• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi tentang Rebranding Zetizen Jawa Pos dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi tentang Rebranding Zetizen Jawa Pos dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG REBRANDING ZETIZEN JAWA POS DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MEMBER PADA KEGIATAN ZETIZEN JAWA POS DI

SURABAYA

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

MAHESA MAULANA NIM. B76213072

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Mahesa Maulana, B76213072, 2017. Hubungan Persepsi Tentang Rebranding Zetizen Jawa Pos Dengan Tingkat Partisipasi Member Pada Kegiatan Zetizen Jawa Pos Di Surabaya. Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan (1) Adakah hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya? (2) Sejauh mana tingkat hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya? Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatori. Peneliti menguji hipotesis tentang adanya hubungan variabel-variabel (sebab-akibat).

Data penelitian terhimpun dari hasil kuesioner. Penyebaran angket dilakukan pada member aktif Zetizen Jawa Pos Surabaya. Data penelitian juga didukung dengan data dokumentasi kegiatan dan data perusahaan sebagai pendukung terhadap permasalahan yang diangkat oleh penulis. Hasil penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang rebranding Zetizen Jawa Pos dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen di Surabaya. Hal tersebut dilihat pada hasil uji regresi linier. 0.000 < 0.05 maka Ha diterima sedangkan Ho ditolak. Artinya koefisien regresi Constant Signifikan. Variabel indikator rebranding adalah persepsi tentang logo, persepsi tentang nama dan persepsi tentang slogan. Perubahan logo yang menarik dan mudah diingat, nama yang mudah diucapkan dan dipahami, serta slogan yang mudah diucapkan dan dimengerti maksud dan tujuannya.

(7)

E. Kajian Penelitian Terdahulu ……….…... 6

F. Definisi Operasional ………...… 11

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………..… 14

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ……….… 14

3. Teknik Populasi ……….………….. 14

4. Variabel dan Indikator Penelitian ……….……... 17

5. Teknik Pengumpulan Data .……….… 17

6. Teknik Analisis Data ……….……….. 19

H. Sistematika Pembahasan ……… 21

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Deskripsi Subyek Penelitian ……….... 52

2. Deskripsi Obyek Penelitian ………..…… 63

3. Lokasi Penelitian ……….. 64

B. Deskripsi Data Penelitian ……….……. 73

(8)

B. Analisa Hasil Penelitian ………..……... 84

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ………..……….…………. 87 B. Rekomendasi ……….. 88

Daftar Pustaka Biodata

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kajian Penelitian Terdahulu ………...…… 6

Tabel 1.2 Indikator Penelitian ………. 16

Tabel 1.3 Pengumpulan Data ……….……. 17

Tabel 3.1 Data Jumlah Partisipan Event2015 dan 2016 ……….…… 51

Tabel 3.2 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………….…… 52

Tabel 3.3 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ……….… 52

Tabel 3.4 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 53

Tabel 3.5 Daftar Nama Responden dan Asal Sekolah ……… 53

Tabel 3.6 Daftar Sekolah Menengah Pertama (SMP) ………. 63

Tabel 3.7 Daftar Sekolah Menengah Atas (SMA) ………. 65

Tabel 3.8 Rata-Rata Skor Responden Variabel X ……….. 71

Tabel 3.9 Rata-Rata Skor Responden Variabel Y ……….. 72

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas ….……….… 74

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel X ……… 75

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y ……… 77

Tabel 4.4 Hasil Uji Reabilitas Variabel X ……….. 77

Tabel 4.5 Hasil Uji Reabilitas Variabel Y ……….. 78

Tabel 4.26 Regresi Linier Sederdana ………….………. 96

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Logo Deteksi dan Zetizen ……….…… 2 Gambar 2.1 Piramida Awareness …….………. 46 Gambar 3.1 Diagram Member Aktif Zetizen Surabaya ……….……… 50

(11)

DAFTAR BAGAN

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam kehidupan sehari – hari merupakan mahkluk sosial

yang setiap harinya membutuhkan informasi. Informasi tersebut dapat meliputi bagian kehidupan manusia itu sendiri baik secara pribadi maupun

secara umum di dalam lingkungannya. Kebutuhan akan informasi telah mendorong manusia untuk mengembangkan suatu teknik dan alat untuk mempermudah dalam mengakses suatu informasi.

Dengan adanya informasi manusia dapat berekspresi. Dengan mengakses, menyerap serta menuangkan pendapatnya untuk diapresiasikan ke

dalam berbagai segi aspek kehidupannya. Baik dari segi aspek politik, sosial, budaya, ekonomi, teknologi sampai kepada hiburan. Saat ini hal tersebut juga terjadi, saat arus globalisasi menerpa.

Salah satu akses informasi yang didapatkan adalah melalui media massa. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan baik oleh pemancar audio maupun visual. Komunikasi massa akan lebih mudah dan

lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film.1

1

(13)

2

Perkembangan media massa begitu pesat, yang mana dimulai oleh

media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan sebagainya serta media elektronik televisi, radio, film yang kemudian berkembang pada internet. Hal

inilah yang menandai lahirnya era komunikasi interaktif.2

Koran Jawa Pos adalah salah satu koran terbesar di Indonesia. Koran Jawa Pos terdiri dari 3 coupleatau 3 pasang yaitu couple Jawa Pos, couple

Metropolis (untuk wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Gresik) dan Sportaiment. Zetizen merupakan salah satu halaman anak muda di koran Jawa Pos, terdapat

pada coupleSportaiment yang dulunya dikenal dengan Sportivo.

Halaman anak muda ini merupakan salah satu bagian dari Trisula

kunci sukses Jawa Pos. Trisula kunci sukses Jawa Pos terdiri dari Reinvention, The art of philosophy, The power of youth.The power of youth, Jawa Pos menggunakan kekuatan anak muda sebagai pembaca yang paling

berpengaruh. Melalui Zetizen yang dulu bernama DetEksi ini, banyak kegiatan yang dikhususkan untuk anak muda, yang pastinya selalu ada yang baru untuk ditampilkan.

Gambar 1.1 Logo Deteksi dan Zetizen

Zetizen Jawa Pos dulunya dikenal dengan DetEksi Jawa Pos adalah halaman yang dipekerjakan khusus anak muda dan segmentasinya untuk anak

muda. DetEksi dulunya hanya dikenal di Jakarta dan Surabaya saja untuk

2

(14)

3

halaman anak muda. Tetapi saat tahun 2016 tepatnya pada tanggal 26 Februari

DetEksi berganti nama menjadi Zetizen Jawa Pos. Dan Zetizen saat ini tidak hanya di Surabaya tetapi di seluruh Indonesia di 34 provinsi dan 38 kota di

Indonesia, dimana Zetizen sebagai halaman anak muda yang ada di koran Jawa Pos. Tidak hanya di halaman koran Jawa Pos, Zetizen telah memiliki situs website yang dapat diakses untuk informasi anak muda yaitu

www.zetizen.com. Tidak hanya informasi saja yang dapat diakses di situs

website zetizen.com, tetapi anak muda dapat menjadi member zetizen untuk

berpartisipasi pada halaman polling,event kompetisi dan challenge yang di adakan Zetizen Jawa Pos.

Kegiatan memposisikan ulang suatu merek ini sendiri memerlukan perubahan bentuk dan citra yang ingin dicapai. Tujuan umum dari rebranding

sendiri adalah untuk mempengaruhi persepsi konsumen tentang sebuah

produk atau jasa dengan merevitalisasi merek dan membuatnya lebih modern dan lebih relevan pada kebutuhan konsumen. Namun rebranding juga meliputi perubahan pesan, perubahan cara pendekatan pada konsumen,

pemberian jasa-jasa baru, atau bahkan perubahan mengenai apa yang dijanjikan pada konsumen.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan rebranding, salah satu yang terpopuler adalah perubahan konsep dalam mendekati konsumen. Perubahan ini terjadi seiring dengan perkembangan teknologi

(15)

4

dan informasi sangatlah penting dalam aktivitas keseharian masyarakat. Tidak

hanya itu, banyak perusahaan melakukan rebranding untuk meningkatkan penjualan atau memperluas pangsa pasar mereka. Akan tetapi keputusan

rebranding tidak selamanya menjadi solusi yang tepat dalam meningkatkan penjualan atau memperluas pangsa pasar.

Dengan merubah nama atau rebranding suatu perusahaan mempunyai target massa yang lebih luas guna meningkatkan partisipasi konsumen dan mendekatkan perusahaan dengan konsumen dalam kegiatan yang

diadakannya. Tingkat partisipasi anak muda dapat diukur dari keikutsertaan dalam kegiatan polling, event kompetisi dan challenge yang diadakan Zetizen Jawa Pos. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan partisipasi anak muda di Surabaya pada satu tahun sebelum rebranding (DetEksi) dan satu tahun setelah rebranding (Zetizen).

(16)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan penulis tersebut di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Adakah hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi

member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya?

2. Sejauh mana tingkat hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang di kemukakan di atas, maka tujuan yang akan di capai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adakah hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya. 2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan persepsi tentang

rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini berguna dan memberikan manfaat yang besar baik secara teoritis maupun praktis.

a. Secara teoritis

Memberikan informasi tentang bagaimana hubungan persepsi tentang

rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya. Sebagai acuan dalam sumber refrensi terkait hubungan

(17)

6

b. Secara praktis

Manfaat secara praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan kepada Zetizen Jawa Pos Surabaya dan

sebagai media edukasi anak muda Surabaya.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan referensi maka peneliti mengkaji hasil penelitian terdahulu sebagai pembanding, baik dalam metode, teori, tujuan maupun hasil penelitian

sebagai pembanding untuk menyelesaikan penelitian ini. Secara ringkas dapat diperhatikan melalui tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kajian Penelitian Terdahulu Sasaran

Pengaruh Perubahan Logo

(Rebranding) Terhadap Citra Merek Pada PT Telkom tbk Di Bandar Lampung

Pengaruh Rebranding Terhadap Citra Bank Jambi Pada Nasabah

(Studi Pengaruh Perubahan Nama, Logo, Slogan dan

Frontliner Terhadap Citra Bank Jambi pada Nasabah Kantor

Cabang Utama)

Nama Peneliti

(18)

7

Jenis Karya

Jurnal Volumne. 18, No. 2

Jurnal Kajian Komunikasi,

Volume 3, No. 2

Tahun Penelitian

November 2013 Desember 2015

Sumber Informasi

Institut Teknologi dan Bisnis

Kalbe, Jakarta logo PT Telkom dipersepsikan oleh para responden memiliki desain yang menarik dinilai

sangat baik, bentuk logo atau desain logo mudah diingat

dinilai baik, logo jelas dibaca dinilai sangat baik, logo mudah dipahami.

Perubahan logo (rebranding) berpengaruh secara signifikan

terhadap citra merek pada PT

Secara keseluruhan Bank Jambi

telah melakukan rebranding dengan baik, terbukti dari hasil penelitian ini yang menunjukan

hasil signifikan. Dari beberapa upaya yang telah dilakukan Bank

Jambi, perubahan di aspek frontliner mendapat apresiasi yang paling positif dan signifikan

dari para nasabah Bank Jambi. Artinya, mereka merasakan

(19)

8

Telkom di Bandar Lampung,

semakin melekat logo di benak konsumen dengan desain, warna, huruf dan slogan maka

citra merek akan berpengaruh positif di benak konsumen.

dari aspek frontliner bank. Selain

itu, logo Bank Jambi juga dinilai berkarakter dan cocok untuk Bank Jambi. Para nasabah juga

mengapresiasikan perubahan logo tersebut dengan respons

yang positif. Pada aspek nama bank, perubahan nama dari Bank Pembangunan Daerah Jambi

(BPD Jambi) menjadi Bank Jambi, mampu memberikan

respons yang positif meskipun tidak signifikan. Slogan Bank Jambi “Mitra Usaha Seiring

Sejalan” menjadi aspek terakhir,

atau yang terendah dalam

memberikan kontribusi terhadap pembentukan citra bank, namun

aspek ini juga cukup memberikan respons yang positif dari nasabah Bank Jambi.

(20)

9

asosiasi nama melibatkan

periklanan dan kegiatan sponsorship untuk semakin memperkuat dan mempertegas

nama baru tersebut, sehingga seluruh nasabah akan terbiasa

dengan menggunakan/

menyebutkan nama ‘Bank

Jambi’. Perlu dilakukan publikasi

slogan secara intensif. Bank Jambi juga harus menjaga

(21)

10

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh

perubahan logo (re-branding) terhadap citra merek yang dilakukan oleh PT Telkom Tbk

di Bandar Lampung.

Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh re-branding terhadap citra Bank Jambi pada nasabah (Studi Pengaruh Perubahan Nama, Logo, Slogan dan Frontliner

Terhadap Citra Bank Jambi pada Nasabah Kantor Cabang Utama)

Perbedaan

Menggunakan 2 (dua) variabel,

yaitu Variabel bebas atau independen variable (X) : Perubahan Logo, sedangkan

Variabel terikat atau dependent variable : Citra Merek (Y)

Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini berjumlah 5 variabel, yakni 4 variabel bebas

dan 1 variabel terikat. Variable X1: Nama, X2: Logo, X3:

(22)

11

F. Definisi Operasional

1. Persepsi tentang Rebranding

Menurut Miftah Thoha, persepsi pada hakikatnya adalah proses

kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Menurut Muzellec dan Lambkin, istilah re-branding digunakan untuk menjelaskan tiga peristiwa penting, yaitu perubahan nama, perubahan merek

secara estetika (warna, logo), ataupun reposisioning merek. Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa re-branding merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengubah citra perusahaan melalui perubahan nama yang lebih representatif serta membedakannya dari pesaing.

Jenis Perubahan Merek (Rebranding) menurut Daly dan Moloney menyatakan bahwa kontinum re-branding terdiri dari tiga katagori utama yaitu, perubahan kecil yang berfokus pada estetika, perubahan sedang yang berfokus pada reposisioning, dan perubahan keseluruhan yang melibatkan kegiatan komunikasi agar stakeholder mengetahui perubahan yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Stuart dan Muzellec secara spesifik, perubahan

(23)

12

dan logo, nama baru, logo dan slogan baru, logo baru dan hanya slogan saja

yang baru.3

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

persepsi rebranding adalah persepsi setiap individu tentang perubahan logo, perubahan nama, perubahan slogan ataupun sistem suatu perusahaan guna mengubah citra perusahaan. Logo dan simbol sangat penting agar dapat

dikaitkan dengan suatu nama merek (brand) didalam ingatan pelanggan. Nama merek yang mudah diucapkan, dapat diingat dengan baik oleh

konsumen, dan memiliki konotasi yang baik di dalam pikiran pelanggan. Slogan yang mudah diucapkan atau dimngerti. Sistem baru perusahaan seperti

online dapat memudahkan konsumen untuk mengakses informasi, karena di era digital ini hampir semua orang aktif di media online.

2. Partisipasi

Menurut Sastropoetro partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriahnya. Pengertian ini

menjelaskan peran seorang individu dalam mengambil bagian, atau turut serta menyumbangkan tenaga dan pikiran ke dalam suatu kegiatan, berupa

keterlibatan ego atau diri sendiri atau pribadi yang lebih daripada sekedar kegiatan fisik semata (artikel Dr. Arifin Sitio). Secara umum, partisipasi dapat

3

(24)

13

di artikan sebagai keterlibatan diri seseorang dalam suatu kegiatan, baik

secara langsung maupun tidak langsung atau suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi peserta dalam kegiatan bersama dalam situasi sosial

tertentu.4

Lebih jauh dijelaskan oleh Keith Davis dalam Sastropoetro bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di

dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab

terhadap usaha yang bersangkutan. Dengan kata lain, batasan dari partisipasi adalah keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan

keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan..5 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan sejumlah orang atau kelompok yang turut berperan dalam suatu

kegiatan dan intensitas suatu individu dalam mengikuti suatu kegiatan. Bentuk-bentuk dari partisipasi dapat berupa sumbangan pemikiran, partisipasi dalam bentuk materi, partisipasi bersifat skill/keahlihan dan tenaga fisik.

4

Sastropoetro. Pengertian Partisipasi. 1995. Tersedia : file:///E:/my%20sweety/teori%20partisipasi/ Teori%20partisipasi.htm

5

(25)

14

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kuantitatif, yaitu

mengukur data dengan angka-angka untuk mengetahui ada dan tidak ada pengaruh. Metode penelitian kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatori. Peneliti menguji hipotesis tentang adanya

hubungan variabel-variabel (sebab akibat). 2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

a. Subyek dalam penelitian ini adalah member aktif di Zetizen Jawa Pos Surabaya. Terdaftar menjadi member di zetizen.com dan aktif

mengikuti kegiatan yang diadakan Zetizen Jawa Pos.

b. Obyek dalam penelitian ini adalah partisipasi. Dalam penelitian ini, partisipasi yang dimaksud adalah keaktifan anak muda di Surabaya

dalam mengikuti kegiatan yang diadakan Zetizen Jawa Pos. c. Lokasi penelitian dilakukan di Surabaya.

3. Teknik Sampling

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Ukuran

(26)

15

Tabel 1.2 Jumlah Member Zetizen Jawa Pos Surabaya

NO KEGIATAN 2015 2016

1 Member - 18.532

Sumber: Zetizen Jawa Pos Surabaya

Menurut Sabar Rutoto dalam Pengantar Metodologi Penelitian, Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi sensus.6

Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian atau jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu.

Penentuan sampel dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan

teknik Accidental Sampling. Accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu sapa saja yang

secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. 7

Menurut Roscoe dalam Sugiyono, cara menentukan sampel dalam

penelitian yaitu: 6

Rutoto, Sabar. Pengantar Metodologi Penelitian. FKIP: Universitas Muria Kudus/. 2007.

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertian-populasi-dan-sampel-dalam-penelitian/

diakses pada hari minggu, 12 Maret 2017

7

(27)

16

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30

sampai 500 orang.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya pria – wanita, sekolah

menengah atas – sekolah menegah pertama dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30 orang.

3. Bila didalam penelitian akan melakukan analisis dengan

multivariate (kolerasi atau regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok control, maka jumlah anggota sampel masing-masing

antara 10 sampai 20 orang.

Berdasarkan poin ketiga yaitu bila di dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (kolerasi atau regresi berganda), maka jumlah

(28)

17

4. Variabel dan Indikator Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yang terdiri variabel terikat dan variabel bebas. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah :

Rebranding sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah : Partisipasi anak muda. Asumsi yang dapat melandasi hubungan kedua variabel adalah :

Tabel 1.3 Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel Definisi Operasional Sub Variabel

Variabel bebas atau

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh

(29)

18

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan dayta yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan

tertulis untuk dijawabnya.8

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, merupakan skala yang dapat digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi orang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Dengan menggunakan

skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, lalu dari dimensi dijabarkan menjadi indikator dan

dari indikator dijabarakan menjadi sub-indikator yang dapat diukur.

Sehingga sub-indikator inilah yang yang akan menjadi tolak

ukur untuk membuat suatu pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

Untuk variabel Persepsi Tentang Rebranding bobot nilai dari setiap pertanyaan, yaitu sebagai berikut :

1. Sangat Setuju (SS) : 5

2. Setuju (S) : 4

3. Kurang Setuju (KS) : 3 4. Tidak Setuju (TS) : 2

8

(30)

19

5. Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

Untuk variabel Partisipasi bobot nilai dari setiap pertanyaan, yaitu sebagai berikut :

1. Selalu (S) : 5

2. Sangat Sering (SS) : 4

3. Sering (SR) : 3

4. Jarang (J) : 2

5. Sangat Jarang (SJ) : 1

b. Dokumentasi

Peneliti menggunakan data-data dalam bentuk dokumentasi untuk lebih meyakinkan. Baik berupa foto maupun tulisan.

Tabel 1.3 Pengumpulan Data

Cakupan Informasi Instrumen

Apakah ada Pengaruh Rebranding Zetizen Jawa Pos terhadap Partisipasi anak muda Surabaya

Dokumentasi dan Kuesioner

Pencapaian Wawancara dan

Dokumentasi

6. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data dengan teknik analisis

(31)

20

menganalisis dan sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan

(diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner selanjutnya diolah dan

dianalisis.

Data yang diperoleh kemudian di proses di beberapa tahap, yaitu :

a. Editing : yaitu tahapan memeriksa kembali kelengkapan jawaban yang diperoleh

b. Coding : tahapan memberi kode pada masing-masing jawaban

c. Tabulasi : melakukan data pada tabel

Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Regresi Linier

Sederhana, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel indipenden terhadap variabel dependen.

Adapun bentuk umum persamaan analisis regresi linier sederhana

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = a + b

X

Keterangan:

Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X = Variabel independen

a = Konstanta

(32)

21

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini antara lain :

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Hasil Peneliti Terdahulu, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Penelitian membahas kajian pustaka dari penelitian dan Teori Brand

AwerenessMenurut Kotler.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Membahas tentang deskripsi objek dan lokasi penelitian, deskripsi data penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

(33)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Menurut Miftah Thoha persepsi pada hakikatnya adalah proses

kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.1

Segala sesuatu yang didapat dilingkungan, baik dilihat, didengar, dihayati, dirasa, dan dicium akan diproses sebagai informasi untuk

bertindak. Pendapat yang lebih sederhana diungkapkan oleh Sugihartono, bahwa persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterprestasi stimulus yang masuk dalam alat indera.2

Sedangkan menurut Carole Wade dan Carol Tarvis, perception

yaitu sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna.3

1

Miftah Thoha. Kepemimpinan dan Manajemen , Devisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Grafindo Persada, Kakarta. 2010. Hlm 141-142

2

Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press. 2007. Hlm 8

3

(34)

23

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge menyatakan persepsi

(perception) adalah proses dimana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan memoris mereka guna memberikan

arti bagi lingkungan mereka. Pandangan lebih luas diungkapkan oleh Fred Luthans bahwa kunci untuk memahami persepsi adalah mengakui bahwa persepsi merupakan interpretasi unik dari suatu situasi, bukan

rekaman situasi. Singkatnya, persepsi merupakan proses kognitif kompleks yang menghasilkan gambaran dunia yang unik, yang mungkin

agak berbeda dari realita. Definisi persepsi dari berbagai ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses untuk

menerjemahkan segala informasi yang didapat dari lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, dan perasaan. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa persepsi merupakan proses kognitif. 4

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi setiap manusia terhadap suatu stimulus beragam dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut.

Menurut Jalaluddin Rakhmat persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (dalam

Jalaluddin Rakhmat, menyebutkan faktor persepsi yaitu faktor fungsional

4 Murwati, E i. Persepsi Mahasiswa IP“ Terhadap Pe elajara Kewirausahaa Di Jurusa

(35)

24

dan faktor struktural. Dari berbagai faktor tersebut faktor perhatian

adalah faktor yang sangat mempengaruhi persepsi.5

Bimo Walgito menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perhatian ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari stimulus atau dari luar individu yang terdiri dari intensitas atau kekuatan stimulus, ukuran stimulus, perubahan stimulus, ulangan dari stimulus,

dan pertentangan atau kontras serta faktor individu yang terdiri dari sifat struktural dan sifat temporer individu, dan aktivitas yang sedang berjalan

pada individu. Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa perhatian diengaruhi oleh faktor eksternal penarik perhatian seperti gerakan,

intensitas, kebaruan, dan perulangan serta faktor internal pengaruh perhatian seperti faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi secara

garis besar terdiri dari faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor-faktor personal,

sedangkan faktor struktural merupakan sifat stimuli fisik dan efek saraf yang ditimbulkannya. Bimo Walgito mengemukakan agar individu dapat

menyadari dan dapat membuat persepsi, perlu adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu sebagai berikut:

5

(36)

25

1) Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).

2) Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis).

3) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).

c. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam

hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima

oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat,

atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses

(37)

26

stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses

terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.6

2. Rebranding

a. Pengertian Brand (Merek)

Pengertian Merek Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat

1 dalam Fandy Tjiptono pengertian merek adalah: Tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai dua unsur yaitu brand name yang terdiri dari dari huruf –huruf atau kata-kata yang dapat terbaca. Serta brand mark yang berbentuk simbol, desain atau

warna tertentu yang spesifik. Kedua unsur dari merek tersebut, selain berguna untuk membedakan satu produk dengan produk pesaingnya juga berguna untuk mempermudah konsumen untuk mengenali dan

mengidentifikasi barang atau jasa yang hendak dibeli. Menurut Rangkuti sebuah merek harus :

1) Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk tersebut 2) Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal, diingat. Nama yang

singkat akan sangat membantu.

6 Murwati, E i. Persepsi Mahasiswa IP“ Terhadap Pe elajara Kewirausahaa Di Jurusa

(38)

27

3) Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik dan

khas.

4) Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam berbagi bahasa

asing.

5) Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum.

Dengan merek yang baik, konsumen dapat memutuskan untuk datang dan membeli. Inti dari sebuah merek adalah gagasan dan kreatifitas yang

disempurnakan oleh imajinasi yang terus berkembang sehingga sebuah merek selalu ada di dalam pikiran konsumen.

b. Elemen Merek

Menurut Kotler elemen merek adalah alat pemberi nama dagang yang mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan merek.Merek setidaknya

harus memiliki beberapa elemen yang mampu memberikan kontribusi positif dalam penciptaan merek yang ideal. Beberapa elemen tersebut antara lain :

1) Nama merek, merupakan bagian dari merek yang dapat diucapkan. Nama merek merupakan unsur sentral yang ada di dalam suatu merek.

Nama merek harus mudah di ucapkan, dapat di ingat dengan baik oleh konsumen, serta memiliki konotasi yang baik di dalam pikiran penggunanya.

(39)

28

asosiasi. Walaupun kunci elemen dalam merek adalah nama merek,

namun logo dan simbol sangat penting agar dapat dikaitkan dengan suatu nama merek didalam ingatan pelanggan

3) Karakter, merupakan unsur khusus di dalam simbol suatu merek. Karakter umumnya muncul dalam iklan dan memainkan peran penting dalam suatu merek. Kriteria memilih elemen merek tiga yang pertama

: dapat diingat, berarti, dan dapat disukai adalah pembangunan merek, tiga yang terakhir : dapat ditransfer, dapat disesuaikan, dan dapat

dilindungi adalah kriteria defensif dan berhubungan dengan cara mempengaruhi dan melindungi ekuitas elemen merek dalam

menghadapi peluang dan keterbatasan (Kotler:2009)7 c. Pengertian Rebranding

Istilah re-branding digunakan untuk menjelaskan tiga peristiwa penting, yaitu perubahan nama, perubahan merek secara estetika (warna, logo), ataupun reposisioning merek (Muzellec dan Lambkin, 2006). Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa re-branding

merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengubah citra perusahaan melalui perubahan nama yang lebih

representatif serta membedakannya dari pesaing.8

7

Kotler dan Keller. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga. 2009. Hlm 269

8Muzelle , Laure t da La ki , Mary.

Corporate Rebrandring: Destroying, Transferring or Creating

(40)

29

Julianto dalam Abednego dan Kurniasari mengungkapkan

rebranding adalah suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk merubah total atau memperbaharui

sebuah brand yang telah ada agar menjadi lebih baik, dengan tidak mengabaikan tujuan awal perusahaan. Rebranding sebagai sebuah perubahan merek, seringkali identik dengan perubahan logo ataupun

lambing sebuah merek. Dalam masyarakat di mana kesan visual lebih ditekankan, maka perubahan visual akan menjadi salah satu pertanda

utama terjadinya sebuah perubahan dalam merek. Dengan kata lain, ketika melakukan rebranding maka yang berubah ialah nilai-nilai dalam merek itu sendiri.9

Sedangkan definisi rebranding menurut Muzellec dan Lambkin dalam Isyana yaitu menciptakan suatu nama yang baru.istilah, symbol,

desain atau suatu kombinasi kesemuanya untuk satu brand yang tidak dapat dipungkiri dengan tujuan dari mengembangkan differensiasi (baru) posisi di dalam pikiran dari stakeholders dan pesaing. Dari kalimat “menciptakan suatu nama yang baru” dapat diartikan bahwa menciptakan

atau membuat sebuah nama baru, sebuah perusahaan harus mengulangi

lagi langkah-langkah tersebut.10

9

Fransisca Kurniasari dan Natasha Abednego. “Analisa Efektivitas Iklan Pasca RebrandingHotel Hyatt Regency Menjadi Hotel Bumi”, Universitas Kristen Petra Surabaya. 2011. Hlm. 11-12

10 Riza Rizki Isyana, “Strategi Pemasaran Melalui Rebranding (Studi Kasus RebrandingPiring Putih

(41)

30

American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambing, atau desain atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan mereka dari para pesaing.

Perbedaan ini bisa fungsional, rasional atau nyata berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis, emosional, atau tidak nyata berhubungan dengan apa yang

direpresentasikan merek.

Rebranding atau perubahan merek merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk mengubah total atau memperbaharui sebuah brand yang telah ada agar menjadi lebih baik, dengan tidak mengabaikan tujuan awal perusahaan, yaitu berorientasi profit. Rebranding sebagai sebuah perubahan merek, seringkali identik dengan perubahan logo ataupun lambag sebuah merek. Dengan kata lain,

ketika melakukan rebranding maka yang berubah ialah nilai-nilai dalam merek itu sendiri.

d. Jenis Perubahan Merek (Rebranding)

Daly dan Moloney dalam AlShebil menyatakan bahwa kontinum re-branding terdiri dari tiga katagori utama yaitu, perubahan kecil yang berfokus pada estetika, perubahan sedang yang berfokus pada

repositioning, dan perubahan keseluruhan yang melibatkan kegiatan komunikasi agar stakeholder mengetahui perubahan yang dilakukan oleh

(42)

31

nama, logo dan perubahan slogan. Namun perubahan merek (rebranding)

juga dapat dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu nama baru dan logo, nama baru, logo dan slogan baru, logo baru dan hanya slogan saja yang

baru.11

e. Faktor-faktor Penyebab Rebranding

Muzellec dan Lambkin dalam Febriansyah mengelompokkan

beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan merek (rebranding), yaitu perubahan struktur kepemilikan (merger dan akuisisi, perusahaan yang go

publik), perubahan strategi koorporat (diversifikasi dan divestasi, internationalisasi dan lokalisasi), perubahan pada posisi persaingan (citra

yang menurun, penggerusan pangsa pasar, dan masalah reputasi), serta perubahan lingkungan external.12

Pada umumnya sebuah perusahaan melakukan rebranding karena beberapa alasan:

1) Alasan finansial, perusahaan secara finansial melakukan reorganisasi dan sebuah identitas baru diperlukan untuk hal itu.

2) Adanya kepemimpinan baru, untuk mengiringi awal kepemimpinannya, mereka ingin “tanda atau simbolnya” sendiri di

perusahaan yang dipimpinnya.

11 Stuart,Helen and Laurent Muzellec. Corporate Makeover : Can A Hyena Be Rebranted.J.of Brand

Management.11: 2004. Hlm 472-482.

12 Febriansyah, “Pengaruh Perubahan Logo (Rebranding) Terhadap Citra Merek Pada PTTelkom tbk

(43)

32

3) Analisa prospektif pasar, setelah sekian tahun perusahaan

menegaskan kembali targetnya dan merencanakan mengubah

positioning nya pada area yang baru, sehingga perlu citra yang baru pula untuk mereflesikan hal tersebut.

4) Merger, beberapa perusahaan bergabung menjadi satu perusahaan yang baru dengan nama baru.13

Adapun beberapa alasan lain dilakukan rebranding dalam sebuah perusahaan yaitu:

1) Identitas dari perusahaan tersebut tidak dapat mewakili pelayanan dari perusahaan tersebu.

2) Perusahaan tersebut sudah memiliki reputasi yang buruk di mata masyarakat.

3) Perusahaan tersebut ingin memberikan sesuatu yang baru, berupa

pembenahan dalam perusahaan.

Sedangkan menurut Anditya ada dua alasan mengapa perusahaan perlu melakukan rebranding, yaitu proactive rebranding

dan reactive rebranding.

1) Proactive Rebranding

Proactive rebranding adalah saat dimana perusahaan melihat ada kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keuntungan atau untuk menghindari potensi ancaman di masa

13 Wachid Fz, “Mengapa Harus Rebranding ?”, dalam

(44)

33

depan. Proactive rebranding bisa terjadi pada beberapa situasi berikut:

(a) Perkiraan Pertumbuhan

Ketika perusahaan sedang berusaha untuk mencapai pertumbuhan diharapkan, perusahaan tersebut bisa saja melakukan rebranding pada produk dan jasanya menjadi satu

brand yang solid. Rebranding seperti ini dilakukan ketika sebuah perusahaan ingin membangun kesan yang kuat pada

(45)

34

(b) Jalur bisnis atau pasar yang baru.

Ketika perusahaan memasuki jalur bisnis atau pasar yang baru yang tidak padu dengan identitas brand yang ada, perusahaan bisa saja mempertimbangkan untuk melakukan rebranding.

(c) Audiens baru

Perusahaan juga bisa saja melakukan rebranding jika ingin menarik perhatian audiens yang baru. Perusahaan yang menargetkan audiens orang tua akan melakukan ini untuk menarik perhatian remaja atau anak kecil.

(d) Relevansi

Perusahaan melakukan rebranding juga ketika brand mereka sudah tidak relevan lagi bagi konsumen. Misalnya, ketika surat kabar cetak yang melakukan rebranding dengan turut menggunakan media online untuk penyebaran beritanya.

2) Reactive Rebranding

Reactive rebranding hadir sebagai reaksi dari kejadian yang mengharuskan brand tersebut untuk berganti, misalnya:

(a) Merger atau akuisisi

(46)

35

(b) Masalah hukum

Masalah hukum juga kerap menyebabkan perusahaan untuk melakukan rebranding. Ini dilakukan karena kepercayaan konsumen terhadap perusahaan menjadi semakin berkurang. (c) Pengaruh kompetitif

Terkadang competitor juga dapat menyebabkan brand menjadi tidak laku atau usang, pada posisi ini, rebranding perlu dilakukan untuk kembali mendapatkan pijakan di pasar dan

kekuatan untuk bersaing. (d) Publisitas negatif

Publisitas yang negatif secara terus menerus juga dapat menyebabkan posisi brand di benak publik menjadi buruk. Tingkat kepercayaan yang rendah akan berpengaruh pada

tingkat penjualan. Disaat inilah perusahaan juga perlu melakukan rebranding.

f. Proses Perubahan Merek (Rebranding)

Menurut Ries dan Trout, proses perubahan merek (rebranding) terdiri dari empat tahap, yaitu perubahan posisi merek di benak

(47)

36

Repositioning bertujuan untuk menempatkan posisi merek yang baru

secara radikal di benak konsumen, pesaing dan stakeholder lainnya.14 Menurut Muzellec dan Lambkin, perubahan nama dilakukan

sebagai cara untuk mengirimkan sinyal yang kuat kepada stakeholder

bahwa perusahaan melakukan perubahan strategi, lebih memfokuskan kegiatan pada hal tertentu serta menunjukkan perubahan kepemilikan.

Relaunching dilakukan agar masyarakat mengetahui nama baru perusahaan.

g. Manfaat Rebranding

Tujuan dilakukannya rebranding antara lain adalah untuk mengganti image perusahaan, ingin melakukan penyegaran brand

perusahaan, memperbaiki citra.

Brand, ingin lebih dikenal di kalangan luas, adanya perubahan

segmen dan target perusahaan, serta berbagai tujuan perusahaan lainnya dalam proses rebranding terhadap publik. Oleh karena itu, kegiatan rebranding tidak akan memberikan manfaat maksimal, apabila tidak dikuminkasikan dengan baik kepada publik.

14

(48)

37

3. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Untuk menghindari kesalahan persepsi kita tentang partisipasi,

maka perlu kiranya penulis menjelaskan apa yang dimaksud partisipasi, anak muda dan partisipasi anak muda.

Kata partisipasi berasal dari bahasa Ingris Partisipation yang berarti pengambilan bagian, pengikut sertaan. Dalam Ensiklopedia Pendidikan menyatakan partisipasi adalah: suatu gejala demokrasi,

dimana orang diikut sertakan didalam perencanaan serta pelaksanaan dari segala sesuatu yang berpusat kepada kepentingannya dan juga

menanggung tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan atau tingkat kewajibannya. Partisipasi itu terjadi baik dibidang-bidang fisik maupun dibidang mental serta dibidang penentuan kebijaksanaan.

Jnanabrota Ehattacharyya dalam buku Pembangunan Masyarakat mengartikan partisipasi sebagai, “pengambilan bagian

dalam kegiatan bersama.”

Mubyarto dalam buku yang sama mendefinisikan partisipasi sebagai, “Kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program

sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri”.

Istilah partisipasi mengandung arti keikutsertaan. Menurut

(49)

38

serta”. Maksud partisipasi di sini adalah keikutsertaan, peran serta,

atau keterlibatan seseorang baik secara perorangan maupun sebagai kelompok dalam suatu kegiatan tertentu.

Dalam kamus sosiologi participation ialah setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu.15

Definisi lain menyebutkan partisipasi adalah kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan,

melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan.16

Suatu definisi partisipatif baik secara deskriptif maupun

normatif terutama harus menekankan bahwa segala perkembangan masyarakat merupakan proses yang hanya bisa berhasil jika hanya dijalankan bukan saja bagi tetapi juga bersama dengan dan oleh rakyat

sendiri.17

H.A.R.Tilaar, mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui

proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya. Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah

15

Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Hlm. 355

16

Loekman Soetrisno, Menuju Masyarakat Partisipatif (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Hlm. 207

17Johannes Muller,

(50)

39

mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara

keterlibatannya, yaitu : 1) Partisipasi langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok

permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

2) Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak

partisipasinya. Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan; kedua,

partisipasi dalam pelaksanaan; ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan; dan keempat, partisipasi dalam evaluasi.

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan

masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan

(51)

40

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan

sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan

kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi

dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun

kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan

program.

Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan program yang sudah

direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan suatu individu atau kelompok

dalam pencapaian tujuan dan adanya pembagian kewenangan atau tanggung jawab bersama.

b. Bentuk-Bentuk Partisipasi

(52)

41

1) Partisipasi Vertikal

Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program

pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.

2) Partisipasi horizontal

Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal

satu dengan yang lainnya.

Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D, partisipasi

masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Partisipasi fisik

Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam

bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan usaha sekolah.

2) Partisipasi non fisik

Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya

(53)

42

c. Unsur-Unsur Partisipasi

Menurut B. Suryosubroto partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1) Keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi.

2) Kemauan anggota untuk berinisiatif dan berkreasi dalam

kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi. Sifat dari partisipasi sebagai berikut:

(1) adanya kesadaran dari para anggota kelompok, (2) tidak adanya unsur paksaan,

(3) anggota merasa ikut memiliki. d. Jenis-jenis Partisipasi

Menurut B. Suryosubroto juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi,

yaitu sebagai berikut: 1) Pikiran

2) Tenaga

3) Keahlian 4) Materi.

e. Syarat-Syarat Tercapainya Partisipasi

Syarat-syarat sebagai kondisi tercapainya partisipasi menurut Pariata Westra dalam B. Suryosubroto, sebagai berikut:

(54)

43

2) Pembiayaan hendaknya tidak melebihi nilai-nilai hasil yang

diperoleh.

3) Pelaksanaan pertisipasi haruslah memandang pentingnya serta

urgen terhadap kelompok kerja.

4) Peserta partisipasi haruslah mempunyai kemampuankemampuan tertentu agar efektif untuk dipartisipasikan.

5) Pelaku partisipasi haruslah berhubungan agar saling tukar ide. 6) Tidak ada pihak-pihak yang merasa terancam dengan adanya

partsipasi.

7) Partisipasi agar efektif jika didasari atas asas-asas adanya

kebebasan kerja. f. Manfaat Partisipasi

Keith Davis dalam Suryosubroto, mengemukakan manfaat prinsipil

dari partisipasi yaitu:

1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar.

2) Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari pada

anggotanya.

3) Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta

membangun kepentingan bersama.

4) Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.

5) Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan-perubahan.

(55)

44

bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya

sumbangan pikiran), adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan.

g. Tingkatan Partisipasi

Menurut Pariata Westra dalam B. Suyosubroto tingkatan partsipasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Tingkatan pengertian timbal balik artinya mengarahkan anggota agar mengerti akan fungsinya masing-masing dan sikap yang

seharusnya satu sama yang lain.

2) Tingkatan pemberian nasihat artinya individu-individu disini

saling membantu untuk pembuatan keputusan terhadap persoalan-persoalan yang sedang dihadapi sehingga saling tukar menukar ide-ide mereka satu persatu.

3) Tingkatan kewenangan artinya menempatkan posisi anggotanya pada keadaan mereka, sehingga dapat mengambil keputusan pada persoalan yang mereka hadapi.

Partisipasi secara penuh hanya mungkin terjadi apabila terdapat iklim yang memungkinkan ke arah itu, walaupun dari pihak

pengikut telah ada kesadaran untuk mengembangkan pikiran maupun fisiknya, namun tidak mungkin terwujud, tanpa tersedianya peluang untuk itu18

18

(56)

45

B. Kajian Teori

Gambar 2.1 Bagan Alur Teori

1. Teori Brand Awerness

Teori Brand Awareness Menurut David. A. Aaker (Managing Brand Equity), brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:

a. Brand awareness (kesadaran merek), menunjukkan kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

DETEKSI JAWA POS

Media cetak dengan sistem polling melalui kuesioner.

(57)

46

b. Brand association (asosiasi merek), mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu.

c. Perceived quality (persepsi kualitas), mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. d. Brand loyalty (loyalitas merek), mencerminkan tingkat keterikatan

konsumen dengan suatu merek produk.

e. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya).

Brand Awareness merupakan salah satu elemen dari brand equity dan ikut memberikan peran untuk menciptakan suatu nilai, yaitu dalam

menimbulkan rasa terbiasa yang menjadikan keterikatan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan. Selain itu, kesadaran akan nama dapat menandakan

keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jika kualitas dua merek sama, brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. Oleh

karena itu, pentingnya suatu perusahaan memiliki brand awareness dari konsumen dan Bahana Paramarta merupakan salah satu perusahaan yang

memerlukannya.

Menurut Kevin Lane Keller, Brand awareness terdiri atas hasil brand recognition dan brand recall. Brand recognition adalah kemampuan konsumen untuk mengkonfirmasi eksposur sebelumnya kepada brand

(58)

47

konsumen untuk mengingat brand dari memori ketika diberikan kategori produk. Sugiarto dkk mengungkapkan bahwa brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali

suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.19

Shimp mengungkapkan bahwa: “Brand Awareness is an issue of

whether a brand name comes to mind when consumers think about

particular product category and the ease with which the name is evoked”.

Dengan kata lain, brand awareness merupakan sebuah hasil ketika nama sebuah brand muncul dalam pikiran konsumen, ketika konsumen tersebut memikirkan sebuah kategori produk. Brand awareness dimulai saat merek suatu perusahaan dikenal, kemudian diketahui dan akhirnya diingat oleh konsumen. Hal ini dikategorikan menjadi level of awareness, dan digambarkan oleh The Brand Awareness Pyramid. Empat level brand awareness tersebut, yaitu :

1. Unaware of Brand, Pada tingkatan ini seseorang tidak menyadari akan keberadaan suatu Brand tertentu atau tidak mengenalnya.

2. Brand Recognition, Pada tingkatan ini, merupakan tingkatan paling rendah dari awareness seseorang, yaitu seseorang mengenali suatu

Brand. Pengukuran brand responden dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan berupa ciri-ciri suatu produk.

19

(59)

48

3. Brand Recall, Tahapan ini lebih tinggi dibandingkan pada tahap

recognition, pada tahap ini seseorang diminta untuk menyebutkan nama-nama produk dalam suatu kategori produk tertentu dan orang

tersebut dapat mengingatnya tanpa adanya bantuan.

4. Top of Mind, Tahapan dimana nama suatu merek atau Brand

disebutkan pertama kali oleh seseorang ketika ditanya mengenai suatu

kategori produk, yang berarti brand tersebut berada pada posisi yang istimewa. Dalam pengertian sederhana, merek tersebut menjadi

pimpinan dalam benak konsumen tersebut dibandingkan nama merek-merek lain.20

Gambar 2.1 Piramida Awareness Source: David A. Aaker, Managing Brand Equity

Level awareness ini (Unaware of Brand, Brand Recognition, Brand Recall, dan Top of Mind) yang menjadi indikator dari variabel brand

20

(60)

49

awareness Bahana Paramarta, karena dapat mengetahui sejauh mana

pengaruh event terhadap brand awareness ini berdasar level yang ada. Menurut penulis level ini dapat menggambarkan tingkatan brand awareness yang dapat digunakan dalam penelitian untuk mengetahui seberapa tinggi brand awareness pengunjung terhadap perusahaan Bahana Paramarta.

Menurut Durianto peran brand awareness dalam membantu brand

dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana brand awareness dapat menciptakan suatu nilai. Nilai tersebut adalah:

1. Brand awareness menjadi sumber asosiasi lain

Suatu brand yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi melekat pada brand tersebut karena daya jelajah brand

tersebut akan menjadi sangat tinggi dalam benak konsumen. Kondisi

ini menunjukkan bahwa suatu brand yang awareness-nya tinggi mampu menimbulkan asosiasi positif untuk produk lainnya. Produk yang telah terpercaya memiliki kemungkinan lebih besar untuk lebih

sukses ketika meluncurkan produk baru. 2. Familier atau rasa suka

(61)

50

3. Substansi atau komitmen

Brand awareness dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran atas

brand tinggi, kehadiran brand itu selalu dapat kita rasakan, sebab sebuah brand dengan brand awareness tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Diiklankan secara luas, sehingga diketahui secara luas oleh masyarakat.

b. Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu, keberadaan brand yang telah berlangsung lama, menunjukkan bahwa brand tersebut

mampu memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen.

c. Jangkauan distribusi yang luas, sehingga memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk tersebut.

d. Brand tersebut dikelola dengan baik. 4. Mempertimbangkan brand

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi

brand-brand yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan brand mana yang akan dibeli. Brand

dengan top of mind tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu brand tidak tersimpan dalam ingatan, brand tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian. Biasanya brand

(62)

51

Peran brand awareness dalam ekuitas brand (nilai brand) tergantung pada tingkat pencapaian kesadaran dalam benak konsumen. Durianto menyatakan bahwa brand awareness dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara berikut:

a. Pesan yang disampaikan oleh suatu brand harus mudah diingat oleh konsumen.

b. Pesan yang disampailan harus berbeda dengan produk lainnya serta harus ada hubungan antara brand dengan kategori produknya.

c. Memakai tag-line atau slogan maupun jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen mengingat brand.

d. Jika suatu brand memiliki simbol, hendaknya simbol tersebut dapat dihubungkan dengan brand.

e. Perluasan nama brand dapat dipakai agar brand semakin diingat konsumen.

f. Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai dengan kategori produk, brand maupun keduanya. g. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena

membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk

pengenalan.21

21

(63)

(64)

BAB III PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah responden penelitian yang memberikan data berupa jawaban melalui kuesioner yang telah disebar. Adapun yang

menjadi responden dalam penelitian ini adalah member aktif Zetizen Surabaya. Berikut gambar 3.1. diagram member aktif Zetizen di Surabaya:

Gambar 3.1Diagram Member Aktif Zetizen Jawa Pos Surabaya

Sumber: Zetizen Jawa Pos, 2017.

Berikut ini adalah data jumah partisipasi kegiatan event dan polling

yang diadakan Deteksi pada tahun 2015 (sebelum rebranding) dan Zetizen pada tahun 2016 (sesudah rebranding) dapat dilihat pada tabel 3.1.

SMA 73% SMP

27%

Diagram Member Zetizen

SMA

SMP

: 13.546

(65)

Tabel 3.1 Jumlah Member Zetizen Jawa Pos di Surabaya

NO KEGIATAN 2015 2016

1 Member - 18.532

Sumber: Zetizen Jawa Pos Surabaya

Pada tabel 3.1 adalah member aktif Zetizen Jawa Pos di Surabaya dengan jumlah 18.532 orang.

Tabel 3.2 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkatan Pendidikan No. Pendidikan Jumlah Responden Prosentase

1. Sekolah Menengah Pertama 56 28%

2. Sekolah Menengah Atas 144 72%

Pada tabel 3.2 diatas dijelaskan bahwa responden berdasarkan tingkat pendidikan,

Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih mendominasi dengan prosentase sebesar 72% sejumlah 144 orang, sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) prosentasenya sebesar 28% sejumlah 56 orang.

Tabel 3.3 Jumlah Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Responden Prosentase

1. 13 tahun 9 5%

2. 14 tahun 23 12%

3. 15 tahun 26 13%

4. 16 tahun 33 17%

5. 17 tahun 63 32%

6. 18 tahun 45 23%

(66)

Pada tabel 3.3 dapat dijelaskan bahwa responden dengan usia 17 tahun lebih mendominasi, sedangkan responden dengan usia 19 tahun hanya 1 orang.

Tabel 3.4 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase

1. Laki-Laki 104 52%

2. Perempuan 96 48%

Pada tabel 3.4 dapat dijelaskan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih mendominasi dengan prosentase sebesar 52%, sedangkan responden dengan

jenis kelamin perempuan prosentasenya sebesar 48%.

Tabel 3.5 Daftar Nama Responden dan Asal Sekolah

Nomor

Responden

Nama Lengkap Asal Sekolah

1 Muhammad Rizki Triraharjo SMPN 32 Surabaya

2 Dwi Prasetyo Wahyuningtyas

SMA Intensif Taruna Pembangunan Surabaya

3 Audia Salwadiva SMP Muhammadiyah 17 Surabaya

4 Much.Affin Hilza Zaidan Alif

SMPN 29 Surabaya 5 Calvin Piero Prasanto SMAK Gloria 1 Surabaya 6 Angela Octaviana SMKN 1 Surabaya 7 Sultan Tanri Lammoreno SMAN 2 Surabaya

8 Ilham Malik SMAN 2 Surabaya

(67)

Responden

9 Rekshadewi Aldinita Setiawan SMPN 16 Surabaya 10 Alvin Santoso SMAK Frateran Surabaya 11 Pratama Roy Hans Setyawan SMKN 1 Surabaya 12 Dhimas Rizky F SMA Trimurti Surabaya 13 Dion Prasetyo SMAN 16 Surabaya 14 Erlinda Widyatna SMA Shafta Surabaya 15 Evelin Melianawati Gunawan SMAK Frateran Surabaya 16 Ilham Ramadhana Makatita SMAN 5 Surabaya 17 Habiib Nur Aditya SMAN 4 Surabaya 18 Muhammad Yusuf Akbarrizky SMAN 14 Surabaya 19 Rivaldo Gil Dias Ximenes SMAN 13 Surabaya 20 Hilmy Fatah Pramana SMAN 3 Surabaya

21 Gerry Gunawan SMAK Santa Maria Surabaya 22 Marcella Tri J SMP Muhammadiyah 17 Surabaya 23 Nibros Irbatussalma SMA Muhammadiyah 9 Surabaya 24 Natanael Kevin K.S SMAK Santa Agnes Surabaya 25 Alex Suselo SMAK Santa Maria Surabaya

26 Hana Febri SMAN 14 Surabaya

27 Michael Thedy SMAK Petra 5 Surabaya 28 Jeasica Putri Anggreani SMPN 29 Surabaya

29 Leonard Darmawan SMAK Santa Maria Surabaya 30 Raffie Alfriesgasjah SMPN 12 Surabaya

31 Axell Wijaya Al Fayeed Ruitan SMPN 22 Surabaya

32 Andrew SMAK Petra 3 Surabaya

Nomor

Responden

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Member Aktif Zetizen Surabaya ……………….……… 50
Tabel 1.1 Kajian Penelitian Terdahulu
Tabel 1.2 Jumlah Member Zetizen Jawa Pos Surabaya
Tabel 1.3 Variabel dan Indikator Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat Objektif atau tidak pemberitaan yang di tulis pada Surat kabar Jawa Pos tentang pemberitaan Tingkat kellulusan ujian nasional

KONSTRUKSI PEMBERITAAN TENTANG PRO KONTRA PUBLIK PASCA PENUTUPAN LOKALISASI DOLLY DI SURABAYA (Analisis Framing pada berita Jawa Pos dan Surya Edisi 18-21 Juni

Family Gathering merupakan salah satu program kegiatan rutin yang dilakukan oleh PT Jawa Pos Media Televisi Surabaya (JTV) setiap. tahunnya yang wajib diikuti oleh

Dari Tabel 13 dan Tabel 15 dapat disimpulkan bahwa Tingkat Partisipasi Sekolah di Propinsi Jawa Timur Wilayah Kota status belum / tidak pernah bersekolah mengalami penurunan

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa ada sebanyak 18 responden (66,7%) dari pegawai Biro Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat Objektif atau tidak pemberitaan yang di tulis pada Surat kabar Jawa Pos tentang pemberitaan Tingkat kellulusan ujian nasional

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian berita pada surat kabar Jawa Pos dan Surya dalam berita putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang

Dilihat dari Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan bahwa sebagian besar responden sebagai IRT yaitu sebanyak 20 orang (65%), kemudian yang bekerja