• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTAI POLITIK PPP

A. Sejarah dan Pimpinan Partai Politik

Pada pemilihan umum (pemilu) tiga periode belakangan ini, cukup banyaknya partai politik di Indonesia yang ikut serta. Masing-masing partai memiliki asas dan tujuan yang berbeda. Salah satu partai yang ikut bersaing dalam pemilu ini adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang asas dan tujuannya berdasarkan agama Islam.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah partai politik yang merupakan fusi Partai Nahdatul Ulama (NU), Partai Muslim Indonesia (Parmusi), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). PPP dan semua partai yang berfusi ini berasaskan Islam, berlambang ka’bah, berwawasan nasional, berorientasi keumatan, kerakyatan dan keadilan, serta berupaya untuk mengembangkan tatanan budaya dan prilaku politik Islami dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Perjalanan partai politik Islam di Indonesia termasuk PPP, banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh agama yang berbasiskan pondok pesantren. Hal ini disebabkan oleh keberadaan pondok pesantren sudah ada sebelum adanya partai politik yang telah memberikan warna di segala bidang bagi masyarakat Indonesia dan jumlahnya cukup banyak serta tersebar di seluruh pelosok nusantara. Kemudian setelah partai politik berdiri, maka keberadaan pondok pesantren ini selalu membayangi partai politik terutama yang berasakan Islam. Untuk lebih

jelasnya penulis akan membahas tentang partai politik secara terminologi dan istilah dalam pengertian khusus dan umum.

Partai politik terdiri dari kata partai dan politik, masing-masingnya memiliki pengertian yang berbeda dan menjadi satu dalam istilah partai politik. Partai adalah perkumpulan (segolongan orang) yang seasas, sehaluan dan setujuan dalam politik.6

Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani dan diambil alih oleh banyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Pada jaman klasik Yunani, negara atau lebih tepat negara-kota disebut ”polis”. Plato (±347 SM) menamakan bukunya tentang soal-soal kenegaraan politeia dan muridnya bernama Aristoteles (±322 SM) menyebut karangannya tentang soal-soal kenegaraan politikon. Pada umumnya politik mencangkup beraneka macam kegiatan dalam suatu sistem masyarakat yang terorganisasikan (terutama negara), yang menyangkut pengambilan keputusan baik mengenai tujuan-tujuan sistem itu sendiri maupun mengenai pelaksanaannya.7

Terbentuknya partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk sebuah wadah organisasi dapat menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan organisasi ini pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan.

Partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai

6

Marbun, Kamus Politik, Edisi Revisi (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007), h. 361.

7

orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya.8 Dalam hal ini ada beberapa definisi sebagai berikut:

Menurut Carl J. Friedrich, ”Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materil.” Menurut R.H. Soltau, ”Partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaaan umum mereka.”9

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kabupaten Bogor, merupakan penggabungan kegiatan politik dari partai-partai Islam yaitu: a. Partai Nahdatul Ulam (NU), b. Partai Muslim Indonesia (Parmusi), c. Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) dan d. Partai Islam (Perti). Dalam deklarasinya disebutkan bahwa keempat partai Islam yaitu NU, Parmusi, PSII dan Perti, yang sampai sekarang ini tergabung dalam bentuk konfederasi kelompok persatuan pembangunan dalam rapat presidium, badan pekerja dan pimpinan fraksi telah seia sekata untuk memfusikan politik dalam suatu partai politik yang bernama Partai Persatuan Pembangunan.

8

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 403-404.

9

Dalam hal ini penulis akan membicarakan tentang PPP kabupaten Bogor. Khususnya hasil wawancara dengan ketua DPC PPP kabupaten Bogor 2003-2006 dan 2006-20011 yang sekarang telah menjabat atau menjadi Bupati terpilih kabupaten Bogor untuk 2008-20013 yaitu Drs. H Rachmat Yasin, MM. adalah putra dari H. M. Yasin (Almarhum), salah satu tokoh PPP kabupaten Bogor.

Drs. H Rachmat Yasin, MM. dilahirkan di Bogor pada tanggal 4 Nopember 1963, beristrikan Hj. Elly Halimah dan dikaruniai tiga orang putri: (1) Amira Eka Pratiwi, (2) Salma Isna Ramadhani, dan (3) Naura Tri Kamila.

Pendidikan Drs. H Rachmat Yasin, MM. dimulai dari sekolah Dasar Negri Sindangbarang 1, Bogor (1975), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negri 4 Bogor (1979), Sekolah Menengah Atas (SMA) Negri 2 Bogor (1982), Sarjana Fakultas Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta (1988), dan Program Magister Manajemen, Sekolah Paska Sarjana Universitas Satyagama, Jakarta (2001).

Karir politik Drs. H Rachmat Yasin, MM. dimulai dengan menjadi anggota PPP. Jabatan yang pernah diembannya dalam partai politik, antara lain: Wakil Sekretaris DPC PPP kabupaten Bogor, periode 1990-1995. selanjutnya memangku jabatan Sekretaris pada DPC PPP kabupaten Bogor selama dua periode. Yaitu periode tahun 1995-2000 dan periode 2000-2003. Kemudian posisi puncak pada DPC PPP kabupaten Bogor pun diraihnya, dimana ia dipercaya menjadi ketua selama dua periode. Yaitu periode tahun 2003-2006 serta periode tahun 2006-2011.

Adapun jabatan politis diluar kepartaian, adalah: Anggota DPRD kabupaten Bogor (Tahun 1997-1999), Ketua Komisi C DPRD kabupaten Bogor (Tahun 1999-2004), Ketua Panitia Anggaran DPRD kabupaten Bogor (Tahun

1999-2004), Ketua DPRD kabupaten Bogor (Tahun 2004-2009), dan Ketua Panitia Anggaran DPRD kabupaten Bogor (Tahun 2004-2009).

Dalam pilkada kabupaten Bogor tahun 2008, melalui Pemilu Bupati/Wakil Bupati secara langsung Drs. H Rachmat Yasin, MM. terpilih menjadi Bupati Bogor untuk masa jabatan 2008-2013.10

B. Tujuan Partai Politik

Secara khusus bahwa setiap partai politik telah mengatur aturannya sendiri sesuai dengan kebutuhan partainya, PPP juga mempunyai aturan tersendiri (internt partai), yang bertujuan untuk melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh partai, seperti terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dibawah ridho Allah SWT. Ini merupakan acuan atau dasar partai dalam melakukan kegiatan-kegiatan sosial politik (politik praktis).

Namun secara umum ada aturan dari pemerintah yang mengatur tentang keberadaan partai politik yaitu berdasarkan Undang-Undang No 2 Tahun 2008 pasal 10 tentang Partai Politik, partai politik memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum partai politik adalah :

1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD RI 1945.

2. Menjaga dan memelihara keutuhan negara kesatuan RI.

3. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasrkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan RI.

10

Wawancara Penulis dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor (Bupati Terpilih Kabupaten Bogor). Drs. H. Rachmat Yasin, MM. Bogor, tanggal 29 Juni 2009.

4. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan khusus partai politik adalah :

1. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan kegiatan politik dan pemerintahan.

2. Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kedua aturan khusus dan umum ini, saling berkaitan dan saling mendukung itu merupakan tujuan partai politik yang harus diwujudkan secara konstitusional.11

C. Fungsi Partai Politik

Berdasarkan Undang-Undang No 2 Tahun 2008 pasal 11 tentang Partai Politik, partai politik berfungsi sebagai :

1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Penciptaan iklim yang kondusip bagi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.

3. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

4. Partisipasi politik warga negara Indonesia.

11

Pandji R. Hadianto, “Tujuan Partai Politik,” artikel diakses pada 23 Juni 2008 dari http://www.jakarta45.wordpress.com/2008/06/23/tujuan-partai-politik-uu-no-2008

5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.12

Pada dasarnya telah disinggung bahwa ada pandangan secara mendasar mengenai partai politik di negara demokrasi. Di negara demokrasi partai relatif dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya pada saat didirikannya, yakni menjadi wahana bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan memperjuangkan kepentingannya di hadapan penguasa.

Berikut ini diuraikan secara lebih lengkap fungsi partai politik di negara demokrasi.

a. Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Sejak reformasi, kebebasan komunikasi dan informasi berdampak positif dan mempengaruhi segala lini kehidupan masyarakat. Kebebasan ini dimanfaatkan oleh PPP untuk mengadakan komunikasi dan informasi dengan Pondok Pesantren Daruttafsir yang berkaitan penggalangan hubungan kerjasama atau relasi untuk perkembangan dan kemajuan kedua belah pihak. Kesempatan kebebasan komunikasi dan informasi di realisasikan oleh PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir melalui forum diskusi. Untuk mencari kesamaan dan perbedaan antara PPP dan Pondok Pesantrren Daruttafsir dibentuklah forum bersama yang diberinama Forum Silaturahmi sebagai wadah pemersatu kedua lembaga ini dalam menerima aspirasi masyarakat yang terkait di dalamnya. Melalui forum inilah PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir bebas mengemukakan pendapat serta sikap politiknya.

12

Ardiana, “Peran Partai Politik,” artikel diakses pada 23 Juni 2008 dari http://ardiana0781.blogspot.com/2008/06/23/revitalisasi-peran-partai-politik.html

PPP adalah salah satu wadah yang menampung aspirasi masyarakat sekaligus sebagai fasilitator yang dapat dipercaya, untuk membentuk opini publik dalam berkomunukasi interaksi. Maka PPP melaksanakan hubungan atau relasi dengan Pondok Pesantren Daruttafsir dengan memanfaatkan berbagai momentum strategis, peristiwa yang hangat dan berbagai forum yang tersedia. Untuk itu hubungan baik antara PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir merupakan keniscayaan, karena mungkin adanya hubungan yang harmonis dan bersahabat antara berbagai pihak.

Ini merupakan salah satu tugas partai politik yaitu menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat moderen yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan perumusan kepentingan (interst articulation).13

Semua kegiatan di atas merumuskannya sebagai usul kebijakan dan usul kebijaksanaan ini dimasukkan dalam program partai untuk diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan kebijaksanaan umum (public policy). Dengan demikian tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik.

13

Di lain fihak partai politik berfungsi juga untuk memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi serta dialog dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, di mana partai politik memainkan peranan sebagai penggabung antara yang memerintah dan yang diperintah, antara pemerintah dan warga masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini partai politik sering disebut sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa idee-idee (clearing house of ideas). Kadang-kadang juga dikatakan bahwa partai politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat sebagai “pengeras suara”.14

b. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Di dalam proses penggalangan kerjasama itu, PPP memandang penting untuk melakukan usaha dan kegiatan diantaranya membentuk pola relasi atau hubungan konsultatif dengan berbagai kekuatan sosial politik, sosial kemasyarakatan dan lembaga-lembaga negara untuk menyukseskan pembangunan nasional. Inilah salah satu sikap PPP dalam mensosialisasikan kepentingan partai politik.

Sosialisasi politik ini, di dalam ilmu politik diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan melalui partai politik untuk memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang berkembang dalam masyarakat dimana PPP ada didalamnya. Dengan demikian proses sosialisasi politik ini akan menentukan sikap politik PPP yang berkaitan tentang nasionalisme, strata sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan kewajiban partai politik yang berada di dalamnya.

14

Dimensi lain dari sosialisasi politik merupakan proses masyarakat untuk menyampaikan ”budaya politik” yaitu norma-norma dan nilai-nilai yang diwariskan ke generasi berikutnya. Dengan demikian sosialisasi politik merupakan faktor penting dalam terbentuknya budaya politik (political culture) suatu bangsa.15

Proses sosialisasi berjalan seumur hidup, terutama dalam masa kanak-kanak. Ia berkembang melalui keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman sebagai orang dewasa, organisasi keagamaan, dan partai politik. Ia juga menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi yang satu ke generasi yang lain. Di sinilah letaknya partai dalam memainkan peran sebagai sarana sosialisasi politik. Pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan melalui berbagai cara yaitu media massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus kader, penataran, dan sebagainya.

Sisi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra “image” bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan memalui kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu partai harus memperoleh dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya mempunyai solidaritas yang kuat dangan partainya.

Sejalan dengan prinsip PPP yang ditanamkan sebagai fungsi sosial sekaligus alat atau sarana mensosialisasikan partai, maka PPP perlu menumbuh kembangkan budaya saling menghargai serta memelihara hubungan kemanusiaan (ukhuwah Islamiah). Prinsip ini merupakan landasan perjuangan dalam

15

meklaksanakan fungsi untuk menyerap, menampung, menyalurkan, memperjuangkan dan membela aspirasi masyarakat serta melaksanakan pengawasan sebagai kontrol sosial.

Pondok Pesantren Daruttafsir sebagai lembaga sosial telah menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal, sekaligus sebagai lembaga solidaritas sosial yang menampung segala lapisan masyarakat muslim tanpa membedakan tingkatan sosial, hal ini salah satu perekat yang kuat sebagai fungsi penghubung dalam mengadakan relasi atau hubungan dan pengayom masyarakat baik tingkat lokal, regional dan nasional.

Dari proses sosialisasi PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir mempunyai kesamaan keriteria yang sama dan selaras dengan kebutuhan masyarakat khususnya umat Islam.

Ada lagi yang lebih tinggi nilainya apabila partai politik dapat menjalankan fungsi sosial yang satu ini, yakni mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawab sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional. Secara khusus perlu disebutkan di sini bahwa di negara-negara yang baru merdeka, partai-partai politik juga dituntut berperan memupuk identitas nasional dan integritas nasional. Ini adalah tugas lain dalam kaitannya dengan sosialisasi politik.

Namun, tidak dapat disangkal adakalanya partai mengutamakan kepentingan partai atas kepentingan nasional. Loyalitas yang disajikan adalah loyalitas kepada partai, yang lebih loyalitas kepada negara. Dengan demikian ia mendidik pengikut-pengikutnya untuk melihat dirinya dalam konteks yang sangat sempit. Pandangan ini malahan dapat mengakibatkan pengotakan dan tidak

membantu proses integrasi, yang bagi negara-negara berkembang menjadi begitu penting.16

c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

PPP menyadari bahwa kader partai adalah tulang punggung dan harapan masa depan partai. Karena itu, pendidikan dan pelatihan serta pembinaan kader partai manjadi kunci keberhasilan perjuangan partai. Kader-kader dari berbagai tingkatan dan dari beragam latar belakang unsur, fungsi, profesi dengan demikian merupakan andalan partai yang perlu terus menerus memperoleh perhatian peluang, kesempatan untuk mengembangkan diri dalam dan bersama partai melalui pendidikan dan pelatihan politik yang teratur, terencana dan terprogram secara sistematis. Arah pengembangan dititik beratkan agar kader partai adalah juga sekaligus sebagai kader bangsa, yang siap bertugas di lembaga-lembaga penyelenggara pemerintahan negara dan di tengah-tengan masyarakat.

Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai mupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional.

16

Selain untuk tingkatan seperti itu, partai politik juga berkepentingan memperluas atau mengembangkan keanggotaan. Maka partai politik akan berusaha menarik sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi anggotanya. Dengan didirikannya organisasi-organisasi massa (sebagai onderbouw) yang melibatkan golongan-golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya, kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Ada berbagai cara untuk melakukan rekrutmen politik, yaitu melalui kontak pribadi, persuasi, ataupun cara-cara lain.17

d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik

Kredibilitas PPP akan sangat dipengaruhi oleh kepekaan partai dalam memberikan respon terhadap setiap kebijakan dan peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat. Perlu diketahui bahwa munculnya berbagai macam lembaga swadaya masyarakat selama ini adalah sebagai akibat kurang mampunya pemerintah menampung dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan oleh masyarakat.

PPP berupaya melakukan kegiatan pembelaan atas nasib masyarakat yang dirugikan sebagai akibat proses pembangunan yang tidak memihak rakyat banyak. Semua itu dapat dilakukan dengan berbagai macam metode atau cara. Pernyataan politik berisi ungkapan solidaritas, untuk kasus-kasus tertentu akan menyangkut hajat hidup orang banyak perlu diprioritaskan.

17

Karena potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apabila di masyarakat yang bersifat heterogen, apakah dari segi etnis (suku bangsa), sosial-ekonomi, ataupun agama. Setiap perbedaan tersebut menyimpan potensi konflik. Apabila keanekaragaman itu terjadi di negara yang menganut paham demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang wajar dan mendapat tempat. Akan tetapi di dalam negara yang heterogen sifatnya, potensi pertentangan lebih besar dan dengan mudah mengundang konflik.

Di sini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elite partai dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungnya.

Pada tataran yang lain dapat dilihat perbedaan-perbedaan atau perpecahan di tingkat masa bahwa dapat diatasi oleh kerja sama di antara elit-elit politik. Dalam konteks kepartaian, para pemimpin partai adalah elit politik.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa partai politik dapat menjadi penghubung psikologis dan organisasi antara warga negara dengan pemerintahnya. Selain itu juga melakukan konsolidasi dan artikulasi tuntutan-tuntutan yang beragam yang berkembang di berbagai kelompok masyarakat. Partai politik juga merekrut orang-orang untuk diikut sertakan dalam kontes pemilihan wakil-wakil rakyat dan menemukan orang-orang yang cakap untuk menduduki posisi-posisi eksekutif. Pelaksanaan fungsi-fungsi ini dapat dijadikan instrument untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan partai politik di negara demokrasi. Di pihak lain, dapat dilihat bahwa sering kali partai malahan mempertajam pertentangan yang ada, jika hal ini terjadi dalam suatu masyarakat

yang rendah kadar konsensus nasionalnya, peran semacam ini dapat membahayakan stabilitas politik.18

D. Ideaologi dan Sistem Partai Politik

Era reformasi memberikan dampak munculnya partai-partai baru baik non Islam atau yang berbendera Islam dengan sistem yang berbeda, diantaranya PPP sebagai partai Islam yang berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menganut sistem multi partai. Hal ini perlu dianalisis dan diteliti kembali tentang prilaku partai-partai sebagai bagian dari suatu sistem, yang dinamakan “sistem kepartaian” (party sistems). Duverger mengklasifikasikan sistem kepartaian menjadi tiga kategori, yaitu sistem partai-tunggal, sistem dwi-partrai dan sistem multi-partai.

1. Sistem Partai-Tunggal

Ada beberapa pengamat yang berpendapat bahwa istilah sistem partai-tunggal merupakan istilah yang menyangkal diri sendiri (contradiction in terminis), karena suatu sistem selalu mengandung lebih dari satu bagian (pars). Namun demikian, istilah ini telah tersebar luas di kalangan masyarakat dan dipakai baik untuk partai yang benar-benar merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa partai lain. Dalam kategori terakhir terdapat banyak variasi.19

18

Ibid., h. 410.

19

2. Sistem Dwi-Partai

Pengertian sistem dwi-partai biasanya diartikan bahwa ada dua partai di antara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran, dan dengan demikian mempunyai kedudukan dominant. Dewasa ini hanya beberapa negara yang memiliki ciri-ciri sistem dwi-partai, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Filipina, Kanada dan Selandia Baru. Oleh Maurice Duverger malahan dikatakan bahwa sistem ini adalah khas Anglo Saxon.

Dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi dalam partai yang berkuasa (Karena menang dalam pemilihan umum) dan partai oposisi (karena kalah dalam pemilihan umum). Dengan demikian jelas di mana letak tanggung jawab mengenai pelaksanaan kebijakan umum. Dalam sistem ini partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama tapi yang setia (loyal opposition) terhadap kebijakan partai yang duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian bahwa peran ini sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam persaingan memenangkan pemilihan umum kedua partai berusaha untuk merebut dukungan orang-orang

Dokumen terkait