• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. PERUMUSAN MASALAH

5.4. PARLEMEN

Badan politik yang kita kenal sebagai DPR, dalam bahasa Eropa adalah Parliament, di Amerika dikenal sebagai legislature. Perbedaan istilah ini mengandung makna yang cukup dalam dan strategis. Dalam bahasa Eropa parlemen mengandung makna “pembicaraan” masalah-masalah kenegaraan, sedangkan di Amerika legislator mengandung makna badan pembuat undang-undang (badan legislatif atau law making body). Dalam kenyataan kedua perbedaan tersebut terlihat pada fungsi politik masing- masing. Namun karena badan politik ini diciptakan di Eropa maka kita akan mengkaji sejarah pertumbuhan parlemen dalam konteks sejarah Eropa.

Pada mulanya parlemen terdiri dari para raja, bangsawan, tuan-tuan tanah serta petinggi agama.33 Pada abad ke empat belas, pertemuan dengan raja dikembangkan menjadi media penghubung yang diperlukan raja. Para petinggi kerajaan diharapkan kehadiranya dalam pertemuan ini untuk dimintai informasi atau nasehat oleh raja berkenaan dengan persoalan-persoalan politik dan administrasi kerajaan yang dirasa mempengaruhi masa depan kerajaan, sejak itu pertemuan konsultasi lambat laun berkembang menjadi yang kita kenal dengan parlemen di Inggris. Pada abad ke-17 hubungan antara raja dengan parlemen berubah. Pengaruh para bangsawaan, pengusaha dan gereja dalam kehidupan ekonomi tercermin pada keanggotaan parlemen. Sumber daya yang mereka kuasai menyebabkan parlemen didominasi oleh tiga kekuatan politik tersebut.

5.4.1. Pengertian Parlemen

Parlemen dalam istilah teknis biasanya disebut legislature yang artinya badan pembuat undang-undang (legislator). Ditinjau dari fungsinya maka parlemen tidaklah berbeda dengan institusi perpolitikan. Untuk memperoleh defenisi parlemen sebagai badan politik yang berbeda dari badan-badan politik lainya harus ditemukan ciri-ciri khusus yang dapat membedakannya dengan badan lain di luar parlemen. Nelsom W. Polsby yang mencoba membandingkan parlemen (legislature) dengan badan politik lain, eksekutif dan birokrasi. Parlemen berbeda secara khusus dari badan lain karena psarlemen merupakan organisasi yang beranggotakan lebih dari satu (multimember), menggunakan metode negoisasi dan pemilihan sebelum mengambil keputusan, dan bertanggung jawab pada rakyat.34

33 Bambang Cipto. 1995. Dewan Perwakilan Rakyat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hal.2 34 Bambang Cipto. Ibid hal.6

5.4.2. Fungsi Parlemen

Fungsi pokok parlemen tidak harus diartikan sebagai pembuat undang-undang (law-making body) semata-mata namun juga perlu juga dilihat sebagai media komunikasi antara rakyat dengan pemerintah. Dalam pemerintahan sistem Parlemen ia juga berfungsi sebagai jalur rekrutmen kepemimpinan politik.

Fungsi pengawasan adalah fungsi untuk mengawasi badan eksekutif agar sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan melalui siding panitia-panitia legislatif, dan melalui hak-hak kontrol yang khusus, seperti hak bertanya,interprelasi, dan sebagainya.

Di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan kedudukan DPR, DPD, DPRD adalah, sbb :

a. Legislasi

Legislasi adalah fungsi Dewan perwakilan rakyat dalam hal membuat suatu perundang-undangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan perundang-undangan di tingkat local atau daerah adalah berupa peraturan daerah.

b. Anggaran

Fungsi Anggaran adalah fungsi badan legislatif dalam ikut serta dalam penentuan anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan anggaran-anggaran yang lain.

c. Pengawasan.

35

5.5. TEORI PERWAKILAN POLITIK 5.5.1. TEORI MANDAT

35 Miriam Budiardjo, Loc.cit

Duduknya seseorang di Lembaga Perwakilan baik itu karena pengangkatan/penunjukan maupun melalui pemilihan umum, mengakibatkan

timbulnya hubungan si wakil dengan yang diwakilinya. Pertama dibahas hubungan tersebut dengan teori yaitu:

1)

Si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Teori mandat dibagi atas 3 (tiga) jenis yakni :

2)

Mandat Imperatif : menurut ajaran ini si wakil bertindak di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang tidak terdapat dalam instriksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya.

3)

Mandat Bebas : menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas nama rakyat.

Mandat Reprensetatif : si wakil dianggap bergabung dalam satu lembaga perwakilan (parlemen). Rakyat memilih dan memberikan mandat pada lembaga perwakilan, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah bertanggung jawab pada rakyat.

5.5.2. TEORI HUKUM OBYEKTIF DARI DUGUIT

Hubungan antara rakyat dan parlemen adalah solidaritas. Wakil rakyat dapat melaksanakan tugas-tugas kenegaraannya atas nama rakyat. Sedangkan rakyat tidak akan dapat melaksanakan tugas-tugas kenegarannya tanpa mendukung wakilnya dalam menentukan wewenang pemerintah.

5.5.3. TEORI SOSIOLOGI RIEKKER

Riekker menganggap bahwa lembaga perwakilan bukan merupakan bangunan politis tetapi merupakan bangunan masyarakat (sosial) si pemilih akan memilih wakil- wakilnya yang benar-benar ahli dalam bidang kenegaraan dan akan benar-benar membela kepentingan si pemilih sehingga terbentuk lembaga perwakilan dari kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat.

5.5.4. TEORI ORGAN

Rakyat dan parlemen adalah organ yang bersumber pada undang-undang dan masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri jadi tidak perlu melihat hubungan antar organ perwakilan dan organ rakyat. Rakyat mempunyai hubungan yuridis dengan parlemen yaitu memilih dan membentuk organ parlemen (perwakilan) dan setelah organ tersebut terbentuk maka rakyat tidak perlu turut campur lagi dan organ tersebut bebas bertindak sesuai dengan fungsinya.

5.5.5. TEORI GILBRET ACARIAN36

1.

Menurut Gilbert Acarian ada 4 (empat) tipe hubungan antara si wakil dan yang mewakilinya yaitu:

2.

Si wakil bertindak sebagai “wali” (trustee). Wakil bebas bertindak mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri tanpa perlu berkonsultasi dengan yang diwakilinya.

3.

Si wakil bertindak sebagai “utusan” (delegate): si wakil bertindak sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya, si wakil selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam melaksanakan tugasnya.

36 Bintan R.Saragih. 1998. Lembaga Perwakilan Dan Pemilihan Umum Di Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama. .hal 85

Si wakil bertindak sebagai “politik”: si wakil bertindak sebagai wali (trustee) dan kadang-kadang bertindak sebagai utusan (delegatee).

4.

6. KERANGKA KONSEP

Dokumen terkait