan tembang untuk setiap bulannya hingga mencapai panjang asimptotiknya (Gambar 8 dan 9). Kurva dugaan parameter pertumbuhan ikan tembang yang diperoleh dengan memplotkan umur (bulan) dan panjang total ikan (mm) hingga ikan berumur 20 bulan.

21

Gambar 8. Kurva pertumbuhan ikan tembang jantan di Perairan Selat Sunda

Gambar 9. Kurva pertumbuhan ikan tembang betina di Perairan Selat Sunda

Berdasarkan dari kurva pertumbuhan di atas, dapat diketahui panjang rata-rata ikan yang dihasilkan selama penelitian dan digunakan dalam menganalisis pendugaaan parameter pertumbuhan, serta umur dugaannya sebagai berikut.

0 40 80 120 160 200 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 P a n ja n g t o ta l (m m ) Waktu (bulan) 0 40 80 120 160 200 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 P a n ja n g t o ta l (m m ) Waktu (bulan) Lt= 190,45 (1 e[-0,26(t + 0,38)]) L Lt= 181,94 (1 e[-0,33(t + 0,31)]) L

22

Tabel 3. Panjang rata-rata ikan serta umur dugaan

Jantan Betina ̂(bulan) Lt(mm) ̂(bulan) Lt(mm) 3,3 128,16 3,8 128,14 4,3 144,56 4,8 143,84 5,3 150,19 5,8 150,22 6,3 162,78 6,8 162,67 4.2 Pembahasan

Hubungan panjang bobot ikan sangat penting artinya dalam ilmu dinamika populasi, antara lain untuk memberikan pernyataan secara matematis hubungan antara panjang dan bobot ikan, menduga variasi bobot dugaan untuk panjang tertentu. Berdasarkan grafik hubungan panjang bobot (Gambar 5) diperoleh persamaan W = 0,00001 L2,927dengan koefisien determinasi sebesar 80,2%.

Penelitian sebelumnya mengenai hubungan panjang bobot ikan tembang juga pernah dilakukan di Perairan Ujung Pangkah, Jawa timur oleh Rosita (2007), yang menghasilkan persamaan hubungan panjang bobot W = 0,00004 L2,664 untuk ikan tembang jantan dan W = 0,0007 L2,091 untuk ikan tembang betina. Penelitian lain juga dilakukan di Teluk Banten, diperoleh persamaan W = 0,00025 L2,282 (Cresidanto 2010) dan di Teluk Palabuhanratu diperoleh W = 0,000009 L2,990 (Syakila 2010). Semua nilai b yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya di beberapa perairan di Indonesia tidak berbeda nyata dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, yaitu berkisar antara 2,572-3,282. Akan tetapi untuk ikan-ikan yang tergolong genus Sardinella nilai b dapat berbeda untuk spesies yang berbeda. Abowei (2009) melaporkan bahwa persamaan hubungan panjang bobot S. maderensis di Sungai Nkoro, Nigeria adalah W = 0,0478 L3,580 dengan koefisien determinasi sebesar 94,7.

Pola pertumbuhan setiap spesies ikan berbeda-beda, begitupun juga dengan spesies ikan yang sama namun hidup di wilayah perairan yang berbeda. Perbedaan tersebut diduga dipengaruhi oleh faktor dalam berupa genetik ikan tersebut dan faktor luar berupa kondisi perairan (suhu dan salinitas), waktu penangkapan, kapal penangkapan, ketersediaan makanan di perairan tersebut (Osman 2004 in Lelono 2007). Menurut Bachrin (2008), ikan tembang dapat hidup pada kisaran suhu 28oC- 31oC, dengan suhu optimum 29oC, karena ikan pelagis kecil cenderung memilih

23

kondisi yang berhubungan erat dengan kondisi lingkungan (Laevastu dan Hayes 1981). Menurut Amri (2008), Perairan Selat Sunda memiliki kisaran suhu antara 27oC-30,5oC dan tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Syamsudinet al. (2003) yang berkisar antara 28oC-29,5oC. Menurut Gunarso (1985), suhu tidak terlalu memberikan gambaran bagaimana pengaruhnya terhadap perikanan, sebab perairan Indonesia yang merupakan perairan tropis, memiliki variasi suhu tahunan yang kecil bila dibandingkan dengan perairan lain, seperti misalnya perairan subtropis. Selain suhu, salinitas juga mempengaruhi pola pertumbuhan ikan, karena metabolisme dalam tubuh mempengaruhi pertumbuhan ikan. Di Perairan Selat Sunda kisaran salinitasnya antara 31 -33,7 (Amri 2008). Sementara salinitas optimum untuk ikan tembang adalah 34 (Bachrin 2008).

Berdasarkan Gambar 6 dan 7 didapatkan satu kelompok ukuran ikan tembang jantan pada bulan April hingga Oktober. Sedangkan untuk ikan tembang betina didapatkan dua kelompok umur pada bulan pengamatan April dan Agustus dan untuk bulan lainnya hanya ditemukan satu kelompok umur. Hasil analisis pemisahan kelompok ukuran (Lampiran 4 dan 5) terlihat nilai indeks separasi pada bulan April dan Agustus yang lebih dari dua (I > 2), hal ini menunjukkan bahwa pemisahan kelompok ukuran ikan tembang dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Dalam pemisahan kelompok ukuran ikan dengan metode Battacharya sangat penting untuk memperhatikan nilai indeks separasi yang diperoleh. Indeks separasi merupakan kuantitas yang relevan terhadap kemungkinan bagi suatu pemisahan dari dua komponen yang berdekatan, bila indeks separasi kurang dari dua maka tidak mungkin dilakukan pemisahan kelompok ukuran tersebut (Hasseblad 1996, McNew dan Summerfelt 1978 serta Clark 1981inSparre dan Venema 1999).

Parameter pertumbuhan model Von Bertalanffy (K dan L ) diduga dengan menggunakan metode Ford Walford. Metode ini merupakan metode paling sederhana dalam menduga parameter pertumbuhan dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama (King 1995) dan memerlukan data panjang rata-rata ikan dari setiap kelompok ukuran panjang yang sama (Sparre dan Venema 1999). Kelompok ukuran ikan tembang ini dipisahkan dengan menggunakan metode Battacharya. Hasil analisis pemisahan kelompok ukuran ikan tembang yaitu panjang

24

rata-rata, jumlah populasi dan indeks separasi masing-masing kelompok ukuran disajikan pada Lampiran 4 dan 5.

Kelompok ikan yang modus panjangnya bergeser dari 128,16 mm (jantan) dan 128,14 (betina) pada bulan Juli menjadi 162,78 mm (jantan) dan 162,67 mm (betina) pada bulan Oktober, pada penelitian ini sangat mungkin berasal dari satu kohort. Pada bulan Juli ikan-ikan tersebut diduga berumur 3,3 bulan (jantan) dan 3,8 bulan (betina) (Tabel 3) atau berkisar antara 3 dan 4 bulan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diduga setidaknya pada 3 atau 4 bulan sebelumnya yaitu pada bulan April atau Mei telah terjadi musim pemijahan.

Panjang total maksimum ikan tembang yang tertangkap di Perairan Selat Sunda dan didaratkan di PPP Labuan adalah 185 mm yang diduga dicapai pada umur 13 bulan dan merupakan ikan tembang betina. Panjang ini lebih kecil dibanding panjang asimptotik ikan tembang yang didapatkan yaitu 190,45 mm dengan koefisien pertumbuhan 0,26 bulan-1. Panjang ikan pertama kali matang gonad sebesar 180 mm (Shelvinawati 2012), yang diduga dicapai pada umur 11 bulan. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar ikan yang tertangkap belum matang gonad. Hasil analisis beberapa penelitian sebelumnya mengenai parameter ikan tembang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Parameter pertumbuhan ikan tembang dari beberapa hasil penelitian

Sumber Lokasi

Koefisien pertumbuhan

(bulan-1)

Panjang asimptotik (mm) Syakila (2009) Teluk Palabuhanratu 1,07 170,02

Cresidanto (2010) Teluk Banten 0,59 180,22

Penelitian ini (2012) Selat Sunda 0,26 190,45

Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan di beberapa perairan yang berbeda. Diperoleh nilai koefisien pertumbuhan ikan tembang di Teluk Palabuhanratu sebesar 1,07 bulan-1 dengan L 170,02 mm, sedangkan di Perairan Teluk Banten diperoleh nilai K 0,59 bulan-1 dengan L 180,22 mm. Berdasarkan selang kepercayaan 95% (Lampiran 6), L ikan tembang yang tertangkap di Perairan Selat Sunda tidak berbeda nyata dengan kedua penelitian sebelumnya pada dua wilayah yang berbeda. Penelitian lain mengenai parameter pertumbuhan ikan

25

tembang di Perairan Laut Flores memperoleh nilai K sebesar 0,29 bulan-1dengan L 380,4 mm. Begitupun juga yang dikemukakan oleh Aripin dan Showers (2000), ikan tembang yang tertangkap di Perairan Tawi-Tawi Filipina, mempunyai koefisien pertumbuhan 0,75 bulan-1dengan nilai L 225 mm. Sesuai dengan pernyataan Sparre dan Venema (1999) yaitu ikan-ikan yang berumur panjang mempunyai nilai K cukup kecil sehingga membutuhkan waktu relatif lama untuk mencapai panjang maksimumnya. Semakin cepat laju pertumbuhannya, maka akan semakin cepat pula ikan tersebut mencapai panjang asimptotiknya (L ).

Pada kurva pertumbuhan (Gambar 8 dan 9) dapat dilihat bahwa terdapat empat titik panjang rata-rata ikan yang dihasilkan selama penelitian, panjang rata-rata inilah yang digunakan dalam menduga parameter pertumbuhan ikan tembang di Perairan Selat Sunda. Terdapat juga umur dugaan pada keempat titik tersebut (Lampiran 9 dan 10). Berdasarkan umur dugaan tersebut dapat dinyatakan bahwa ikan-ikan yang tertangkap di Selat Sunda dan didaratkan di PPP Labuan, Banten merupakan ikan-ikan yang berumur tua. Pada kurva juga terlihat perbedaan laju pertumbuhan ikan tembang selama rentang hidupnya. Pertumbuhan panjang ikan tembang yang cepat terjadi pada umur muda dan semakin lambat seiring dengan bertambahnya umur sampai mencapai panjang asimptotik, dimana ikan tidak akan bertambah panjang lagi. Pertumbuhan cepat bagi ikan yang berumur muda terjadi karena energi yang didapatkan dari makanan sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan. Pada ikan tua energi yang didapatkan dari makanan tidak lagi digunakan untuk pertumbuhannya, tetapi hanya digunakan untuk mempertahankan dirinya dan mengganti sel-sel yang rusak (Jalilet al.2001).

Terjadinya perbedaan kecepatan pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan makanan di lingkungan hidup ikan, karena kecepatan pertumbuhan tersebut akan berlainan pada tahun yang berlainan juga, terutama pada ikan yang masih muda ketika kecepatan tersebut relatif lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang sudah besar. Hal ini besar kemungkinan disebabkan keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (Dwiponggo 1982 in Harahap dan Djamali 2005). Cepatnya pertumbuhan dan pendeknya umur ikan mengindikasikan laju kematian yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan (Sumanet al.2006).

26

JICA (2009) menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan bukan hanya dengan tidak melakukan kegiatan penangkapan untuk tetap dapat menjaga kelestarian sumberdaya perikanan, namun dalam kondisi yang berkesinambungan tetap dapat dilakukan kegiatan penangkapan ikan yang sesuai dengan nilai tangkapan maksimal tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya (MSY). Sehingga kegiatan penangkapan dan pengelolaan untuk mempertahankan stok sumberdaya perikanan di laut dapat berlangsung secara berkesinambungan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya ikan tembang di Peraiaran Selat Sunda adalah dengan melakukan pengontrolan terhadap ukuran ikan yang tertangkap, yaitu dengan memodifikasi alat tangkap yang lebih selektif. Ikan- ikan yang boleh ditangkap adalah ikan-ikan yang sudah mencapai ukuran matang gonad (Lm) atau minimal sudah pernah satu kali melakukan siklus pemijahan. Pada penelitian kali ini panjang ikan pertama kali matang gonad adalah 180 mm (Shelvinawati 2012). Selain itu, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi upaya penangkapan pada bulan-bulan tertentu, yaitu ada bulan Juni-Juli, karena diduga pada bulan-bulan tersebut terjadi puncak musim pemijahan ikan tembang di Perairan Selat Sunda (Shelvinawati 2012).

5.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Hubungan panjang bobot ikan tembang di Selat Sunda memiliki persamaan W = 0,00001 L2,927. Pada selang kepercayaan 95% nilai b ini berkisar antara 2,572-3,282. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan hasil penelitian di beberapa perairan lain di Indonesia.

2. Berdasarkan kurva pertumbuhan model Von Bertalanffy, dapat diketahui bahwa panjang asimptotik (L ) ikan tembang jantan sebesar 181,94 mm dan 190,45 mm untuk ikan betina.

3. Setidaknya pada bulan April atau Mei telah terjadi musim pemijahan ikan tembang di sekitar Perairan Selat Sunda.

5.2 Saran

Penelitian pertumbuhan ini hendaknya mengambil ikan contoh yang berumur muda hingga yang berumur tua, sehingga nilai K yang diperoleh akan lebih akurat. Selain itu, ikan contoh yang diambil sebaiknya mewakili setiap musim sehingga informasi yang diperoleh lebih menyeluruh. Untuk mengkonfirmasi dugaan musim pemijahan pada bulan April atau Mei, perlu dilakukan penelitian tingkat kematangan gonad ikan tembang secara peiodik terutama antara bulan Januari sampai dengan Juni.

DAFTAR PUSTAKA

Abowei JFN. 2009. The abundance, condition factor and length-weight relationship of Sardinella maderensis (Jenyns, 1842) from Nkoro River Niger Delta, Nigeria. Advance Journal Food Science and Technology. Department of Biological Sciences, Faculty of Science, Niger Delta University. 1(1): 66-71.

Amri K. 2008. Analisis hubungan kondisi oseanografi dengan fluktuasi hasil tangkapan ikan pelagis di Selat Sunda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 14(1): 51-61.

Aripin IE & Showers PAT. 2000. Population parameters of small pelagic fishes gaught off Tawi-Tawi, Philippines. Fisheries Section of The Network of Tropical Aquaculture and Fisheries Profesionals. The ICLARM Quarterly. 23(4): 21-26.

Bachrin N. 2011. Zona potensial penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) berdasarkan parameter oseanografi dan hasil tangkapan di Perairan Kecamatan Liukang Tubapiring Kabupaten Pangkap [thesis]. Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanudin. Makasar. 149 hal.

Boer M. 1996. Pendugaan koefisien pertumbuhan (L , K, t0) berdasarkan data frekuensi panjang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 4(1): 75-84.

Boer M & Aziz KA. 2007. Gejala tangkap lebih perikanan pelagis kecil di Perairan Selat Sunda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 14(2): 167-172.

Cressidanto D. 2010. Dinamika stok kan tembangSardinella fimbriata(Cuvier and

Valenciennes 1847) di Teluk Banten Kabupaten Serang, Provinsi Banten [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiv+73 hal.

[Dinas TPI Baru Labuan, Banten]. 2010. Buku besar data harian TPI Baru, Labuan, Banten. Tidak diterbitkan.

Dowdy S, Weardon S, & Chiko D. 2004. Statictics for research 3rd Ed. A John Willey and Son Inc. Hoboken, New Jersey. 627 hal.

29

Dwiponggo A. 1982. Beberapa aspek biologi ikan lemuru,Sardinella spp. prosiding Seminar Perikanan Lemuru, Banyuwangi, 18-21 Januari 1982, banyuwangi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta

In: Harahap TSR & Djamali A. 2005. Pertumbuhan ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus) di Perairan Binuangeun, Banten. Jurnal Iktiologi Indonesia, 5(2): 49-54. [terhubung berkala]. http://www.iktiologi- indonesia.org/jurnal/5-2/02_0001.pdf [14 Juni 2012].

Effendie MI. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.

Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

Gunarso W. 1985. Tingkah laku ikan hubungannya dengan metode dan teknik penangkapan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jalil, Mallawa A, & Ali SA. 2001. Biologi populasi ikan Baronang Lingkis (S. canaliculatus) di Perairan Kecamatan Bua Kabupaten Lawu. Sci&tech, Volume 2(2): 1-13. [terhubung berkala]. http://www.dc348.4shared.com/doc/ aXbOUjZt/preview.html [14 Juni 2012].

[JICA] Japan International Cooperation Agency. 2009. Indonesian fisheries books 2009. JICA, MMAF. Jakarta. 83 hal.

King M. 1995. Fisheries biology, assessment, and management. Fishing News Books. London. 341 hlm. Kharat SS, Khillare YK, Dahanukar N. 2008. Allometric scalling in growth and reproduction of a freshwater loach

Nemacheilus mooreh (Sykes 1839). Electronic Journal of Ichtyology, Volume 1: April, 2008: 8-17. [Terhubung berkala]. http:ichthyology.tau.ac.il/. [29 Februari 2012].

Johnson CAK & Ndimele PA. 2010. Length-weight relationship and condition factors of twenty-one fish species in Ologe Lagoon, Lagos, Nigeria. Asian Journal of Agricultural Sciences, Volume 2(4): 174-179.

Laevastu F & Hayes. 1981. Fisheries oceanography and ecology. Fishing News Books Ltd. London.119 hlm.

Lelono TD. 2007. Dinamika populasi dan biologi ikan lemuru (Sardinella lemuru) yang tertangkap dengan purse seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi Trenggalek, p1-11. in: Isnanetyo A, Soeparno, Murwantoko, Yusuf IBL, Djumanto, Saksono H, Dewi IP, Setyobudi E, PrabasunuN, Budhiyanti SA, Ekantari N, Ptiyono SB (editor). Prosiding: Seminar nasional tahunan IV hasil

30

penelitian perikanan dan kelautan 28 Juli 2007. Departemen Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Moyle PB & Cech JJ. 1988. Fishes an intoduction to ichthyology 2nd Ed. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.

Pauly D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters: A Manual For Use With Programmable Calculators. ICLARM. Manila. 325 hal.

Peristiwady T. 2006. Ikan-Ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia. LIPI Press. Jakarta. xiv+270 hal.

Rahmi F. 2012. Pola sebaran ikan tembang (Sardinella fimbriata Cuvier dan Valenciennes di Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [draft laporan ilmiah]. Tidak diterbitkan.

Rosita R. 2007. Studi Kebiasaan makanan ikan tembang (Clupea fimbriata) pada bulan Januari-Juni 2006 di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73 hal.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan Jilid I. Bina Cipta. Bandung. 508 hal.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan Jilid II. Bina Cipta. Bandung. 508 hal.

Shelvinawati R. 2012. Kajian aspek reproduksi ikan tembang (Sardinella fimbriata

Cuvier dan Valneciennes 1847) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten [draft laporan ilmiah]. Tidak diterbitkan.

Sparre P & Venema SC. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis buku e-manual (Edisi Terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa- Bangsa dengan Pusat Penelitiaan dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 438 hal.

Syakila S. 2009. Studi dinamika stok ikan tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74 hal.

31

Syamsudin F, Laksmini M, Amri K, & Andiastuti R. 2003 Hidrology of the Sunda Straits Water and its relation with theyield of Euthynnus affinis catchments in the landing fish auction, Labuan, West Java. The 12th Indonesia Scientific Meeting. Osaka University, Jepang.

Widodo J & Suadi. 2006. Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Gajah mada University Press. Yogyakarta. 252 hal.

www.fishbase.org. Sardinella fimbriata. [terhubung berkala]. http://www.fishbase. org/summary/Sardinella-fimbriata.html. [12 April 2011].

33

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian

33

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian

33

34

Lampiran 2. Sebaran data panjang bobot ikan tembang jantan di Perairan Selat Sunda pada bulan penelitian April-Oktober 2011

SKB SKA BKB BKA Xi Fi 100 104 99,5 104,5 102 1 105 109 104,5 109,5 107 0 110 114 109,5 114,5 112 2 115 119 114,5 119,5 117 3 120 124 119,5 124,5 122 11 125 129 124,5 129,5 127 21 130 134 129,5 134,5 132 15 135 139 134,5 139,5 137 39 140 144 139,5 144,5 142 62 145 149 144,5 149,5 147 74 150 154 149,5 154,5 152 71 155 159 154,5 159,5 157 42 160 164 159,5 164,5 162 22 165 169 164,5 169,5 167 11 170 174 169,5 174,5 172 8 175 179 174,5 179,5 177 1 180 184 179,5 184,5 182 0 185 189 184,5 189,5 187 0 Keterangan:

SKB = Selang kelas bawah SKA = Selang kelas atas BKB = Batas kelas bawah BKA = Batas kelas atas Xi = Nilai tengah Fi = Frekuensi

35

Lampiran 3. Sebaran data panjang bobot ikan tembang betina di Perairan Selat Sunda pada bulan penelitian April-Oktober 2011

SKB SKA BKB BKA Xi Fi 100 104 99,5 104,5 102 0 105 109 104,5 109,5 107 0 110 114 109,5 114,5 112 3 115 119 114,5 119,5 117 2 120 124 119,5 124,5 122 9 125 129 124,5 129,5 127 14 130 134 129,5 134,5 132 27 135 139 134,5 139,5 137 18 140 144 139,5 144,5 142 17 145 149 144,5 149,5 147 31 150 154 149,5 154,5 152 30 155 159 154,5 159,5 157 27 160 164 159,5 164,5 162 31 165 169 164,5 169,5 167 11 170 174 169,5 174,5 172 7 175 179 174,5 179,5 177 0 180 184 179,5 184,5 182 1 185 189 184,5 189,5 187 1 Keterangan:

SKB = Selang kelas bawah SKA = Selang kelas atas BKB = Batas kelas bawah BKA = Batas kelas atas Xi = Nilai tengah Fi = Frekuensi

36

Lampiran 4. Analisis sebaran frekuensi panjang ikan tembang jantan di perairan Selat Sunda dengan FISAT II

39

Lampiran 5. Analisis sebaran frekuensi panjang ikan tembang betina di perairan Selat Sunda dengan FISAT II

42

Lampiran 6.Perhitungan Selang Kelas 95% nilai L dan b

SK 95% ⇒ ± / √ 2,927 ± (2,571) ,, 2,572 < < 3,282 SK 95% ⇒ ± / √ 190,45 ± (3,182) , 167,59 < < 213,31

43

Lampiran 7. Pemisahan kelompok umur ikan tembang jantan di perairan Selat Sunda

Tanggal Pengamatan Jumlah Kelompok Ukuran Panjang Ikan (mm) Umur dugaan (bulan)

30 April 2011 1 156,12 ± 5,96 29 Juni 2011 1 141,38 ± 9,80 28 Juli 2011 1 128,16 ± 6,48 3,3 28 Agustus 2011 1 144,56 ± 8,83 4,3 30 September 2011 1 150,19 ± 6,32 5,3 29 Oktober 2011 1 162,78 ± 8,35 6,3

44

Lampiran 8. Pemisahan kelompok umur ikan tembang betina di perairan Selat Sunda

Tanggal Pengamatan Jumlah Kelompok Ukuran Panjang Ikan (mm) Umur dugaan (bulan)

30 April 2011 1 159,07 ± 5,19 2 177,79 ± 4,45 29 Juni 2011 1 146,32 ± 10,00 28 Juli 2011 1 128,14 ± 7,02 3,8 28 Agustus 2011 1 125,63 ± 4,00 2 143,84 ± 6,77 4,8 30 September 2011 1 150,22 ± 8,60 5,8 29 Oktober 2011 1 162,67 ± 8,47 6,8

45

Lampiran 9. Perhitungan umur dugaan panjang rata-rata ikan jantan yang didapatkan selama penelitian.

t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,1 123,05 128,16 26,07 3,2 124,97 128,16 10,17 4,1 139,64 144,56 24,2 4,2 141,02 144,56 12,55 5,1 151,55 150,19 1,86 5,2 152,54 150,19 5,54 6,1 160,11 162,78 7,11 6,2 160,82 162,78 3,83 Jumlah 59,24 Jumlah 32,09 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,3 126,82 128,16 1,78 3,4 128,62 128,16 0,21 4,3 142,35 144,56 4,89 4,4 143,64 144,56 0,85 5,3 153,50 150,19 10,96 5,4 154,43 150,19 17,94 6,3 161,51 162,78 1,61 6,4 162,18 162,78 0,36 Jumlah 19,24 Jumlah 19,36 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,5 130,35 128,16 4,81 3,6 132,03 128,16 14,99 4,5 144,88 144,56 0,1 4,6 146,09 144,56 2,34 5,5 155,32 150,19 26,33 5,6 156,19 150,19 35,97 6,5 162,82 162,78 0 6,6 163,44 162,78 0,44 Jumlah 31,24 Jumlah 53,74 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,7 133,66 128,16 30,2 3,8 135,23 128,16 49,94 4,7 147,26 144,56 7,27 4,8 148,38 144,56 14,63 5,7 157,03 150,19 46,72 5,8 157,84 150,19 58,46 6,7 164,04 162,78 1,6 6,8 164,63 162,78 3,41 Jumlah 85,79 Jumlah 126,44 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,9 136,75 128,16 73,74 4 138,22 128,16 101,16 4,9 149,48 144,56 24,17 5 150,53 144,56 35,68 5,9 158,62 150,19 71,08 6 159,38 150,19 84,45 6,9 165,19 162,78 5,8 7 165,73 162,78 8,73 Jumlah 174,79 Jumlah 230,02

46

Lampiran 10. Perhitungan umur dugaan panjang rata-rata ikan betina yang didapatkan selama penelitian.

t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,1 114,28 128,14 192,17 3,2 116,26 128,14 141,2 4,1 131,91 143,84 142,27 4,2 133,43 143,84 108,29 5,1 145,46 150,22 22,61 5,2 146,63 150,22 12,86 6,1 155,88 162,67 46,11 6,2 156,78 162,67 34,72 Jumlah 403,16 Jumlah 297,07 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,3 118,19 128,14 99,09 3,4 120,06 128,14 65,23 4,3 134,92 143,84 79,65 4,4 136,36 143,84 55,97 5,3 147,77 150,22 5,99 5,4 148,88 150,22 1,79 6,3 157,65 162,67 25,17 6,4 158,51 162,67 17,35 Jumlah 209,9 Jumlah 140,34 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,5 121,89 128,14 39,03 3,6 123,67 128,14 19,94 4,5 137,76 143,84 36,91 4,6 139,13 143,84 22,15 5,5 149,96 150,22 0,07 5,6 151,01 150,22 0,63 6,5 159,34 162,67 11,12 6,6 160,14 162,67 6,38 Jumlah 87,13 Jumlah 49,1 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,7 125,41 128,14 7,45 3,8 127,10 128,14 1,08 4,7 140,47 143,84 11,37 4,8 141,77 143,84 4,3 5,7 152,04 150,22 3,31 5,8 153,04 150,22 7,94 6,7 160,93 162,67 3,02 6,8 161,70 162,67 0,94 Jumlah 25,15 Jumlah 14,26 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 t (bulan) Le (mm) Lo (mm) d2 3,9 128,75 128,14 0,37 4 130,35 128,14 4,89 4,9 143,03 143,84 0,65 5 144,26 143,84 0,18 5,9 154,01 150,22 14,36 6 154,96 150,22 22,44 6,9 162,45 162,67 0,05 7 163,17 162,67 0,25 Jumlah 15,43 Jumlah 27,76

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier dan Valenciennes 1847) Di Perairan Selat Sunda

Nama : Elfrida Megawati

NIM : C24080072

Program studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA Ir. Kiagus Abdul Aziz, MSc. NIP. 19570928 198103 1 006 NIP. 130349 009

Mengetahui :

Ketua Departemen Manajamen Sumberdaya Periran

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, MSc. NIP. 19660728 199103 1 002

DAFTAR PUSTAKA

Abowei JFN. 2009. The abundance, condition factor and length-weight relationship of Sardinella maderensis (Jenyns, 1842) from Nkoro River Niger Delta, Nigeria. Advance Journal Food Science and Technology. Department of Biological Sciences, Faculty of Science, Niger Delta University. 1(1): 66-71.

Amri K. 2008. Analisis hubungan kondisi oseanografi dengan fluktuasi hasil tangkapan ikan pelagis di Selat Sunda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 14(1): 51-61.

Aripin IE & Showers PAT. 2000. Population parameters of small pelagic fishes gaught off Tawi-Tawi, Philippines. Fisheries Section of The Network of Tropical Aquaculture and Fisheries Profesionals. The ICLARM Quarterly. 23(4): 21-26.

Bachrin N. 2011. Zona potensial penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) berdasarkan parameter oseanografi dan hasil tangkapan di Perairan Kecamatan Liukang Tubapiring Kabupaten Pangkap [thesis]. Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanudin. Makasar. 149 hal.

Boer M. 1996. Pendugaan koefisien pertumbuhan (L , K, t0) berdasarkan data frekuensi panjang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 4(1): 75-84.

Boer M & Aziz KA. 2007. Gejala tangkap lebih perikanan pelagis kecil di Perairan Selat Sunda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 14(2): 167-172.

Cressidanto D. 2010. Dinamika stok kan tembangSardinella fimbriata(Cuvier and

Valenciennes 1847) di Teluk Banten Kabupaten Serang, Provinsi Banten [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiv+73 hal.

[Dinas TPI Baru Labuan, Banten]. 2010. Buku besar data harian TPI Baru, Labuan, Banten. Tidak diterbitkan.

Dowdy S, Weardon S, & Chiko D. 2004. Statictics for research 3rd Ed. A John Willey and Son Inc. Hoboken, New Jersey. 627 hal.

29

Dwiponggo A. 1982. Beberapa aspek biologi ikan lemuru,Sardinella spp. prosiding Seminar Perikanan Lemuru, Banyuwangi, 18-21 Januari 1982, banyuwangi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta

In: Harahap TSR & Djamali A. 2005. Pertumbuhan ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus) di Perairan Binuangeun, Banten. Jurnal Iktiologi Indonesia, 5(2): 49-54. [terhubung berkala]. http://www.iktiologi- indonesia.org/jurnal/5-2/02_0001.pdf [14 Juni 2012].

Effendie MI. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.

Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

Gunarso W. 1985. Tingkah laku ikan hubungannya dengan metode dan teknik penangkapan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jalil, Mallawa A, & Ali SA. 2001. Biologi populasi ikan Baronang Lingkis (S. canaliculatus) di Perairan Kecamatan Bua Kabupaten Lawu. Sci&tech, Volume 2(2): 1-13. [terhubung berkala]. http://www.dc348.4shared.com/doc/ aXbOUjZt/preview.html [14 Juni 2012].

[JICA] Japan International Cooperation Agency. 2009. Indonesian fisheries books 2009. JICA, MMAF. Jakarta. 83 hal.

King M. 1995. Fisheries biology, assessment, and management. Fishing News

Dokumen terkait