• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK RESTUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) PESERTA DIDIK : Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TEKNIK RESTUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) PESERTA DIDIK : Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK RESTUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN

HARGA DIRI (SELF ESTEEM) PESERTA DIDIK

(Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh Anisah Fadhilah

0900965

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

TEKNIK RESTUKTURISASI KOGNITIF UNTUK

MENINGKATKAN HARGA DIRI

(

SELF ESTEEM

) PESERTA DIDIK

Oleh Anisah Fadhilah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Anisah Fadhilah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ANISAH FADHILAH

0900965

TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN

HARGA DIRI (SELF ESTEEM)

PESERTA DIDIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., psikolog. NIP : 19720419 200912 2 002

Pembimbing II

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. NIP : 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Anisah Fadhilah. 2013. Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Harga Diri (Self Esteem) Peserta Didik. Skripsi. Dibimbing oleh: Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., psikolog. (Pembimbing I); Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. (Pembimbing II). Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta didik. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan pra-eksperimen one group pretest-posttest design. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen harga diri. Subjek penelitian berdasarkan temuan empirik harga diri pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung tahun ajaran 2013/2014 berada pada kategori rendah. Hasil penelitian menunjukan peserta didik yang memiliki harga diri pada kategori tinggi sebanyak 35 orang (16,1%), pada kategori sedang sebanyak 145 orang (66,8%), dan pada kategori rendah sebanyak 37 orang (17,1%). Teknik restrukturisasi kognitif efektif untuk meningkatkan harga diri peserta didik. Uji hipotesis menunjukan semua aspek harga diri peserta didik yang terbentuk dari aspek kognitif, emosi, dan perilaku mengalami peningkatan yang signifikan setelah mendapatkan intervensi konseling kelompok dengan teknik restrukturisasi kognitif. Rekomendasi penelitian ditunjukan kepada guru bimbingan dan konseling, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, dan peneliti selanjutnya.

(5)

ABSTRACT

Anisah Fadhilah. 2013. The Technique of Cognitive Restructuration to Increase Self Esteem of the Students. The essay is supervised by Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi, M.Pd, a psychologist (supervisor 1); Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd (supervisor 2). Education and Guidance Psychology of Education Science Faculty of Indonesia University of Education.

The purpose of the experiment is to find out the technique of cognitive restructuring to increase self esteem of the students. The method used to collect data is pre-experiment one group pretest-posttest design. Used instrument self esteem for the experiment. Subject experiment is done based on empirical find of self esteem the students class XI of state senior high school 23 Bandung 2013/2014 it shows that they are on the low category. Result experiment it that shows the students have self esteem on the high category as many 35 people (16,1%), on the medium category as many 145 people (66,8%), and on the low category as many 37 people (17,1%). The technique of cognitive restructuring effective to increase self esteem of the students.

Hypothesis experiment shows all aspects of self esteem of the students that are formed by cognitive aspect, emotion, and attitude have significant increase after having an intervention of group counselling using the technique of cognitive restructuring. The recommendation of experiment is showed to the counsellor, the major of education and guidance psychology, and the next researcher.

Key words: self esteem, technique of cognitive restructuring, and student

(6)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah……….. 8

C. Tujuan Penelitian……… 9

A. Bimbingan dan Konseling……….. 12

1. Definisi Bimbingan dan Konseling………... 12

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling……… 14

3. Lingkup Masalah………... 15

4. Strategi-strategi Bimbingan dan Konseling……….. 16

B. Harga Diri………... 20

1. Definisi Harga Diri………... 20

2. Aspek Pembentuk Harga Diri………... 21

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ..…………. 23

4. Perkembangan Harga Diri………...…. 24

5. Harga Diri pada Remaja...……… 25

6. Kategori Harga Diri……….. 26

7. Mengukur Harga Diri ……..……… 27

8. Karakteristik Remaja dengan Harga Diri Tinggi……... 30

(7)

10.Strategi-strategi Bimbingan dan Konseling untuk

Meningkatkan Harga Diri………. 31

C. Konseling Kognitif Perilaku………... 33

1. Definisi Konseling Kognitif Perilaku………... 33

2. Tujuan Konseling Kognitif Perilaku………. 34

3. Fungsi Konseling Kognitif Perilaku………. 34

4. Teknik-teknik Konseling Kognitif Perilaku …..………….. 34

5. Teknik Restrukturisasi Kognitif ………..……… 36

D. Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Harga Diri (Self Esteem) Peserta Didik dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif……….. 39

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan……… 43

F. Kerangka Pemikiran ……..……… 46

BAB III METODE PENELITIAN……… 47

A. Lokasi dan Sampel Penelitian……… 47

B. Desain Penelitian……… 47

C. Metode Penelitian………... 48

D. Definisi Operasional Variabel……….... 48

E. Instrumen Penelitian………... 49

F. Pengembangan Instrumen……….. 49

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian………. 49

2. Pedoman Skoring……….. 51

3. Uji Coba Alat Ukur………... 52

G. Teknik Pengumpulan Data……….. 56

H. Langkah-langkah Penelitian ……..……… 56

1. Gambaran Umum Harga Diri Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014……….. 66

2. Rancangan Intervensi Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Harga Diri Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014... 67 3. Analisis Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk

(8)

23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014……….. 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 69

A. Deskripsi Hasil Penelitian………... 69

1. Gambaran Umum Harga Diri Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014……….. 69

2. Rancangan Intervensi Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Harga Diri Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014... 75

3. Hasil Uji Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Harga Diri Peserta Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014……….. 95

B. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 99

1. Gambaran Umum Harga Diri Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014……….. 99

2. Rancangan Intervensi Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Harga Diri Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014... 101

3. Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Harga Diri Peserta Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014……….. 103

4. Keterbatasan Penelitian……… 106

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……...………… 107

A. Kesimpulan ……… 107

B. Rekomendasi ………. 107

DAFTAR PUSTAKA……….. 109

LAMPIRAN-LAMPIRAN………. 113

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masa remaja adalah masa dimana individu cenderung meningkatkan pemahaman dirinya, mengeksplorasi identitasnya, serta ingin mengetahui sifat-sifat, dan apa yang hendak diraih dalam hidupnya. Pemahaman diri adalah representasi kognitif remaja mengenai diri, subtansi dan isi dari konsep diri remaja (Santrock, 2007: 185-186).

Hurlock (1990: 58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai “gambaran yang dimiliki orang lain tentang dirinya, konsep diri merupakan, gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi”. Menurut Keliat (1999: 27) “salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri (self esteem)”. Stuart dan Sundeen mendefinisikan harga diri sebagai „penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisis seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri‟ (Haryanto, 2010: online). Dari tiga pendapat, disimpulkan harga diri adalah penilaian individu terhadap diri sendiri tentang seberapa berharga atau tidak berharga dan merupakan komponen yang berperan dalam membentuk konsep diri.

(10)

Penelitian yang dilakukan oleh Reasoner pada tahun 2004 (Santrock, 2007: 185), menunjukan 12% individu diindikasikan mengalami penurunan harga diri setelah memasuki sekolah menengah pertama dan 13% memiliki harga diri yang rendah pada sekolah menengah. Permasalahan yang sering dialami pada masa remaja adalah masalah kepercayaan diri, salah satu contohnya adalah penilaian akan bentuk fisik yang dinilai kurang atau tidak ideal, baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, atau merasa tidak memiliki kelebihan yang dapat dipakai sebagai modal dalam bergaul. Rasa kurang percaya diri terhadap kondisi tubuh kemudian menyebar ke hal-hal yang lain, antara lain malu untuk berhubungan dengan orang lain, tidak percaya diri untuk tampil di muka umum, menarik diri, pendiam, malas bergaul dengan lawan jenis atau bahkan kemudian menjadi seorang yang pemarah, dan sinis (Utami, 2005: 15). Rasa tidak percaya diri muncul karena individu memiliki keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan merupakan hasil penilaian diri yang negatif tentang diri.

Perilaku negatif yang muncul dalam diri remaja akibat harga diri rendah karena penilaian diri yang terpaku kepada satu sudut pandang. Menurut Mruk (2006:84)

In fact, research shows that those who live this type of low self-esteem tend to reject positive feedback, focus on negative information about themselves, avoid risk, and so forth, in an attempt to maintain this unpleasant but familiar or safe state.

Dampak dari harga diri rendah yang terjadi pada remaja dapat menimbulkan emosi dan perilaku yang negatif. Remaja dengan harga diri rendah berfokus kepada penilaian negatif tentang diri sendiri dan menghindari resiko sebagai upaya untuk memelihara kondisi.

(11)

dibandingkan dengan remaja laki-laki. Keprihatinan timbul karena adanya kesadaran daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Para remaja menyadari lebih daripada anak-anak yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada yang kurang menarik. Remaja juga menyadari daya tarik fisik berperan penting dalam bersosialisasi, akibatnya jika remaja merasa dirinya tidak semenarik seperti yang diharapkan pada waktu pertumbuhan belum berakhir, remaja akan mencari jalan untuk memperbaiki penampilannya.

Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Septeria pada tahun 2010 di SMA Al- Maarif Singosari mengungkapkan sebanyak 14,8% harga diri peserta didik berada pada kategori tinggi, 67,2% berada pada kategori sedang, dan 18% berada pada kategori rendah. Perbandingan hasil persentase harga diri peserta didik yang memiliki harga diri tinggi lebih kecil dibandingkan harga diri sedang dan rendah menandakan peserta didik belum menyadari dirinya berharga. Kategori harga diri tinggi peserta didik dapat menerima dan memiliki pemahaman yang baik tentang diri sendiri. Pada kategori harga diri sedang peserta didik sudah memiliki pemahaman diri yang relatif baik, namun masih ragu-ragu dengan penghargaan dan cenderung tidak yakin terhadap kemampuan diri sendiri. Pada kategori harga diri rendah peserta didik kurang percaya dan memiliki kekhawatiran terhadap diri sendiri.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Yulyanti (Ermanza, 2008: 32) tentang perbedaan tingkat kecemasan sosial remaja putri dan putra tingkat SMA di Kelapa Gading menunjukkan perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri. Kecemasan disebabkan oleh harga diri yang rendah karena berfokus kepada penilaian diri yang salah dan penghakiman tentang ketakutan akan situasi sosial. Kecemasan sosial adalah suatu kondisi yang menggambarkan pengalaman kecemasan seperti emosi yang labil, ketakutan, dan khawatir. Kecemasan sosial merupakan akibat dari penilaian diri terhadap situasi sosial dan penilaian dari orang lain.

(12)

mengembangkan seluruh aspek dalam dirinya sehingga menentukan apakah remaja akan memiliki harga diri yang positif atau negatif (Agus, 2007: 4).

Tahap perkembangan remaja yang dipenuhi dengan dinamika perubahan yang terjadi dari segi fisik, psikis, dan lingkungan sosial maka harga diri yang terbentuk bisa tinggi, sedang, atau rendah tergantung kepada remaja menilai dirinya. “Remaja yang memandang dirinya memiliki harga diri rendah, akan mengalami kegagalan dalam memperoleh kepuasan atau mengalami lack of self-esteem, tidak berdaya, tidak bersemangat, dan kurang percaya diri akan kemampuannya untuk mengatasi masalah kehidupan yang dihadapinya” (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 159). Dampak dari harga diri rendah sangat merugikan terhadap perkembangan remaja karena dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang.

Harga diri rendah dapat menimbulkan beragam reaksi emosi dan perilaku yang negatif. Remaja dengan harga diri rendah akan lebih rentan berperilaku negatif, karena harga diri dapat mempengaruhi perilaku seseorang (Clemes, 1995: 3). Pada saat peserta didik berada di sekolah secara tidak langsung akan menghadapi berbagai masalah karena perilaku negatif akibat harga diri rendah, sejalan dengan pendapat Sellet dan Littelfiel (Fitroni, 2008: 4), yang menyatakan:

Kurangnya harga diri pada peserta didik dapat mengakibatkan masalah akademik, penampilan sosial dan olah raga, tidak mudah menyesuaikan diri atau canggung dengan lingkungan yang baru karena takut teman baru tidak dapat menerimanya. Permasalahan akademik yaitu ditunjukan dengan kurang percaya diri dalam mengekspresikan pendapat yang dimilikinya, beberapa peserta didik yang berfikir bahwa dia diasingkan temannya dan merasa bahwa dia tidak berharga di depan teman-temannya, menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan seperti pada saat waktu mata pelajaran tertentu peserta didik sering izin keluar kelas dan lama kembali ke kelas lagi.

Epstein (Mruk, 2006: 172) menemukan sepuluh dimensi yang menggambarkan perasaan secara signifikan dikaitkan dengan perubahan dalam harga diri, yaitu:

(13)

yang jelas, memiliki tujuan yang jelas, dapat menahan diri, dan spontanitas. Sementara individu yang memiliki harga diri rendah, akan merasa tidak bahagia, kemarahan, perasaan ancaman, kelelahan, penarikan, kegugupan, kekacauan, konflik, perasaan menahan diri, dan rendahnya kesadaran diri.

Leary dan MacDonald (Mruk, 2006: 85) menyatakan, „individu yang memiliki harga diri tinggi dapat membantu untuk menghubungkan berbagai macam tipe dari gejala hubungan interpersonal yang positif‟. Sebagai contoh, seseorang dengan harga diri tinggi dapat dihubungkan dengan perilaku prososial, seperti menegakkan moral yang tinggi, senang dalam berhubungan, positif dalam penampilan kelompok, dan khususnya berhubungan dengan pencapaian prestasi.

Dari fenomena yang dipaparkan, harga diri penting untuk diteliti karena harga diri yang rendah dapat menghasilkan perilaku yang menyimpang. Berdasarkan hasil penyebaran instrument DCM (Daftar Cek Masalah) kepada peserta didik kelas XI yang berjumlah 105 orang di SMA Negeri 23 Bandung sebanyak 40% harga diri peserta didik berada pada kategori tinggi, 53% berada pada kategori sedang dan 17% berada pada kategori rendah. Beberapa peserta didik mengaku memiliki harga diri rendah yang disebabkan oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri dan peserta didik cenderung lebih pesimis terhadap keadaan diri sendiri.

Aspek harga diri termasuk ke dalam layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial. Salah satu tujuan layanan pribadi-sosial (Depdiknas, 2008: 198), yaitu memiliki sikap positif atau menghargai terhadap diri sendiri dan orang lain. Rendahnya harga diri yang dialami peserta didik merupakan permasalahan psikologis yang memerlukan bantuan guru bimbingan dan konseling (BK) di sekolah.

(14)

2009: 28). Strategi yang dilakukan dalam layanan responsif untuk meningkatkan harga diri peserta didik yaitu melakukan konseling individu atau kelompok.

Mruk (2006: 98-104) mengemukakan banyak teknik konseling untuk melayani peserta didik yang memiliki harga diri rendah, yaitu dengan penerimaan, umpan balik positif, restrukturisasi kognitif, natural self esteem moments, assertive training, modelling, kemampuan pemecahan masalah, dan opportunities for practice.

Peneliti memilih menggunakan teknik restukturisasi kognitif dari pendekatan konseling kognitif perilaku untuk meningkatkan harga diri peserta didik karena keyakinan-keyakinan (kognisi) dan nilai-nilai irasional berhubungan secara kausal dengan gangguan emosi dan perilakunya (Albert Ellis dalam Corey, 2009: 245).

Murk (2006: 10) mendefinisikan “harga diri pada dua proses psikologis, yaitu evaluasi (yang menekankan peran kognisi) dan afeksi (yang mengutamakan peran perasaan) karena keduanya berhubungan dengan harga diri”. Harga diri terbentuk dari kognisi, emosi dan perilaku. Perubahan kognisi yang irasional menjadi rasional mempengaruhi emosi dan perilaku. menjadi lebih baik, sehingga individu akan memiliki harga diri yang positif.

Dobson (2010: 41) mendefinisikan “konseling kognitif perilaku sebagai pendekatan konseling yang menyatakan kognisi menengahi perilaku dan reaksi emosi terhadap lingkungan dan menentukan tingkat penyesuaian individu”. Konseling kognitif perilaku bertujuan menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pendekatan konseling kognitif perilaku didasarkan pada formulasi kognisi, keyakinan dan strategi perilaku yang mengganggu (Suharmawan, 2012: 3). Teknik restrukturisasi kognitif merupakan salah satu teknik dalam konseling kognitif perilaku yang berfokus kepada aspek kogitif individu.

(15)

kognisi melalui proses interpretasi individu tentang suatu kejadian, berupaya untuk memungkinkan konseli mempertimbangkan cara berfikir tentang suatu kejadian dan memikirkan kejadian dalam cara berbeda, sehingga mendorong respon afektif yang berbeda. Dari pendapat Branden dan Broker, terdapat hubungan antara harga diri dengan teknik restrukturisasi kognitif yang berpusat dalam aspek kognisi.

Konseling dengan menggunakan teknik resrtukturisasi kognitif dirancang untuk menangani peserta didik yang memiliki harga diri rendah agar memperbaiki persepsi yang negatif tentang dirinya menjadi persepsi yang positif dan menghilangkan kepercayaan yang tidak rasional. Gaya berpikir peserta didik yang memandang permasalahan dari satu sisi sudut pandang sehingga membuat peserta didik lari dari kenyataan dalam beberapa cara, yaitu menerapkan label untuk diri sendiri dan peristiwa sebelum peserta didik mendapatkan kesempatan untuk mengevaluasi.

(16)

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Harga diri rendah awalnya terjadi karena peserta didik berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis). Peserta didik berusaha menyelesaikan stressor (krisis) tetapi timbul pikiran-pikiran yang negatif tentang dirinya. Penilaian peserta didik terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau mengkompensasikan dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat dirinya lebih berharga.

Gejala rendah diri yang dialami oleh peserta didik memerlukan intervensi konseling. Apabila peserta didik terus mengalami harga diri rendah dikhawatirkan memunculkan permasalahan yang lebih kronis seperti yang dijelaskan oleh Stuart & Gail (2007: 205-207) yaitu gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat menimbulkan perasaan ketidak mampuan dari dalam pribadi peserta didik, selalu merasa bersalah terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang diri sendiri, selalu mempunyai pandangan hidup yang pesimis dan selalu beranggapan mempunyai keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan yang dimiliki, dapat menimbulkan penarikan diri secara sosial yang dapat menimbulkan kekhawatiran pada peserta didik serta resikonya lebih besar.

Teori ABC yang dikembangkan oleh Albert Ellis (Corey, 2009: 243) menekan keyakinan (kognisi) dapat mempengaruhi emosi dan perilaku individu. Kernis (Mruk, 2006: 84) menegaskan penyamarataan berlebihan adalah sebuah pola fikir yang umum di antara orang-orang dengan harga diri rendah. Dari pendapat Ellis dan Kernis, terdapat hubungan kognisi dengan harga diri, karena kognisi menjadi sumber untuk mengendalikan emosi dan perilaku individu yang berkaitan erat dengan terbentuknya harga diri.

(17)

menentukan tingkat penyesuaian individu (Dobson, 2010: 41). Konseling kognitif perilaku bertujuan menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pendekatan konseling kognitif perilaku didasarkan pada formulasi kognisi, keyakinan dan strategi perilaku yang mengganggu (Suharmawan, 2012: 3).

Teknik restrukturisasi kognitif berfokus pada aspek kognisi melalui proses interpretasi individu tentang suatu kejadian, berupaya untuk memungkinkan individu mempertimbangkan cara berfikir tentang suatu kejadian dan memikirkan kejadian dalam cara berbeda, sehingga mendorong respon afektif yang berbeda (Brooker, 2008: 313).

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan penelitian berfokus pada pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana gambaran umum harga diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana rancangan teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

3. Apakah teknik restruktuisasi kognitif efektif untuk meningkatkan harga diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu:

1. Mengetahui gambaran umum harga diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Merumuskan rancangan teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. 3. Mengetahui efektivitas teknik restruktuisasi kognitif untuk meningkatkan harga

diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

(18)

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling dapat dijadikan pedoman dalam memberikan layanan pribadi-sosial untuk meningkatkan harga diri peserta didik.

2. Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan sebagai referensi program BK untuk meningkatkan harga diri individu.

E. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian adalah:

1. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif untuk mengetahui seberapa besar efektivitas teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta didik.

2. Metode penelitian yang digunakan yaitu pra-eksperimen dengan desain pra tes-pasca tes satu kelompok atau one group pre-test post-test digunakan untuk mengetahui ketepatan teknik restrukturisasi dalam meningkatkan harga diri peserta didik.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 23 Bandung, yang ditujukan kepada peserta didik yang secara administratif terdaftar di kelas XI dan yang memiliki harga diri rendah karena pada saat praktik terjaring data berdasarkan DCM (Daftar Cek Masalah).

4. Variabel penelitian adalah sebagai berikut:

a. Harga diri sebagai variabel terikat, yang dipengaruhi oleh perlakuan variabel tidak terikat.

b. Teknik restrukturisasi kognitif sebagai variabel tidak terikat yang merupakan variabel yang mempengaruhi variabel bebas.

F. Asumsi Penelitian

(19)

1. Mruk (2006: 10) mendefinisikan harga diri pada dua proses psikologis, yaitu evaluasi (yang menekankan peran kognisi) dan afeksi (yang mengutamakan peran perasaan) karena keduanya berhubungan dengan harga diri.

2. Teori ABC yang dikembangkan oleh Albert Elis (Corey, 2009: 243) menekankan keyakinan (kognisi) dapat mempengaruhi emosi dan perilaku individu.

3. Aaron T. Beck (Dobson, 2010: 41) mendefinisikan konseling kognitif perilaku sebagai pendekatan konseling yang menyatakan kognisi menengahi perilaku dan reaksi emosi terhadap lingkungan dan menentukan tingkat penyesuaian individu.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian yaitu teknik restrukturisasi kognitif efektif untuk meningkatkan harga diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

H. Struktur Skripsi

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 23 Bandung karena terjaring data berdasarkan instrumen DCM (Daftar Cek Masalah) yang peneliti sebarkan di SMA Negeri 23 Bandung dan diperoleh temuan pada umumnya peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung memiliki permasalahan dalam aspek harga diri.

Populasi penelitian adalah peserta didik yang secara administratif terdaftar di kelas XI SMA Negeri 23 Bandung. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2012: 124). Karakteristik peserta didik yang dijadikan sampel adalah:

1. Peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung.

2. Peserta didik yang diberikan treatment (perlakuan) adalah peserta didik yang memiliki harga diri yang memiliki nilai terendah.

3. Peserta didik bersedia mengikuti proses konseling restrukturisasi kognitif sebagai treatment (perlakuan).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu pra-ekperimen. Menurut Salkind

(2012: 230) “Pre-experimental design are not characterized by random selection of participants from a population, nor do they include a control group. Without either of

these, the power of the research to uncover the causal nature of the relationship

between independent and dependent variables is greatly reduced, if not entirely

eliminated”. Penelitian pra-eksperimen dilakukan dengan desain pra tes–pasca tes

(21)

digunakan untuk mengetahui ketepatan teknik restrukturisasi kognitif dalam meningkatkan harga diri siswa.

Gambar 3.1

One Group Pretest-Posttest Design

(Sugiono, 2012: 111) Keterangan:

= kondisi pre-test (sebelum dilakukan treatment) X = perlakuan (treatment)

= kondisi post-test (sesudah dilakukan treatment)

C. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif untuk mengetahui seberapa besar efektivitas teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta didik.

D. Definisi Operasional Variabel

Terdapat dua variabel utama penelitian yaitu harga diri dan teknik restrukturisasi kognitif. Definisi operasional variabel diuraikan sebagai berikut: 1. Harga Diri

Murk (2006: 10) mendefinisikan harga diri pada dua proses psikologis, yaitu evaluasi (yang menekankan peran kognisi) dan afeksi (yang mengutamakan peran perasaan) karena keduanya berhubungan dengan harga diri.

Harga diri dalam penelitian didefinisikan sebagai hasil evaluasi (kognisi) individu terhadap dirinya sendiri yang mempengaruhi emosi sehingga menampilkan perilaku menerima serta menunjukan seberapa besar individu percaya pada dirinya merasa berharga.

(22)

Semakin rendah skor yang diperoleh subjek penelitian, berarti mengindikasikan semakin rendah pula harga diri yang dimiliki individu. Demikian juga semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian, maka mengindikasikan semakin tinggi harga diri yang dimiliki oleh individu. Subjek yang menjadi sasaran dalam penelitian adalah peserta didik yang berusia 15-17 tahun yang memiliki tingkat harga diri yang rendah.

2. Restrukturisasi Kognitif

Teknik restrukturisasi kognitif dalam penelitian adalah upaya memodifikasi fungsi berpikir negatif tentang diri menjadi positif, melalui tahapan identifikasi (1) pikiran-pikiran negatif, (2) pengumpulan pikiran negatif, dan (3) intervensi terhadap pikiran-pikiran negatif agar menjadi positif. Tahapan-tahapan tersebut agar peserta didik memiliki harga diri yang tinggi sehingga mempengaruhi emosi dan perilaku yang baik.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup tentang harga diri.

F. Pengembangan Instumen

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Instrumen yang disusun dalam penelitian ini berpijak dari definisi operasional variabel harga diri berdasarkan pernyataan dari Murk. Peneliti memilih menggunakan skala Likert karena menurut Sugiyono (2012: 134) skala Likert “digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang

fenomena sosial”. Pada penelitian fenomena sosialnya adalah harga diri. Jawaban

(23)

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Harga Diri (Sebelum Uji Coba)

Variabel Aspek Sub-Aspek Indikator No Item

(24)

penting

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Pernyataan Skor Alternatif Respon

SS S R TS STS

Positif (+) 4 3 2 1 0

(25)

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 0 - 4 dengan bobot tertentu. Bobotnya sebagai berikut.

a. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 0 pada pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif atau 3 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban ragu-ragu (R) memiliki skor 2 untuk pernyataan positif dan negatif

d. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

e. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 0 pada pernyataan negatif.

3. Uji Coba Alat Ukur

Pengembangan angket dilakukan melalui tiga tahap pengujian sebagai berikut: a. Uji Validitas Rasional

Uji validitas rasional bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrument dari segi bahasa, konstruk dan isi. Penimbang atau uji validitas rasional dilakukan oleh tiga dosen ahli. Ketiga dosen ahli, yaitu Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M.Pd., Dr. Nurhudaya, M.Pd., dan Nandang Budiman, S.Pd., M.Si,. Uji validitas rasional dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikai Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi tanda Ceklist M berarti item tersebut dapat digunakan dan item TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau masih dapat digunkan dengan revisi.

(26)

dasarnya item-item pernyataan dapat digunakan dengan beberapa perbaikan redaksi supaya mudah dipahami oleh peserta didik.

Langkah berikutnya dilakukan uji keterbacaan terhadap tiga orang peserta didik kelas XI di lingkungan rumah peneliti yang tidak diikut sertakan dalam sampel penelitian tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Uji keterbacaan dimaksudkan untuk melihat sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden sebelum digunakan untuk kebutuhan penelitian. Hasil uji keterbacaan item pernyataan pada angket dapat dipahami oleh ketiga peserta didik yang melakukan uji keterbacaan.

b. Uji Validitas

Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap harga diri peserta didik. Pengujian validitas butir item dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan software SPSS 16 for windows.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

KESIMPULAN ITEM JUMLAH

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,118,19,20,

21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,

38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48

48

Jumlah 48

c. Pengujian Reliabilitas Instrumen

(27)

tingkat reliabilitas instrumen diolah dengan menggunakan koefisien realibilitas Alpha Cronbach dengan menggunakan software SPSS 16 for windows.

Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Sekalipun bila koefisien reliabilitas semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel (Azwar, 2013: 112).

Tabel 3.4

Tingkat Reliabilitas Instrumen

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.904 48

Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan software SPSS 16 for windows pada 48 item pernyataan diperoleh harga reliabilitas (rhitung) sebesar 0,904

pada α=0.05. Berdasarkan Tabel 3.4, diketahui reliabilitas instrumen harga diri

reliabel. Artinya instumen harga diri mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Harga Diri (Setelah Uji Coba)

Variabel Aspek Sub-Aspek Indikator No Item

+ - Σ

Harga

diri Kognisi

1.Keyakinan terhadap diri sendiri

a. Peserta didik memiliki keyakinan terhadap kemampuan intelektual

(28)
(29)

terhadap

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik penelitian tidak langsung dengan menggunakan angket. Pengungkapan data harga diri rendah menggunakan angket yang disusun sesuai dengan rujukan definisi opersional variabel.

H. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian pra-eksperimen adalah sebagai berikut:

1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksankan di SMA Negeri 23 Bandung karena Bandung karena terjaring data berdasarkan instrumen DCM (Daftar Cek Masalah) yang peneliti sebarkan di SMA Negeri 23 Bandung diperoleh temuan pada umumnya peserta didik memiliki permasalahan dalam aspek harga diri.

(30)

tertentu (Sugiyono, 2012: 124). Karakteristik peserta didik yang dijadikan sampel adalah:

a. Peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung.

b. Peserta didik yang diberikan treatment (perlakuan) adalah peserta didik yang memiliki harga diri yang rendah sebanyak 13 orang.

c. Peserta didik bersedia mengikuti proses konseling restrukturisasi kognitif sebagai treatment (perlakuan).

2. Pre-Test (Tes Awal)

Pre-test dilakukan sebelum intervensi dengan melakukan penyebaran angket

harga diri kepada peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung. Kegiatan dilakukan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum harga diri peserta didik.

3. Treatment (Perlakuan)

Pemberian treatment (perlakuan) teknik restrukturisasi kognitif terhadap

peserta didik yang memiliki harga diri rendah berdasarkan hasil pre-test. Rancangan intervensi teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta didik disusun berdasarkan hasil pre-test harga diri.

(31)

PROGRAM INTERVENSI TEKNIK RESTUKTURISASI KOGNITIF UNTUK

MENINGKATKAN HARGA DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI

SMA N 23 BANDUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

A.Rasional

Masa remaja adalah masa dimana individu cenderung meningkatkan pemahaman dirinya, mengeksplorasi identitasnya, serta ingin mengetahui sifat-sifat, dan apa yang hendak diraih dalam hidupnya. Pemahaman diri adalah representasi kognitif remaja mengenai diri, subtansi dan isi dari konsep diri remaja (Santrock, 2007: 185-186).

Harga diri tumbuh seiring dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh oleh manusia. Dengan kata lain remaja tumbuh sejak mampu berinteraksi dengan lingkungannya, perkembangan harga diri seseorang dipengaruhi tingkat perkembangan kognitif. Kemampuan remaja untuk mengembangkan harga diri akan semakin baik seiring dengan tahap perkembangan kognitifnya dimana semakin matang kemampuan kognitif anak kemampuan mereka untuk menghadapi suatu masalah menjadi lebih baik.

Menurut Branden (Sakti,2010: 3).

Harga diri bukan suatu hal yang ditentukan sejak lahir dia tumbuh dan berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan kognitif dan pertumbuhan manusia, sehingga mempengaruhi harga diri individu menjadi positif dan negatif nantinya.

(32)

Berdasarkan hasil penyebaran instrumen harga diri kepada peserta didik kelas XI yang berjumlah 217 orang di SMA Negeri 23 Bandung menunjukan hasil peserta didik terbanyak berada pada katagori sedang. Secara rinci posisi peserta didik yang memiliki harga diri pada kategori tinggi sebanyak 16,1% yaitu peserta didik yang meyakini dirinya bernilai dan penting, mempunyai kemampuan yang sebaik teman-teman lain seusianya, merasa dirinya dinilai sebagai seorang yang berharga dan dipertimbangkan oleh orang-orang, dapat mengelola tindakan sesuai dengan tuntutan lingkungan, memiliki pemahaman yang baik tentang dirinya dan menyukai tantangan dan tugas-tugas baru serta tidak merasa kecewa karena belum berhasil. Sebanyak 66,8% termasuk kedalam kategori sedang yaitu peserta didik belum memenuhi seperti karakteristik pada harga diri tinggi. Oleh karena itu masih memerlukan pengembangan agar harga diri peserta didik meningkat secara optimal dan 17,1% termasuk kedalam kategori rendah yaitu peserta didik tidak percaya terhadap diri sendiri, memiliki kekhawatiran untuk mengungkapkan ide-ide yang tidak biasa, memiliki kesadaran mengenai diri (self-consciousness) yang rendah dan terlalu sibuk dengan masalah internal dan mengganggu untuk dapat terlibat dengan orang lain.

Harga diri terbentuk dari tiga aspek yaitu, aspek kognitif, aspek emosi, dan aspek perilaku. Hasil penelitian menunjukan harga diri peserta didik pada setiap aspeknya secara berurutan dari aspek yang paling tinggi sampai yang paling rendah yaitu aspek kognitif sebesar 59,97%, aspek emosi sebesar 24,23%, dan aspek perilaku 15,80%. Aspek yang terendah dibandingkan dengan dua aspek lainnya adalah aspek perilaku, artinya peserta didik belum mampu untuk menunjukan rasa percaya diri dan berharga kepada lingkungan sosialnya sehingga membutuhkan bantuan untuk dapat mengembangkannya.

(33)

yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Apabila peserta didik tidak segera memperoleh bantuan dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan (Yusuf dan Nurihsan, 2009: 28). Strategi yang dilakukan dalam layanan responsif untuk meningkatkan harga diri peserta didik yaitu melakukan konseling individu atau kelompok.

Bentuk bantuan layanan bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik yang memiliki harga diri rendah adalah konseling kognitif perilaku. Guindon (2010: 30) mengatakan bahwa konseling kognitif-perilaku adalah pendekatan yang paling umum yang digunakan untuk mengintervensi masalah harga diri dan terbukti efektif dalam mengatasi masalah harga diri pada individu di seluruh rentang hidup.

Salah satu teknik konseling kognitif perilaku adalah restrukturisasi kognitif. Menurut Murk (2006: 100) teknik konseling restrukturisasi kognitif efektif untuk meningkatkan harga diri. Restrukturisasi kognitif disebut juga reframing kognitif, yaitu teknik perilaku yang terkait dengan konseling kognitif. Restrukturisasi kognitif mencangkup belajar bagaimana untuk berpikir secara berbeda, untuk mengubah pemikiran yang salah, mendasar dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih rasional, realistis, dan positif (Connolly, dalam Guindon, 2010: 124).

B.Tujuan

Tujuan penggunaan teknik restrukturisasi kognitif pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung, yaitu:

1. Mengubah penilaian negatif tentang diri menjadi positif

2. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat menilai diri dari berbagai sudut pandang

3. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk selalu bersyukur dan menerima akan segala kondisi diri yang dimiliki

4. Meningkatkan keyakinan peserta didik akan keberhargaan dirinya

(34)

C.Asumsi Program

Asumsi program

1. Murk mendefinisikan harga diri pada dua proses psikologis, yaitu evaluasi (yang menekankan peran kognisi) dan afeksi (yang mengutamakan peran perasaan) karena keduanya berhubungan dengan harga diri (2006: 10).

2. Teori ABC yang dikembangkan oleh Albert Ellis menekankan keyakinan (kognisi) dapat mempengaruhi emosi dan perilaku individu (Corey, 2009: 243).

3. Aaron T. Beck mendefinisikan konseling kognitif perilaku sebagai pendekatan konseling yang menyatakan kognisi menengahi perilaku dan reaksi emosi terhadap lingkungan dan menentukan tingkat penyesuaian individu (Dobson, 2010: 41).

D.Prosedur Teknik Restrukturisasi Kognitif

Prosedur melakukan teknik restrukturisasi kognitif merujuk pada Aron T. Beck (Dobson & Dobson, 2009: 117-127) yaitu:

1) Identifikasi Pikiran-Pikiran Negatif Konseli

Sebelum konseli diberikan bantuan untuk mengubah pikiran-pikiran yang mengalami distorsi, terlebih dahulu konselor perlu membantu konseli untuk menyadari disfungsi pikiran-pikiran yang konseli miliki dan memberitahukan secara langsung kepada konselor. Pada tingkatan umum, konseli didorong untuk kembali pada pengalaman dan melakukan instropeksi atau merefleksikan pengalaman-pengalaman yang sudah dilalui.

2) Metode Pengumpulan Pikiran-Pikiran Negatif

Para praktisi konseling kognitif perilaku menggunakan Dysfunctional Thoughts Record (DTR; A. T. Beck et al.,1979; J. S. Beck, 1995; Dobson & Dobson,

(35)

mencatat pikiran-pikiran negatif. Format untuk mencatat pikiran-pikiran negatif adalah sebagai berikut (Dobson & Dobson, 2009: 125)

Tabel 3.6 Thought Record

Situation Automatic Thoughts

Emotion (list type and rate

intensity 0-100)

Behavior or Action Tendencies

3) Intervensi Pikiran-Pikiran Negatif Konseli

Langkah intervensi pikiran-pikiran negatif diberikan kepada konseli apabila konselor sudah mendapatkan banyak informasi mengenai pikiran-pikiran negatif konseli itu sendiri. Beberapa hal mengenai pikiran-pikiran negatif meliputi hal-hal (Dobson & Dobson, 2009: 127) yaitu:

a) Menemukan pikiran-pikiran negatif yang berhubungan dengan reaksi emosi yang kuat.

b) Menemukan pikiran-pikiran yang berkaitan dengan pola respon perilaku yang kuat.

c) Menemukan pikiran-pikiran yang memiliki tingkatkan keyakinan yang tinggi. d) Menemukan pikiran-pikiran yang berulang karena pikiran-pikiran yang

dikemukakan berulang-ulang menunjukan pola berpikir konseli.

E. Langkah-langkah Implementasi Pelaksanaan Teknik Restrukturisasi

Kognitif untuk Meningkatkan Harga Diri Peserta Didik

Pelaksanaan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pre-test di kelas XI SMA Negeri 23 Bandung untuk mengetahui tingkat harga diri peserta didik.

(36)

3. Pelaksanaan intervensi teknik Restrukturisasi Kognitif dalam meningkatkan harga diri selama enam sesi pertemuan.

4. Melaksanakan post test setelah sesi intervensi dilaksanakan.

5. Penyajian laporan tentang pelaksanaan teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta didik.

F. Sasaran Intervensi

Intervensi dilakukan terhadap peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung tahun ajaran 2013/2014 dengan tingkatan harga diri yang rendah pada aspek kognitif. Karakter indikator pada aspek kognitif dengan kategori rendah, yaitu peserta didik kurang memiliki keyakinan terhadap keadaan keterampilan sosial, kurang memiliki keyakinan dirinya berharga, kurang memiliki keyakinan bahwa dirinya layak dihormati, kurang memiliki keyakinan sebagai anggota kelompok, dan kurang memiliki keyakinan sebagai anggota masyarakat yang penting.

G.Sesi Intervensi

Program intervensi teknik retrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta didik dilakukan selama 6 sesi dengan waktu pelaksanaan selama 1 x 60 menit. Sesi intervensi yang dirancang berdasarkan hasil pertimbangan fenomena harga diri dan penyesuaian penerapan pendekatan terapi kognitif perilaku khususnya teknik restrukturisasi kognitif. Jadwal pelaksanaan intervensi berdasarkan kesepakatan antara konselor dan peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung. Gambaran setiap sesi intervensi, yaitu:

Sesi ke-1

Sesi pertama berupa pembuka atau pengenalan dari intervensi restrukturisasi kognitif. Tujuan dari sesi ini adalah membangun hubungan yang positif dengan konseli, serta mengenalkan intervensi kepada konseli dan kemampuan apa yang akan konseli

(37)

membantu konseli mengenali diri akan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki

Sesi ke-2

Sesi kedua berjudul “Pandangan Negatif tentang Diri”. Salah satu faktor harga diri rendah adalah melakukan generalisasi negatif pada diri sendiri. Generalisasi akan menumbuhkan perasaan negatif yang menghambat kemajuan. Tujuan dari kegiatan pandangan negatif tentang diri adalah memecah label generalisasi yang negatif menjadi beberapa bagian, dengan demikian konseli diharapkan memahami suatu label dengan pemahaman lain dan perasaan yang positif dan membantu menyikapi setiap bagian dengan baik.

Sesi ke-3

Sesi ketiga berjudul “Nilai Positif Diri”, dalam sesi ketiga bertujuan untuk mengubah generalisasi negatif yang telah dilakukan pada sesi kedua terhadap suatu masalah dengan memperluas cara pandang konseli dalam menilai suatu permasalahan sehingga dapat melihat jelas setiap masalah dalam bingkai yang lebih besar dan dapat melihat pelajaran berharga di setiap masalah sehingga perasaannya menjadi lebih tenang.

Sesi ke-4

(38)

Sesi ke-5

Sesi kelima berjudul “Mengubah Definisi Negatif Tentang Diri Menjadi Definisi Positif”. Sesi kelima bertujuan untuk meningkatkan kemampuan konseli yang memiliki definisi yang negatif tentang dirinya, untuk dapat mendengarkan orang lain berubah menjadi kekuatan yang membuat kekuatan untuk memiliki definisi yang positif tentang diri sehingga konseli memiliki keyakinan dirinya berharga. Definisi diri pun berubah dari kelemahan menjadi kekuatan.

Sesi ke-6

Sesi keenam berjudul “Kesadaran Peserta Didik Dirinya Berharga”. Sesi terakhir merupakan puncak dari lima sesi yang telah dilakukan. Tujuan sesi keenam adalah konseli semakin sadar bahwa dirinya berharga dengan mengoptimalkan segala kelebihan dan meperbaiki segala kekurangan yang ada dalam diri.

Sesi ke-7

Sesi ketujuh, merupakan Post-test : Mengukur “Harga diri Peserta Didik”. Sesi ketujuh bertujuan untuk membantu peserta didik mengukur tingkat harga diri setelah mengikuti intervensi teknik restrukturisasi kognitif. Pelaksanakan post-test diberikan kepada peserta didik yang mendapat treatment yang dijadikan sampel penelitian, yaitu 13 peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung .

H.Indikator Keberhasilan

(39)

Konseli yang mengikuti yang berhasil mengikuti kegiatan intervensi adalah konseli yang mampu mengubah pikiran-pikiran negatif menjadi pikiran-pikiran positif dalam setiap sesi intervensi. Sumber utama untuk evaluasi adalah analisis terhadap homework Assigment yang dijadikan ukuran untuk mengetahui perubahan pernyataan diri konseli yang menjadi indikator keberhasilan dari setiap sesi intervensi.

Indikator keberhasilan program intervensi secara keseluruhan adalah dengan bertambahnya skor harga diri. Teknik yang digunakan untuk mengetahui bertambahnya skor harga diri adalah melalui one group pre test - post test design.

4. Post-Test (Tes Akhir)

Pelaksanaan post-test dilakukan setelah melaksanakan intervensi. Post-test diberikan seperti halnya pre-test yaitu berupa angket yang sama untuk melihat adanya perubahan konstruk berpikir, emosi, dan perilaku peserta didik setelah diberikan perlakuan.

I. Teknik Analisis Data

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Masing-masing pernyataan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut:

1. Pertanyaan penelitian satu tentang gambaran umum harga diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dijawab dengan presentase jawaban peserta didik tentang harga diri yang dilakukan dengan menggunakan skor baku (ɀ) selalu memiliki rata-rata (µ) sama dengan 0 (nol)

(40)

Tabel 3.7

Perhitungan Penentuan Kategori Menggunakan Skor ɀ

No Kriteria Kategori

1. ɀ > 1,00 Tinggi

2. -1,00 ≤ ɀ≥ 1,00 Sedang

3. ɀ < - 1,00 Rendah

(Azwar, 2013: 149)

2. Pertanyaan penelitian dua tentang rancangan teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dirancang setelah penyebaran pre-test pada sampel yang kategori harga diri rendah. Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling (SatLayBK) teknik restrukturisasi kognitif didasarkan pada skor aspek terendah. 3. Pertanyaan penelitian tiga dirumuskan kedalam hipotesis teknik restrukturisasi

kognitif efektif untuk meningkatkan harga diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Keefektifan treatment terhadap sampel penelitian dapat diketahui melalui pengolahan dan analisis data penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif. Uji statistik yang digunakan adalah uji perbedan dua rata-rata berpasangan (paired t-test) dengan menggunakan software SPSS 16 for windows. Perhitungan perbedan dua rata-rata berpasangan (paired

t-test) dapat dilakukan apabila data penelitian mempunyai distribusi normal dan

homogen berarti mempunyai sebaran yang normal dan dianggap mampu mewakili populasi. Langkah perhitungan paired t-test dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(41)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorof Smirnov atau Shapiro-Wilk untuk setiap data variabel penelitian pada taraf signifikansi α= 0,05. Rumusan hipotesis uji, yaitu:

Ho : Data berdistribusi normal, jika nilai Sig ≥ α

H1 :Data tidak berdistribusi normal, jika nilai Sig < α b. Uji Homogenitas

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Peserta didik kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

memiliki harga pada kategori tinggi, sedang, dan rendah. Sebagian besar peserta didik memiliki harga diri pada kategori sedang, artinya peserta didik belum memenuhi karakteristik remaja dengan harga diri tinggi, oleh karena itu memerlukan bantuan layanan untuk meningkatkan harga diri.

2. Teknik restruktruktuisasi kognitif berfokus kepada pikiran-pikiran yang negatif terhadap penilaian diri peserta didik. Rancangan intervensi melalui teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta didik difokuskan kepada perubahan pola pikir yang negatif tentang diri menjadi positif.

3. Teknik restrukturisasi kognitif efektif untuk meningkatkan harga diri peserta didik, terutama pada kategori harga diri rendah. Aspek harga diri yang mengalami perubahan peningkatan signifikan setelah melakukan intervensi teknik restrukturisasi kognitif yaitu aspek kognitif memiliki selisih rerata sebesar 21.23, aspek emosi memiliki selisih rerata sebesar 9.69, dan aspek perilaku memiliki selisih rerata sebesar 6.61.

B. Rekomendasi

Berikut rekomendasi-rekomendasi berdasarkan penelitian harga diri peserta didik. 1. Guru Bimbingan dan Konseling.

(43)

memfasilitasi guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kompetensi menjadi guru bimbingan dan konseling yang profesional.

2. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Hasil penelitian menunjukan harga diri peserta didik merupakan masalah yang dapat menghambat tugas perkembangan penerimaan dan pengembangan diri. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dapat memperkaya pengalaman mahasiswa menggunakan teknik-teknik konseling yang relevan dalam menangani permasalahan-permasalahan yang spesifik.

3. Peneliti Selanjutnya.

Berdasarkan dari keterbatasan penelitian direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk pemberian intervensi kepada subjek penelitian yang tidak dilakukan pada waktu pulang sekolah karena berpengaruh kepada kondisi fisik peserta didik sehingga peserta didik seringkali nampak kelelahan dan kurang optimal mengikuti konseling. Lembar kerja dan homework assignment dibuat menarik agar peserta didik bersemangat untuk mengisi lembar kerja dan homework assignment. Intervensi yang dilakukkan dalam adegan kelompok

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Andreas. (2007). Harga Diri Remaja. [Online]. Terdapat di: http://andreasagusw.wordpress.com/2007/07/17/harga-diri-remaja/ (16 September 2012)

Azwar, Saifuddin. (2013). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Beck, Aaron T., Freeman, Arthur., Davis, Denise D. (2004). Cognitive Therapy of Personality Disorders. United States of America: The Guldford Press

Bos, A., Murris, P., Mulkens, S., & Schaalma, H. (2006). Changing Self Esteem in Children and Adolescents: A Roadmap fot future Inteventions. Netherlands Journal of Psychology 62, 26-33, diunduh dari www.repub.eur.nl/res/pub/8078. (25 Agustus 2013)

Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC Medical Publisher

Clemes, Harris dan Reynold Bean. (1995). Bagaimana Kita Meningkatkan Harga Diri Anak. Bandung: Bina Rupa Aksara.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco: Freeman Company

Corey, Gerald. (1995). Penerjemah Drs. Mulyato. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama

Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama

Dariuszky, G. (2004). Membangun Harga Diri. Bandung: CV. Pionir Jaya

Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

(45)

Dobson, Keith S. (2010). Handbook of Cognitive Behavioral Therapies. New York: The Guldford Press

Ermanza, Gita Handayani. (2008). Hubungan Antara Harga Diri dan Citra Tubuh pada Remaja Putri yang Obesitas dari Sosek Menengah Atas. Jakarta. [Skripsi Fakultas Psikologi - Universitas Indonesia]

Fatmawati, Anita. (2013). Cara Menguji Normalitas Data dengan SPSS. [Online]. Terdapat di: http://freyadefunk.wordpress.com/2013/03/24/cara-menguji-normalitas-data-dengan-spss/ (20 Agustus 2013)

Fitroni, Alimah. (2008). Penggunaan Teknik Kerja Kelompok Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa kelas X-5 SMA Kemala Bhayangkari Surabaya.Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPPB FIP Unesa.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA

Guindon, Marry. H. (2010). Self Esteem Acrooss the Lifespan. New York: Routledge

Haryanto. (2010). Pengertian Harga Diri. [Online]. Terdapat di: http://belajarpsikologi.com/pengertian-harga-diri/ (15 September 2012)

Hurlock, Elizabeth B. (1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Keliat, Budi Anna. (1999). Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

McKay, Matthew and Fanning, Patrick. (2000). Self Esteem Third Edition. United States of America: New Harbinger Publications, Inc.

Mruk, Christopher J. (2006). Self-Esteem Research, Theory, and Practice: Toward a Positive Psychology of Self Esteem 3rd ed. New York : Spinger Publishing Company

Mujiayati. (2013). Efektifitas Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa. Tesis Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI. Tidak Diterbitkan

Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama

(46)

Pendidikan dan Bimbingan – Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Oemarjoedi, Kasandra. (2003). Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Psikoterapi. Jakarta: Creatif Media.

Papalia, Diane E., Old Sally W., Feldman Ruth D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Sembilan. Jakarta: Kencana

Pinastikasari, Nindita. (2010). Pengaruh Harga Diri Terhadap Perilaku Remaja Putri. Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang. Tidak Diterbitkan

Prayitno, H. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Sakti, Cahya Tutuk Irana. (2010). Pengaruh Five Factor Model Personality

Terhadap Tingkat Self-Esteem Remaja pada Mahasiswa Psikologi Semester II di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Tesis Jurusan Psikologi UIN Malang. Tidak Diterbitkan

Salkind, Neil. J. (2012). Exploring Research. United States of America: Pearson Santrock, John W. (2007). Remaja (Edisi 11 jilid 1). Alih Bahasa oleh

Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga.

Septeria, Dita. (2010). Hubungan Antara Harga Diri (Self. Esteem) Dengan Memaafkan (Forgiveness) Pada Remaja Putri Di SMA Islam Al Maarif Singosari. Tesis Jurusan Psikologi UIN Malang. Tidak Diterbitkan

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Somantri, Dian G. (2009). Harga Diri Siswa Sebagai Dasar Penyusunan Program Bimbingan Pribadi-Sosial. Skripsi Jurusan Psikologi PEndidikan dan Bimbingan UPI. Tidak Diterbitkan

Stuart & Gail, W. (2007). Perawat dan Keperawatan Penyakit Psikiatris. Edisi ke-5. Jakarta: EGC

(47)

Suharmawan, Wahid. (2012). Cognitive Behavior Therapy (CBT). [Online]. Terdapat di: http://konselorindonesia.blogspot.com/2012/04/cognitive-behavior-therapy-cbt.html (20 September 2012)

Utami, Agustina Esti. (2005). Orang Tua Versus Remaja. [Online]. Terdapat di: http://tinaesti.wordpress.com/page/2/ (16 September 2012)

Wild. (2008). Sekilas Tentang Harga Diri. [Online]. Terdapat di: http://wild76.wordpress.com/2008/08/13/sekilas-tentang-harga-diri/

(diunduh pada tanggal 19 September 2012)

Willis, Sofyan. (2010). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: ALFABETA

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Achmad Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda

Gambar

Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Harga Diri
Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

“ wanita pekerja seks adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang

The objectives of this study was to answer two research problems: (1) the correlation between students competence in writing narrative texts in Bahasa Indonesia and their

Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat untuk pengembangan perekonomian wilayah, Terminal Kijing. Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat

Nama : Dhika Handayani Rangkuti.. Alamat Sekarang :

banding orang lain. Kinerja yang kompeten dapat dilihat dari sudut pandang:  Kesuksesan, yaitu orang yang selalu sukses dalam bidang pekerjaan tertentu.  Kreativitas, yaitu

Topik penelitian yang sudah dikerjakan antara lain: Ungkapan Geng di Kota Madya Surakarta Ditinjau dari Sosio- linguistik (Ketua) (1997), Penelitian tentang Bentuk dan Makna

Perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai macam alternative yang harus dipilih .Dalam penggambilan

2.2.2 Langkah-langkah penerapan RCM pada sub-assembly kopling 20 BAB III KONTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB- ASSEMBLY KOPLING .... Kontruksi dan Prinsip