SKRIPSI
PENGARUH TINGKAT DISCLOSURE TERHADAP BIAYA
EKUITAS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH
WIRI ASTUTI PURBA
100522008
PROGRAM STRATA 1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap
Biaya Ekuitas Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih
dan karuniaNya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Tingkat Dislosure Terhadap
Biaya Ekuitas Pada Perusahaan Maufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas
Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh
bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan lain secara moril maupun
materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Orang tua saya, Ayahanda R. Purba dan Ibunda (Alm
) R. Simanjuntak yang telah memberikan semangat dan dukungan yang tulus baik
moril maupun materil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Dan
kepada Kakak dan Adik penulis , Lusi Purba dan Daud Purba atas setiap doa,
motivasi dan nasihat serta kasih yang telah diberikan kepada penulis.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua
Bapak Drs. Hotmal Jafar MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarief, MSi, Ak,. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan
batuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
6. Bapak Drs. Arifin Ahmad Msi, Ak, selaku Pembaca Penilai atas segala saran
dan masukan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan.
Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat
dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian
selanjutnya. Semoga Tuhan yang Maha Esa menyertai kita semua. Amin
Medan, Juli
2012
Penulis,
NIM:100522008
ABSTRAK
Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat disclosure
secara parsial terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2010.
Penelitian ini, merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2008-2010. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling dan dari 146 perusahaan diperoleh 33 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis regresi berganda digunakan dalam pengujian hipotesis. Analisis regresi berganda menguji pengaruh pengungkapan sukarela, beta saham, ukuran perusahaan terhadap biaya ekuitas.
Hasil analisi regresi berganda menunjukkan bahwa tingkat disclosure, beta saham dan ukuran perusahaan berpengaruh negartif terhadap biaya ekuitas.
Kata Kunci : Tingkat Dislosure, Beta Saham, Ukuran Perusahaan dan Biaya
ABSTRACT
The Influence of Disclosure Level on The Cost of Equity for The
Manufacture Companies that Listed in Indonesian Stock Exchange
The objective of this research is to know the partial and simultaneous influence between voluntary disclosure on the cost of equity capital of manufacture companies that listed in Indonesian Stock Exchange since 2008-2010.
This research is classified as casual research and replicatin of former research. Population of this research is manufacture companies on Indonesian Exchange during the period 2008-2010. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 146 manufacture companies, 33 are used as the samples of this research. The used data of this research is secondary data. Data were analyzed with multiple regression. Multiple regressions were used to test the effect of voluntary disclosure, stock beta and company size on the cost of equity capital.
Multiple regression result showed that the voluntary disclosure, stock beta and companies size negatively influenced the cost of capital.
Keywords : voluntary disclosure, stock beta, company size and cost of equity
DAFTAR ISI
2.3 Pengungkapan Laporan Keuangan ... 13
2.4 Tingkat Disclosure ... 15
2.4.1 Defenisi Disclosure ... 15
2.4.2 Jenis-Jenis dan Tujuan Pengungkapan ... 16
2.4.3 Metode Disclosure ... 18
2.5 Biaya Ekuitas ... 20
2.5.1 Pengertian dan Fungsi Biaya Ekuitas ... 20
2.5.2 Komponen Biaya Ekuitas ... 21
2.5.3 Model Pengukuran Biaya Ekuitas ... 23
2.6.1 Sumber dan Tipe Resiko ... 26
2.7 Ukuran Perusahaan ... 28
2.8 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 29
2.9 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 30
2.9.1 Kerangka Konseptual ... 30
2.9.2 Hipotesis penelitian ... 33
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 2.1 Ringkasan Peneliti terdahulu ... 29
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan sampel ... 40
Tabel 3.2 Kriteria Keputusan ... 46
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 50
Tabel 4.1 Descriptive statistic ... 52
Tabel 4.2 Uji Normalitas One Sample Kolmogorof Smirnov Test ... 55
Tabel 4.3 Coeffcients ... 58
Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin Watson ... 61
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi ... 63
Tabel 4.6 Hasil Uji t ... 64
Tabel 4.7 Hasil Uji F ... 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Ringkasan Peneliti terdahulu ... 31
4.1 Regression Standardized Residual ... 56
4.2 Observed Cum Prob ... 57
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Hal
1 Daftar Item Pengungkapan Laporan Keuangan ………….. 74
2 Populasi dan Sampel Penelitian ……… 77
3 Hasil Olahan Data Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan ……….. 82
4 Hasil Olahan Data Ukuran Perusahaan ……… 83
5 Hasil Olahan Data Return Saham ……… 84
6 Hasil Olahan Data Beta Saham ……… 85
7 Statistik Deskriptif Data ………. 86
8 Hasil Uji Normalitas : Non-Parametik Test Kolmogorov – Smirnov ……….. 86
9 Hasil Uji Analisis Grafik Histogram ……….. 87
10 Hasil Uji Normalitas Data: Analisis Grafik P-P Plots ………. 88
11 Hasil Uji Multikolonieritas ……….. 89
12 Hasil Uji Autokorelasi ……… 89
13 Hasil Uji Heterokedastisitas ……… 90
14 Hasil Analisis Regresi dan Uji t ……….. 91
15 Hasil Analisis Uji f ……….. 91
16 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ……….. 92
17 Data Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Tahun 2008 ……….. 93
18 Data Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Tahun 2009 ………. 94
NIM:100522008
ABSTRAK
Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat disclosure
secara parsial terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2010.
Penelitian ini, merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2008-2010. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling dan dari 146 perusahaan diperoleh 33 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis regresi berganda digunakan dalam pengujian hipotesis. Analisis regresi berganda menguji pengaruh pengungkapan sukarela, beta saham, ukuran perusahaan terhadap biaya ekuitas.
Hasil analisi regresi berganda menunjukkan bahwa tingkat disclosure, beta saham dan ukuran perusahaan berpengaruh negartif terhadap biaya ekuitas.
Kata Kunci : Tingkat Dislosure, Beta Saham, Ukuran Perusahaan dan Biaya
ABSTRACT
The Influence of Disclosure Level on The Cost of Equity for The
Manufacture Companies that Listed in Indonesian Stock Exchange
The objective of this research is to know the partial and simultaneous influence between voluntary disclosure on the cost of equity capital of manufacture companies that listed in Indonesian Stock Exchange since 2008-2010.
This research is classified as casual research and replicatin of former research. Population of this research is manufacture companies on Indonesian Exchange during the period 2008-2010. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 146 manufacture companies, 33 are used as the samples of this research. The used data of this research is secondary data. Data were analyzed with multiple regression. Multiple regressions were used to test the effect of voluntary disclosure, stock beta and company size on the cost of equity capital.
Multiple regression result showed that the voluntary disclosure, stock beta and companies size negatively influenced the cost of capital.
Keywords : voluntary disclosure, stock beta, company size and cost of equity
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perekonomian dunia telah berkembang pesat, yang ditandai
dengan kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, dan
pertumbuhan inovasi yang luar biasa. Hal ini memberikan sebuah gambaran
bahwa kondisi lingkungan ekonomi yang senantiasa mengalami perubahan yang
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan. Untuk dapat lebih
bersaing, maka perusahaan diharuskan untuk mengungkapkan informasi
keuangannya secara transparan kepada pihak internal maupun pihak eksternal
sehingga akan lebih membantu dalam pengambilan keputusan. Pengungkapan
informasi perusahaan terangkum dalam laporan keuangan. Tujuan keseluruhan
dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan. FASB menyatakan: pelaporan keuangan harus
menyediakan informasi yang berguna bagi baik investor yang sudah ada maupun
investor potensial dan kreditor dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan
Pentingnya perbaikan sistem pelaporan keuangan dan disclosure
dinyatakan oleh U.S. Securities and Exchange Commission (SEC), bahwa peranan
pelaporan keuangan dan disclosure adalah untuk mengkomunikasikan informasi
investasi oleh investor. Oleh karena itu informasi yang disampaikan harus relevan,
tepat waktu dan bernilai. Dimana misi utama SEC dalam peraturan mengenai fair
disclosure adalah untuk memproteksi investor dan mempertahankan integritas
pasar sekuritas. Perlunya komunikasi yang lebih baik antara investor dan pihak
manajemen dapat membangun strategi-strategi disclosure guna mengurangi
adanya asimetri informasi yang timbul dalam hubungan kedua pihak. Selain itu,
pengungkapan perusahaan dalam laporan tahunan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu ukuran perusahaan, pasar saham yang terdaftar dan kantor akuntan
publik. Ketiga faktor ini cukup menjadi dasar bagi perusahaan untuk melakukan
pengungkapan selain yang diwajibkan oleh BAPEPAM berdasarkan peraturan No
X.K.6
Sumber pendanaan bagi perusahaan dapat berasal dari pihak internal
maupun pihak eksternal. Pendanaan internal berupa laba yang didapatkan selama
periode tertentu. Sedangkan pendanaan eksternal dapat berasal dari antara lain,
kreditor dan investor. Dengan kondisi ekonomi seperti Indonesia pada saat ini,
membuat pihak investor benar-benar berfikir matang sebelum melakukan
investasi. Mereka benar benar memerlukan informasi-informasi dari pihak
manajemen perusahaan yang dapat membantu mereka untuk memprediksi tingkat
resiko dan pengembalian yang akan mereka terima dari investasi yang mereka
lakukan.
Di pihak manajemen, tingkat full disclosure yang tinggi membutuhkan
cost yang tinggi bagi manajemen. Cost yang dimaksud adalah kerugian yang
disclosure, menyebabkan timbulnya free riding. Free riding adalah masalah
(biaya) yang dihadapi (dikeluarkan) oleh suatu organisasi, kelompok atau
gerakan yang efektivitasnya tidak jelas (tidak rasional) sehingga beban
organisasi menjadi tinggi (tidak efisien), bahkan rasio manfaat dan biaya yang
diperoleh pun menjadi tidak seimbang (kecil). Bisa saja dengan adanya
disclosure tersebut, strategi perusahaan tersebut akan di curi atau ditiru oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini sangat jelas merugikan pihak
perusahaan. Hal ini yang menjadi dasar alasan perusahaan-perusahaan menutupi
informasi perusahaan kepada para investor hingga menyebabkan asimetri
informasi.
Meskipun ada cost yang harus dibayar, manajemen perusahaan tetap
mendisclose informasi-informasi bagi investor. Hal ini diakibatkan karena
manajemen perusahaan berusaha untuk mendapatkan abnormal return (
keuntungan potensial) dari disclosure yang tinggi, selain banyak menarik pihak
investor juga mengurangi resiko estimasi dan asimetri informasi, dimana masing
masing menunjukkan pengurangan biaya modal. Penelitian ini juga diperkuat oleh
Botosan (1997), yang memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
negatif antara tingkat voluntary disclosure dan biaya ekuitas perusahaan.
Maksudnya bila tingkat voluntary disclosure tinggi maka biaya ekuitas rendah dan
sebaliknya bila tingkat voluntary disclosure rendah maka biaya ekuitas
perusahaan tinggi.
Dalam merespon kebutuhan investor akan informasi-informasi dalam
memanipulasi laporan keuangan dengan berbagai cara agar pihak investor
berusaha untuk memberikan pendanaan bagi perusahaan. Salah satunya dengan
cara memperendah tingkat disclosure dari laporan keuangan mereka atau terdapat
informasi - informasi yang disembunyikan atau tidak dipublikasikan untuk
kepentingan mereka sehingga terjadi ketimpangan informasi dimana pihak
manajemen perusahaan memiliki informasi lengkap dibanding pihak investor dan
kreditor.
Tingkat disclosure yang tinggi memberikan informasi yang lengkap yang
dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan
sehingga tingkat informasi asimetri rendah. Yunita (2003:35) menyatakan “tingkat
informasi asimetri yang rendah mencerminkan bahwa laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan tersebut transparan atau tidak ada sesuatu hal yang
signifikan yang disembunyikan dan direkayasa untuk kepentingan perusahaan”.
Levinsohn (2001) dalam artikelnya yang berjudul “FASB Weighs the
Value of Voluntary Disclosure”,menyatakan hal bahwa voluntary disclosure yang
informatif dapat membantu para investor untuk memahami strategi perusahaan
dan critical success factor, kerangka kerja yang mendasari manajemen membuat
keputusan serta langkah langkah yang diambil perusahaan untuk memastikan
kontinuitas hasil yangditargetkan. Selain itu, dalam laporannya yang berjudul
“Improving Business Reporting: Insighting into Enhancing Voluntary
Disclosures”, yang merupakan bagian kedua dari Business Reporting Research
Project, FASB mengatakan bahwa dasar pemikiran dari proyek ini adalah
dan mengurangi biaya modal rata-rata.
Tidak selamanya bahwa disclosure yang tinggi akan menurunkan biaya
modal. Hal yang sebaliknya dapat terjadi, ketika perusahaan ternyata mempunyai
banyak “masalah”, maka dengan tingkat disclosure yang tinggi, semakin banyak
informasi yang riskan akan diketahui oleh investor sehingga investor meminta
return yang tinggi dan akibatnya tingkat biaya ekuitas yang harus ditanggung oleh
perusahaan semakin tinggi. Financial Executive Institute juga menyatakan bahwa
bila informasi yang dilaporkan dalam disclosure tersebut adalah ditujukan pada
pedagang saham (Stock Trader), maka hanya akan menambah ketidakstabilan
harga saham, sehingga menaikkan risiko dan membawa biaya ekuitas yang lebih
tinggi.
Berbagai penelitian lain yang meneliti pengaruh tingkat disclosure
terhadap biaya ekuitas dengan metode yang berbeda-beda dan pendekatan secara
tidak langsung dilakukan oleh Siti Aisah (2004), Wiwik Utami (2005), Bayu
Febrian (2007), Nei Hotma (2009)
Penelitian ini dilakukan, pada industri manufaktur yang telah terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Perkembangan Industri manufaktur di Indonesia menarik
untuk dicermati . Industri manufaktur pada tahun 2009 mengalami banyak
hambatan, seperti pasar ekspor yang melemah, persaingan yang ketat di pasar
domestik, harga bahan baku yang tinggi, infrastruktur yang tidak memadai.
Akibatnya pada tiga kwartal pertama 2009 hampir semua sektor industri
manufaktur merosot. Baik industri yang berorientasi ekspor maupun pasar dalam
yang pada tahun 2008 merupakan sektor industri pengolahan dengan tingkat
pertumbuhan PDB tertinggi. Hanya beberapa sektor yang tetap tumbuh pesat yaitu
sektor industri makanan dan minuman yang meningkat sekitar 15%.
Memasuki kwartal ke 4 tahun 2009 perekonomian dunia mulai membaik
dan berdampak terhadap pemulihan industri manufaktur dan ekspor pun kembali
meningkat.
Pemberlakuan AC-FTA (Asean-China Free Trade Area) menjadi ancaman
bagi beberapa sektor manufaktur kalau tidak diantispasi dengan baik oleh pelaku
usaha di sektor itu dan oleh Pemerintah. Dengan keterpurukan yang sudah
berlarut-larut pada industri baja, tekstil dan sepatu, maka tanpa penanganan yang
benar dalam menjalankan pasar bebas industri tersebut bisa makin terpuruk.
Namun secara umum AC-FTA juga bisa membawa dampak positif kepada sektor
industri manufaktur lainnya yang membutuhkan bahan baku impor dari Cina.
Dengan harga bahan baku yang lebih murah maka produk hilir bisa ditekan
harganya sehingga daya beli masyarakat makin besar. Pada gilirannya hal ini
akan berdampak positif kepada industri manufaktur pembuatnya.
Sebenarnya keterpurukkan industri bukan hanya setelah ACFTA
diberlakukan, namum sebelumnya industri tekstil, sepatu, dan baja sudah mulai
terpuruk karena kurang bisa bersaing dibandingkan negara produsen lainnya di
Asia. Maka penanganan dampak negatif ACFTA bisa dihindari jika industri
tersebut melakukan pembenahan. Apabila pasar ekspor kembali sehat pada dan
berkembang, maka pada tahun tahun kedepan diperkirakan sektor industri
manufaktur bisa tumbuh sekitar 5%.
Hal inilah yang menjadi alasan peneliti memilih perusahaan industri
manufaktur sebagai sampel penelitian karena industri ini yang masih bertahan di
tengah kondisi perekonomian Indonesia maupun akibat gejolak perekonomian
dunia.
Tahun yang diamati adalah tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
Penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya
ekuitas pada periode tersebut.
Perbedaan penelitian ini jika dibandingkan dengan peneliti lain adalah data
yang digunakan sebagai sampel dan penggunaan tahun dalam menguji dampak
yang ditimbulkan dari adanya pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “ Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas Pada Perusahaan
Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI.”
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah
dikemukakan diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas ( cost
2. Apakah tingkat resiko berpengaruh terhadap biaya ekuitas (cost of equity)
pada suatu perusahaan.
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap biaya ekuitas ( cost of
equity)
4. Apakah pengaruh tingkat disclosure, resiko dan ukuran perusahaan
berpengaruh simultan terhadap biaya ekuitas.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk :
a. mengetahui apakah tingkat disclosure dan resiko berpengaruh terhadap
biaya ekuitas.
b. Mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap biaya
ekuitas.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak manajemen, sebagai bahan pertimbangan dalam menyajikan
disclosure atas laporan keuangan tahunan, sehingga manajemen
perusahaan dapat mempertimbangkan pengaruhnya terhadap biaya
2. Bagi calon investor dan kreditor, diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan
investasi terhadap suatu perusahaan.
3. Bagi BAPEPAM dan Penyusun SAK membantu untuk
mengembangkan, mengubah, menambah dan menjelaskan standar
akuntansi yang berlaku untuk menciptakan pasar modal yang efisien.
4. Bagi kalangan akademis, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya dan pengembangan lmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan manajer dengan pemegang saham didalam agency theory
digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer sebagai agent
dan pemegang saham sebagai principal. Manajer harus mengambil keputusan
bisnis terbaik untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham. Menurut Wolk
(2003) dalam linda, (2010:23), teori agency menggambarkan kerangka kerja untuk
menganalisa laporan keuangan antara manajer dan pemilik perusahaan. Pelaporan
yang baik akan meminimalkan biaya modal perusahaan karena mengurangi
ketidakpastian perusahaan, oleh karena itu akan mengurangi resiko investasi dan
akan mengurangi rate of return dan memperkecil terjadinya asimetri informasi.
Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan berkeinginan untuk memberi sinyal
berupa informasi akuntansi dan pelaporan sukarela (voluntary disclosure) kepada
pasar untuk bersaing mendapatkan dana dari pihak investor. Dimana informasi
akuntansi adalah produk dari sebuah akuntansi perusahaan dan sistem pelaporan
eksternal yang menyediakan data kuantitatif berkenaan dengan kinerja perusahaan untuk suatu periode tertentu.
2.1 Signaling Theory
Signaling theory memberikan penjelasan mengenai pentingnya informasi
yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap terhadap keputusan investasi pihak
bisnis, karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan yang masa akan
datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana keadaan
efeknya terhadap pasar modal. Informasi yang relevan, andal dan tepat waktu
sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk
pengambilan keputusan investasi.
Menurut Jogiyanto (2000:392), informasi yang disajikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan beraksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk
(bad news). Jika pengumuman tersebut sebagai signal baik investor, maka terjadi
perubahan dalam volume perdagangan saham.
Menurut Sharpe (1997:211) dalam Masdalena (2011:9), Pengumuman
informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek
yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk
melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi melalui
perubahan dalam perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara
publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun social
politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dari efisiensi
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak diluar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non akuntansi. Laporan tahunan hendaknya memuat
informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting
untuk diketahui pengguna laporan laporan baik dari pihak luar maupun dalam.
Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi resiko relative setiap
perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi
investasi dengan prefrensi resiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin
sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan
laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
2.2 Agency Theory
Agency Theory memberikan penjelasan mengenai dasar perlunya praktek
pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada pemegang saham dan
investor, dimana teori ini merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara pihak principal ( para pemegang saham dan investor ) dan
agent ( manajer).
Agency theory menyebutkan bahwa sebagai agen dari pemegang saham,
manajer tidak selalu bertindak demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu
diperlukan biaya pengawasan yang dapat dilakukan melalui cara-cara pengikatan
keputusan oleh manajemen. Kegiatan pengawasan yang dilakukan memerlukan
biaya keagenan. Biaya keagenan digunakan untuk mengontrol semua aktivitas
yang dilakukan manajer sehingga manajer dapat bertindak konsisten sesuai
dengan kontraktual antara kreditor dan pemegang saham.
2.3 Pengungkapan Laporan Keuangan
Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 1,
dinyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna
untuk investor dan calon investor, kreditur, dan pemakai lain dalam pengambilan
keputusan investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis yang rasional.
Informasi tersebut harus dapat dipahami oleh mereka yang mempunyai wawasan
bisnis dan ekonomi sehingga tidak menjadikan salah intepretasi, maka penyajian
laporan keuangan harus disertai dengan disclosure yang cukup (adequate
disclosure) artinya informasi yang disajikan tidak berlebihan namun juga tidak
kurang sehingga tidak menyesatkan orang yang membacanya.
Secara garis besar, pengungkapan mengikuti pendoman berikut ini : 1)
laporan keuangan. Laporan Keuangan terdiri atas tiga laporan utama, yaitu neraca,
laporan laba rugi dan laporan perubahan posisi keuangan. Pengungkapan dalam
laporan keuangan juga termasuk rincian dan Tabel-Tabel menjelaskan
angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan yang disajikan secara komparatif
dengan periode yang lalu; 2) catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. 3)
keuangan dan seringkali disajikan secara terpisah di dalam laporan tambahan; 4)
laporan auditor independen.
Laporan ini merupakan media yang paling sesuai untuk mengungkapkan
penyimpangan akibat penyimpangan penerapan prinsip akuntansi dari prinsip
akuntansi berterima umum, perubahan prinsip akuntansi dan akibatnya, dan
perdebatan pendapat antara auditor dan manajemen perusahaan yang diaudit. Di
samping itu, ada keputusan pengungkapan regulasi pasar modal yang kuat seperti
keputusan No 17/PM/1995 yang selanjutnya melalui keputusan ketua Bapepam
No. Kep. 38/PM/1996 yang di antaranya berisi tentang keharusan
mengungkapkan informasi akuntansi kepada publik yang ditetapkan oleh
Bapepam pada tanggal 17 januari 1996, yang terakhir dirubah kembali melalui SK
Bapepam No Kep-06/PM/2005.
Pengungkapan pasar modal terdiri dari dua aspek, yaitu pengungkapan
proteksi dan pengungkapan informasi. Pengungkapan proteksi (protective
disclosure) merupakan usaha badan pengawas pasar modal untuk melindungi
investor dari perlakuan yang tidak wajar dari emiten sehingga yang termasuk
dalam pengungkapan ini adalah pengungkapan yang diharuskan oleh badan
pengawas pasar modal. Sebaliknya, yang termasuk dalam pengungkapan
informasi (informative disclosure) adalah pengungkapan yang disajikan dalam
rangka keterbukaan emiten untuk tujuan analisis.
Seberapa banyak informasi yang sifatnya wajib maupun sukarela yang
yang dilakukan mengenai kebutuhan informasi investor atau calon investor yang
telah dilakukan beberapa peneliti menyatakan bahwa laporan tahunan belum berisi
informasi yang cukup untuk membantu investor untuk memenuhi kebutuhannya.
Semakin banyak informasi akuntansi yang diungkapkan semakin informatif dan
bermanfaat namun akan diikuti dengan biaya (expense) penyajian informasi yang
tinggi. Oleh karena itu, pihak manjemen perlu mempertimbangkan cost and
benefit dalam menyajikan pengungkapan di dalam laporan keuangan atau laporan
tahunan.
2.4 Tingkat Disclosure
2.4.1 Defenisi Disclosure
Tingkat disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang
diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau
tambahan . Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi penjelasan mengenai
kesehatan keuangan dapat juga diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua
materi harus diungkapkan termasuk informasi kuantitatif dan kualitatif yang akan
sangat membantu pengguna laporan keuangan (Siegel dan Shim 2000:147).
Informasi deskriptif hanya perlu terlihat dalam batang tubuh laporan dalam
bentuk yang ringkas. Uraian yang lebih terinci harus tampak dalam catatan kaki
atau tempat lain dalam laporan keuangan. Pengungkapan dalam pelaporan
keuangan merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk operasi optimal
memadai harus disajikan untuk memungkinkan dilakukannya prediksi mengenai
tren dividen di masa depan.
2.4.2 Jenis Jenis dan Tujuan Pengungkapan
Beberapa jenis pengungkapan laporan keuangan yaitu:
a. Pengungkapan Cukup (Adequate Disclosure)
Perusahaan melakukan pengungkapan hanya untuk memenuhi syarat
syarat yang diwajibkan oleh institusi tertentu.
b. Pengungkapan Wajar (fair Disclosure)
Fair Disclosure menyatakan tujuan-tujuan etis untuk memberikan
perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Hal ini berarti bahwa
pengungkapan dalam laporan tahunan dapat dimengerti oleh semua pihak
yang berkepentingan.
c. Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)
Perusahaan mengungkapkan seluruh informasi yang berkaitan dengan
laporan keuangannya yang menggambarkan keadaan perusahaan apa
adanya. Informasi yang diberikan pada jenis pengungkapan ini bersifat
detail dan substantial.
Linda (2009) menyatakan bahwa disclosure untuk pasar modal terdiri dari
2 aspek:
a. Protective Disclosure
Merupakan usaha badan pengawas pasar modal untuk melindungi investor
b. Informative Disclosure
Disclosure yang disajikan dalam keterbukaan emiten untuk tujuan analisis
investasi.
Secara umum tujuan peungkapan adalah menyajikan informasi yang
dipandang perlu untuk mencapai tujuan keuangan dan untuk melayani berbagai
pihak yang mempunyai kepentingan berbeda (Suwardjono, 2005:580). Untuk
melayani pihak yang mempunyai kepentingan berbeda, Masdalena (2011:16)
menyatakan tujuan pengungkapan dibagi menjadi sebagai berikut:
a. Tujuan untuk melindungi terhadap perlakuan manajemen yang mungkin
kurang adil dan kurang terbuka (unfair). Tujuan ini biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas yang mendapat otoritas untuk melakukan pengwasan terhadap pasar modal seperti SEC atau Bapepam.
b. Tujuan informatif merupakan tujuan yang diarajkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Biasanya tujuan ini digunakan sebagai landasan penyusunan standar akuntansi untuk menentukan keluasan pengungkapan.
c. Tujuan kebutuhan khusus merupakan gabungan dari tujuan perlindungan dan tujuan informasi. Artinya apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang berguna bagi pemakai yang dituju.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib
merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi
yang berlaku, sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi
yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan
yang berlaku. Pada umumnya perusahaan akan selalu mempertimbangkan biaya
(2007:56) menyatakan bahwa biaya pengungkapan yang harus dipertimbangkan
adalah biaya pengungkapan langsung dan tidal langsung sebagai berikut ini:
a. Biaya langsung meliputi biaya pengumpulan data, biaya pemrosesan
informasi, biaya pengauditan, dan biya penyebaran informasi.
b. Biaya tidak langsung meliputi biaya litigasi atau biaya hukum, biaya kerugian, persaingan, dan biaya politik. Biaya ligasi timbul akibat pengungkapan informasi yang tidak memadai atau informasi yang menyesatkan. Biaya kerugian persaingan terjadi apabila informasi yang diungkapkan melemahkan daya saing perusahaan karena informasi tersebut digunakan untuk oleh pesaing untuk memperkuat daya saing mereka. Biaya politik terjadi ketika praktik pengungkapan perusahaan memicu regulasi pemerintah.
Lebih lanjut, Sudarmadji (2007:56) menyatakan bahwa selain biaya-biaya, ada
beberapa alasan yang melandasi perusahaan enggan menambah disclosure
informasi keuangan yaitu:
a. Disclosure akan membantu para pesaing dan merugikan pemegang saham. b. Disclosure yang lengkap akan memberikan keuntungan kepada serikat
pekerja dalam hal tawar-menawar upah.
c. Adanya keraguan terhadap kemampuan investor dalam memahami
kebijakan dan prosedur akuntansi sehingga full disclosure akan
menyesatkan mereka.
d. Tersedianya sumber-sumber informasi lain selain laporan keuangan yang tersedia dengan biaya yang lebih murah.
e. Kurangnya pengetahuan terhadap kebutuhan investor juga merupakan alas an bagi disclosure yang terbatas.
2.4.3 Metode Dislosure
Menurut Eldon dan Nugroho (2000:54), Disclosure meliputi proses
pelaporan keuangan. Ada beberapa metode untuk melakukan disclosure.
Pemilihan metode disclosure yang terbaik tergantung kepada sifat informasi yang
akan disampaikan dan penting atau kurang pentingnya informasi tersebut.
disclosure. Makin penting suatu informasi makin tepat informasi itu disajikan
langsung dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan. Perkembangan dari
ikhtisar-ikhtisar keuangan dasar (basic financial statements), memperlihatkan
perkembangan mengenai apa yang dianggap penting oleh dunia usaha untuk
didisclosure. : mula-mula neraca yang dikenal sebagai ikhtisar keuangan dasar;
selanjutnya ikhtisar rugi laba dianggap sebagai keharusan untuk memberikan
disclosure mengenai usaha perusahaan; dan pada giliran berikutnya dirasakan ada
kebutuhan untuk men-disclosure arus kas atau arus dana.
Laporan yang singkat tentunya merupakan suatu tujuan dalam laporan
keuangan, akan tetapi disclosure yang tepat seharusnya dilakukan apabila laporan
itu diharapkan memberi manfaat bagi pengambilan keputusan. Karena disclosure
semakin lama semakin banyak, tidaklah mungkin mencantumkannya secara
lengkap dalam ikhtisar keuangan secara langsung maupun sebagai parenthetical
notes. Itulah sebabnya disclosure dalam bentuk footnotes menjadi semakin
popular. Disclosure semacam ini dalam prakteknya dikenal sebagai notes to
financial statements atau catatan-catatan mengenai ikhtisar keuangan. Footnotes
merupakan sarana untuk menyajikan disclosure yang tidak dapat ditempatkan
dalam ikhtisar keuangan itu sendiri.
Laporan akuntan publik bukanlah tempat untuk mendisclose informasi
keuangan yang penting bagi perusahaan. Namun demikian laporan ini merupakan
sarana penyajian disclosure sebagai berikut : (1) penjelasan mengenai akibat yang
Akuntansi Indonesia (PAI) atau generally accepted accounting principles
(GAAP); (2) akibat dari perubahan dari satu metode yang sesuai dengan PAI atau
GAAP ke metode lain yang juga sesuai dengan PAI atau GAAP; dan (3) perbedaan
pendapat antara akuntan publik dan langganannya mengenai dapat diterima atau
tidaknya suatu prinsip akuntansi dalam laporan tersebut. Disclosure pertama dan
kedua harus tercermin dalam ikhtisar-ikhtisar keuangan atau footnotes.
Pengulangan disclosure ini diperlukan untuk mengingatkan pembaca yang
melakukan perbandingan antara perusahaan tersebut dengan perusahaan lain atau
perbandingan antara tahun itu dengan tahun sebelumnya.
2.5 Biaya Ekuitas (Cost of Equity)
2.5.1 Pengertian dan Fungsi Biaya Ekuitas
Biaya ekuitas disini hanya mengacu pada tingkat pengembalian yang
merupakan hak investor atas investasinya di perusahaan tertentu (Ross et al.
2003:404). Biaya ekuitas adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham
biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi
perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui
berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh
dana yang diperlukan.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing
sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual
sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata
tertimbang (Weightedf average cost of capital/WACC) dari seluruh modal yang
digunakan.
Biaya modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang
disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan
perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return
merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat resiko
dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan dana
(modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital)
yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya modal biasanya
digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu
usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat
keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.
2.5.2 Komponen Biaya Ekuitas
Komponen biaya modal terdiri dari:
a. Debt (Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang)
b. Preferred (Saham Preferen)
a. Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
Biaya modal hutang jangka pendek , merupakan hutang yang jangka waktu
pengembaliannya kurang dari 1 tahun, biasanya terdiri dari hutang dagang,
hutang wesel, dan kredit jangka pendek lainnya.
b. Biaya Modal Hutang Jangka Panjang
Biaya modal hutang jangka panjang, biaya hutang yang ditanggung oleh
perusahaan yang menggunakan dana hutang tidak lain adalah sebesar tingkat
keuntungan yang diisyaratkan oleh pihak investor. Yang biasanya berasal dari
obligasi (cost of bond).
c. Biaya Modal Saham Preferen
Biaya modal saham preferen (cost of preferred stocks) adalah biaya rill yang
harus dibayar apabila perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham
preferen. Biaya modal saham preferen diperhitungkan sebesar tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) oleh investor pemegang
saham preferen.
d. Biaya Modal Saham Biasa Dan Laba Ditahan
Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya
dikeluarkan perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa
atau menggunakan laba ditahan untuk investasi.
2.5.3 Model Pengukuran Biaya Ekuitas
Pengukuran biaya modal saham biasa (biaya modal ekuitas), dipengaruhi
oleh model penilaian perusahaan yang digunakan. Ada beberapa model penilaian
perusahaan, antara lain:
a. Model penilaian pertumbuhan konstan (constant growth valuation
model)
Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa nilai saham sama dengan
nilai tunai (present value) dari semua deviden yang akan diterima di masa yang
akan datang (diasumsikan pada tingkat pertumbuhan konstan) dalam waktu yang
tidak terbatas ( Model ini dikenal dengan sebutan Gordon model).
b. Model Ohlson
Model Ohlson digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan dengan
mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba
abnormal.
c. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Berdasarkan model CAPM, biaya modal saham biasa adalah tingkat return
yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas risiko yang tidak dapat
Pada penelitian ini, biaya ekuitas diukur dengan menggunakan pendekatan
return saham. Secara umum pengertian return adalah sejumlah keuntungan atau
kerugian yang diterima dari hasil investasi surat berharga (Ross et. All, 2003).
Dimana semakin tinggi return maka semakin besar keuntungan yang diterima
oleh investor. Return saham dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus dalam bentuk umum sebagai berikut:
Rs : ( Pit – Pit-1) ] / Pit-1
Dimana,
Rs : tingkat pengembalian persaham
Pit : harga saham perlembar perusahaan i pada tahun ke t
Pit-1 : harga saham perlembar perusahaan i pada tahun ke t-1
2.6 Resiko
Resiko bila diartikan sebagai kemungkinan return actual yang berbeda
dengan return yang diharapkan. Dalam ilmu ekonomi, dan ilmu investasi pada
khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah mahluk yang rasional. Return
yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan
kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya
beli akibat adanya pengaruh inflasi. Keputusan investasi sangat bergantung pada
besar luas pengungkapan informasi masih menjadi isu kontroversial saat ini.
Kekurangan dan ketidaklengkapan informasi akan tercermin dalam biaya modal
sebagai premium di atas risk free rate rate of return ditambah econimic risk
premium. Pengungkapan yang sempit biasanya menyebabkan premium risiko
investasi yang tinggi dan pengungkapan yang luas menyebabkan premuim risiko
investasi yang rendah.
Risiko jika dilihat dari sudut pandang investor dapat dibagi dua, yaitu
risiko yang dapat dideversifikasi (diversifiable risk/non-systematic risk) dan risiko
yang tidak dapat didiversifikasi (non-diversifiabel risk/systematic risk). Risiko
saham yang dapat didiversifikasi berkaitan dengan faktor-faktor spesifik
perusahaan yang menerbitkan saham (emiten). Risiko ini bisa dikurangi melalui
diversifikasi dengan membentuk portofolio yang terdiri dari beberapa jenis saham
yang berbeda, sedangkan risiko yang tidak dapat didiversifikasi berkaitan dengan
faktor-faktor makro yang mempengaruhi semua saham pada suatu pasar modal,
yang disebut dengan risiko pasar. Semakin besar resiko yang harus ditanggung
investor atas investasi yang dilakukannya, maka semakin besar pula tingkat return
yang diharapkan oleh investor.
Beta sebagai ukuran resiko sistematis saham, telah dipergunakan secara
luas oleh para investor dan analisis dalam melakukan analisis dan pemilihan
saham. Beta dapat bernilai positif dan negatif. Nilai beta digunakan sebagai alat
pengukur tingkat kepekaan suatu return saham terhadap suatu kondisi yang
dampaknya dirasakan oleh semua perusahaan. Semakin besar sensitifitas return
sebaliknya, semakin kecil sensitivitas return saham semakin kecil pula beta
sahamnya. Berdasarkan nilai beta, suatu saham dapat digolongkan sebagai saham
agresif (â > 1), saham defensive ( â < 1), saham netral ( â = 1). Bagi saham
agresif, return saham bergeral lebih besar daripada return pasar. Saham defensive,
return saham bergerak lebih kecil dari daripada return pasar. Saham netral disebut
dengan saham rata-rata.
2.6.1 Sumber dan Tipe Resiko
a. Risk Rate
Interest Risk Rate adalah variabilitas dalam return sekuritas dari perubahan
tingkat suku bunga interest rate risk. Interest rate risk memepengaruhi obligasi
secara langsung daripada common stock, tapi itu juga mempengaruhi keduanya
dan membutuhkan pertimbangan yang sangat penting bagi para investor.
b. Market Risk
Market Risk adalah variabilitas return, hasil dari fluktuasi dalam
keseluruhan pasar saham agregat, itulah yang dimaksud dengan market risk.
Market risk juga termasuk faktor-faktor eksogen seperti resesi, perang, perubahan
struktur dalam ekonomi dan perubahan selera konsumen.
c. Inflation Risk
Inflation Risk adalah faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah
resiko daya beli atau berkurangnya kemampuan membeli investasi dalam dollar.
melibatkan/mengandung resiko walaupun return nominal cukup aman. Resiko ini
berhubungan dengan interest rate risk, karena interest ratio biasanya seiring
peningkatan inflasi.
d. Business Risk
Business Risk adalah resiko melakukan suatu bisnis dalam industri khusus
disebut business risk.
e. Financial Risk
Financial Risk adalah financial tidak berhubungan dengan penggunaan
pembiayaan hutang oleh perusahaan. Besarnya proporsi aset oleh pembiayaan
hutang dan besarnya variabilitas return adalah sama. Konsep financial leverage
juga termasuk didalam financial risk.
f. Liquidity Risk
Liquidity Risk adalah resiko yang berhubungan dengan pasar sekunder
dalam perdagangan sekuritas. Suatu investasi yang dapat dibeli atau dijual secara
cepat dan tanpa harga yang signifikan biasanya bersifat liquid. Semakin tidak
menentunya elemen waktu dan konsesi (kelonggaran) harga, semakin besar
liquidity risknya.
g. Exchange Rate Risk
Exchange Rate Risk adalah semua investor yang berinvestasi secara
internasional pada arena investasi global sekarang ini,menghadapi prospek yang
tak menentu dalam return setelah mereka mengubah keuntungan mereka kedalam
sebagai variabilitas return yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang. Exchange
rate risk biasanya disebut juga currency risk.
h. Country Risk
Country risk biasanya disebut juga political risk, yaitu risiko yang penting
untuk para investor pada zaman sekarang ini. Dengan banyaknya investor yang
berinvestasi secara internasional, baik secara langsung maupun tidak langsung,
stabilitas dan kelangsungan hidup ekonomi suatu negara perlu di pertimbangkan.
United States mempunyai country risk yang paling rendah dan beberapa negara
lain dapat dinilai dengan menggunakan ukuran United States sebagai tolak
ukurnya.
2.7 Ukuran Perusahaan (SIZE)
Bayu (2007: 20) menunjukkan pada perusahaan besar dengan total risiko
yang ditanggung oleh investor lebih besar, akan mendapatkan keuntungan per
saham yang terbesar (dalam hal ini peningkatan harga saham) sebagai hasil dari
peningkatan pengungkapan. Daya serap yang besar dari institusional ini akan
memberikan keuntungan yang lebih besar ketika perusahaan mengurangi asimetri
informasi dengan menerbitkan suatu pengungkapan sehingga menurunnya cost of
equity capital-nya juga lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Adanya kecenderungan investor lebih senang menanamkan modal pada
perusahaan besar atau adanya kecenderungan investor lokal selalu mengikuti
investor asing dalam memilih saham /memberli saham dalam menanamkan
perusahaan besar memberikan return per saham yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan kecil
Siti (2004:66) menemukan ukuran perusahaan (diproksi dengan total
aktiva perusahaan) mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat
pengungkapan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan
semakin besar tingkat pengungkapan. Semakin luas tingkat pengungkapan
perusahaan maka akan menurunkan asimetri informasi yang pada akhirnya
menurunkan cost of equitycapital.
2.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tersebut dapat diuraikan melalui tabel berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Peneliti Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian informasi dan beta saham berpengaruh positif terhadap
cost of equity capital tetapi
ukuran perusahaan berpengaruh negarif terhadap
cost of equity capital.
2 Wiwik
Publik Sektor negatif terhadap cost of equity of capital sedangkan beta saham berpengaruh positif terhadap cost of equity capital
4 Nei terhadap return saham, dan
hanya ROE yang berpengaruh secara simultan terhadap return saham
2.9 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis Penelitian
2.9.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstapolasi dari tinjauan teori
dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang
diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:
H 1
Pengaruh tingkat disclosure bagi manajemen perusahaan adalah
meningkatnya jumlah investor dan mengurangi asimetri informasi. Dengan
mengurangi tingkat asimetri informasi maka laporan keuangan lebih transparan
dan menyebabkan estimasi risiko oleh investor rendah karena tidak ada informasi
yang disembunyikan, maka tingkat pengembalian yang diminta oleh investor juga
rendah, sehingga mengurangi biaya modal.
Defenisi tingkat disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi
yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan
Informasi penjelasan mengenai mengenai kesehatan keuangan dapat juga
diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus diungkapkan termasuk
informasi kualitatif dan kuantitatif yang akan sangat membantu pihak pengguna
laporan keuangan (principal)..
Mengingat pentingnya informasi bagi principal (investor), dalam
pengambilan keputusan yang optimal terhadap investasi yang akan
dilakukan,maka pihak principal harus mengetahui resiko baik buruknya yang akan
diterima. Pada umumnya semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor
dalam berinvestasi maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan.
Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung pada preferensi investor
terhadap resiko. Investor yang memiliki keberanian yang tinggi maka dia akan
memilih keberanian yang tinggi dengan harapan memperoleh tingkat return yang
tinggi, dan demikian juga sebaliknya.
Ukuran perusahaan (SIZE), yang dinyatakan dengan market capitalized
diharapkan berhubungan positif terhadap biaya ekuitas. Perusahaan yang
berukuran lebih besar cenderung memiliki publik demand akan informasi yang
lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Alasan lainnya
adalah bahwa perusahaan lebih besar mempunyai biaya produksi informasi yang
lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive
disadvantage yang lebih rendah.
Semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi tingkat pengungkapan, semakin
tinggi tingkat pengungkapan semakin rendah asimetri informasi, semakin rendah
2.9.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk pertanyaan (Sugiyono,2007: 67).
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas, maka
hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah:
a. Tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas
Biaya ekuitas mencerminkan besar ekuitas yang dimiliki perusahaan.
Semakin besar biaya ekuitas yang ditanggung perusahaan maka semakin tinggi
pula ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Pada kondisi seperti ini biasanya
perusahaan tidak akan menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya, perusahaan
cenderung mengungkap laporan keuangannya tanpa ragu-ragu. Akan tetapi jika
biaya ekuitas kecil perusahaan cenderung menutupi laporan keuangannya. Tetapi
di lain pihak, investor ingin mengetahui kondisi perusahaan pada saat itu sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasinya. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin rendah biaya ekuitas yang ditanggung perusahaan
maka perusahaan dituntut untuk mengungkapkan laporan keuangannya secara
baik.
Menurut Komalasari dan Baridwan (2001) yang menunjukkan bahwa
penurunan Cost of Equity bagi perusahaan yang timbul dari menurunnya asimetri
informasi di antara pelaku pasar (investor) dapat mendorong mereka untuk
Hasil penelitian yang dilakukan Siti (2004:50), menguji pengaruh
informasi asimetri dan disclosure terhadap cost of equity capital. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa asimetri informasi rendah maka dibutuhkan disclocure yang
handal agar dapat menurunkan cost of equity capital perusahaan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang membuktikan pengaruh tingkat
disclosure terhadap biaya ekuitas, maka hipotesis alternatif pertama yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
H 1: Tingkat disclosure berpengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas.
b. Ukuran Perusahaan terhadap biaya ekuitas
Berkaitan dengan ukuran perusahaan,perusahaan besar dengan total risiko
yang ditanggung oleh investor lebih besar, akan mendapatkan keuntungan per
saham yang terbesar (dalam hal peningkatan nilai saham) sebagai hasil
peningkatan pengungkapan, maka harga sekuritas perusahaan tersebut semakin
tertanggung pada keleluasan daya serap. Bagi perusahaan besar ia perlu menarik
institusional karena mereka diharapkan akan memegang sekuritas perusahaan
dalam jumlah yang besar dan membuat perdagangan yang besar sehingga
liquiditas sekuritas meningkat. Daya serap yang besar dari investor intitusional ini
memberikan keuntungan yang lebih besar ketika perusahaan mengurangi asimetri
informasi dengan menerbitkan suatu pengungkapan sehingga penurunan cost of
equity capital-nya juga lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang membuktikan pengaruh tingkat
disclosure terhadap biaya ekuitas pada perusahaan yang berukuran besar dengan
perusahaan yang berukuran kecil, maka hipotesis alternatif pertama yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah
H 2 : ukuran perusahaan berpengaruh terhadap biaya ekuitas.
c. Tingkat resiko terhadap biaya ekuitas
Resiko merupakan suatu kejadian yang bersifat merugikan yang akan
terjadi yang akan datang. Resiko yang dimaksud disini adalah resiko investasi
yang berhubungan dengan kemungkinan (probability) terjadinya keuntungan yang
sebenarnya (actual earning) dikurangi dengan expected rate of return
(keuntungan yang diharapkan). Pada prinsipnya, para investor selalu akan
memilih investasi yang memberikan resiko yang terendah untuk tingkat
imbalan/keuntungan yang sama. Berdasarkan prinsip tersebut, maka suatu usulan
investasi yang dirasakan memberikan resiko yang lebih besar harus memberikan
tingkat keuntungan yang lebih besar pula agar investor mau mengambilnya.
Semakin tinggi resiko suatu investasi, maka akan semakin tinggi pula tingkat
keuntungan yang diharapkan.
Lang dan Lundlolm (1991), menemukakan bahwa keuntungan potensial
terhadap ungkapan, termasuk meningkatnya investor yang mengikutinya,
mengurangi estimasi resiko dan mengurangi asimetri informasi yang
masing-masing menunjukkan pengurangan cost of equity capital perusahaan dalam
Vita (2007:35), mengungkapkan bahwa “semakin besar ukuran
perusahaan, maka estimasi resiko semakin rendah sehingga menyebabkan tingkat
pengembalian yang diminta oleh investor rendah dan biaya ekuitas yang
dikeluarkan oleh perusahaan rendah.
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa tingkat resiko mempengaruhi biaya
ekuitas perusahaan, maka hipotesis alternatif kedua yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
H 3: tingkat resiko berpengaruh secara signifikan terhadap biaya ekuitas.
d. Tingkat disclosure, ukuran perusahaan, resiko terhadap biaya ekuitas
Berkaitan dengan ukuran perusahaan, Diamond dan Verrencchia (1991)
menyatakan bahwa perusahaan besar, dengan total risiko yang ditanggung oleh
investor lebih besar, akan mendapatkan keuntungan per saham yang terbesar
(dalam hal peningkatan nilai saham) sebagai hasil peningkatan pengungkapan,
maka harga sekuritas perusahaan tersebut semakin tertanggung pada keleluasan
daya serap. Bagi perusahaan besar ia perlu menarik institusional karena mereka
diharapkan akan memegang sekuritas perusahaan dalam jumlah yang besar dan
membuat perdagangan yang besar sehingga liquiditas sekuritas meningkat. Daya
serap yang besar dari investor intitusional ini memberikan keuntungan yang lebih
besar ketika perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menerbitkan suatu
pengungkapan sehingga penurunan cost of equity capital-nya juga lebih besar
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa semakin besar size
perusahaan maka semakin besar pengungkapan yang perlu diungkapkan.
Pernyataan tersebut mendasarkan teori keagenan yang menyatakan bahwa pada
perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar. Perusahaan besar
akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya mengurangi
biaya keagenan tersebut.
Mardiyah (2001:30) menguji interaksi ukuran perusahaan dengan
pengungkapan dan menguji interaksi pengungkapan dengan asimetri informasi.
Dalam riset ini ukuran perusahaan diproksi dengan menggunakan total aktiva
perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai
hubungan yang positif dengan tingkat pengungkapan dan pengungkapan
berhubungan negatif terhadap asimetri informasi. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi tingkat pengungkapan, semakin
tinggi tingkat pengungkapan semakin rendah asimetri informasi, semakin rendah
asimetri informasi cost of equity capital akan semakin rendah.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa tingkat
disclosure, ukuran perusahaan dan resiko mempengaruhi biaya ekuitas
dirumuskan dalam penelitian ini adalah
H 4 : tingkat disclosure, ukuran perusahaan dan resiko berpengaruh secara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain kasual
berguna untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel
lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
Berdasarkan perspektif pengukuran konstruk, penelitian ini menggunakan
skala rasio, dimana klasifikasi konstruk diukur dalam bentuk variabel.
Penelitian ini menggunakan metode observasi (pengamatan) terhadap data
yang digunakan. Dimensi waktu yang dipakai adalah time series, yang
mencerminkan keadaan pada suatu saat tertentu, yaitu dari tahun 2008-2010.
3.2 Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif yaitu data
yang telah diolah yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek
Indonesia yait
manufaktur tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
3.3 Teknik Penentuan Sampel
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang berjumlah 146 perusahaan selama tahun 2008-2010.
Sampel adalah bagian dari unit populasi yang diperoleh melalui sampling
tertentu (Rochaety et al, 2007:64). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Beberapa pertimbangan atau kriteria sebagai sampel
sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut merupakan kategori industri manufaktur pada tahun
2008-2010
2. Perusahaan tersebut tidak didelisting pada tahun 2008-2010
3. Perusahaan tersebut telah menerbitkan dan melaporkan laporan keuangan yang
telah di audit secara teratur pada tahun 2008-2010.
4. Perusahaan tersebut memiliki laba positif.
Berdasarkan kriteria diatas, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah berjumlah 33 data perusahaan emiten dengan 99 unit analisis (33 x 3 tahun
). Daftar perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
Daftar perusahaan sampel
No Perusahaan KODE
1 Holcim Indonesia Tbk SMCB
2 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
3 Semen Gresik ( Persero) Tbk SMGR
5 Citra Turbindo Tbk CTBN
11 Chaeron Pokphan Indonesia Tbk CPIN
12 Japfa Caomfeed Indonesia Tbk FPFA
13 Sierad Produce Tbk SIPD
14 Fajar Surya Wisesa Tbk FASW
15 Tjiwi Kimia Tbk TKIM
16 Astra International Tbk ASII
17 Astra Otopart AUTO
18 Indo Kordsa Tbk BRAM
19 Indomobil Sukses Makmur Tbk IMAS
20 Multi Srada Arah Srana Tbk MASA
21 Indorama Syntheties Tbk INDR
22 Sucaco Tbk SCCO
23 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
24 Mayora Indah Tbk MYOR
25 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA
26 Ultra Jaya Mil Ind Tbk ULTJ
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari pihak eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap.
Tahap pertama dilakukan dengan melalui studi pustaka dengan cara pengkajian
dan pendalaman literature-literature, seperti: buku, jurnal akuntansi, dan laporan
penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap kedua,
pengumpulan data sekunder diperoleh dari media internet dengan cara
mendownload melalui situs
laporan keuangan yang dibutuhkan.
3.5 Defenisi Operasional
Variabel bebas ( independent variable) yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tingkat disclosure , tingkat resiko, dan ukuran perusahaan (size).
a. Tingkat disclosure ( Pengungkapan Laporan)
Tingkat pengungkapan laporan tahunan merupakan ukuran yang
menyatakan besarnya proporsi pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut. Instrument pengukuran proporsi pengungkapan yang
digunakan adalah item-item pengungkapan yang dikembangkan dari kriteria
penilaian Annual Report Award yang diberikan oleh Bapepam sebanyak 61
item.
Indeks pengungkapan untuk setiap ( disclosure index) untuk setiap
1. Sebuah item diberi skor 1 (satu) jika diungkapkan dan skor 0 (nol) jika
tidak diungkapkan.
2. Proporsi disclosure setiap perusahaan diukur dengan indeks yaitu skor
total yang diberikan kepada sebuah perusahaan dengan skor yang
diharapkan (maksimal) dapat diperoleh perusahaan tersebut. Skor
maksimal adalah 61. Indeks dapat dirumuskan sebagai berikut:
Disclosure index = jumlah skor disclosure sebuah perusahaan
Jumlah skor maksimal
b. Ukuran perusahaan (size)
Ukuran perusahan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Variabel ukuran
perusahaan dalam penelitian ini adalah diukur melalui logaritma dari total
aktiva. Total aktiva dipilih sebagai proxy atas ukuran perusahaan dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relative lebih stabil dibandingkan
dengan nilai market capitalized dan penjulan.
c. Tingkat Resiko (Beta saham)
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu saham atau
return portofolio terhadap return pasar. Beta saham ke-i mengukur volatilitas