• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Uji Analisis Data

2. Partial Least Square (PLS)

Teknik pengolahan data dengan menggunakan pendekatan SEM

yang berbasis Partial Least Square (PLS) memerlukan 2 tahap untuk

menilai Fit Model pada sebuah model penelitian. Tahap-tahap tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Menilai Outer Model Atau Measurement Model

Outer Model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model, mendefinisikan karakteristik konstruk dengan variabel manifesnya. Teknik analisa data dengan menggunakan

SmartPLS ada tiga kriteria untuk menilai outer model refleksif yaitu Convergent Validity, Discriminant Validity, dan Composite Reliability. Convergent Validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score yang diestimasi dengan software PLS.

81 Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih

dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin

(1998) dalam (Ghozali 2011:25) untuk penelitian tahap awal dari

pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6

dianggap cukup memadai.

Discriminant Validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai dengan membandingkan nilai Root of Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara kosntruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika AVE setiap

konstruk lebih besar dari pada nilai korelasi antara kostruk dengan

konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai

Discriminant Validity yang baik (Fornell dan Lacker, 1981 dalam Ghozali, 2011:25). Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar

dari 0,50. Composite Reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan menggunakan internal consistency yang dikembangkan oleh Wert et. Al (1979) dalam Ghozali (2011). Variabel memiliki reliabilitas komposit yang baik

jika memiliki composite reliability ≥ 0,70, walaupun bukan merupakan standar absolut.

1) Outer Model atau Measurement Model Variabel Asimetri Informasi

Variabel Asimetri Informasi diukur oleh satu indikator

yaitu bid-ask spread. Dalam penelitian ini asimetri informasi merupakan model reflektif. Uji terhadap outer loading

82 bertujuan untuk melihat korelasi antara score item atau indikator dengan konstruknya. Indikator dianggap reliable jika

memiliki nilai korelasi diatas 0,70, namun dalam taham

pengembangan korelasi 0,50 msaih dapat diterima (Gozali,

2011:25). Untuk lebih jelas hasil pengolahan data dapat dilihat

pada lampiran, gambar berikut ini adalah ringkasan pengolahan

d a t a d e

ngan menggunakan SmartPLS.

Sumber: Output SmartPLS (2015)

Gambar 4.1

Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Asimetri Informasi

Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS memperlihatkan nilai outer model atau korelasi antara indikator

dengan variabel laten tidak memenuhi convergent validity. karena nilai korelasi untuk beberapa indikator tersebut berada

dibawah 0,5, yakni pada indikator AI3 dan AI4 nilai korelasi

hanya sebesar 0,268 dan 0,433, sedangkan pada indikator AI1

dan AI2 nilai korelasi sebesar 0,842 dan 0,700. Sehingga dapat 0,842 0,700 0,268 0,433 Asimetri Informasi AI1 AI2 AI3 AI4

83 disimpulkan bahwa variabel asimetri informasi dengan

indikator AI3 dan AI4 tersebut dikatakan tidak bagus.

Sedangkan untuk indikator AI1 dan AI2 tersebut dapat

dikatakan layak dan bagus.

Tabel 4.4

Nilai AVE Variabel Asimetri Informasi AVE AI 0,364211 TD 0.942331 KM 0.918492 BE 0.332617 AI * KM 0.294133 TD * KM 0.907080

Sumber: Output SMartPLS (2015), sig*5%

Nilai Ave untuk variabel asimetri informasi yaitu sebesar

0,364. Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang

direkomendasikan yaitu sebesar 0,5, yang berarti bahwa

variabel asimetri informasi adalah tidak valid dan tidak

memiliki nilai discriminant validity yang baik.

Tabel 4.5

Composite Reliability Variabel Asimetri Informasi Composite Reliability AI 0,664036 TD 0.984929 KM 0.978272 BE 0.612277 AI * KM 0.160873 TD * KM 0.993634

Sumber: Output SMartPLS (2015), sig*5%

Nilai composite reliability dari variabel asimetri informasi

adalah sebesar 0,664. Dari hasil perhitungan tersebut nilai

84 karena model masih dalam tahap pengembangan. Maka dapat

disimpulkan bahwa variabel asimetri informasi cukup reliabel.

2) Outer Model atau Measurement Model Variabel Tingkat Disclosure

Variabel tingkat disclosure perusahaan diukur dengan satu

indikator yaitu dislcoure index menggunakan model reflektif. Uji terhadap outer loading bertujuan untuk melihat korelasi antara score item atau indikator dengan konstruknya. Indikator

dianggap reliable jika memiliki nilai korelasi diatas 0,70,

namun dalam taham pengembangan korelasi 0,50 msaih dapat

diterima (Gozali, 2011: 25). Untuk lebih jelas hasil pengolahan

data dapat dilihat pada lampiran, gambar berikut ini adalah

ringkasan pengolahan data dengan menggunakan SmartPLS.

Sumber: Output SmartPLS (2015)

Gambar 4.2

Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Tingkat Disclosure

Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS memperlihatkan nilai outer model atau korelasi antara indikator

dengan variabel laten yang secara umum sudah memenuhi 0,951 0,976 0,977 0,978 Tingkat Disclosure TD3 TD4 TD2 TD1

85 convergent validity. Nilai korelasi untuk indikator tersebut diatas 0,5 yakni sebesar 0,951, 0,976, 0,977, 0,978, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut dapat dikatakan

layak atau bagus.

Tabel 4.6

Nilai AVE Variabel Tingkat Disclosure AVE AI 0,364211 TD 0.942331 KM 0.918492 BE 0.332617 AI * KM 0.294133 TD * KM 0.907080

Sumber: Output SMartPLS (2015), sig*5%

Nilai AVE untuk variabel tingkat disclosure yaitu sebesar 0,942. Hasil ini lebih besar dari nilai yang direkomendasikan

yaitu sebesar 0,5, yang berarti bahwa variabel tingkat

disclosure adalah valid dan memiliki nilai discriminant validty yang baik.

Tabel 4.7

Composite Reliability Variabel Tingkat Disclosure Composite Reliability AI 0,664036 TD 0.984929 KM 0.978272 BE 0.612277 AI * KM 0.160873 TD * KM 0.993634

Sumber: Output SMartPLS (2015), sig*5%

Nilai composite reliability dari variabel tingkat disclosure adalah sebesar 0,985. Dari hasil perhitungan tersebut nilai

composite reliability ≥ 0,7, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat disclosure adalah reliabel atau dapat dipercaya.

86 3) Outer Model atau Measurement Model Variabel Kepemilikan

Manajerial

Variabel kepemilikan manajerial diukur dengan satu

indikator yaitu % kepemilikan manajerial menggunakan model

reflektif. Dari konstruk tersebut akan dinilai loading factornya

apakah memenuhi nilai Convergent Validity atau dibawah nilai

yang dianjurkan. Hasil pengolahan data dengan menggunakan

SmartPLS untuk Loading Factor untuk variabel kepemilikan manajerial dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut:

Sumber: Output SmartPLS (2015)

Gambar 4.3

Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Kepemilikan Manajerial

Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS memperlihatkan nilai outer model atau korelasi antara indikator

dengan variabel laten yang secara umum sudah memenuhi

convergent validity. Nilai korelasi untuk indikator tersebut 0,954 0,983 0,988 0,906 Kepemilikan Manajerial KM1 KM2 KM3 KM4

87 diatas 0,5, yakin sebesar 0,954, 0,983, 0,988, 0,906, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut dapat dikatakan

layak atau bagus.

Tabel 4.8

Nilai AVE Variabel Kepemilikan Manajerial AVE AI 0,364211 TD 0.942331 KM 0.918492 BE 0.332617 AI * KM 0.294133 TD * KM 0.907080

Sumber: Output SMartPLS (2015), sig*5%

Nilai AVE untuk variabel kepemilikan manajerial yaitu

sebesar 0,918. Hasil ini lebih besar dari nilai yang

direkomendasikan yaitu sebesar 0,5, yang berarti bahwa

variabel kepemilikan manaejerial adalah valid dan memiliki

nilai discriminant validiy yang baik.

Tabel 4.9

Composite Reliability Variabel Kepemilikan Manajerial Composite Reliability AI 0,664036 TD 0.984929 KM 0.978272 BE 0.612277 AI * KM 0.160873 TD * KM 0.993634

Sumber: Output SMartPLS (2015), sig*5%

Nilai composite reliability dari variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,978. Dari hasil perhitungan

tersebut nilai composite reliability ≥ 0,7, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial adalah

88 4) Outer Model atau Measurement Model Biaya Ekuitas

Variabel biaya ekuitas diukur dengan satu indikator yaitu

Capital Asset Pricing Model (CAPM) menggunakan model reflektf. Hasil pengolahan data dengan menggunakan

SmartPLS untuk Loading Factor untuk variabel biaya ekuitas dapat dilihat pada gambar 4.4 sebagai berikut:

Sumber: Output SmartPLS (2015)

Gambar 4.4

Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Biaya Ekuitas

Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS memperlihatkan nilai outer model atau korelasi antara indikator

dengan variabel laten tidak memenuhi convergent validity. karena nilai korelasi untuk beberapa indikator tersebut berada

dibawah 0,5, yakni pada indikator BE2 dan BE3 nilai korelasi

hanya sebesar 0,404 dan 0,177, sedangkan pada indikator BE1

dan BE4 nilai korelasi sebesar 0,898 dan 0,574. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel biaya ekuitas dengan indikator

BE2 dan BE3 tersebut dikatakan tidak bagus. Sedangkan untuk

indikator BE1 dan BE4 tersebut dikatakan layak dan bagus. 0,898 0,404 0,177 0,574 Biaya Ekuitas BE1 BE2 BE3 BE4

89 Tabel 4.10

Nilai AVE Variabel Biaya Ekuitas AVE AI 0,364211 TD 0.942331 KM 0.918492 BE 0.332617 AI * KM 0.294133 TD * KM 0.907080

Sumber: Output SMartPLS (2015), sig*5%

Nilai Ave untuk variabel biaya ekuitas yaitu sebesar 0,333.

Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang

direkomendasikan yaitu sebesar 0,5, yang berarti bahwa

variabel biaya ekuitas adalah tidak valid dan tidak memiliki

nilai discriminant validity yang baik.

Tabel 4.11

Composite Reliability Variabel Biaya Ekuitas Composite Reliability AI 0,664036 TD 0.984929 KM 0.978272 BE 0.612277 AI * KM 0.160873 TD * KM 0.993634

Sumber: Output SMartPLS (2015), sig*5%

Nilai composite reliability dari variabel biaya ekuitas adalah sebesar 0,612. Dari hasil perhitungan tersebut nilai

composite reliability ≤ 0,7, hasil ini masih dapat ditolerir karena model masih dalam tahap pengembangan. Maka dapat

90 b. Menilai Inner Model atau Structural Model

Pengujian inner model atau model structural dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel, nilai signifikansi dan R-square

dari model penelitian. Penilaian model PLS dimulai dengan

melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan

nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel

laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah

mempunyai pengaruh yang subtantif. Tabel berikut ini merupakan

hasil estimasi R-square dengan menggunakan SmartPLS.

Tabel 4.12 Nilai R-SQUARE R Square AI TD KM BE 0,579156 AI * KM TD * KM

Sumber: Output SMartPLS (2015), sig*5%

Tabel 4.11 ini menunjukkan nilai R-square konstruk BE (biaya

ekuitas) sebesar 0,579. Semakin tinggi nilai R-square, maka

semakin besar kemampuan variabel independen tersebut dapat

menjelaskan variabel dependen sehingga semakin baik persamaan

struktural. Variabel BE (biaya ekuitas) memiliki nilai R-square

sebesar 0,579 yang berarti 57,9% variance AI (asimetri informasi),

TD (tingkat disclosure), dan KM (kepemilikan manajerial) mampu

91 3. Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil hipotesis yang diajukan, dapat dilihat dari besarnya nilai

t-statistik. Nilai t-statistik diperbandingkan dengan nilai t-tabel yang

ditentukan dalam penelitian ini adalah sebesar 1,9776 dimana

diketahui nilai df sebesar 136 (jumlah sampel dikurangi tahun

penelitian: 140-4) dan α sebesar 0,05 (two tailed). Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah ± 1,9776,

dimana apabila nilai t berada pada rentang nilai -1,9776 dan 1,9776

maka hipotesis akan ditolak atau dengan kata lain menerima hipotesis

nol (H0). Tabel 4.6 memberikan output estimasi untuk pengujian model struktural.

Tabel 4.13

Result For Inner Weights Hipotesis Variabel

Original Sample Estimate

Standard

Deviation T-Statistic Kesimpulan Ha1 AI → BE -0.380793 0.066214 5.750926* Diterima Ha2 TD → BE -0.109953 0.084836 1.296059 Ditolak Ha3 Kε → BE 0.225384 0.084742 2.659637* Diterima Ha4 AI * Kε → BE 0.457677 0.071999 6.356720* Diterima Ha5 TD * Kε → BE -0.111340 0.078757 1.413723 Ditolak

Sumber: Output SmartPLS (2015), *Sig 5%

Tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh AI (asimetri informasi)

terhadap BE (biaya ekuitas) sebesar -0,380793 dan signifikan pada

0,05 (5,750926 >1,9776). Pengaruh TD (tingkat disclosure) terhadap BE (biaya ekuitas) sebesar -0,109953 dan tidak signifikan pada 0,05

(1,296059<1,9776). Pengaruh KM (kepemilikan manajerial) terhadap

BE (biaya ekuitas) sebesar 0,225384 dan signifikan pada 0,05

92 (kepemilikan manajerial) terhadap BE (biaya ekuitas) sebesar

0,457677 dan signifikan pada 0,05 (6,356720>1,9776). Pengaruh TD

(tingkat disclosure) dengan KM (kepemilikan manajerial) terhadap BE

(biaya ekuitas) sebesar -0,111340 dan tidak signifikan pada 0,05

(1,413723<1,9776).

a. Hipotesis 1 (Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Biaya Ekuitas)

Hipotesis pertama (Ha1) menyatakan bahwa asimetri informasi

berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Hasil uji terhadap koefisien

parameter antara asimetri informasi terhadap biaya ekuitas

menunjukkan adanya pengaruh negatif sebesar -0,380793 dengan

nilai t-statistik 5.750926 dan signifikan pada 0,05. Nilai statistik

tersebut diatas 1,9776, dengan demikian hipotesis pertama (Ha1)

dapat diterima.

Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa

asimetri informasi yang diukur dengan menggunakan bid-ask-spread berpengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas yang diproksikan dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) pada periode 2010-2013. Pembuktian ini berhasil mendukung teori

keagenan (Agency Theory), yang menyatakan bahwa semakin

banyak informasi yang disembunyikan oleh pihak agen, maka akan

semakin tinggi risiko yang harus ditanggung oleh pemilik modal.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Putri (2013) dan Indayani dan Mutia (2013), yang

93 terhadap biaya ekuitas perusahaan, yang berarti setiap peningkatan

asimetri informasi akan menurunkan biaya ekuitas, dan sebaliknya

setiap penurunan asimetri informasi akan meningkatkan biaya

ekuitas perusahaan. Dimana ketika terdapat asimetri informasi

maka keputusan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi

harga saham. Semakin meningkat kesenjangan antara manajer

dengan investor maka harga saham menjadi tidak stabil karena

keputusan yang diambil oleh manajer. Dan karena asimetri

informasi terjadi antara investor yang lebih informed. Informed

akan menimbulkan biaya transaksi dan menurunkan likuiditas

sehingga biaya ekuitas juga akan menurun. Tetapi hasil penelitian

ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni

(2003) dan Purwanto (2013), yang menunjukkan bahwa adanya

pengaruh hubungan positif antara asimetri informasi dengan biaya

ekuitas perusahaan.

b. Hipotesis 2 (Pengaruh Tingkat Disclosure terhadap Biaya Ekuitas)

Hipotesis kedua (Ha2) menyatakan bahwa tingkat disclosure berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas. Hasil uji terhadap

koefisien parameter antara tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas menunjukkan adanya pengaruh negatif sebesar -0,109953

dengan nilai t-statistik sebesar 1,296059 tetapi tidak signifikan

pada 0,05. Nilai t-statistik tersebut lebih kecil dari 1,9776, dengan

94 Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa tingkat

disclosure yang diukur dengan disclosure index tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas yang diproksikan dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) pada periode 2010-2013. Pembuktin ini tidak berhasil membuktikan bahwa tingkat pengungkapan laporan

keuangan perusahaan dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya

tingkat pengembalian saham.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Adrian (2013) yang menyatakan bahwa tingkat disclosure tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas. Tetapi, hasil

penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Murni (2003), yang menyatakan bahwa semakin luas

pengungkapan maka semakin rendah tingkat biaya ekuitas, karena

manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela jika

manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi tersebut

lebih besar dari biayanya.

c. Hipotesis 3 (Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Biaya

Ekuitas)

Hipotesis ketiga (Ha3) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Hasil uji terhadap

koefisien parameter antara kepemilikan manajerial terhadap biaya

ekuitas menunjukkan pengaruh sebesar 0,225384 dengan nilai

95 tersebut diatas 1,9776, dengan demikian hipotesis ketiga (Ha3)

dapat diterima.

Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa

kepemilikan manajerial yang diukur dengan % kepemilikan

manajerial berpengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas yang

diproksikan dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) pada periode 2010-2013. Pembuktian ini berhasil mendukung teori

apabila kepemilikan manajerial sebagai pemegang saham

mayoritas/tertinggi maka akan memiliki biaya ekuitas yang lebih

tinggi. Hal ini disebabkan karena control yang dimiliki dipegang

oleh pemegang saham mayoritas dan peluang untuk memperoleh

keuntungan pribadi menjadi lebih besar sehingga pemegang saham

menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk

mengkompensasi risiko tersebut.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Natalia dan Yen Sun (2013). Dalam penelitiannya

kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif yang tidak

signifikan terhadap biaya ekuitas karena persentase kepemilikan

manajerial yang relatif lebih kecil pada sampel yang diuji.

d. Hipotesis 4 (Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Biaya Ekuitas

dengan Kepemilikan Manajeral sebagai Variabel Moderating)

Hipotesis keempat (Ha4) menyatakan bahwa asimetri informasi

dengan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap biaya

96 informasi dengan kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas

menunjukkan pengaruh sebesar 0,457677 dengan nilai t-statistik

sebesar 6,356720 dan signifikan pada 0,05. Nilai t-statistik tersebut

diatas 1,9776, dengan demikian hipotesis keempat (Ha4) dapat

diterima.

Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa asimetri

informasi yang diukur dengan menggunakan bid-ask spread dengan kepemilikan manajerial yang diukur dengan % kepemilikan

manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap biaya ekuitas

yang diproksikan dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) pada periode 2010-2013. Pembuktian ini berhasil mendukung teori

keagenan (Agency Theory), yang membahas hubungan antara

principal (pemilik dan pemegang saham) dan agen (manajemen),

dimana teori keagenan menganggap kepemilikan manajerial

sebagai suatu instrument atau alat yang dapat digunakan untuk

mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap

perusahaan seperti tingkat pengembalian. Karena tujuan

manajemen adalah untuk mengutamakan kepentingan pribadinya,

dan dengan kepemilikan manajerial diyakini dapat mengurangi

ketidakseimbangan informasi antara insider dan outsider.

e. Hipotesis 5 (Pengaruh Tingkat Disclosure terhadap Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating)

Hipotesis kelima (Ha5) menyatakan bahwa tingkat disclosure dengan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap biaya

97 ekuitas. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara tingkat

disclosure dengan kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas menunjukkan adanya negatif sebesar -0,111340 dengan nilai

statistik sebear 1,413723 tetapi tidak signifikan pada 0,05. Nilai

t-statistik tersebut lebih kecil dari 1,9776, dengan demikian hipotesis

kelima (Ha5) tidak dapat diterima.

Hasil pengujian hipotesis kelima membuktikan bahwa tingkat

disclosure yang diukur dengan disclosure index dengan kepemilikan manajerial yang diukur dengan % kepemilikan saham

sebagai variabel moderasi tidak berpengaruh terhadap biaya

ekuitas yang diproksikan dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) pada periode 2010-2013. Pembuktin ini tidak berhasil

membuktikan bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan

perusahaan dengan kepemilikan manajerial dapat memperkuat

pengaruh terhadap tinggi-rendahnya tingkat pengembalian saham.

Dengan kata lain, kepemilikan manajerial sebagai variabel

moderasi dinyatakan memperlemah hubungan antara tingkat

98 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asimetri

informasi dan tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas dengan

kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating. Sampel penelitian ini

adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Total sampel yang

digunakan sebanyak 35 perusahaan dengan 140 data perusahaan selama 4

tahun. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya,

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa asimetri

informasi yang diukur dengan menggunakan bid-ask spread berpengaruh terhadap biaya ekuitas yang diproksikan dengan capital asset pricing model (CAPM).

2. Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa tingkat

disclosure yang diukur dengan disclosure index tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas yang diproksikan dengan capital asset pricing model (CAPM).

Dokumen terkait