• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partai Politik Dan Parlemen Lokal (Studi Akuntabilitas Dan Kinerja DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah Hasil Pemilihan Umum Tahun 2004)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partai Politik Dan Parlemen Lokal (Studi Akuntabilitas Dan Kinerja DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah Hasil Pemilihan Umum Tahun 2004)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PARTAI POLITIK DAN PARLEMEN LOKAL

(STUDI AKUNTABILITAS DAN KINERJA

DPRD KABUPATEN TAPANULI TENGAH HASIL PEMILIHAN UMUM TAHUN 2004)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politk (SIP) Depertemen Ilmu Politik Program Sarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ROY GUNAWAN ARITONANG

040906047

Dosen Pembimbing

: Drs. P. Anthonius Sitepu M.si

Dosen Pembaca

: Dra. Evi Novida Ginting. M.SP

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

PARTAI POLITIK DAN PARLEMEN LOKAL

( Studi Akuntabilitas dan Kinerja DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah )

Nama : ROY GUNAWAN ARITONANG

NIM : 04 09 06 047

Depertemen : ILMU POLITIK

Fakultas : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Dosen Pembimbing : Drs. P. Anthonius Sitepu. M.Si

Dosen Pembaca : Dra. Evi Novida Ginting. M.SP

Partai politk merupakan salah satu institusi penting dalam demokrasi modern. Mengingat fungsi partai politik yang sangat penting, sering keberadaannya dan kinerjanya merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang di suatu negara. Meskipun partai politik bukan merupakan pelaksana pemerintahan akan tetapi keberadaannya sangat menentukan arah pemerintahan suatu negara. Terutama bagi partai pemenang pemilu dan partai oposisi sering kali menjadi “pemerintahan yang tersembunyi” kerena keberadaannya dalam mempengaruhi ragam kebijakan pemerintah yang berkuasa.

Salah satu persyaratan dari terwujudnya demokrasi adalah partai politik yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarakat dan media kontrol terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sehingga partai politik menjadi mampu meberikan kontribusi terhadap lahirnya kebijakan-kebijakan publik yang bermanfaat bagi konstituennya.

Partai politik itu akan menempatkan kadernya di legislatif melalui pemilihan umum. Para kader inilah nantinya akan memperjuangkan kepentingan masyarakat pada umumnya dan partai pada khususnya. keberadaan dan kinerja partai politik tersebut dapat dilihat dari bagaimana performance dan akuntabilitas mereka dalam lembaga legislatif.

(3)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH . . . 1

2. PERUMUSAN MASALAH . . . . . . 15

3. TUJUAN PENELITIAN . . . . . . 16

4. MANFAAT PENELITIAN . . . . . . 16

5. KERANGKA TEORI . . . . . . 17

5.1. DEMOKRASI . . . . . . 17

5.2. PARTAI POLITIK . . . . . . .. . . 19

5.2.1. Fungsi Partai Politik . . . 21

5.2.2. Sistem kepartaian . . . 22

5.3. PEMILU DAN SISTEM PEMILU . . . 23

5.4. PARLEMEN . . . . . . 26

5.4.1. Pengertian Parlemen . . . 27

5.4.2. Fungsi Parlemen . . . 28

5.5. TEORI PERWAKILAN POLITIK . . . 28

5.5.1. Teori Mandat . . . 28

5.5.2. Teori Hukum Obyektif Dari Duguit . . . 29

5.5.3. Teori Sosiologi Riekker . . . 30

5.4.4. Teori Organ . . . .. . . .. . . . . . 30

5.4.5. Teori Gilbret Acarian . . . . . . 30

6. KERANGKA KONSEP . . . 31

(4)

6.2. Kinerja . . . 33

7. 7.5. Teknik Analisis Data . . . . . . 36

METODOLOGI PENULISAN . . . .. . . . . . . 34

7.1. Jenis Penelitian . . . 34

7.2. Lokasi Penelitian . . . 34

7.3. Populasi Dan Sampel . . . 35

7.3.1. Populasi . . . . . . 35

7.3.2. Sampel . . . 35

7.4. Teknik Pengumpulan Data . . . 36

8. SISTEMATIKA PENULISAN . . . 37

BAB II. DESKRIPTIF LOKASI PENELITIAN . . . 38

1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TANGAH . . . 38

Letak Geografis . . . 38

Topologi . . . 39

Klimatologi . . . 39

Kependudukan . . . 39

Perekonomian Daerah . . . 40

Pemerintahan Daerah . . . 41

2. DINAMIKA POLITIK LOKAL . . . 42

3. GAMBARAN UMUM DPRD KABUPATEN TAPANULI TENGAH . . . . 43

3.1. Kedudukan DPRD . . . 43

(5)

3.3. Hak dan Kewjiban DPRD Kab. Tap. Teng . . . 44

3.4. Fungsi DPRD Kab. Tap.Teng . . . 46

4. STRUKTUR ORGANISASI DPRD KAB.TAP TENG . . . 46

4.1. Alat-Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah . . . 46

4.1.1. Pimpinan DPRD . . . 46

4.1.2. Komisi . . . 47

4.1.3. Panitia Musyawarah . . . 51

4.1.4. Panitia Anggaran . . . 52

4.1.5. Badan Kehormatan . . . 54

5. Fraksi – Fraksi . . . 56

BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA . . . 59

1. Akuntabilitas Dan Kinerja DPRD Kab. Tapanuli Tengah . . . 59

1.1. Akuntabilitas DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah . . . 59

1.1.1. Akuntabilitas Administratif . . . 60

1.1.2. Akuntabilitas Politik . . . 68

1.1.2.1. Pembuatan Tata Tertib . . . 68

1.1.2.2. Pembahasan Perda . . . 70

1.1.2.3. Pembahasan APBD . . . 72

1.2. Kinerja DPRD Kab Tapanuli Tengah . . . 75

1.2.1 Profil DPRD Kab. Tap. Teng . . . 76

1.2.2. Hubungan Poltisi DPRD Dengan Konstituen . . . 79

(6)

1. KESIMPULAN . . . 82 2. REKOMENDASI . . . 83

DAFTAR PUSTAKA . . . 85

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD Kab. Tap Teng . . . 67

Tabel 2 Kegiatan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah 2004-2008 . . . 68

Tabel 3 Jumlah Keputusan DPRD Kab.Tap.Teng tahun 2004 – 2008 . . . 70

Tabel 4 Tingkat usia Anggota DPRD KabupatenTapanuli Tengah . . . 76

Tabel 5 Tingkat pendidikan Anggota DPRD Kabupaten Karo . . . 76

Tabel 6. Jenis kelamin Anggota DPRD kab. Tap.Teng . . . 77

Tabel 7 Unsur Lama atau Baru Anggota DPRD kab. Tap. Teng . . . .77

Tabel 8. Pola hubungan DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah dengan konstituen . . 80

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

ABSTRAKSI

PARTAI POLITIK DAN PARLEMEN LOKAL

( Studi Akuntabilitas dan Kinerja DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah )

Nama : ROY GUNAWAN ARITONANG

NIM : 04 09 06 047

Depertemen : ILMU POLITIK

Fakultas : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Dosen Pembimbing : Drs. P. Anthonius Sitepu. M.Si

Dosen Pembaca : Dra. Evi Novida Ginting. M.SP

Partai politk merupakan salah satu institusi penting dalam demokrasi modern. Mengingat fungsi partai politik yang sangat penting, sering keberadaannya dan kinerjanya merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang di suatu negara. Meskipun partai politik bukan merupakan pelaksana pemerintahan akan tetapi keberadaannya sangat menentukan arah pemerintahan suatu negara. Terutama bagi partai pemenang pemilu dan partai oposisi sering kali menjadi “pemerintahan yang tersembunyi” kerena keberadaannya dalam mempengaruhi ragam kebijakan pemerintah yang berkuasa.

Salah satu persyaratan dari terwujudnya demokrasi adalah partai politik yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarakat dan media kontrol terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sehingga partai politik menjadi mampu meberikan kontribusi terhadap lahirnya kebijakan-kebijakan publik yang bermanfaat bagi konstituennya.

Partai politik itu akan menempatkan kadernya di legislatif melalui pemilihan umum. Para kader inilah nantinya akan memperjuangkan kepentingan masyarakat pada umumnya dan partai pada khususnya. keberadaan dan kinerja partai politik tersebut dapat dilihat dari bagaimana performance dan akuntabilitas mereka dalam lembaga legislatif.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Partai politik adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempuyai orientasi, tujuan, dan nilai yang sama tujuan dari kelompok ini adalah merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

Dalam perundang-undangan di Indonesia partai politik diartikan sebagai suatu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehandak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum.1

Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus ikut serta dalam proses politik maka parpol telah lahir, dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah. Bahkan partai politik dianggap sebagai lambang Negara Modren. Oleh karena itu, hampir semua negara memiliki partai politik.2

Dalam negara Demokrasi, partisipasi politik masyarakat dapat dibedakan menurut frekuensi dan intensitasnya. Orang yang mengikuti secara tidak intensif (kegiatan yang tidak menyita banyak waktu seperti memberi suara pada pemilihan Keikursertaan masyarakat dalam menentukan suatu kebijakan umum dapat dikatakan sebagai partisipasi politik masyarakat.

Partisipasi politik masyarakat adalah kegiatan warga negara sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bias bersifat pribadi maupun kolektif, dengan damai maupun dengan kekerasan, mantap atau sporadis, terorganisir maupun spontan, efektif maupun tidak efektif.

(11)

umum) sangat banyak jumlahnya. Jumlah orang yang memberi waktunya terlibat secara aktif dalam politik sangat kecil jumlahnya. Dalam sistem demokrasi partai politik berfungsi sebagai pemandu berbagai kepentingan kemudian meperjuangkannya melalui proses politik yakni terlebih dahulu mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilu.

Demokrasi Modren sebagai demokrasi tidak langsung dibutuhkan media penyampai pesan politik kepada negara atau pemerintahan. Media ini adalah partai politik yang keberadaannya diatur dalam konstitusi mengingat fungsi partai politik yang begitu penting, sering keberadaannya dan kinerjanya merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang disuatu Negara. Meskipun ia bukan merupakan pelaksanaan dari suatu pemerintahan namun keberadaannya akan mempengaruhi bagaimana dan kearah mana pelaksanaan pemerintahan dilaksanakan, khususnya partai pemenang pemilihan umum ataupun partai oposisi yang berjalan efektif, partai politik merupakan pelaksana pemerinntah yang “tersembunyi” keberadaannya mempengaruhi ragam kebijakan yang dikembangkan.3

Partai-partai politik akan bertarung dalam sebuah pemilihan umum (Pemilu). Dengan dilaksanakannya pemilihan umum maka diharapkan akan adanya suatu

Oleh kerena itu, bisa dikatakan berhasil atau gagal dalam mensejahterahkan masyarakatnya maka ia juga merupakan keberhasilan atau kegagalan sebuah partai politik menjalankan fungsi secara efektif.

Salah satu syarat dari terwujudnya demokrasi adalah adanya partai politik yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarkat dan media kontrol terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemeritah sehingga partai politik mampu memberikan kontribusi terhadap lahirnya kebijakan-kebijakan publik yang bermanfaat bagi konstituennya.

(12)

suksesi kepemimpinan baik di eksekutif maupun di legislatif dimana masyarakat diharapkan akan memilih para wakil rakyat yang duduk di perlemen yang akan mewakilinya.

Dikebanyakan Negara demokrasi, Pemilihan umum dianggap sebagai lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu, hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keadaan keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.4 Melalui pemilihan umum yang demokratis diharapkan dapat menghasilkan lembaga-lembaga demokrasi yang bersih, dan yang pro kepentingan masyarakat yang notabena adalah sebagai pemilihnya5

Pemilihan mengkondisikan terselenggaranya mekanisme pemerintahan secara tertib, teratur, berkesinambungan, dan berjalan damai yang kesemuanya itu akan mengembangkan terbinanya masyarakat yang terdapat menghormati pendapat lain.

.

6

Keberadaan lembaga DPR merupakan hal yang sangat essensial karna ia berfungsi untuk mewakili kepentingan-kepentingan rakyat. Lewat lembaga DPR Dengan adanya pemilu yang diikuti oleh partai politik akan menghasilkan kabinet di pemerintahan dan juga wakil masyarakat yang akan duduk di parlemen. Oleh kerena itu, sistem pemilu akan mempengaruhi kualitas kabinet dan juga kualitas para wakil rakyat yang duduk di perlemen.

Badan legislatif atau parlemen di Negara demokrasi disusun sedemikian rupa dalam sebuah kostitusi sehingga ia mewakili mayoritas dari rakyat dan pemerintah bertanggung jawab kepadanya.

4 Miriam Budiarjo. 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia, hal. 461

5 Syamsudin Harris dan Moch Nurhasim. 2007. Partia Politik Dan Perlemen Lokal Era Transisi Demokrasi di Indonesia. Jakarta : LIPI Press. Hal. 1

(13)

inilah aspirasi rakyat di tampung yang kemudian tertuang dalam berbagai macam kebijaksanaan umum yang sesuai dengan aspirasi rakyat.

Setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa warga negara seharusnya terlibat dalam hal tertentu di bidang pembuatan keputusan-keputusan politik, baik secara langsung maupun melalui wakil pilihan mereka di lembaga perwakilan7

Indonesia sebagai sebuah negara demokrasi, telah mengalami pasang surutnya perkembangan demokrasi. Dalam masyarakat yang beraneka ragam pola kebudayaannya Indonesia mengalami sebuah masalah pokok yakni mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Pada pokoknya permasalahan ini berkisar pada penyusunan suatu sistem politik dimana kepemimpinan cukup kuat untuk melakukan pembangunan ekonomi serta Nation Building dengan partisipasi rakyat seraya menghindari timbulnya diktator,baik diktator yang bersifat pereorangan, partai, maupun militer.

.

8

Analisis kehidupan politik Indonesia terkait dengan perwakilan politik tidak lama setelah proklamasi dikumandangkan, pemerintah mengeluarkan maklumat tanggal 16 oktober 1945 atau yang lebih dikenal dengan Maklumat wakil presiden No X tertanggal 16 oktober 1945 yang berisi anjuran pemerintah kepada masyarakat untuk membentuk partai politik

Partai politik di Indonesia telah merupakan bagian dari kehidupan politik. Sistem kepartaian yang dianut adalah multipartai, sekalipun gajala partai tunggal tidak asing dalam sejarah Indonesia. Sistem yang kemudian berlaku berdasarkan 3 (tiga) Orsospol yang dikategorikan sebagai multipartai dengan dominasi satu partai.

(14)

Dengan keluarnya maklumat wakil Presiden tersebut maka muncullah banyak partai politik di Indonesia.sampai pada puncaknya tahun 1955, yakni dengan dilaksanakannya pemilihaan umum yang pertama kalinya di Indonesia yang diikut i oleh 28 parpol (termasuk perseorangan). Pada pemilu ini, ternyata hanya ada 4 (empat) partai politik “Besar” yakni : PNI (57 kursi), kemudian Masyumi (57 kursi), dususul oleh NU (45 kursi), lalu PKI (39 kursi).10

Dengan ini menyebabkan adanya suatu keterpaksaan politik di dalam masyarakat untuk memilih partai yang sebenarnya dia tidak suka. Pada fase inilah

Fusi partai politik sebagai suatu kebijakan andalan dari orde baru dalam mencapai stabilitas politik yang hancur pada masa orde lama yang disebabkan oleh gagalnya negara dalam mengatasi konflik di tubuh partai politik menjadi fase dimana kebutuhan politik masyarakat di pangkas. Dalam fusi ini, partai-partai politik yang ada dipaksa bersatu dengan 2 (dua) partai dan 1 (satu) golongan.

Pemikiran untuk melakukan Fusi sudah ada sebelum pemilu kedua tahun 1971, akan tetapi fusi ini gagal dikakukan akibat dari berbagai kepentingan politik yang ada pada masa itu. Maka pada pemilu kedua tahun 1971 diikuti oleh 9 partai politik ditambah 1 (satu) Golongan Karya.

Fusi partai politik menjadi 3 (tiga) Golongan yakni Golongan Nasionalis, Golongan Spiritual, dan Golongan Karya., baru terjadi pada tahun 1973. 4 (empat) parpol Islam yakni Perti, NU, Parmusi, dan PSII digabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP); sedangkan 5 (Lima) partai lain (PNI, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Patai Murba, IPKI) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Dengan demikian pada pemilu ketiga diikuti oleh 2 (dua) partai dan satu golongan. Maka pada pemilu 1977 hanya diikuti oleh PPP, PDI, dan Golkar.

(15)

Negara berhasil mengelola masyarakat, hal ini tercermin dari dalam partai politik yang berhasil dikelola oleh Negara.

Sejak kejatuhan Orde baru dibawah pimpinan Presiden Seoharto tanggal 21 Mei 1998, muncullah desakan-desakan agar diadakan pembaharuan kehidupan politik kearah yang lebih demokratis. Dalam konteks kepartaian ada tuntutan agar masyarakat mendapat kesempatan mendirikan partai politik. Atas dasar itu, Presiden B.J.Habibie dan parlemen mengeluarkan Undang-Undang no. 2 tahun 1999 tentang Partai politik yang membuku kembali pintu demokrasi dengan memberi kesempatas kepada masyarakat untuk mendirikan partai politik.

Di Dalam alam reformasi menyeluruh seperti sekarang ini, kemunculan partai-partai politik baru tertentu sengat menggembirakan. Fenomena itu memberi indikasi bahwa kelompok-kelompok yang ada di dalam masyarakat ini ikut memikirkan tentang bagaimana membuat kehidupan berbangsa yang lebih baik. Tetapi fenomena itu juga membawa kekhawatiran.

(16)

ada terdapat 48 partai politik peserta pemilu11 dan 24 partai politik yang ikut dalam pemilihan umum tahun 200412

11 Serikat Petani Sumatera Utara. 1999. Katalog Partai Politik Peserta Pemilu 1999. Medan : Sumatera Voter Education Clearing House ( SVECH).

12 Aritasius Sugiya Dkk (Team Litbang Kompas). 2004. Partai-Partai Politik Indonesia, Idiologi Dan Program Tahun 2004-2009 . Jakarta : Kompas

Banyaknya partai politik yang mendaftar diri untuk mengikuti pemilu 1999 merupakan bahan kajian yang cukup menarik. Phenomena itu merupakan hal yang sangat wajar karena 32 tahun di kungkung oleh rezim orde baru yang berkuasa.

Pada pemilu yang dilaksanakan 7 juli 1999 menghasilkan sejumlah partai politik kecil yang memperoleh dukungan besar yakni PDIP, PKB, Partai Golkar, PPP, PAN. Ada beberapa partai yang cukup berpengaruh tetapi tidak cukup besar dalam dukungan yakni Partai Keadilan, dan Partai Bulan Bintang.

Perlemen yang dihasilkan Pada pemilu tahun 1999 adalah dari 500 kursi yang diperebutkan dalam pemilu tersebut 462 orang dipilih oleh masyarakat dan selabihnya 38 orang lagi diperuntukkan kepada kalangan TNI/POLRI,

Akan tetapi, pada pemilu tahun 2004, ada dua tahap seleksi yang harus partai politik untuk dapat menjadi peserta pemilu tahun 2004. pertama, seleksi yang dilakukan oleh Depertemen Kehakiman dan HAM, Kedua seleksi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Partai politik yang tidak lolos pada seleksi yang pertama tidak boleh ikut dalam selaksi yang kedua. Oleh karena itu, partai yang lolos menjadi Organisasi Peserta Pemilu (OPP) hanya ada 24 partai politik.

(17)

Perlemen yang dihasilkan pada pemilu tahun 2004, semua anggota parlemen dipilih oleh rakyat sebanyak 550 kursi yang ada untuk diperebutkan dan tidak ada anggota TNI/POLRI yang diangkat menjadi anggota parlemen. Parlemen yang dihasilkan dari pemilu tahun 2004 semua berasal dari partai politik, karena hanya partai politiklah yang bisa bertarung memperebutkan kursi di parlemen melalui pemilihan umum.

Dengan dilaksanakannya pemilu tahun 2004 dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka maka masyarakat dapat memilih secara langsung wakilnya yang duduk di DPR atau parlemen.

Hal ini berarti bahwa masyarakat dapat menentukan pilihan secara langsung orang-orang yang akan mewakilinya di DPR dengan melihat kinerjanya selama ini kepada masyarakat. Hal ini merupakan suatu kemajuan karna pada pemilu sebelumnya masyarakat hanya memilih partainya saja lalu kemudian partailah yang mementukan siapa-siapa yang akan duduk di kursi DPR/Parlemen yang akan memperjuangkan nasib partainya. Sistem yang dianut oleh Undang-Undang Pemilu tahun 2004 hendank menggabungkan prinsip perwakilan memalui penunjukan langsung dari konstituen di satu sisi dan penunjukan oleh partai politik disisi yang lain.

Pada dasarnya wakil rakyat yang duduk di parlemen tersebut berasal dari keanggotaannya dalam partai politik peserta pemilu (OPP). Karena dalam undang-undang di ungkapkan bahwa parlemen atau DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum.13

Hal inilah yang menyebabkan partai politik merupakan salah satu institusi inti pelaksana demokrasi modern. Yang mana demokrasi modern mengandaikan sebuah

(18)

sistem keterwakilan, baik itu keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan seperti Parlemen/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian.

Perwakilan (Representation) adalah konsep bahwa seseorang atau sesuatu kelompok mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk berbicara dan bertindak atas nama rakyat atau suatu kelompok yang lebih besar. dewasa ini anggota DPR pada umumnya mewakili rakyat melalui partai politik.

Hubungan antara wakil (Anggota Dewan) dan yang diwakili (Rakyat) sudah ada sejak lama yakni sejak dilaksanakannya pemilihan umum pada tahun 1955, pemilihan ini dilaksanakan untuk memilih anggota DPR dan konstituante. Yang mana para anggota DPR dan konstituante merupakan representasi dari 28 parpol yang menjadi OPP (Organisasi Peserta Pemilu).

Dalam prinsip demokrasi, Pertangguangjawaban legislatif / DPR akan mempengaruhi hubungan antara anggota DPR denganh konstituennya dalam suatu sistem perwakilan. Menurut Alfred de Grazia seperti yang dikutup oleh Arbi Sanit dalam bukunya Perwakilan Politik Di Indonesia mengatakan bahwa : perwakilan politik adalah hubungan diantara dua pihak yaitu wakil dan yang diwakili dimana wakil yang memegang kekuasaan unutk melaksanakan berbagai tindakan untuk yang berkenaan kesepakatan yang dibuatnya dengan yang terwakili14

Hubungan antara wakil dan yang diwakili dan hubungan antara anggota legislatif dan partai politik dapat dilihat dari optiomalisasi fungsi partai politik dalam agregasi kepentingan, komunikasi politik, dan fungsi penyalur aspirasi politik. Dalam kaitan ini, maka partisipasi masyarakat harus juga di pandang sebagian dari faktor penting yang dapat mempengaruhi akuntabilitas legislatif. Pengawasan dari

.

(19)

masyarakat juga sangat penting karena akan memaksa Dewan akan bertanggungjawabkan kepada masyarakat secara umum. Sejauh mana kepentingan masyarakat diperjuangkan oleh anggota legislatif juga merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan untuk menila aspek akuntabilitasnya. Karena itulah system demokrasi mencitrakan serta mengaplikasi akuntabilitas politik didasarkan atas kepentingan masyarakat atau kepentingan umum.

Di Indonesia, masalah wakil dan yang diwakili tidak hanya ada secara nasional akan tetapi secara lokal juga. Oleh karena itu maka ada lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah baik itu di tingkat I (Propinsi) maupun di tingkat II (Kabupaten/Kota). Lembaga ini diadakan untuk menyalurkan aspirasi masyarakat tingkat lokal dan diharapkan sebagai pembuat keputusan di daerah dan perpanjangtanganan pusat di daerah.

Hal ini yang menjadi sorotan publik tentang kualitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di setiap daerah. kinerja para anggota Dewan yang notabene adalah mandataris dari rakyat belum menunjukan hasil yang optimal dalam hal memperjuangkan kepentingan rakyat.

(20)

banyaknya kasus korupsi dan politik uang yang terjadi yang dialamatkan pada para anggota legislatif.15

Selama para wakil rakyat duduk di kursi DPR dan DPRD saat ini, hasilnya bisa dikatakan nihil, hal ini dapat dilihat dari kurangnya atau minimnya menghasilkan produk hukum berupa peraturan daerah yang pro rakyat dan demi kesejahteraan rakyat. Para anggota Dewan seolah-olah berada dalam intervensi eksekutif.

16

Menurut Zulfan Heri, penyebab rendahnya kinerja dari anggota parlemen adalah

Problematik tersebut tampaknya tidak hanya berpangkal pada sistem pemilu dan sistem kepartaian melainkan juga pada pendangkalan pemahaman para politisi terhadap hakikat keterlibatan mereka di dalam partai-partai politik. Seperti tampak di balik keterungkapan kasus-kasus korupsi dan penyalahgunaan dana APBD yang dilakukan oleh para anggota partai di Lembaga Legislatif Lokal hasil Pemilu 1999, partai-partai tampaknya terlanjur dipandang sebagai batu loncatan untuk meraih dan merebut kedudukan sosial, ekonomi, politik yang mapan di tengah penderitaan mayoritas rakyat di lingkunganya.

17

1. Faktor orientasi masuk legislatif atau DPR dan DPRD bukan karena dilatarbelakangi oleh sikap pemihakan kepada rakyat melainkan orientasi material (material oriented) artinya bukan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat seseorang itu masuk DPR dan DPRD akan tetepi untuk mendapatkan materi berupa uang, fasilitas,dll yang disediakan oleh Negara

:

15 Kompas, 19 Mei 2004. Ada 43 Orang Anggota Legislatif dari DPRD Sumatera Barat Yang Dihukum Penjara Oleh Pengadilan Negeri Padang.

(21)

2. Tingkat kesadaran dan rasa tanggung jawab sebagai wakil rakyat sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kehadiran pada rapat-rapat komisi, fraksi, pansus, maupun paripurna yang digelar DPRD.

3. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) anggota legislatif.

Sedangkan menurut Syamsuddin Haris, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas perwakilan di legislatif atau parlemen yakni 18

1. Sistem pemilu

:

Dengan adanya sistem pemilu yang proporsional dengan daftar calon terbuka seperti yang dilaksanakan di Indonesia pada pemilu tahun 2004 menyebabkan terbuka peluang adanya interaksi dan komunikasi antara pemilih dengan calon-calon anggota legislatif.

2. Standard persyaratan seseorang sebagai wakil rakyat.

Persayaratan yang dimaksud disini adalah persyaratan moral, pengetahuan akan kebijakan dan kepentingan umum, serta keahlian teknis atau instrumental yang memadai. Persyaratan ini sangat penting agar konsep bahwa seseorang atau kelompok mempuyai kemempuan dan kewajiban untuk berbicara dan bertindak atas nama kelompok yang lebih besar dapat diterima jika persyaratan ini terpenuhi.

3. Model rekruitmen anggota parlemen.

Model yang dimaksud adalah apakah model karier atau patron-klien. 4. Perhatian wakil-wakil rakyatnya.

Perhatian yang dimaksud adalah apakah perhatian anggota legislatif cukup memadai pada persoalan kelompok atau partai, atau perhatiannya lebih fokus pada persoalan wilayah atau daerah yang diwakilinya.

(22)

Para wakil rakyat (DPR atau DPRD) yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum yang notabene adalah anggota partai politik haruslah mempertanggungjawabkannya kinerja mereka kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi.

Menurut teori mandat, wakil dilihat sebagai penerima mandat untuk merealisasikan kekuasaan terwakili dalam proses kehidupan politik. Teori Mandat Imperatif mengataklan bahwa si wakil bertindak di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang tidak terdapat dalam instruksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya. Bagi terwakili/rakyat, teori ini lebih menguntungkan kerena wakil dapat di kontrol secara terus-menerus. Perbedaan pandang antara wakil dengan terwakili dapat mengakibatkan menurut reputasi wakil.

Dalam kenyatannya, fraksi suatu partai di DPRD Kabupaten dan kota adalah kepanjangan tangan dari kepengurusan partai di tingkat kepengurusan kabupaten dan kota pula. Hal ini disebabkan karena sebagian dari pengurus partai telah duduk di DPRD, Maka fraksi suatu partai yang ada di DPRD akhirnya cendrung menjadi kepanjangan tangan Anggota partai secara individual. Tidak mengherankan jika aspirasi masyarakat hampir selalu tidak sama dengan aspirasi kepentingan partai karena yang disebut terakhir pada dasarnya adalah aspirasi dan kepentingan pribadi Anggota Dewan itu sendiri.

(23)

Masalah akuntabilitas dan kinerja partai-partai pasca Pemilu 2004 menjadi lebih kompleks lagi sehubungan dengan terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan juga sebelumnya PP No. 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertip DPRD. Baik UU No. 32/2004- yang merupakan revisi atas UU No. 22 Tahun 1999 maupun PP No. 25/2004, tampaknya didesain untuk benar-benar menertibkan proses Politik Lokal, karena di dalam perangkat kebijakan tersebut DPRD dan Pemda setempat diwajibkan mengkonsultasikan setiap rancangan kebijakan Lokal kepada Pemerintah Pusat (melalui Gubernur) sebelum disahkan sebagai kebijakan. Hal ini dapat berarti bahwa partai-partai baik yang ada di Dewan maupun di pemerintahan daerah (Eksekutif) harus tunduk pada kepentingan pusat dari pada aspirasi masyarakat di daerah. Dengan demikian penyeragaman politik dan birokrasi politik lokal merupakan persoalan besar yang dihadapi oleh partai politik pemilu 2004.

(24)

akan tetapi dapat juga terjadi ketegangan antara eksekutif dan legislatif dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.19

Berikut adalah daftar lima besar yang memperoleh kursi di DPRD Kab. Tapanuli Tengah

Di Tapanuli Tengah atau yang lebih dikenal dengan TapTeng pada pemilihan legislatif diikuti oleh 24 partai pada tahun 2004. Pada pemilihan umum legislatif tahun 2004 tersebut dimenangi oleh partai Golkar dan diikuti oleh Partai PAN, PDIP, PIB, PBR, PDS, PNI Marhaenis, P. MERDEKA, PPP, PBB, PNBK, PKPB, Dan PATRIOT PANCASILA.

Di daerah Kabupaten Tapanuli Tengah, terdapat banyak pluralitas. Baik secara kepentingan, pencarian, agama, maupun suku bangsa. Hal ini dapat dilihat dari partai politik pemenang pemilihan umum tahun 2004 di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah bervariasi yakni partai Nasionalis dan partai yang berbasiskan kepercayaan tertentu.

2. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang inilah penelitian tentang akuntabilitas dan kinerja Partai Politik dalam Lembaga Legislatif menimbulkan permasalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan Parlemen Lokal DPRD dengan Partai Politik terkait masalah akuntabilitas dan kinerja DPRD di Kabupaten Tapanuli tengah?

19 Zakaria Bangun, 2007. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pascaamandemen UUD 1945. Medan: : Bina Media Perintis. Hal 237

20

(25)

2. Mekanisme dan cara seperti apa yang ditempuh oleh DPRD dalam mengartikulasikan kepentingan masyarakat?

3. Bagaimana mekanisme dan cara seperti apa yang ditempuh olh partai politik terhadap masyarakat atau konstituennya?

3. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran bagaimana hubungan Parlemen Lokal DPRD dengan Partai Politik terkait masalah akuntabilitas dan kinerja DPRD di Kabupaten Tapanuli tengah.

2. Memperoleh gambaran mekanisme dan cara seperti apa yang ditempuh oleh DPRD dalam mengartikulasikan kepentingan masyarakat.

3. Memperoleh gambaran bagaimana bentuk pertanggungjawaban Legislatif Lokal terhadap masyarakat atau konstituennya.

4. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara pribadi penelitian ini bermanfaat bagi penulis yaitu memperluas dan memperdalam pemahaman dan melatih penulis dalam membuat sebuah karya ilmiah.

2. Secara teoritis penelitian ini diharapkan jadi salah satu pendukung dalam pengembangan dari pada teori-teori politik yang telah ada seperti Sistem Perwakilan Politik, Sistem Politik Indonesia dan teori-teori politik lainya. 3. Hasil penelitian ini secara praktis kiranya bermanfaat bagi lembaga/instansi

(26)

5. KERANGKA TEORI

Kerangka teori diperlakukan dalam setiap penelitian untuk memberikan landasan teoritis bagi penulis dalam menyelesaikan masalah dalam penelitian. Kerangka teori juga membantu seorang peneliti untuk mengetahui tujuan dan arah penelitian, serta sebagai dasar penelitian agar langkah yang selanjutnya ditempuh dengan konsisten.21

Demokrasi langsung model Yunani Kuno

Peran teori dalam sebuah penelitian diumpamakan sebagai “pemandu” seorang dalam meneliti.

5.1. DEMOKRASI

Teori demokrasi digunakan oleh penulis sebagai landasan berpikir dalam penelitian, ini disebabkan oleh karena pada penelitian ini membahas tentang Partai Politik dan Parlemen Lokal. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai suatu upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, legislatif dan judikatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip cheks and balance.

22

21Masri Singarimbun & Efendi. 1990. Metodologi Penlitian Survei. Jakarta: Gramedia, hal. 65 22Hendramin Ranadireks. 2007. Arsitektur Konstitusi Demokratik, Bandung: Fokusmedia. hal.76-77

(27)

sesara langsung. Negara waktu itu baru dalam skala kota (negara kota) yang dikenal dengan istilah polis.

Di pusat yang disebut Agora (yang selalu tersedia dalam polis), pada suatu waktu tertentu, rakyat (warga polis yang memenuhi kriteria tertentu) berkumpul membahas dan membicarakan segala sesuatu yang menyangkut masalah negara. Agora, dalam masyarakat Yunani berfungsi sebagai tempat pertemuan umum di mana segala masalah yang menyangkut kepentingan umum dibahas dan dibicarakan.

Kata demokrasi berasal dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat, dan keratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai

pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.23

Dalam sistem perwakilan politik, seorang warga negara mewakilkan diri sebagai yang berdaulat kepada seseorang calon wakil rakyat atau Partai Politik yang

Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut sebut sebagai perkembangan politik suatu negara.

Dalam ilmu politik, dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empiris (demokrasi prosedural). Dalam pemahaman secara normatif yaitu demokrasi merupakan sesuatu yang secara adil yang hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah negara. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal ungkapan “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Ungkapan normatif tersebut biasanya diterjemahkan menurut konstitusi-konstitusi masing-masing negara. Tetapi hal-hal yang normatif belum tentu kita dapat lihat dalam konteks kehidupan sehari-hari suatu negara.

(28)

dipercayai melalui pemilihan umum. Suatu keputusan dalam demokrasi ialah bagaimana menyelenggarakan pemilihan umum.

Kajian dan akademis mengenai demokrasi mengenal dua kategorisasi pemaknaan besar, yaitu konsepsi minimalis dan maksimalis.24 Demokrasi minimalis atau dalam wacana Indonesia dikenal dengan demokrasi prosedural dikenakan pada sistem-sistem politik yang melaksanakan perubahan kepemimpinan secara reguler melalui suatu mekanisme pemilihan yang berlangsung bebas, terbuka, dan melibatkan massa pemilih yang universal. Bagi konsepsi maksimalis pelaksanaan pemilihan umum saja tidaklah cukup bagi suatu sistem politik untuk mendapatkan gelar demokrasi, karena konsepsi ini yang di Indonesia lebih dikenal dengan demokrasi substansif mensyaratkan penghormatan terhadap hak-hak sipil yang lebih luas penghargaan terhadap kaidah-kaidah pluralisme yang mendasar.

5.2. PARTAI POLITIK

Partai Politik yang terorganisir timbul pada akhir abad 18 dan 19 di Eropa Barat. Sebagai buah dari usaha kelompok-kelompok di luar lingkungan kekuasaan politik untuk bersaing memperebutkan jabatan pemerintah dan mengendalikan jabatan pemerintah. Ketika gerakan-gerakan kelas menengah dan kelas buruh ini mulai mendesak kelas-kelas atas dan aristokrat demi partisipasi dalam pembuatan keputusan, kelompok-kelompok yang menjalankan pemerintahan terpaksa mencari dukungan publik dalam rangka mempertahankan pengaruh dukungan mereka. Dengan demikian partai-partai politik merupakan gabungan antara rakyat dengan pemerintah.

24 Muladi, dkk. 2004. Pemilu dan Demokrasi, dalam Jurnal Demokrasi dan HAM, Pemilu 2004: Semakin Terkonsolidasikah Demokrasi Kita. Vol.4. No. 1. Surabaya : THC. Hal.Editor

(29)

dan parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitist dan aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja. Dengan meluasnya hak pilih kegiatan politik juga berkembang di luar parlemen dengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur pengumpulan suara para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum. Oleh karena dirasa perlu memperoleh dukungan dari berbagai golongan masyarakat, kelompok-kelompok politik dalam parlemen lambat laun berusaha mengembangkan organisasi massa, dengan demikian terjalinlah hubungan tetap antara kelompok-kelompok politik di parlemen dan panitia-panitia pemilihan yang sepaham dan sekepentingan, dan lahirlah Partai Politik.

1.

Salah satu sarana untuk berpartisipasi politik adalah Partai Politik. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai serta cita-cita yang sama, dan mempunyai tujuan kekuasaan tersebut melakukan kebijakan-kebijakan mereka.

Di indonesia partai politik diartikan sebagai suatu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehandak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum.

Carl. Friedrich: Partai Politik adalah “sekelompok manusia yang terorganisir

dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idill maupun materiil”25

2.

25

Miriam Budiardj. Ibid. hal.161

R.H. Saltou: Partai Politik adalah “Sekelompok warga negara yang sedikit

(30)

memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih-bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka”

5.2.1. Fungsi Partai Politik

1)

Adapun fungsi Partai Politik adalah: Partai sebagai sarana Komunikasi Politik

2)

Salah satu tugas dari Partai Politik adalah menyalurkan beraneka ragam pendapat atau aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang.

Partai sebagai sarana Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat tempat orang itu berada. Sosialisasi juga mencakup proses penyampaian norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi kegenerasi lainnya. Sosialisasi politik berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik di kalangan warga masyarakat untuk menjalankan peran-peran politik tertentu.26

3)

Partai sebagai Sarana Rekruitmen Politik

26 Sudijono Sastroatmodjos. 1995. Perilaku politik. Semarang: IKIP Pers. hal. 120.

(31)

struktur politik dilakukan secara terencana dan teratur sesuai dengan kaidah/norma-norma yang ada serta harapan dalam masyarakat.27

4) Partai sebagai Pengatur Konflik

Dalam suasana demokrasi, persaingan atau perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar, jika terjadi suatu konflik, Partai Politik berusaha untuk mengatasinya.28

6.4.2. Sistem Kepartaian

Maurice Duverger29

a.

dalam bukunya yang berjudul political Parties, manjelaskan klasifikasi sistem partai, yaitu sistem partai tunggal (one party sistem), sistem dwi partai (two party system) dan sistem multipartai (multy party system).

Sistem Partai Tunggal (Totaliter, Otoriter dan Dominan)

Dalam negara yang menerapkan bentuk partai tunggal totaliter terdapat partai-partai yang tak hanya memegang kendali atas militer dan pemerintahan. Tetapi juga menguasai seluruh kehidupan masyarakat. Partai tunggal totaliter biasanya merupakan partai doktrinan negara-negara komunis dan fasis.

27Ibid, hal. 163.

28 Miriam Budiardjo, Ibid. hal.164 29Ibid, hal. 167

(32)

oleh penguasa. Apabila dalam bentuk partai tunggal totaliter, partailah yang menguasai pemerintahan dan militer maka dalam bentuk tunggal otoriter pemerintahan dan militer yang menguasai partai. Partai Uni Nasional Afrika Tanzania (UNAT), dan Partai Aksi Singapura merupakan contoh partai otoriter.

b. Sistem Dua Partai

c.

Sistem dua partai bersaing merupakan suatu sistem kepartaian yang di dalamnya terdapat dua partai yang bersaing untuk mendapatkan dan mempertahankan kewenangan pemerintah melalui pemilihan umum. Dalam sistem ini terdapat pembagian tugas di antara kedua partai yaitu partai yang memenangkan pemilihan umum menjadi partai yang memerintah, sedangkan partai yang kalah dalam pemilihan umum berperan sebagai kekuatan oposisi yang loyal.

Sistem Banyak Partai

Sistem banyak partai merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua partai yang dominan. Sistem ini merupakan produk dari struktur masyarakat yang majemuk, baik secara kultural maupun secara sosial ekonomi. Setiap golongan dalam masyarakat cenderung memelihara keterkaitan dengan asal usul budaya dan memperjuangkan kepentingan melalui wadah politik sendiri. Karena banyak partai bersaing untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umun maka yang sering terjadi adalah pemerintahan koalisi dengan dua atau lebih partai yang sama-sama dapat mencapai mayoritas di Parlemen.

Dalam Perundang-undang Indonesia dimaksud dengan Pemilihan umum yang adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

(33)

Indonesia Tahun 1945.30 Pemilihan umum adalah pranata terpenting dalam setiap negara demokrasi, pranata ini berfungsi untuk memenuhi tiga prinsip pokok demokrasi yaitu kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintah dan pergantian pemerintah secara teratur.31

Pada dasarnya pemilihan umum mempuyai 3 (tiga) tujuan utama yakni

Ketiga prinsip ini bertujuan untuk menjamin terlaksananya cita-cita kemerdekaan, mencegah timbulnya kepentingan tertentu di dalam tubuh pemerintah atau digantikannya kedaulatan rakyat menjadi kedaulatan penguasa. Jika sebagian besar atau seluruh kelompok sosial-politik yang ada dalam masyarakat terwakili di dalam Lembaga Legislatif di Pusat dan Daerah, terpenuhilah prinsip kedaulatan rakyat. Selanjutnya jika mekanisme pemilihan wakil rakyat pada Lembaga Legislatif berjalan sebagaimana mestinya, terpenuhi pulalah sebagian besar prinsip keabsahan pemerintah. jika keabsahan pemerintah mensyaratkan diselenggarakannya pemilu sebagaimana mestinya.

32

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum. Sesuia dengan prinsip demokrasi yang memandang rakyat lah yang berdaulat, tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh wakilnya (Demokrasi Perwakilan). Oleh karena itu pemilu merupakan penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercaya. Untuk menentukan alternatif kebijakn yang harus ditempuh oleh pemerintah biasanya yang menyangkut hal yang prinsipil beberapa Negara menyelenggarakan pemilu sebagai mekanisme penyeleksian kebijakan

:

30 UU No.12 Tahun 2003. Tentang Partai Politik.

31 Tim Peneliti Sistem Pemilu. 1998. Sistem Pemilu di Indonesi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan hal.2

(34)

umum untuk menyatakan “setuju “atau “tidak setuju” terhadap kebijakan yang telah ditawarkan pemerintah. Pemilihan umum untuyk menentukan kebijakan umum yang fundamental ini disebut Referendum.

2. Pemilihan umum juga dapat dikatakan sebagai mekanisme mimindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil rakyat yang terpilih atau melalui partai politik yang memenangkan pemilu dan dapat kursi sehingga interaksi masyarakat tetap terjamin. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa didalam masyarakat terdapat bernagai kepentingan yang tidak hanya berbeda tapi juga malah kadang-kadang saling bertentangan dan dalam sistem demokrasi perbedaan dan pertentangan tidak diselesaikan dengan kekerasan malainkan melalui proses musyawarah.

3. Pemilu merupakan sarana memobilisasi dan/atau menggalang dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik.

Sistem pemilihan umum dapat di bagi menjadi 2 (dua) yakni : 1. Sistem Distrik

Sistem ini disebut juga sebagai sistem perwakilan mayoritas atau single member consitunty. Sistem pemilu distrik adalah suatu sistem pemilu di mana

(35)

2. Sistem Proporsional

Sistem pemilu proporsional sering juga disebut juga sebagai sistem pemilu multi member constituency atau sistem perwakilan berimbang. Sistem pemilihan

proporsional adalah sistem pemilu di mana kursi yang terisi di Lembaga Legislatif Pusat untuk diperebutkan dalam suatu pemilu, dibagikan pada partai-partai politik yang turut dalam pemilu tersebut sesuai dengan imbangan suara yang diperolehnya dalam pemilih.

Secara konseptual, perwakilan politik berawal dari pemilihan umum. Artinya, pemilihan umum yang diadakan merupakan proses seleksi pimpinan akan menumbuhkan rasa keterwakilan politik di kalangan masyarakat luas. Dan akan menyalurkan aspirasi dan kepentingan warga negara oleh sebab itu dibentuklah badan perwakilan rakyat yang membuat Undang-Undang, menyusun Anggaran Penerimaan Belanja Negara, mengawasi pelaksanaan Undang-Undang dan penerimaan serta penggunaan anggaran negara.

5.4. PARLEMEN

Badan politik yang kita kenal sebagai DPR, dalam bahasa Eropa adalah Parliament, di Amerika dikenal sebagai legislature. Perbedaan istilah ini mengandung

makna yang cukup dalam dan strategis. Dalam bahasa Eropa parlemen mengandung makna “pembicaraan” masalah-masalah kenegaraan, sedangkan di Amerika legislator mengandung makna badan pembuat undang-undang (badan legislatif atau law making body). Dalam kenyataan kedua perbedaan tersebut terlihat pada fungsi politik

(36)

Pada mulanya parlemen terdiri dari para raja, bangsawan, tuan-tuan tanah serta petinggi agama.33 Pada abad ke empat belas, pertemuan dengan raja dikembangkan menjadi media penghubung yang diperlukan raja. Para petinggi kerajaan diharapkan kehadiranya dalam pertemuan ini untuk dimintai informasi atau nasehat oleh raja berkenaan dengan persoalan-persoalan politik dan administrasi kerajaan yang dirasa mempengaruhi masa depan kerajaan, sejak itu pertemuan konsultasi lambat laun berkembang menjadi yang kita kenal dengan parlemen di Inggris. Pada abad ke-17 hubungan antara raja dengan parlemen berubah. Pengaruh para bangsawaan, pengusaha dan gereja dalam kehidupan ekonomi tercermin pada keanggotaan parlemen. Sumber daya yang mereka kuasai menyebabkan parlemen didominasi oleh tiga kekuatan politik tersebut.

5.4.1. Pengertian Parlemen

Parlemen dalam istilah teknis biasanya disebut legislature yang artinya badan pembuat undang-undang (legislator). Ditinjau dari fungsinya maka parlemen tidaklah berbeda dengan institusi perpolitikan. Untuk memperoleh defenisi parlemen sebagai badan politik yang berbeda dari badan-badan politik lainya harus ditemukan ciri-ciri khusus yang dapat membedakannya dengan badan lain di luar parlemen. Nelsom W. Polsby yang mencoba membandingkan parlemen (legislature) dengan badan politik lain, eksekutif dan birokrasi. Parlemen berbeda secara khusus dari badan lain karena psarlemen merupakan organisasi yang beranggotakan lebih dari satu (multimember), menggunakan metode negoisasi dan pemilihan sebelum mengambil keputusan, dan bertanggung jawab pada rakyat.34

(37)

5.4.2. Fungsi Parlemen

Fungsi pokok parlemen tidak harus diartikan sebagai pembuat undang-undang (law-making body) semata-mata namun juga perlu juga dilihat sebagai media komunikasi antara rakyat dengan pemerintah. Dalam pemerintahan sistem Parlemen ia juga berfungsi sebagai jalur rekrutmen kepemimpinan politik.

Fungsi pengawasan adalah fungsi untuk mengawasi badan eksekutif agar sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan melalui siding panitia-panitia legislatif, dan melalui hak-hak kontrol yang khusus, seperti hak bertanya,interprelasi, dan sebagainya.

Di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan kedudukan DPR, DPD, DPRD adalah, sbb :

a. Legislasi

Legislasi adalah fungsi Dewan perwakilan rakyat dalam hal membuat suatu perundang-undangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan perundang-undangan di tingkat local atau daerah adalah berupa peraturan daerah.

b. Anggaran

Fungsi Anggaran adalah fungsi badan legislatif dalam ikut serta dalam penentuan anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan anggaran-anggaran yang lain.

c. Pengawasan.

35

5.5. TEORI PERWAKILAN POLITIK

5.5.1. TEORI MANDAT

35 Miriam Budiardjo, Loc.cit

(38)

timbulnya hubungan si wakil dengan yang diwakilinya. Pertama dibahas hubungan tersebut dengan teori yaitu:

1)

Si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Teori mandat dibagi atas 3 (tiga) jenis yakni :

2)

Mandat Imperatif : menurut ajaran ini si wakil bertindak di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak bisa bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang tidak terdapat dalam instriksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari yang diwakilinya baru dapat dilaksanakannya.

3)

Mandat Bebas : menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas nama rakyat.

Mandat Reprensetatif : si wakil dianggap bergabung dalam satu lembaga perwakilan (parlemen). Rakyat memilih dan memberikan mandat pada lembaga perwakilan, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah bertanggung jawab pada rakyat.

5.5.2. TEORI HUKUM OBYEKTIF DARI DUGUIT

(39)

5.5.3. TEORI SOSIOLOGI RIEKKER

Riekker menganggap bahwa lembaga perwakilan bukan merupakan bangunan politis tetapi merupakan bangunan masyarakat (sosial) si pemilih akan memilih wakil-wakilnya yang benar-benar ahli dalam bidang kenegaraan dan akan benar-benar membela kepentingan si pemilih sehingga terbentuk lembaga perwakilan dari kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat.

5.5.4. TEORI ORGAN

Rakyat dan parlemen adalah organ yang bersumber pada undang-undang dan masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri jadi tidak perlu melihat hubungan antar organ perwakilan dan organ rakyat. Rakyat mempunyai hubungan yuridis dengan parlemen yaitu memilih dan membentuk organ parlemen (perwakilan) dan setelah organ tersebut terbentuk maka rakyat tidak perlu turut campur lagi dan organ tersebut bebas bertindak sesuai dengan fungsinya.

5.5.5. TEORI GILBRET ACARIAN36

1.

Menurut Gilbert Acarian ada 4 (empat) tipe hubungan antara si wakil dan yang mewakilinya yaitu:

2.

Si wakil bertindak sebagai “wali” (trustee). Wakil bebas bertindak mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri tanpa perlu berkonsultasi dengan yang diwakilinya.

3.

Si wakil bertindak sebagai “utusan” (delegate): si wakil bertindak sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya, si wakil selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam melaksanakan tugasnya.

36 Bintan R.Saragih. 1998. Lembaga Perwakilan Dan Pemilihan Umum Di Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama. .hal 85

(40)

4.

6. KERANGKA KONSEP

6.1. AKUNTABILITAS

Akuntabilitas atau pertanggungjawaban (accountability) di dalam konteks politik merupakan suatu konsep yang lengkap di dalam teori dan praktek demokrasi. Meskipun tidak terlalu sering istilah ini digunakan dalam teori, namun semangat demokrasi itu adalah menciptakan suatu pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” dimana dalam konteks untuk rakyat aspek yang paling penting diantaranya adalah pertanggungjawaban di dalam proses politik terselenggara dengan baik

Akuntabilitas legislatif di tingkat lokal dapat dilihat dari beberapa aspek yakni: Si wakil bertindak sebagai ”partisan”: si wakil bertindak sesuai dengan keinginan atau program dari partai (organisasi) si wakil. Setelah si wakil di pilih oleh pemilihnya (yang diwakilinya) maka lepaslah hubungan dengan pemilihan tersebut dan mulailah hubungannya dengan partai (organisasi) yang mencalonkannya dalam pemilihan.

1. Akuntabilitas Administratif (penggunaan dana publik, pengumuman harta kekayaan sebelum dan sesudah menjabat).

2. Akuntabilitas Politik (khususnya dalam proses pembuatan kebijakan politik).

3. Akuntabilitas Moral (adanya etika atau code of conduct)

(41)

dalam memantau berbagai tindakan keperintahan di daerah sehingga informasi balik yang diberikannya mempuyai ketepatan yang tinggi dan efektif. Oleh karena itu, akuntabilitas profesionalitas dapat dilihat dari komitmen para wakil rakyat terhadap persoalan masyarakat. Prioritas kebijakan politik yang dipilihnya dapat digunakan sebagai ukuran untuk menganalisis akuntabilitas profesionalnya.

Sikap profesional berkaitan dengan adanya kepekaan (daya tanggap) para politisi di Lembaga Legislatif dalam mengkaji berbagai kebutuhan masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga dituntut mempunyai daya tanggap yang tinggi dalam memantau berbagai tindakan kepemerintahan di daerah sehingga informasi balik yang diberikannya mempunyai ketepatan yang tinggi dan efektif. Karena itu akuntabilitas profesionalitas dapat dilihat dari komitmen para wakil terhadap persoalan masyarakat

Untuk mewujudkan akuntabilitas tersebut maka diperlukan transparansi, apabila proses pembuatan keputusan, begitu pula proses dan cara kerja legislatif tertutup maka akan sulit untuk mengatakan bahwa lembaga legislatif tersebut mempuyai tingkat akuntabilitas yang tinggi, sebaliknya jika proses pembuatan keputusan transparan dan responsif terhadap aspirasi dan keberatan-keberatan masyarakat, tingkat akuntabilitasnya cenderung tinggi.

Menurut Turner dan hulme, ada 6 (enam) indikator akuntabilitas, yakni : 1. Adanya legitimasi bagi para pembuat keputusan.

2. Kepemimpinan yang mengedepankan moral (moral conduct) 3. Adanya kepekaan (responsiveness)

4. Keterbukaan (openness)

(42)

Dalam praktek demokrasi, akuntabilitas legislatif akan turut mempengaruhi citra baik atau buruk (performance) suatu partai politik yang memiliki wakil di legislatif. Dalam prinsip demokrasi, pertanggungjawaban juga mempengaruhi pola hubungan antara anggota legislatif dengan konstituennya dalam sistem perwakilan karena sistem perwakilan itu juga bisa diartikan sebagai hubungan antara dua pihak yakni wakil dan yang diwakili dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan tindakan yang dibuat dengan terwakili.37

37 Arbi Sanit, Loc.cit.

.

Prioritas kebijakan politik yang dipilihnya dapat digunakan sebagai ukuran untuk menganalisis hal itu maka perlu adanya persyaratan lain yaitu akuntabilitas tidak dapat berjalan apabila tidak ada transparansi. Apabila proses pembuatan keputusan, begitu juga proses dari cara kerja Anggota Legislatif tertutup, maka sangat sulit dikatakan bahwa Lembaga Legislatif tersebut memiliki tingkat akuntabilitas yang tinggi. Sebaliknya, bila proses taransparan dan responsif terhadap aspirasi dan keberatan-keberatan masyarakat, tingakat akuntabilitasnya akan cendrung tinggi.

6.2. KINERJA

(43)

7.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif . yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah sebagai jenis penelitian yang penemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau perhitungan lainya.

METODOLOGI PENULISAN

7.1. Jenis Penelitian

38

Penelitian kualitatif bertumpu pada latar alamaiah sebagai keutuhan, mengendalikan manusia sebagai alat penelitian, manfaat metode kualitatif mengarahkan sasaran penelitianya pada usaha menemukan teori-teori dasar. Penelitian kualitatif ini bersifat diskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studinya dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian tersebut disepakati oleh pihak peneliti dan subjek peneliti.39

7.2. Lokasi Penelitian

Untuk mendapat informasi yang meyangkut masalah penelitian maka penulis melakukan penelitian di DPRD Kab. Tapanuli Tengah karena peneliti melihat bahwa di DPRD Kab. Tapanuli Tengah ada perwakilan dari beberapa partai politik “Besar” dan “Kecil” secara nasional karna partai-partai politik tersebut merupakan gambaran dari partai-parti politik di Indonesia, dan juga adanya pluralitas di masyarakat baik secara etnis, agama, idiologi, pekerjaan,dll.

(44)

7.3. Populasi Dan Sampel

7.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh dari objek yang akan diteliti.Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Anggota DPRD Kabupaten Tapanuli tengah yang berjumlah 29 orang.

7.3.2. Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus Taro Yamane40

d = Presisi ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Dari rumus di atas maka diambil sampel sebagai berikut :

=

Perolehan sampel dari rumus di atas dibulatkan menjadi 23 orang.

(45)

7.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu dengan cara:

1. Studi kepustakaan (Llibrary Research) untuk data pendukung, terutama guna melengkapi kerangka teoritis dan kerangka konsep dipergunakan kepustakaan, refrensi yang digunakan adalah tex book yaitu buku bacaan, artikel, makalah, majalah/surat kabar dan web site.

2. Studi lapangan (Fild Research) dengan metode ini penulis akan terjun kelapangan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Penulis juga akan melakukan metode observasi yaitu mengamati secara langsung objek yang akan diteliti.

7.5. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperoleh dirasa cukup memadai untuk mendukung proses analisis, maka tahap selanjutnya adalah analisa data. Dalam analisa data ini data yang sudah terkumpul akan diolah dan kemudian dianalisis untuk dapat disimpulkan sebagai hasil penelitian. Penelitian ini mencoba menganalisis akuntabilitas dan kinerja Partai Politik di DPRD di Kabupaten Tapanuli tengah.

(46)

8. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci dan untuk mempermudah pemahaman isi dari pada sekripsi ini maka penulis membagi dalam empat bab dan bab-bab ini dibagi dalam sub-sub bab.

Bab I. Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, metodologi penulisan, sistematika penulisan.

Bab II. Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu gambaran umum wilayah Kabupaten Tapanuli tengah di lihat dari segi geografis dan luas wilayah, komposisi kependudukan, perekonomian masyarakat sarana dan prasarana yang ada serta struktur organisasi dan personali.

Bab III. Analisis Data

Bab ini akan berisikan data-data yang diperlukan selama berlangsungnya penelitian.

Bab IV. Penutup

(47)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TANGAH

Letak Geografis

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera

dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan

Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil. Kabupaten Tapanuli

Tengah merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara dengan luas

wilayah 6.194,98 km² meliputi darat dan laut dengan hamparan gunung, pantai dan

laut (gupala).

Letak wilayah yang strategis, keanekaragaman potensi sumber daya alam yang

besar dan harmonisnya multietnik masyarakat menyebabkan Tapanuli Tengah sebagai

permata tersembunyi yang akan berkilau dan sangat berharga dengan sentuhan

percepatan pembangunan dan peningkatan investasi.

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak pada 1°11’00” - 2°22’0” LU dan 98°07’ -

98°12’ BT, Tapanuli Tengah memiliki luas wilayah 6.194,98 km² yang terdiri atas

darat 2.194,98 km² dan laut 4.000 km².

Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan :

1) Di Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Singkil (Propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam).

2) Di Sebelah Timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang

Hasundutan dan Kabupaten Pakpak Bharat.

3) Di Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

(48)

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terbentuk pada tanggal 24 Agustus 1945. Ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah adalah PANDAN.

1.2. Topografi

Topografi Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berbukit - bukit dengan

ketinggian 0 – 1.266 meter di atas permukaan laut. Dari seluruh wilayah Tapanuli

Tengah, 43,90% berbukit dan bergelombang.

1.3. Klimatologi

Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan

dengan lautan sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong beriklim tropis.

Dalam periode bulan Januari – Desember 2006, suhu udara maksimum dapat

mencapai 31,53ºC dan suhu minimum mencapai 21,72ºC. Rata-rata suhu udara di

Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2005 adalah 26,09ºC. Musim kemarau biasanya

terjadi bulan Juni sampai bulan September, musim penghujan biasanya terjadi bulan

Nopember sampai Maret, diantara kedua musim tersebut diselingi oleh musim

pancaroba.

Pada tahun 2006, curah hujan rata-rata 4.925,9 mm, hari hujan 226,0 hari,

kecepatan angin rata-rata 6,7 knot dan penguapan rata-rata 4,6 mm. Kelembaban

udara rata-rata 84,58%.

1.4. Kependudukan

Penduduk Tapanuli Tengah tahun 2006 berjumlah 297.846 jiwa dengan

kepadatan penduduk 136 jiwa per km². Laju pertumbuhan penduduk periode tahun

2000-2005 sebesar 1,86% per tahun. Komposisi penduduk di Tapanuli Tengah yaitu

50,20% laki-laki dan 49,80% perempuan.41

(49)

Penduduk Tapanuli Tengah terdiri atas multi etnik yaitu suku Batak, Minang,

Jawa - Madura, Bugis, Cina, Aceh, Melayu, Sunda, dan lain-lain, dengan mayoritas

suku Batak. Kerukunan, keamanan, ketertiban dan toleransi dalam semangat

gotong-royong yang terjalin dan terbina selama ini membuat Tapanuli Tengah semakin

kondusif dan tangguh secara sosial kemasyarakatan dalam menyikapi globalisasi

dengan berbagai perubahan yang begitu cepat.

Komposisi penduduk berdasarkan agama memperlihatkan bahwa di Tapanuli

Tengah Agama yang paling dominant adalah Nasrani dan Islam setelah itu baru

agama lainnya. Perbandingan pemeluk agama nasrani dan islam adalah seimbang.

Oleh karena itu, kerukunan antar umat beragama di Tapanuli Tengah terjalin dengan

baik.

1.5.Perekonomian Daerah

Pembangunan ekonomi daerah dapat menumbuhkan kegitan-kegiatan sektor

lapangan usaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

usaha-usaha sektor formal maupun informal. Pada prinsipnya pembangunan ekonomi

itu sendiri merupakan rangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan

pendapatan masyarakat dan peningkatan hubungan ekonomi regional dalam

peningkatan investasi daerah sehingga dapat menggairahkan lapangan usaha dengan

sector-sektor ekonom yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Persoalan mendasar masyarakat Tapanuli Tengah, seperti halnya daerah lain di

Kawasan Barat Sumatera Utara secara ekonomi selama ini adalah : kemiskinan dan

pengangguran

Adapun keterbatasan yang melingkupi persoalan tersebut adalah Topografi

(50)

manusia, keterbatasan pengelolaan sumberdaya alam, keterbatasan infrastruktur,

keterbatasan akses informasi dan keterbatasan arus modal.

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah berupaya untuk mengatasi persoalan

tersebut dengan percepatan pembangunan dan menaikkan pertumbuhan ekonomi

daerah terutama melalui investasi baik investasi pemerintah maupun swasta untuk

menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan konsep pembangunan

tapanuli growth.

Pelaksanaan percepatan pembangunan yang diselenggarakan sejak tahun 2001

hingga saat ini telah mulai menunjukkan hasil nyata dengan peningkatan serapan

tenaga kerja melalui investasi yang masuk dan pembangunan infrastruktur yang akan

mendorong peningkatan tersebut.

Secara umum lapangan usaha yang dominan di Kabupaten Tapanuli Tengah

adalah Pertanian, Jasa dan Industri Pengolahan. Pada tahun 2005, lapangan usaha

yang paling banyak mengalami peningkatan menyerap tenaga kerja di perusahaan

swasta adalah sub sektor industri pengolahan.

Masyarakat petani terdiri atas nelayan, petani yang menanam padi,

hortikultura dan ternak serta perkebunan rakyat. Lapangan usaha jasa yang dominan

merupakan aktifitas perdagangan komoditi unggulan hasil pertanian dan produk

kerajinan / industri rumah tangga, disamping jasa lainnya seperti pengangkutan,

komunikasi dan perbankan / lembaga keuangan. Industri pengolahan meliputi industri

yang berbasis hasil perikanan tangkap dan perkebunan.

1.6. Pemerintahan Daerah

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terbentuk pada tanggal 24 Agustus

1945. Ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah adalah PANDAN. Pada bulan Mei 2007,

(51)

kecamatan, 24 kelurahan dan 154 desa, yaitu meliputi Kecamatan Manduamas,

Sirandorung, Andam Dewi, Barus, Barus Utara, Sosorgadong, Sorkam Barat, Sorkam,

Pasaribu Tobing, Kolang, Tapian Nauli, Sitahuis, Pandan, Tukka, Badiri, Pinangsori,

Lumut, Sibabangun, dan Suka Bangun.42

2. DINAMIKA POLITIK LOKAL

Pada bulan Desember 2007 jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah

bertambah satu lagi yaitu Kecamatan Sarudik sehingga jumlah kecamatan seluruhnya

20 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Pemekaran kecamatan tersebut dimaksudkan untuk lebih mempercepat proses

pembangunan daerah, meningkatkan kapasitas dan kualitas pemerintah kecamatan

dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, serta pelayanan umum dan

pelayanan dasar kepada masyarakat. Adapun jumlah legislatif yaitu Dewan

Perwakilan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah saat ini berjumlah 29 orang.

Susunan Pemerintahan Daerah seperti yang diatur dalam UU No. 22 Tahun

1999 bahwa di daerah dibangun atau dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah

dan Pemerintahan Daerah sebagai Eksekutif Daerah.

Dinamika politik di Tapanuli Tengah merupakan basis massa dari partai

Golkar, salah satu alas an hal tersebut adalah karena salah satu pengurus partai ini

yakni Ir. Akbar Tanjung merupakan putra Tapanuli Tengah yang merupakan ketua

umum Partai Golkar pada periode 1999-2004.

Hasil pemilihan umum tahun 2004 di Kabupaten Tapanuli Tengah

menunjukan domonasi partai Golkar yang masih tak tergoyahkan. Pada pemilihan

(52)

umum legislatif kali ini partai Golkar menempati urutan teratas dalam perolehan kursi

di Dewan.

Beriku adalah daftar lima besar yang memperoleh kursi di DPRD Kab. Tapanuli Tengah 43

1. Partai GOLKAR : 26.956 suara :

2. PPIB : 15.599 suara 3. PDIP : 13.440 suara 4. PAN : 10. 059 suara 5. PBR : 5.503 suara

Di kabupaten Tapanuli Tengah, Partai Golkar mampu mengambil hati

masyarakat Tapanuli Tengah. Kemenagan Partai Golkar di Tapanuli Tengah tidak

terlepas dari figur seorang Akbar Tanjung. Selain faktor Akbar Tanjung, kemenangan

Partai Golkar adalah karena para kader partai yang dekat dengan masyarakat dan giat

melakukan kegiatan kemasyarakatan bersama masyarakat.

Menurut Erna Tanti A. SE, yang merupakan salah satu calon legislatif dari

partai Golkar pada pemilihan umum tahun 2004, kemenangan parta Golkar adalah

karena kerja keras semua unsur yang ada di dalam partai Golkar, termasuk para calon

legislatif itu sendiri. Strategi partai Golkar dalam pemenangan pemilihan umum

adalah dengan melakukan pendekatan secara individual kepada para calon pemilih

yang dilakukan secara door to door atau dari pintu ke pintu si calon pemilih.44

43 KPUD kab. Tapanuli Tengah

(53)

3. GAMBARAN UMUM DPRD KABUPATEN TAPANULI TENGAH

3.1. Kedudukan DPRD

DPRD Kabupaten merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah kabupaten

3.2. Tugas dan wewenang DPRD

Tugas dan wewenang dari DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah adalah45

Secara kelembagaan DPRD mempuyai hak sebagai berikut

: a. Membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan bupati untuk mendapat

persetujuan bersama;

b. Menetapkan APBD Kabupaten bersama-sama dengan bupati

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah;

d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur;

e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah Kabupaten terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah; dan

f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

3.3. Hak Dan Kewajiban DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan PkM dilakukan dengan penyampaian materi dan diskusi tentang model pembelajaran inovatif berupa pembelajaran dengan menerapkan flipped classroom , pendidikan

Putri Musi Rawas mampu mengalahkan Pansa FC dengan skor yang besar. Hasil dari data yang diperoleh peneliti dari pada tim Putri Musi Rawas melawan Pansa FC yaitu

Darayseh et al., (2003) menyatakan bahwa kombinasi rasio keuangan dapat memprediksi kebang- krutan lebih akurat dibandingkan apabila memprediksi dengan rasio keuangan itu

Peluang yang cukup besar untuk mengembangkan hasil-hasil penelitian dengan memanfaatkan pestisida nabati sudah menunjukkan efektivitasnya sebagai insektisida dari

Pelaksanaan penyuluhan terhadap pengetahuan pada anak sekolah dasar masi harus selalu di lakukan pada anak sekolah dasar guna untuk meningkatkan pengetahuan siswa

Dari aspek peran serta masyarakat dalam memanfaatkan IPAL USRI didapatkan hasil masih belum optimal karena menurut hasil wawancara dan hasil kuisioner jumlah

Respon Verbal 65% Ibu K dan Bpk K mampu menyebutkan materi yang telah disampaikan Menjabarkan tentang efek positif dari pengangkatan kanker rahim untuk Ibu K Dan

Tak terkecuali dengan guru PPKn, dalam penelitian Fitriany Indri Sapitri (2015) disebutkan bahwa guru mengalami hambatan dalam implementasi kurikulum 2013 pada