i
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN TINGKAT DISCLOSURE TERHADAP BIAYA EKUITAS DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
RATRI NURJANATI NIM: 1111082000115
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Ratri Nurjanati
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Januari 1994 3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Pinang Emas XII Rt. 010/003 No. 26
Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama Jakarta Selatan, 12310
6. Telepon : 0882 1144 3699 (HP) 7. Email : ratrirats@yahoo.com
8. Ayah : Muhammad Saebani
9. Ibu : Sudaryanti
10. Anak ke-, dari : 1 dari 2 bersaudara
II. PENDIDIKAN
1. Tahun 1999 – 2005 : SD Negeri 09 Pagi Manggarai Jakarta 2. Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri 3 Jakarta
3. Tahun 2008 – 2011 : SMA Negeri 87 Jakarta
4. Tahun 2011 – 2015 : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pengurus Bidang Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Periode 2012 – 2013.
2. Sekretaris Koordinator Bidang Seni dan Budaya Himpunan Mahasiswa
vii 3. Sekretaris Bidang 3 (Hubungan Masyarakat dan Data dan Informasi)
Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Periode 2013 – 2014.
4. Ketua SEISDANCE (Tari Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis) Periode
2013 – 2014.
5. Wakil Bendahara Umum Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Pergerakan Mahsiswa Islam Indonesia (PMII) Periode 2013 – 2014.
IV. PENGALAMAN KEPANITIAAN
1. Koordinator Divisi Bazaar Milad Fakultas Ekonomi dan Bisnis Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun 2012.
2. Bendahara Umum Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) Komisariat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis PMII Tahun 2012.
3. Wakil Sekretaris Dekan Cup Fakultas Ekonomi dan Bisnis Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun 2012.
4. Ketua TRIVIA (Togetherness in Adventure with Accounting) atau Makrab
(Malam Keakraban) Akuntansi Himpunan Jurusan Akuntansi Tahun 2013.
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Sebagai peserta dalam “Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi:, βγ September 2013, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sebagai peserta dalam “ Peluang dan Tantangan Profesi Akuntan”, 17 April 2014, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sebagai peserta dalam “Kredibilitas Seorang Akuntan dalam εenghadapi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia”, 1δ εaret β01δ, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii THE INFLUENCE OF INFORMATION ASYMMETRY AND LEVEL OF DISLCOSURE TO COST OF EQUITY WITH MANAGERIAL OWNERSHIP AS MODERATING VARIABLE
(Study on Manufacturing Companies listed in the Indonesian Stock Exchange During Years 2010-2013)
ABSTRACT
This study aimed to: (1) analyze the information asymmetry to cost of equity, (2) to analyze the level of disclosure to cost of equity, (3) to analyze the managerial ownership to cost of equity of the manufacturing industry which are listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2010-2013. The cost of equity practices used in this study is the development of research from Indayani and Mutia (2013), which measures the cost of equity using 2 perspectives, that is: information asymmetry and voluntary disclosure. And this research adds perspective managerial ownership as moderating variable.
This research is a quantitative study, it was also using positive economics scientific research. Type of this research is descriptive method used is based on literature survey. This research used samples of 35 manufacturing industry which are listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2010-2013. The sample selection method used purposive sampling method. The type of data used in this research was secondary data in the form of annual reports and financial statements of the company. Hypothesis in this research were tested by Partial Least Square (PLS) with SmartPLS version 2.0.M3.
Result of research conducted by Indayani and Mutia (2013), indicate that information asymmetry and voluntary disclosure influences to cost of equity, which means that any increasing in information asymmetry and voluntary disclosure will increase the cost of equity, and conversely any decreasing information asymmetry and voluntary disclosure would decrease the cost of equity. Result of this study indicate that: (1) information asymmetry influences to cost of equity, (2) level of disclosure does not influences to cost of equity, (3) managerial ownership influences to cost of equity.
ix PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN TINGKAT DISCLOSURE TERHADAP BIAYA EKUITAS DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh asimetri informasi terhadap biaya ekuitas, (2) menganalisis pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas, (3) menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indnesia (BEI) tahun 2010-2013. Biaya ekuitas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Indayani dan Mutia (2013), yang mengukur biaya ekuitas dengan 2 perspektif, yaitu: informasi asimetri dan voluntary disclosure. Dan dalam penelitian ini menambahkan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan keilmuan berupa ekonomi positif. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode yang digunakan berdasarkan survey literatur. Penelitian ini menggunakan 35 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan bantuan software SmartPLS versi 2.0.M3.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indayani dan Mutia (2013), menunjukkan bahwa informasi asimetri dan voluntary disclosure berpengaruh terhadap biaya ekuitas, yang berarti setiap peningkatan asimetri informasi dan voluntary disclosure akan meningkatkan biaya ekuitas dan sebaliknya setiap penurunan informasi asimetri dan voluntary disclosure akan menurunkan biaya ekuitas. Sedangkan, hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) asimetri informasi berpengaruh terhadap biaya ekuitas, (2) tingkat disclosure tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas, (3) kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap biaya ekuitas.
x KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Kedua orang tua yang paling saya cintai yaitu Ayahanda Muhammad Saebani
dan Ibunda Sudaryanti yang dengan ikhlas memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, cinta, bimbingan, nasihat,
serta dukungan moril maupun materil serta doa tiada henti kepada penulis. 2. Adik saya Rino Adi Pangestu yang senantiasa memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis, dan selalu mengantar jemput ke kampus.
3. Dr. M. Arief Mufraeni, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing I, terimakasih atas
waktu yang telah diluangkan untuk ilmu, arahan dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang telah Bapak berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing II,
xi 6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA., selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan ilmu-ilmu kepada penulis.
8. Seluruh staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat tercinta Nur Vitriani, Fitriyanti, Vania Eka Putri, Najmiyatul Husna, Na’ama Iklila Aelia, δiliek Khanah Aisyah, dan Eva εusyarofah yang tidak pernah lelah untuk memberikan semangat, dorongan, nasihat, dan doanya.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan Akuntansi B 2011, Irlan, Rafiq, Haekal,
Ichwan, Yudho, Rian, Vicky, Nunu, dan seluruh Akuntansi B yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih telah menjadi teman seperjuangan. 11. Sahabat-sahabat seperjuangan Akuntansi 2011, terimakasih banyak atas
bantuan, support, doa, serta kenangan yang telah diberikan selama menempuh perjalanan selama kuliah. See u on top Guys!
12. Sahabat-sahabat yang selalu menemani dalam suka dan duka, Gita Syardiana,
Monawaroh, Rika Pratiwi, Indana Mutiara, M. Ilham Abrar, Muhammad Caesar (Eca), dan Rizky Badilla Akbar (Bea), terimakasih telah memberikan canda dan tawanya selama perjalanan kuliah.
13. Terimakasih untuk partner yang selalu memberikan semangat dalam
pembuatan skripsi ini, Fahmi Nur Islami. Terimakasih atas waktu, tenaga, fikiran, doa, dan dukungan, serta memberikan canda tawanya.
14. Sahabat-sahabat yang telah memberikan semangat, Dhea, Aya, Nita, Cuplis,
Kahfi, Ipul. Terimakasih telah memberikan dorongan dan canda tawanya. 15. Sahabat-sahabati di HMJ Akuntansi dan PMII KOMFEIS, Wahyu, Mufti, Try,
Ujang, Adi, Arghea, dan semua anggota HMJ Akuntansi dan kader PMII. Terimakasih atas semua pembelajaran dan kebersamaannya selama kuliah. 16. Sahabat-sahabati BPH PMII KOMFEIS, Ketum Anggit, Sekum Bashir,
xii Walad, Haikal, Eki, Ipul, dan Isti. Terimakasih atas semua pengalaman dan pembelajaran organisasi yang telah dibangun bersama.
17. Teman-teman KKN SINEMA, Andin, Any, Hanum, Putri, Rifqi, Mawan,
Adhi, Firman, Gilang, Dodo, Kholid, dan Ipang. Terimakasih atas canda tawa dan pembelajaran bersamanya selama sebulan penuh di Desa Tapos 2.
18. Terimakasih untuk Kak Alif dan Kak Umi atas waktu dan ilmu yang telah
diberikan yang pasti sedikit banyak berkontribusi dalam skripsi ini.
19. Sahabat-sahabati, Kakak-kakak, dan Adik-adik di Himpunan Mahasiswa
Jurusan Akuntansi dan PMII Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih sebanyak-banyaknya atas dukungan dan doanya untuk penulis. 20. Seluruh anggota Tim SEISDANCE yang telah menorehkan banyak prestasi
dalam bidang tari saman. Terimakasih teman-teman dan adik-adik yang telah mengisi kebersamaan dalam melakukan hobi bersama, Nia, Dina, Ella, Anek, Fizah, Vivi, Riri, Latul, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Keep dancing! Dan lanjutkan perjuangkan SEISMOGRAF!
21. Dan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarekanan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Wasslamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 25 September 2015
xiii DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi
ABSTRACT ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15
1. Tujuan Penelitian ... 15
2. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17
A. Landasan Teori ... 17
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 17
xiv
a. Pengertian dan Fungsi Biaya Ekuitas ... 19
b. Komponen Biaya Ekuitas ... 20
c. Capital Asset Pricing Model (CAPM) ... 21
3. Asimetri Informasi ... 25
a. Tipe Asimetri Informasi ... 27
b. Bid-Ask Spread ... 27
4. Tingkat Disclosure ... 29
a. Disclosure Index ... 31
5. Kepemilikan Manajerial ... 32
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 36
C. Kerangka Pemikiran ... 41
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48
B. Metode Penentuan Sampel ... 49
C. Metode Pengumpulan Data ... 50
D. Metode Analisis Data ... 52
1. Statistik Deskriptif ... 52
2. Uji Hipotesis ... 52
a. Spesifikasi Model ... 54
1. Inner Model ... 55
2. Outer Model ... 56
xv
1. Convergent Validity ... 58
2. Discriminant Validity ... 58
3. Composite Reliability ... 59
4. R-Squared (R2) ... 60
E. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 60
F. Operasional variabel Penelitian ... 67
1. Variabel Dependen ... 67
2. Variabel Independen ... 70
3. Variabel Moderating ... 72
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 74
1. Deskripsi Objek Penelitian... 74
B. Deskripsi Sampel ... 75
C. Hasil Uji Analisis Data ... 77
1. Statistik Deskriptif ... 77
2. Partial Least Square (PLS) ... 78
3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 88
BAB V PENUTUP ... 96
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI 2010-2013 ... 3
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 36
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 73
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian ... 75
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Manufaktur ... 76
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif ... 77
Tabel 4.4 Nilai AVE Variabel Asimetri Informasi ... 81
Tabel 4.5 Nilai Composite Reliability Variabel Asimetri Informasi ... 81
Tabel 4.6 Nilai AVE Variabel Tingkat Disclosure ... 83
Tabel 4.7 Nilai Composite Reliability Variabel Tingkat Disclosure ... 83
Tabel 4.8 Nilai AVE Variabel Kepemilikan Manajerial... 85
Tabel 4.9 Nilai Composite Reliability Variabel Kepemilikan Manajerial .... 85
Tabel 4.10 Nilai AVE Variabel Biaya Ekuitas ... 87
Tabel 4.11 Nilai Composite Reliability Variabel Biaya Ekuitas ... 87
Tabel 4.12 Nilai R-Square ... 88
xvii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 41
Gambar 3.1 Hipotesis Pertama Hubungan Asimetri Informasi Terhadap
Biaya Ekuitas ... 61
Gambar 3.2 Hipotesis Kedua Hubungan Tingkat Disclosure Terhadap
Biaya Ekuitas ... 62
Gambar 3.3 Hipotesis Ketiga Hubungan Kepemilikan Manajerial Terhadap
Biaya Ekuitas ... 63
Gambar 3.4 Hipotesis Keempat Hubungan Asimetri Informasi Terhadap
Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial sebagai
Variabel Moderating ... 64
Gambar 3.5 Hipotesis Kelima Hubungan Tingkat Disclosure Terhadap
Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial sebagai
Variabel Moderating ... 66
Gambar 4.1 Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Asimetri
Informasi ... 80
Gambar 4.2 Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Tingkat
Disclosure ... 82
Gambar 4.3 Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Kepemilikan
Manajerial ... 84
Gambar 4.4 Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Biaya
xviii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Item Pengungkapan ... 103
Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan ... 108
Lampiran 3 Daftar Rincian Data Perusahaan 2010-2013 ... 110
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan. Ringkasan tersebut terdiri dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Sebagaimana yang
dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1, laporan
keuangan untuk tujuan umum disusun dengan tujuan untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung
jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Pada laporan keuangan, modal
perusahaan dicatat di sisi pasiva yang menunjukkan sumber dana
perusahaan. Di sisi lain, perusahaan sebagai pihak yang menerbitkan
statemen keuangan menggunakan statemen tersebut sebagai media untuk
mendapatkan pendanaan, baik pendanaan kewajiban maupun ekuitas.
Dalam melakukan pemenuhan dana, perusahaan dapat memperoleh dana
tersebut dari dalam perusahaan (modal sendiri) dan dari luar perusahaan
(modal asing) (Mayangsari, 2003: 1255).
Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,
2 berguna untuk investor, kreditur, dan pemakai lain dalam pengambilan
keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis dan rasional.
Menurut Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No.
SE-02/PM/2002, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu, laporan keuangan yang
dibuat haruslah relevan agar tidak menyesatkan pengguna laporan
keuangan dalam membuat keputusan, salah satunya yaitu keputusan
investasi.
Era globalisasi ini memunculkan persaingan bebas yang membuat
persaingan antar perusahaan semakin meningkat. Semakin ketatnya
persaingan antar perusahaan ini membuat perusahaan melakukan
perluasan usaha agar dapat bertahan dan mampu bersaing. Perluasan usaha
berdampak pada kebutuhan dana yang semakin meningkat. Kebutuhan
dana yang terus meningkat seiring dengan peningkatan operasi perusahaan
akan menyulitkan perusahaan tersebut untuk memenuhinya. Oleh sebab
itu, dalam menjalankan kegiatan operasional, perusahaan membutuhkan
dana tambahan dari pihak lain seperti investor dan kreditur. Pihak
eksternal membutuhkan informasi yang dapat menggambarkan kondisi
perusahaan, informasi tersebut disajikan di dalam laporan keuangan.
Bursa efek atau Pasar modal adalah satu tempat yang menyediakan
3 maupun saham atau sekuritas lain, dengan masa berlaku lebih dari satu
tahun. Artinya bursa efek atau pasar modal merupakan media yang
menyediakan fasilitas yang dapat mempertemukan dua kepentingan yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) yang akan memberikan
dana dengan pihak yang membutuhkan dana (issuer), sehingga perusahaan
dapat memperoleh tambahan dana yang dibutuhkan melalui pasar modal
dengan penerbitan saham atau obligasi yang akan diperjual belikan di
pasar modal (Gumanti, 2011).
Berkembangnya pasar modal di Indonesia, ditandai dengan
semakin banyaknya perusahaan yang listing di BEI dan kebutuhan
informasi yang semakin meningkat. Informasi dibutuhkan investor karena
berhubungan dengan biaya yang akan dikeluarkan oleh investor dalam
berinvestasi atau menanamkan modalnya. Perusahaan manufaktur adalah
salah satu sektor industri yang paling dilirik oleh investor untuk
menanamkan modalnya, karena perusahaan manufaktur tidak terikat pada
aturan pemerintah, serta perusahaan manufaktur merupakan salah satu
asset yang memiliki peranan penting dalam menghadapi era persaingan
bebas, karena perusahaan manufaktur dituntut untuk semakin efektif
dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Dan selain itu karena
biasanya perusahaan manufaktur menjanjikan pengembalian saham yang
tinggi. Berikut disajikan data mengenai perkembangan harga saham
4 Tabel 1.1
Harga Saham Perusahaan Manufaktur dan IHSG di BEI Tahun 2010-2013
Indikator Tahun Keterangan
2010 2011 2012 2013
IHSG 3,095.13 3,746.07 4,118.83 4,606.25 Berfluktuasi CTBN 2,618.18 3,108.33 4,527.08 4,595.83 Berfluktuasi INDF 4,345.83 5,252.08 5,300.00 6900.00 Berfluktuasi SMSM 1,036.67 1,244.17 2,103.33 2,793.75 Berfluktuasi Sumber: www.SahamOK.com
Sesuai dengan data yang disajikan dalam table 1.1 harga saham
terus berfluktuasi setiap tahunnya. Adanya fluktuasi ini disebabkan karena
adanya respon yang berbeda dari setiap investor terhadap
informasi-informasi yang terdapat di pasar.
Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan
penyalur informasi yang bermanfaat baik bagi perusahaan yang listing di
BEI maupun bagi stakeholder. Investor lebih menyukai perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak informasi tentang perusahaannya, dengan
demikian mereka menganggap risiko perusahaan tersebut rendah. Apabila
risiko perusahaan dianggap rendah oleh investor, maka tingkat
pengembalian yang diminta juga rendah. Dengan demikian tingkat biaya
modal yang dikeluarkan perusahaan juga rendah (Tandelilin, 2001).
Sehingga biaya modal dapat diidentifikasikan sebagai tingkat return minimum yang disyaratkan oleh pengguna modal ekuitas atas investasi. Semakin tinggi tingkat pengembalian yang disyaratkan maka biaya modal
akan semakin meningkat. Namun, dilihat dari perekonomian Indonesia
saat ini, fenomena yang terjadi adalah semakin tingginya biaya modal
5 mana sedikitnya perusahaan yang melakukan penawaran umum saham,
dan rendahnya aktivitas perusahaan untuk mencari dana. Secara umum,
keputusan investasi sangat tergantung pada kemampuan investasi tersebut
untuk memenuhi biaya modal yang ditanggung dari dana yang
diinvestasikan tersebut (Indayani dan Mutia, 2013:373).
Biaya modal ini berkaitan dengan risiko investasi saham
perusahaan. Perusahaan dapat memperoleh modal ekuitas dengan dua cara
yaitu, dengan laba perusahaan dan dengan mengeluarkan saham baru.
Manajemen tidak boleh menginvestasikan uang pemegang saham jika
mereka tidak dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang sekurangnya
sama dengan apa yang diperoleh pemegang saham apabila melakukan
investasi di tempat lain dengan risiko yang sama.
Biaya modal perusahaan keseluruhan akan mencerminkan
biaya-biaya yang dikombinasikan dari semua sumber keuangan yang digunakan
perusahaan. Biaya tersebut mencerminkan proporsi pembiayaan total dari
masing-masing sumber, dan merupakan tingkat pengembalian yang harus
di dapatkan perusahaan, sehingga dapat memberikan kompensasi kepada
kreditur dan pemegang saham dengan tingkat pengembalian hasil yang
dibutuhkan. Perusahaan perlu menghitung biaya modalnya untuk membuat
keputusan investasi dan untuk menentukan kompensasi insentif dan
mencoba menjaganya untuk tetap sederhana (Khomsiyah, 2003:1008).
Terdapat biaya modal yang berasal dari ekuitas (cost of equity).
6 (cost of equity) dapat didefinisikan sebagai rate of return minimum yang disyaratkan oleh pengguna modal sendiri atas suatu investasi agar harga
saham tidak berubah. Biaya ekuitas diakui sebagai tingkat pengembalian
yang diperlukan untuk memenuhi komitmen yang dibuat kepada
pemegang saham umum korporasi. Umumnya, biaya ekuitas diharapkan
sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan dari modal yang
dipasok. Untuk menentukan biaya ekuitas perlu diketahui nilai pasar saat
ini berhubungan dengan saham.
Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia (2002),
misalnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan ekuitas sebagai
berikut (pasal 49): ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. Pada umumnya, tujuan pelaporan
informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada
yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship)
manajemen.
Biaya ekuitas merupakan tingkat pengembalian yang harus dicapai
oleh perusahaan untuk memenuhi tingkat pengembalian harapan (expected
return) para pemegang saham (Bodie et al., 2008). Biaya ekuitas yang rendah dalam suatu perusahaan menunjukkan rendahnya tingkat risiko
yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga tingkat pengembalian risiko yang
diharapkan oleh investor pun akan rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip
7 merupakan salah satu faktor penentu estimasi besarnya tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor dalam melakukan investasi
dan merupakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk bisa memperoleh dana dari investor.
Biaya ekuitas salah satunya dipengaruhi oleh asimetri informasi
yang membahas masalah keagenan. Komalasari (2000) menyebutkan
bahwa dalam teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya
asimetri informasi antara manajer sebagai agent dan pemilik (pemegang saham) sebagai principal. Hubungan agensi muncul karena adanya suatu kontrak yang dilakukan oleh satu orang atau lebih principal yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Manajer sebagai pihak pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Kreditur dan pemegang saham merupakan kelompok pemakai
informasi akuntansi yang dominan. Setiap informasi yang bermanfaat bagi
para pemakai dan kreditur juga sangat besar kemungkinannya akan
bermanfaat bagi pihak-pihak eksternal lainnya. Oleh karena itu, manajer
berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan yang
sesungguhnya kepada pemilik. Akan tetapi, adanya perbedaan kepentingan
antara manajemen dengan kreditur dan investor (pemegang saham),
8 mengungkapkan informasi yang diketahuinya kepada kreditur dan investor
dan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya (Ifonie,
2012:103). Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu
munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi.
Asimetri informasi terjadi karena adanya perbedaan kepentingan
antara manajemen dengan pemilik modal. Menurut Suwardjono (2005:74),
mengatakan bahwa karena manajemen dan investor/kreditur merupakan
pihak-pihak yang hubungan kedua pihak tersebut dipandang sebagai
hubungan keagenan, dikhawatirkan akan terjadi asimetri informasi antara
kedua pihak tersebut dengan manajemen sebagai pihak yang lebih
menguasai informasi. Menurut Supriyono (2000:186), Asimetri Informasi
adalah situasi yang terbentuk karena principal (pemegang saham) tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agent (para manajer) sehingga principal tidak pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha
agent terhadap hasil-hasil perusahaan yang sesungguhnya.
Penurunan asimetri informasi yang lebih besar dialami oleh
perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga
penurunan/kenaikan biaya modal untuk perusahaan besar adalah lebih
besar dibandingkan perusahaan kecil sebagai akibat penurunan/kenaikan
asimetri informasi (Adriani, 2013:4). Asimetri informasi menyebabkan
risiko yang akan dihadapi oleh investor juga semakin tinggi, sehingga
ketidakpastian investor dimasa yang akan datang semakin besar dan biaya
9 manajer dengan pemegang saham atau stakeholder lainnya, maka semakin
kecil biaya modal sendiri yang ditanggung oleh perusahaan (Yelly, 2008).
Selain itu, disebutkan pula aktivitas yang dilakukan oleh investor
di pasar modal ditentukan oleh informasi yang mereka peroleh baik secara
langsung (laporan publik) maupun tidak langsung (insider trading). Oleh
karena itu pelaku pasar modal mempunyai kemampuan yang terbatas
terhadap persepsi masa yang akan datang, maka adanya asimetri informasi
menimbulkan masalah adverse selection yang mendorong dealer untuk menutupi kerugian dari pedagang terinformasi dengan meningkatkan
spread-nya terhadap pedagang likuid. Jadi, dapat dikatakan bahwa asimetri informasi yang terjadi antara dealer dan pedagang terinformasi
tercermin pada spread yang ditentukannya (Indayani dan Mutia, 2013:374).
Komalasari (2000) menunjukkan bahwa dengan mengungkapkan
informasi privat maka, tuntutan investor terhadap kompensasi menurun
karena biaya transaksi juga turun sehingga komponen adverse selection dan bid-ask spread berkurang dan pada akhirnya cost of equity capital juga turun. Apabila dihubungkan dengan peningkatan kinerja perusahaan,
ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalkan nilai
perusahaan. Sinyal yang diberikan adapat dilakukan melalui
10 Investor perlu menilai ekuitas mereka yang ada pada perusahaan
melalui laporan keuangan yang disampaikan perusahaan. Pentingnya
perbaikan sistem pelaporan keuangan dan disclosure dinyatakan oleh U.S.
Securities and Exchange Commission (SEC), sebagaimana dikutip oleh Stanko (2001) dalam Business and Economic Review (BER) bahwa peranan pelaporan keuangan dan disclosure adalah untuk mengkomunikasikan informasi yang mendukung pengambilan keputusan
bisnis termasuk keputusan investasi oleh investor. Oleh karena itu
informasi yang disampaikan harus relevan, tepat waktu dan bernilai.
Stanko (2001) juga mengatakan bahwa misi utama SEC dalam peraturan mengenai fair disclosure adalah untuk memproteksi investor dan mempertahankan integritas pasar sekuritas. Pendapat yang sama juga
diutarakan oleh Healy dan Palepu (2001), yang menyatakan perlunya
komunikasi yang lebih baik antara investor dan pihak manajemen dengan
membangun strategi-strategi disclosure guna mengurangi adanya asimetri
informasi yang timbul dalam hubungan kedua pihak.
Laporan keuangan merupakan signal untuk mengkomunikasikan informasi “penting” yang dimiliki manajemen perusahaan, misalnya
perkiraan manajemen dan profitabilitas perusahaan. Laporan keuangan
yang tidak memberikan tingkat disclosure yang memadai oleh sebagian investor dipandang sebagai laporan keuangan yang berisiko. Apabila
investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi berdasarkan laporan
11 investor juga tinggi, yang pada gilirannya akan menyebabkan tingginya
biaya ekuitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (Clarkson et al.
1996:69,79)
Pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas ini, sebelumnya
telah banyak diteliti, diantaranya oleh Financial Reporting of the American
Institute of Certified Public Accountants (Jenkin Committee) sebagaimana dikutip oleh Botosan (1997:324) yang menyatakan bahwa keuntungan
pentingnya disclosure adalah biaya yang rendah untuk equity capital. Demikian pula hasil penelitian yang disimpulkan oleh Botosan (1997:346)
mendukung adanya hubungan negatif antara tingkat disclosure dan biaya ekuitas perusahaan. Meskipun memang pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas perusahaan dirasa kurang signifikan pada
perusahaan yang menjadi pusat perhatian sejumlah besar analis keuangan.
Ketika perusahaan ternyata mempunyai banyak “masalah”, maka dengan tingkat disclosure yang tinggi, semakin banyak informasi yang riskan akan diketahui oleh investor sehingga investor meminta return yang
tinggi dan akibatnya tingkat biaya ekuitas yang harus ditanggung oleh
perusahaan semakin tinggi. Financial Executive Institute juga menyatakan
bahwa bila informasi yang dilaporkan dalam disclosure tersebut adalah ditujukan pada pedagang saham (stock trader), maka hanya akan menambah ketidakstabilan harga saham, sehingga menaikkan risiko dan
12 Meskipun masih mengundang perdebatan apakah disclosure yang tinggi akan menurunkan biaya ekuitas atau sebaliknya, tampaknya semua
sepakat bahwa terdapat pengaruh tingkat disclosure yang cukup signifikan
terhadap biaya ekuitas. Menentukan tingkat disclosure atau pengungkapan
laporan keuangan suatu perusahaan yang diduga berpengaruh terhadap
tingkat biaya ekuitas perusahaan yang bersangkutan tidaklah mudah.
Pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas adalah suatu masalah yang menarik dan penting bagi komunitas pelaporan keuangan.
Berbagai penelitian lain yang meneliti pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya modal dengan metode yang berbeda-beda dan pendekatan
secara tidak langsung dilakukan oleh Botosan (1997), Komalasari dan
Baridwan (2001), Juniarti dan Junita (2003), Adriani (2013), Petrova et al., (2014).
Suatu kajian lain yang perlu diteliti adalah kepemilikan manajerial
dan dampaknya terhadap biaya ekuitas. Karena adanya hasil pro dan
kontra seputar penelitian pengaruh asimetri informasi dan tingkat
disclosure terhadap biaya ekuitas, peneliti memasukkan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating, yaitu variabel yang memperkuat
atau memperlemah hubungan antara asimetri informasi dan tingkat
disclosure terhadap biaya ekuitas. Yao dan Sun (2008) menunjukkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai pemegang
saham mayoritas memiliki biaya ekuitas yang lebih tinggi dibandingkan
13 pemegang saham mayoritas dan peluang untuk memperoleh keuntungan
pribadi lebih besar sehingga investor menginginkan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko tersebut. Di satu sisi,
kepemilikan manajerial dapat mengurangi asimetri informasi antara
manajer dan pemegang saham. Namun disisi lain, kepemilikan manajerial
juga meningkatkan insentif untuk memperoleh keuntungan pribadi yang
lebih besar.
Byun et al., (2008:140) menyatakan bahwa ketika perusahaan dimiliki secara mayoritas oleh dewan direksi tertentu, risiko informasi
menjadi lebih besar dan menyebabkan biaya ekuitas perusahaan menjadi
lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan
kepemilikan manajerial sebagai pemegang saham mayoritas dimana risiko
informasi cenderung lebih besar akan memiliki biaya ekuitas yang lebih
tinggi.
Perusahaan dengan pemegang saham yang terdiversifikasi
menuntut adanya mekanisme untuk memantau manajemen karena tidak
satupun pemegang saham yang memiliki insentif untuk mengawasi
manajemen (Asbaugh et al., 2004:2). Dengan kata lain, terdapat masalah
free rider. Namun, seiring dengan meningkatnya kepemilikan saham, insentif untuk melakukan pengawasan semakin besar.
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya masih perlu diteliti lebih
14 penentu estimasi besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor dalam melakukan investasi dan merupakan besarnya biaya yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk bisa memperoleh dana dari
investor. Maka dari itu diperlukan kepemilikan manajerial sebagai variabel
moderating untuk menurunkan asimetri informasi dan masalah keagenan
antara pemegang saham dan manajemen. Berdasarkan pemaparan yang
telah dijelaskan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Asimetri Informasi dan Tingkat Disclosure Terhadap
Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating” Yang dalam hal ini penelitian akan dilakukan pada
perusahaan-perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yaitu pada tahun 2010-2013 yang selanjutnya akan dipaparkan peneliti
lebih lanjut pada bab selanjutnya.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
Indayani dan Mutia (2013) yang menganalisa Pengaruh Informasi
Asimetri dan Voluntary Disclosure terhadap Cost of Capital pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun
terdapat beberapa perbedaan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Peneliti terdahulu menggunakan variabel independen Voluntary disclosure, sedangkan pada penelitian ini menggunakan tingkat disclosure.
2. Menggunakan variabel tambahan yaitu Kepemilikan Manajerial
15 3. Tahun pemilihan populasi dan sampel yang dilakukan penelitian
sebelumnya yaitu dari tahun 2007-2010. Sedangkan pada penelitian ini
menggunakan tahun 2010-2013.
4. Metode Analisis data pada penelitian sebelumnya menggunakan
regresi berganda dengan software SPSS, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan PLS (Partial Least Square) dengan software SmartPLS.
B. Rumusan Masalah
Setelah menguraikan latar belakang masalah diatas, maka dapat
diambil permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh asimetri informasi terhadap biaya ekuitas?
2. Bagaimana pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas?
3. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas?
4. Bagaimana pengaruh interaksi antara asimetri informasi dan
kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas?
5. Bagaimana pengaruh interaksi antara tingkat disclosure dan kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka penelitian bertujuan
untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh asimetri informasi terhadap biaya ekuitas.
16 c. Menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap biaya
ekuitas.
d. Menganalisis pengaruh interaksi antara asimetri informasi dan
kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas.
e. Menganalisis pengaruh interaksi antara tingkat disclosure dan kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah:
a) Manfaat Teoritis
1) Memahami dan menambah pengetahuan tentang pengaruh
asimetri informasi, tingkat disclosure, dan kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas
2) Sebagai bahan untuk mengembangkan materi perkuliahan dan
sebagai tambahan ilmu dari realita yang ada.
3) Sebagai sumbangan ilmiah dalam khasanah ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang akuntansi dan sebagai bahan
informasi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji
permasalahan.
b) Manfaat Praktis
1) Bagi perusahaan: menambah informasi mengenai biaya modal
untuk pertimbangan biaya-biaya dalam pendanaan
17 2) BAPEPAM dan Komite Penyusunan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK): membantu regulator dalam mengevaluasi
regulasi-regulasi dan standar akuntansi yang telah dikeluarkan.
Hasil evaluasi tersebut dapat dijadikan acuan dalam
mengeluarkan regulasi-regulasi dan standar akuntansi dimasa
yang akan datang.
3) Investor: memberikan masukan dalam rangka pengambilan
keputusan investasi atas saham-saham yang diperdagangkan di
bursa.
4) Bagi Peneliti: Memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menerapkan teori-teori yang telah dipelajari selama ini
sehingga dapat memperdalam pengetahuan tentang penelitian
dan menambah wawasan serta pemahaman tentang pengaruh
asimetri informasi dan tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel
18 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh
manajemen kepada pemegang saham atau investor dijelaskan dalam
agency theory. Menurut Jensen dan Meckling (1976:5) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah hubungan kontraktual antara pihak
yang mendelegasikan pengambilan keputusan tertentu (pemilik atau
pemegang saham sebagai principal) dengan pihak yang menerima pendelegasian tersebut (direksi atau manajemen sebagai agent).
Agency theory muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan pengelolaan yang terdapat di
perusahaan-perusahaan besar yang modern, sehingga teori perusahaan-perusahaan yang klasik
tidak bisa lagi dijadikan basis analisis perusahaan seperti itu. Pada
teori perusahaan klasik, pemilik perusahaan yang berjiwa wiraswasta,
mengendalikan sendiri perusahaannya, mengambil keputusan demi
kelangsungan hidup perusahaannya sehingga yang diharapkan adalah
maksimum profit sebagai syarat utama untuk bisa bertahan hidup dan
berkembang. Dalam konteks pemisahan kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan, selalu muncul masalah dimana kepentingan para pengelola
19 peran agency theory yang mengidentifikasi potensi konflik kepentingan antara pihak-pihak dalam perusahaan yang mempengaruhi
perilaku perusahaan dalam berbagai cara yang berbeda (Jensen dan
Warner, 1988:25).
Eisenhardt (1989:63) menyatakan bahwa teori agensi
menggunakan tiga asumsi sifat manusia: (1) manusia pada umumnya
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai
agent akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan konflik dalam
hubungan antara principal dan agent (agency conflict). Konflik ini timbul sebagai akibat keinginan manajemen (agent) untuk melakukan
tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat
mengorbankan kepentingan pemegang saham (principal) untuk
memperoleh return dan nilai jangka panjang perusahaan. Dengan demikian, terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan
dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002).
Kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan
20 Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang
saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu
manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan
bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Manajemen sebagai
pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh karena itu, manajemen wajib
mempertanggung jawabkan semua upayanya dan memberikan
informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham
berupa laporan periodik tentang usaha yang dijalankan. Dan principal
akan menilai kinerja agent-nya melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Laporan keuangan tersebut penting bagi para
pengguna eksternal, terutama karena kelompok ini berada salam
kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002).
2. Biaya Ekuitas (cost of equity)
a. Pengertian dan Fungsi Biaya Ekuitas
Biaya ekuitas/biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari
hutang, saham preferen, dan saham biasa, maupun laba ditahan untuk
mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya
21 riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang
diperlukan.
Menurut Bodie et al. (2008), biaya ekuitas adalah suatu rate tertentu yang harus dicapai oleh perusahaan untuk dapat memenuhi
imbalan yang diharapkan (expected return) oleh para pemegang saham
biasa (common stockholders) atas dana yang telah ditanamkan pada
perusahaan tersebut sesuai dengan risiko yang akan diterimanya.
Biaya ekuitas erat hubungannya dengan konsep mengenai
pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of
return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan perusahaan. Dari sisi investor,
tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat risiko dari
aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan
dana (modal), besarnya reuired rate of return merupakan biaya modal
(cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal
tersebut.
Biaya ekuitas biasanya digunakan sebagai ukuran untuk
menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi atau
tingkat diskonto (discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat
keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya
modalnya atau dari arus kas masa depan yang diharapkan (epected
22 b. Komponen Biaya Ekuitas
1. Debt (Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) 2. Preferred (Saham Preferen)
3. Common Equity (Saham biasa atau Laba ditahan)
Biaya ekuitas mencerminkan besar ekuitas yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar biaya ekuitas yang ditanggung perusahaan
maka semakin tinggi pula ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Pada
kondisi seperti ini biasanya perusahaan tidak akan menutup-nutupi
keadaan yang sebenarnya, perusahaan cenderung mengungkap laporan
keuangannya tanpa ragu-ragu. Akan tetapi, jika biaya ekuitas kecil
perusahaan cenderung menutupi laporan keuangannya. Tetapi di lain
pihak, investor ingin mengetahui kondisi perusahaan pada saat itu
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasinya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah biaya
ekuitas yang ditanggung perusahaan maka perusahaan dituntut untuk
mengungkapkan laporan keuangannya secara lebih luas.
c. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Biaya ekuitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa
pendekatan, di antaranya adalah Dividend Growth Model dan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Biaya ekuitas sulit diukur karena tidak ada cara untuk mengamati atau mengetahui secara langsung tingkat
23 hanya akan menggunakan perusahaan-perusahaan yang membagikan
dividen setiap tahun sehingga membatasi jumlah sampel yang dapat
diteliti. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, pendekatan kedua atau
CAPM akan digunakan untuk mengukur biaya ekuitas. Penggunaan
CAPM ini dipilih tidak terlepas dari ketersediaan data-data yang ada di
pasar modal Indonesia dan cara penghitungan CAPM yang relatif lebih
mudah dibandingkan metode lainnya. Hingga saat ini CAPM masih
tetap banyak digunakan sebagai ukuran dari biaya ekuitas.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) dikembangan oleh William Sharpe, John Lintner, dan Jan Mossin dua belas tahun setelah Harry
Markowitz mengemukakan teori portofolio modern pada tahun 1952
(Warsono, 2000). CAPM adalah sebuah model keseimbangan antara
risiko dan expected return suatu sekuritas atau portofolio. Model tersebut dapat digunakan untuk menentukan harga dari asset yang
berisiko. Menurut pendekatan CAPM, risiko yang dinilai oleh investor
yang rasional hanyalah systematic risk karena risiko tersebut tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. CAPM menyatakan
bahwa expected return sebuah sekuritas atau portofolio sama dengan return sekuritas bebas risiko (risk-free asset) ditambah dengan risk premium dikalikan dengan systematic risk sekuritas tersebut diukur dengan beta.
Berbeda dengan model portofolio Markowitz yang menggunakan
24 dalam CAPM adalah beta. Beta digunakan karena mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan varian atau deviasi standar.
Kelebihan utama beta terletak pada stabilitasnya (Warsono, 2000).
Biaya ekuitas dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
COE = Rf + βi (Rm - Rf) Dimana:
COE = cost of equity atau expected return perusahaan
Rf = Return bebas risiko yang diproksikan dengan tingkat
suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia rata-rata selama satu
tahun
Rm = Return pasar yang diperoleh dari Indeks Harga Saham
Gabunga (IHSG) pada hari t ditambah IHSG pada hari t-1
dibagi dengan IHSG pada hari t-1
i = Risiko tidak sistematis untuk setiap saham perusahaan i,
nilai merupakan risiko tidak sistematis
Market risk premium atau (Rm - Rf) diartikan sebagai return tambahan (additional return) yang diinginkan oleh investor karena
berinvestasi pada sekuritas yang berisiko. Pendekatan CAPM
25 1. Tidak ada biaya transaksi, yaitu biaya-biaya pembelian dan
penjualan saham, seperti biaya broker, biaya penyimpanan saham (custodian), dan lain-lain.
2. Tidak ada pajak pendapatan pribadi sehingga bagi investor tidak
masalah apakah mendapatkan return dalam bentuk dividend atau capital gain.
3. Seseorang tidak dapat mempengaruhi harga saham melalui
tindakan membeli atau menjual saham yang dimilikinya. Informasi
tersedia untuk semua investor dan dapat diperoleh dengan bebas
tanpa biaya sehingga harga saham sudah mencerminkan semua
informasi yang ada. Asumsi ini mengindikasikan bahwa pasar
modal analog dengan bentuk pasar persaingan sempurna.
4. Investor adalah orang yang rasional. Mereka membuat keputusan
investasi hanya berdasarkan risiko dan expected return portofolio.
Investor mempunyai input yang sama dalam membentuk portfolio
yang efisien. Asumsi ini disebut juga sebagai homogeneus expectations. Semua investor mendefinisikan periode investasinya dengan cara yang persis sama (one-period horizon) sehingga
expected return dan risiko portofolio pada periode tersebut akan sama untuk setiap investor.
5. Investor adalah risk adverse sehingga jika diberikan pilihan antara
dua portofolio dengan expected return yang identik, maka mereka
26 6. Short-sale dibolehkan dan tidak terbatas. Artinya , semua invetor dapat menjual saham yang tidak dimilikinya sebanyak yang
diinginkannya.
7. Lending dan borrowing pada tingkat bunga bebas risiko dapat dilakukan dalam jumlah yang tidak terbatas. Investor dapat
meminjamkan (lending) dan meminjam (borrowing) sejumlah dana
yang diinginkannya pada tingkat bunga yang sama dengan tingkat
bunga bebas risiko.
Asumsi-asumsi yang diuraikan di atas memang terlihat kurang
realistis karena tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. CAPM
mengasumsikan bahwa pasar saham dan sekuritas lainnya adalah pasar
yang berbentuk sempurna sehingga tidak terdapat pajak, tidak ada
biaya transaksi, dan tingkat bunga lending sama dengan borrowing. Dalam prakteknya, jual-beli saham dikenakan biaya transaksi, dividend
dan capital gain dikenakan pajak, serta lending dan borrowing rate lebih tinggi daripada tingkat bunga bebas risiko (risk-free rate). Selain
itu, Elton (1999) dan Chen et al. (2003) juga menyatakan bahwa realized return yang digunakan dalam pendekatan CAPM merupakan ukuran yang kurang tepat dari expected return. Namun, hingga saat ini,
belum ditemukan alternatif model yang tepat untuk menggantikan
CAPM (Yao dan Sun, 2008). Oleh karena itu, pendekatan CAPM
masih sering digunakan untuk menghitung biaya ekuitas dari suatu
27 3. Asimetri Informasi
Menurut Supriyono (2000:186), asimetri informasi adalah situasi
yang terbentuk karena principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agent sehingga principal tidak pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha agent terhadap hasil-hasil perusahaan yang sesungguhnya. Asimetri informasi merupakan suatu
keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek
perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Kondisi ini memberikan kesempatan
kepada agent menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan.
Menurut Ifonie (2012:103), perspektif asimetri informasi
mengimplikasikan bahwa manajer berupaya untuk mengurangi
asimetri informasi guna memaksimumkan nilai perusahaan dengan
cara yang dikehendaki. Ketika terdapat asimetri informasi, keputusan
pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga
saham karena asimetri informasi antara investor yang lebih informed dan kurang informed akan menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas dalam pasar saham suatu perusahaan.
Pengukuran tingkat asimetri informasi seringkali diproksi dengan
28 dan interpretasi. Pengertian likuiditas yang paling sederhana adalah
kemampuan untuk melakukan transaksi tanpa mengeluarkan biaya
yang signifikan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa asimetri
informasi adalah suatu kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan
perolehan informasi antara manajemen sebagai penyedia informasi
dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi.
Menurut Supriyono (2000:186) asimetri informasi dapat timbul
dalam beberapa bentuk, yaitu:
a. Tanpa pemantauan, hanya agent yang mengetahui apakah bekerja dengan baik demi kepentingan principal.
b. Agent mungkin mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan
daripada principalnya.
c. Agent dalam melaksanakan tugasnya mungkin diarahkan oleh
informasi pribadi.
a. Tipe Asimetri Informasi
Ada 2 tipe asimetri informasi, yaitu (Yelly, 2008):
1. Adverse selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi yang mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan suatu transaksi usaha atau
transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak
29 perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih mengetahui kondisi
kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor
luar.
2. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi yang mana satu pihak
atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu
transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka
dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak
lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan
pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik
kebanyakan perusahaan besar.
b. Bid-Ask Spread
Bid-ask spread adalah perbedaan harga penawaran dan permintaan terhadap saham (Arifin, 2005:161). Ketika seorang investor
berkeinginan untuk membeli saham, maka broker akan mengajukan
harga yang dimintanya (disebut dengan permintaan atau ask). Dan bila
seorang investor berkeinginan menjual sahamnya, broker akan
memberikan harga penawaran (disebut harga penawaran atau bid).
Dua jenis bid ask spread menurut Arifin (2005:162) yaitu : (1) Quoted spreed, yaitu perbedaan harga penawaran dan permintaan yang ditawarkan oleh market maker kepada pelanggan potensial. (2)
30 Bid-ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari:
1. Pemilikan saham
Biaya pemilikan saham menunjukkan trade off antara memiliki terlalu banyak saham dan terlalu sedikit saham, atas biaya pemilikan
saham tersebut akan menimbulkan oportunity cost.
2. Pemrosesan pesanan
Biaya pemrosesan pesanan meliputi biaya administrasi, pelaporan
proses komputer, telepon, dan lain-lain.
3. Asimetri informasi
Biaya asimetri informasi lahir karena adanya dua pihak trader yang
tidak sama dalam memiliki dan mengakses informasi.
Penelitian ini memfokuskan pada fungsi ketiga yaitu asimetri
informasi. Pengukuran terhadap asimetri informasi seringkali
diproyeksikan dengan bid ask spread disebabkan asimetri informasi tidak dapat diobservasi secara langsung. Pihak pertama adalah
31 Pengukuran asimetri informasi dilakukan dengan menggunakan
relative bid-ask spread yang dioperasikan sebagai berikut (Ifonie, 2012):
RBAt = (HAt – HBt) . 100%
1/2 (HAt + HBt) Dimana :
RBAt = Bid-ask spread pada periode t
HAt = Harga penawaran penjualan pada periode t
HBt = Harga penawaran pembelian pada periode t
4. Tingkat Disclosure
Menurut Suwardjono (2005:578), pengungkapan secara konseptual
merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis,
pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu
penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen
keuangan.
Menurut Hendriksen (1982:203) dalam Adriani (2013:7),
pengungkapan (disclosure) adalah penyajian informasi yang diperlukan dalam laporan keuangan untuk mencapai operasi optimal
pasar modal yang efisien. Pengungkapan informasi keuangan dan
informasi relevan lainnya dalam laporan tahunan suatu perusahaan
merupakan aspek penting akuntansi keuangan (Khomsiyah,
32 investor yang potensial dan pemakai lain terutama dalam pengambilan
keputusan.
Menurut Juniarti dan Yunita (2003:151), peranan pelaporan
keuangan dan pengungkapan adalah untuk mengkomunikasikan
informasi yang mendukung pengambilan keputusan bisnis. Oleh
karena itu, informasi yang disampaikan harus relevan, tepat waktu, dan
bernilai. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh
perusahaan untuk mengungkapkan kinerja perusahaannya melalui
laporan tahunan. Laporan tahunan digunakan oleh investor untuk
mengambil keputusan untuk menilai perusahaan mana yang memiliki
prospek yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Tingkat disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk
catatan kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan penjelasan
yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan. Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat
juga diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus
diungkapkan termasuk informasi kuantitatif dan kualitatif yang akan
sangat membantu pengguna laporan keuangan (Siegel dan Shim,
2000:147 dalam Karamoy dan Wokas, 2011:20) .
Dalam tingkat disclosure terdapat beberapa bagian yaitu, Adequate
33 sehingga laporan tidak menyesatkan. Fair disclosure menyatakan tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua
pembaca potensial. Full disclosure berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa orang, full disclosure berarti penyajian informasi secara melimpah, sehingga disclosure menjadi tidak tepat. Informasi yang terlalu melimpah akan menyembunyikan informasi
yang penting dan membuat laporan keuangan sulit diinterpretasikan.
Namun demikian, disclosure yang tepat atas informasi yang penting bagi investor dan pemakai laporan lainnya harus disajikan dengan
adequate, fair, and full. Tidak ada perbedaan riil di antara ketiga konsep tersebut bila mereka digunakan dalam konteks yang tepat.
a. Disclosure Indeks
Pengungkapan diukur dengan menggunakan indeks disclosure yang dianjurkan oleh PSAK serta SK Bapepam No. Kep-06/PM/2000
yang menyatakan bahwa skoring indeks disclosure adalah sebagai berikut:
a. Pemberian skor untuk setiap pengungkapan dilakukan secara
dikotomis. Item yang diungkapkan diberi nilai 1 dan apabila tidak
diungkapkan maka diberi 0. Pemberian skor ini tidak ada
pembobotan atas item pengungkapan.
b. Skor yang diperoleh tiap perusahaan dijumlahkan untuk
34 c. Pengukuran indeks pengungkapan tiap perusahaan dilakukan
dengan membagi skor total setiap perusahaan dengan skor total
yang diharapkan.
Variabel ini dukur dengan Disclosure Index yaitu indeks Wallace dengan rumusan sebagai berikut (Adriani, 2013):
DI = n x 100% K
Dimana:
DI = Disclosure Index
n = Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
K = Jumlah item yang seharusnya diungkapkan
5. Kepemilikan Manajerial
Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen
perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris
disebut sebagai kepemilikan manajerial (managerial ownership).
Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan
suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan
sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur
perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode
35 Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh
manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham
yang dimiliki oleh manajemen (Sujono dan Soebiantoro, 2007 dalam
Yenti dan Sofyan, 2013:205). Struktur kepemilikan manajerial dapat
dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan
pendekatan ketidakseimbangan. Pendekatan keagenan menganggap
struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat
yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa
klaim terhadap sebuah perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan
informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial
sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi
antara insider dengan outsider melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan.
Masalah teknis tidak akan timbul jika kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan tidak dijalankan secara terpisah. Pemilik (pemegang
saham) bertujuan untuk memaksimumkan kekayaannya dengan
melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi
perusahaan sedangkan manajer bertujuan pada peningkatan
pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Tujuan manajer ini dilandasi
oleh dua alasan, yaitu: 1). Pertumbuhan yang meningkat akan
memberikan peluang bagi manajer bawah dan menengah untuk
dipromosikan. Selain itu, manajer dapat membuktikan diri sebagai