• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORITIS

3. Partisipasi

37

3. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Untuk menghindari kesalahan persepsi kita tentang partisipasi, maka perlu kiranya penulis menjelaskan apa yang dimaksud partisipasi, anak muda dan partisipasi anak muda.

Kata partisipasi berasal dari bahasa Ingris Partisipation yang berarti pengambilan bagian, pengikut sertaan. Dalam Ensiklopedia Pendidikan menyatakan partisipasi adalah: suatu gejala demokrasi, dimana orang diikut sertakan didalam perencanaan serta pelaksanaan dari segala sesuatu yang berpusat kepada kepentingannya dan juga menanggung tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan atau tingkat kewajibannya. Partisipasi itu terjadi baik dibidang-bidang fisik maupun dibidang mental serta dibidang penentuan kebijaksanaan.

Jnanabrota Ehattacharyya dalam buku Pembangunan Masyarakat mengartikan partisipasi sebagai, “pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.”

Mubyarto dalam buku yang sama mendefinisikan partisipasi sebagai, “Kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri”.

Istilah partisipasi mengandung arti keikutsertaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, partisipasi adalah “sejumlah orang yang turut berperan dalam suatu kegiatan, keikutsertaan dan peran

38

serta”. Maksud partisipasi di sini adalah keikutsertaan, peran serta, atau keterlibatan seseorang baik secara perorangan maupun sebagai kelompok dalam suatu kegiatan tertentu.

Dalam kamus sosiologi participation ialah setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu.15

Definisi lain menyebutkan partisipasi adalah kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan.16

Suatu definisi partisipatif baik secara deskriptif maupun normatif terutama harus menekankan bahwa segala perkembangan masyarakat merupakan proses yang hanya bisa berhasil jika hanya dijalankan bukan saja bagi tetapi juga bersama dengan dan oleh rakyat sendiri.17

H.A.R.Tilaar, mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya. Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah

15

Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Hlm. 355

16

Loekman Soetrisno, Menuju Masyarakat Partisipatif (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Hlm. 207

17Johannes Muller, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), Hlm. 256

39

mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :

1) Partisipasi langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

2) Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya. Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan; kedua, partisipasi dalam pelaksanaan; ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan; dan keempat, partisipasi dalam evaluasi.

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

40

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.

Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan program yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan suatu individu atau kelompok dalam pencapaian tujuan dan adanya pembagian kewenangan atau tanggung jawab bersama.

b. Bentuk-Bentuk Partisipasi

Bentuk Partisipasi Bentuk partisipasi menurut Effendi yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D, terbagi atas:

41

1) Partisipasi Vertikal

Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.

2) Partisipasi horizontal

Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.

Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D, partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Partisipasi fisik

Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan usaha sekolah.

2) Partisipasi non fisik

Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.

42

c. Unsur-Unsur Partisipasi

Menurut B. Suryosubroto partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1) Keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi.

2) Kemauan anggota untuk berinisiatif dan berkreasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi. Sifat dari partisipasi sebagai berikut:

(1) adanya kesadaran dari para anggota kelompok, (2) tidak adanya unsur paksaan,

(3) anggota merasa ikut memiliki. d. Jenis-jenis Partisipasi

Menurut B. Suryosubroto juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut:

1) Pikiran 2) Tenaga 3) Keahlian 4) Materi.

e. Syarat-Syarat Tercapainya Partisipasi

Syarat-syarat sebagai kondisi tercapainya partisipasi menurut Pariata Westra dalam B. Suryosubroto, sebagai berikut:

43

2) Pembiayaan hendaknya tidak melebihi nilai-nilai hasil yang diperoleh.

3) Pelaksanaan pertisipasi haruslah memandang pentingnya serta urgen terhadap kelompok kerja.

4) Peserta partisipasi haruslah mempunyai kemampuankemampuan tertentu agar efektif untuk dipartisipasikan.

5) Pelaku partisipasi haruslah berhubungan agar saling tukar ide. 6) Tidak ada pihak-pihak yang merasa terancam dengan adanya

partsipasi.

7) Partisipasi agar efektif jika didasari atas asas-asas adanya kebebasan kerja.

f. Manfaat Partisipasi

Keith Davis dalam Suryosubroto, mengemukakan manfaat prinsipil dari partisipasi yaitu:

1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar.

2) Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari pada anggotanya.

3) Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta membangun kepentingan bersama.

4) Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.

5) Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan-perubahan. Heidjrachman Ranupandojo mengemukakan bahwa dengan dijalankannya partisipasi akan bisa diperoleh beberapa manfaat seperti

44

bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya sumbangan pikiran), adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan.

g. Tingkatan Partisipasi

Menurut Pariata Westra dalam B. Suyosubroto tingkatan partsipasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Tingkatan pengertian timbal balik artinya mengarahkan anggota agar mengerti akan fungsinya masing-masing dan sikap yang seharusnya satu sama yang lain.

2) Tingkatan pemberian nasihat artinya individu-individu disini saling membantu untuk pembuatan keputusan terhadap persoalan-persoalan yang sedang dihadapi sehingga saling tukar menukar ide-ide mereka satu persatu.

3) Tingkatan kewenangan artinya menempatkan posisi anggotanya pada keadaan mereka, sehingga dapat mengambil keputusan pada persoalan yang mereka hadapi.

Partisipasi secara penuh hanya mungkin terjadi apabila terdapat iklim yang memungkinkan ke arah itu, walaupun dari pihak pengikut telah ada kesadaran untuk mengembangkan pikiran maupun fisiknya, namun tidak mungkin terwujud, tanpa tersedianya peluang untuk itu18

18

Fajrin, Anisa. Patisipasi Siswa Dalam Kegiatan Ektrakulikuler Terhadap Kecenderungan Perilaku Delinkuen. UNILA Bandar Lampung. 2015. Hlm 17-21

45

Dokumen terkait