• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos)."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

(

Studi Deskr iptif Sikap Masyar akat Sur abaya Tentang

Pember itaan Poligami Di J awa Pos)

S K R I P S I

Disusun oleh :

SHEILA CARLINA

NPM. 0843010050

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG

PEMBERITAAN POLIGAMI DI J AWA POS

(

Studi Deskr iptif Sikap Masyar akat Sur abaya Tentang

Pember itaan Poligami Di J awa Pos)

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

J ur usan Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

SHEILA CARLINA

NPM. 0843010050

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(3)

PEMBERITAAN POLIGAMI DI J AWA POS

(

Studi Deskr iptif Sikap Masyar akat Sur abaya Tentang

Pember itaan Poligami Di J awa Pos)

Disusun Oleh:

SHEILA CARLINA

NPM. 0843010050

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Mengetahui,

PEMBIMBING

Ir . H. Didiek Tr anggono¸M.Si

NIP. 19581225 199001 1001

Mengetahui,

D E K A N

(4)

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG

PEMBERITAAN POLIGAMI DI J AWA POS

(

Studi Deskr iptif Sikap Masyar akat Sur abaya

Tentang Pember itaan Poligami Di J awa Pos)

Diajukan Oleh :

SHEILA CARLINA

NPM. 0843010050

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 14 Juni 2012

Tim Penguji :

Pembimbing 1. Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono¸M.Si Ir. H. Didiek Tranggono¸M.Si

NIP. 19581225 199001 1001 NIP. 19581225 199001 1001

2. Sekretaris

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

(5)

PEMBERITAAN POLIGAMI DI J AWA POS (Studi Deskr iptif Sikap Masyar akat Tentang Pember itaan Poligami Di J awa Pos)

Penelitian ini mengarahkan perhatian pada sikap masyarakat Surabaya tentang pemberitaan poligami di Jawa Pos. Banyaknya kasus poligami yang masuk ini membuat pengadilan agama (PA) Surabaya setiap bulannya dan ternyata Poligami merupakan perkawinan (perkawinan ganda) cukup diminati masyarakat Surabaya, tidak ada lagi kecocokan (selingkuh) atau Poligami sebanyak 54.138 kasus.

Sumber atau teori yang terdapat ada penelitian ini antara lain : teori sikap yang terdiri dari 3 komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Sumber atau teori tersebut digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pembahasan penelitian.

Hasil penelitian sikap masyarakat Surabaya tentang pemberitaan poligami di Jawa Pos bersikap netral yang artinya bahwa masyarakat tidak memihak pada kelompok yang setuju poligami ataupun yang tidak setuju terhadap poligami.

(6)

ABSTRACT

SHEILA CARLINA. PUBLIC ATTITUDES SURABAYA ABOUT

POLYGAMY IN J AVA POS PREACHING (DESCRIPTIVE STUDY PUBLIC ATTITUDES ABOUT PREACHING POLYGAMY IN J AVA POST)

This study draws attention to public attitudes about the preaching of polygamy Surabaya in Java Pos. The number of cases of polygamy are in. This makes the religious courts (PA) Surabaya each month and it is a marriage Polygamy (multiple marriage) is quite interested in the community Surabaya, there are no more matches (cheating) or as many as 54 138 cases of polygamy.

Sources or the theory that there are no studies include: the theory of attitude that consists of three components, namely the cognitive component, affective component, and conative components. Source or theory is used as a basis or reference in the discussion of the research.

The study of public attitudes about preaching polygamy Surabaya in Java Pos neutral which means that people do not take sides in the group agree that polygamy or disagree with polygamy.

(7)

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul “Sikap Masyar akat Surabaya Tentang Pember itaan Poligami Di

J awa Pos (Studi Deskr iptif Sikap Masyar aka t Surabaya Tentang

Pember itaan Poligami Di J awa Pos)” dengan baik.

Proposal penelitian ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan program Ujian Proposal Penelitian setiap mahasiswa Jurusan Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Bersama dengan terselesaikannya penyusunan proposal penelitian ini,

penulis telah berusaha dan menganalisa sesuai dengan kemampuan penulis, dan

kesemuanya tidak lepas dari bimbingan serta saran- saran dari Bapak

Ir. Didiek Tranggono¸M.Si, selaku Dosen Pembimbing serta berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. selaku Dekan Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. H. Didiek Tranggono¸ M.Si, selaku dosen pembimbing yang penuh dengan

mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan

(8)

4. Bapak/ Ibu dosen serta staf karyawan Jurusan Ilmu Komunikasi fakultas

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik yang telah banyak memberi dorongan.

5. Kedua Orang tuaku dan saudara- saudaraku atas doa dan motivasinya.

6. My Honey Zein Nur Syamsi beserta keluarga tercinta.

7. Sahabat- sahabat atas dukungan, bantuan dan kesetiakawanannya

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari

sempurna, sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir

kata semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Surabaya, 24 Mei 2012

(9)

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

LEMBAR PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 13

2.1.1. Media Dan Publik Interest ... 13

2.1.2. Isu- Isu Utama yang Menjadi Perhatian Media ... 14

2.1.3. Berita dan Nilai Berita ... 15

(10)

2.1.5. Media Exposure (Terpaan Media) ... 23

2.1.6. Pengaruh Isi Pesan Media Massa ... 24

2.1.7. Sikap ... 27

2.1.8. Teori S-O-R ... 32

2.1.9. Masyarakat Sebagai Khalayak Pembaca ... 36

2.1.10 Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ... 37

2.1.8. Sikap Masyarakat Tentang Pemberitaan Poligami . 40 2.2. Kerangka Berfikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 46

3.2.1. Definisi Operasional... 46

3.2.1. Pengukuran Variabel... 46

3.2.3. Sikap ... 48

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1. Populasi ... 53

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 53

3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.4. Metode Analisis Data ... 55

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 57

4.1.1. Gambaran Umum Surat Kabar Jawa Pos ... 57

(11)

4.2.1.2. Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia . 64

4.2.1.3. Klasifikasi Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir ... 65

4.2.2. Aspek Kognitif ... 66

4.2.2.1. Sikap responden menjadi tahu mengenai pelaku poligami selalu menutup- nutupi dan merahasiakan jika dia melakukan poligami... 67

4.2.2.2. Sikap responden menjadi tahu mengenai pengetahuannya bahwa syarat pernikahan harus ada wali, saksi nikah, dan harus diumumkan, sehingga mereka memilih melakukan poligami ... 69

4.2.2.3. Sikap responden mengenai pengetahuan bahwa untuk menghindari fitnah dan

perzinahan merupakan alasan untuk

melakukan poligami ... 70

4.2.2.4. Aspek Kognitif Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos ... 71

4.2.3. Aspek Afektif ... 72

4.2.3.1. Aspek afektif masyarakat Surabaya

tentang banyaknya fenomena poligami sekarang ini... 74

4.2.3.2. Aspek afektif masyarakat Surabaya

tentang tidak adanya kepastian hukum tentang poligami ... 75

4.2.3.3. Aspek afektif masyarakat Surabaya

tentang pemberitaan poligami di Jawa Pos 76

(12)

4.2.4. Aspek Konatif ... 78

4.2.4.1. Aspek konatif masyarakat Surabaya tentang poligami yang dapat membawa kebahagiaan dalam rumah tangga ... 79

4.2.4.2. Aspek konatif masyarakat Surabaya tentang poligami yang rentan terhadap kekerasan yang terjadi di rumah tangga .... 81

4.2.4.3. Aspek konatif masyarakat Surabaya tentang poligami yang dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan seksualitas... 82

4.2.4.4. Aspek konatif masyarakat Surabaya tentang pemberitaan poligami di Jawa Pos 83 4.2.5. Aspek konatif Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 87

5.1. Kesimpulan... 87

5.2. Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(13)

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 65

Tabel 4.3.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 65

Tabel 4.4. Sikap responden menjadi tahu mengenai pelaku poligami selalu

menutup- nutupi dan merahasiakan jika dia melakukan poligami 68

Tabel 4.5. Sikap Responden menjadi tahu mengenai pengetahuannya bahwa syarat pernikahan harus ada wali, saksi nikah, dan harus

diumumkan, sehingga mereka memilih melakukan poligami ... 69

Tabel 4.6. Sikap responden mengenai pengetahuan bahwa untuk menghindari fitnah dan perzinahan merupakan alasan untuk

melakukan poligami ... 70

Tabel 4.7. Aspek Kognitif Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan

Poligami Di Jawa Pos... 72

Tabel 4.8 Sikap responden merasa cemas tentang banyaknya fenomena

poligami sekarang ini ... 74

Tabel 4.9.Sikap responden merasa takut dan kuatir tentang tidak adanya

kepastian hukum tentang poligami ... 75

Tabel 4.10. Sikap Responden merasa senang tentang pemberitaan

poligami di Jawa Pos ... 76

Tabel 4.11. Aspek Afektif Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan

Poligami Di Jawa Pos ... 77

Tabel 4.12. Sikap tentang poligami yang dapat membawa kebahagiaan

dalam rumah tangga ... 80

Tabel 4.13. Sikap responden tentang poligami yang rentan terhadap

kekerasan yang terjadi di rumah tangga ... 81

Tabel 4.14. Sikap responden tentang poligami yang dapat memecahkan

masalah yang berhubungan dengan seksualitas ... 82

Tabel 4.15. Aspek konatif masyarakat Surabaya tentang pemberitaan

(14)

Tabel 4.14. Aspek Kognitif, Afektif, dan Konatif Masyarakat Surabaya

(15)

Gambar 2.1. Model Teori S - O - R ... 35

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 2.1. Model Teori S - O - R ... 35

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir ... 44

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(17)

1.1. Latar Belaka ng Masa lah

Media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi

kebutuhan manusia akan informasi. Sedangkan informasi yang disajikan

merupakan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia. Oleh

karena itu fakta yang akurat dan actualisasi masyarakat merupakan sebuah

perwujudan dari informasi yang seimbang. Setiap media dalam mengelola

informasi akan selalu berbeda dalam setiap pengemasannya. Hal ini

dikarenakan adanya visi dan misi serta segmentasi yang dibangun oleh

media itu sendiri.

Dalam perkembangannya media masa dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit meliputi media

cetak. Sementara pers secara luas meliputi semua media komunikasi baik

cetak maupun elektronik. Media cetak seperti surat kabar saat ini menjadi

bagian yang tak terpisahkan dan merupakan media massa yang digunakan

oleh masyarakat perkotaan selain media elektronik. Oleh karena itu media

massa sering digunakan sebagai alat mentranformasikan informasi ke arah

masyarakat atau mentransformasikan informasi ke arah masyarakat atau

menstrasnformasikan informasi diantara masyarakat itu sendiri.

Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang

(18)

2

masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait dengan tata nilai

sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, pers sebagai lembaga

kemasyarakatan dintuntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi

masyarakatnya. (Djuroto, 2002:8)

Tidak dapat dipungkiri bahwa pers termasuk media massa yang amat

penting dalam kehidupan selain memiliki informasi pendidikan dan hiburan,

pers juga sebagai alat perjuangan bangsa. Dengan adanya pers, masyarakat

dapat mengakses informasi sebagai bahan pertimbangan dalam kepuasan

dan juga berfungsi sebagai alat kontrol dalam membatasi kekuasaan,

memberdayakan yang tertindas dari tindakan anarkis, (Suroso, 2002:176).

Meskipun peranan pers di tengah- tengah masyarakat mempunyai

“otonomi”. Bukan berarti ia mempunyai eksistensi yang mandiri. Intensitas

pers di tengah masyarakat diperlukan oleh asyarakat itu sendiri. Karena

kehidupan pers itu ada ketertarikan organisator dengan lembaga-lembaga

atau anggota masyarakat itu sendiri.

Djafar Assegaff dalam bukunya “Jurnalistik Masa Kini” menyatakan

bahwa surat kabar adalah penerbitan berupa lembaran-lembaran yang berisi

berita-berita, karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap,

periodic dan dijual umum. (Assegaff, 1991:40) sebuah surat kabar tanpa

adanya berita yang faktual mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat dan

berpaling ke media massa lainnya. Muatan berita di surat kabar Sekitar

60-70%. (Koesworo,Margontoro,Viko,1994:72) surat kabar cukup mudah

(19)

sehingga beritanya menjadi muatan yang sangat penting bagi media cetak.

Selain memuat dan menampilkan berita- berita yang berasal dari

wilayah lokal, surat kabar juga memuat dan menampilkan berita-berita

nasional bahkan internasional. Hal ini disebabkan perkembangan media

cetak dalam arus informasi kini telah mengalami kemajuan pesat, sehingga

surat kabar sudah mampu menampilkan berbagai macam berita. Salah satu

surat kabar yang peredarannya cukup luas dan dikonsumsi oleh banyak

pembacanya adalah surat kabar Jawa Pos. Surat kabar Jawa Pos adalah salah

satu media penyimpanan informasi yang menyajikan berita-berita umum.

Berita-berita umum meliputi peristiwa nasional yang menyangkut

peristiwa-peristiwa ekonomi, politik, hukum sosial dan budaya, pemerintahan olah

raga disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur

dan Indonesia Timur. Pembuatan sebuah berita tergantung dari bobot berita

yang dimunculkan dalam pemberitaan. Selain berita tersebut berbobot,

maka semakin luas dan semakin mendalam pada penulisannya secara tidak

langsung sebuah berita besar atau yang sedang mendapat perhatian

masyarakat dan menjadi isu dari pembicaraan masyarakat, akan mendapat

porsi yang lebih banyak untuk dimuat dan diulas dari berbagai aspek.

Dalam rangka untuk memenuhi keingintahuan masyarakat akan

informasi yang dibutuhkan telah menjadi salah satu bentuk upaya Jawa Pos

untuk memberikan kepuasan informasi kepada pembacanya. Tidak

mengherankan apabila isi tampilan halaman jawa pos dipenuhi satu tema

(20)

4

halaman depan Jawa Pos mengemas berita tentang suatu peristiwa atau

kejadian yang menyita perhatian dan tanggapan dari masyarakat, seperti

pada berita tentang Poligami.

Poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami

atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan). Hal ini

berlawanan dengan praktik monogami yang hanya memiliki satu suami atau

istri. Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu poligini (seorang pria memiliki

beberapa istri sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa

suami sekaligus), dan pernikahan kelompok (bahasa Inggris: group

marriage, yaitu kombinasi poligini dan poliandri). Ketiga bentuk poligami

tersebut ditemukan dalam sejarah, namum poligini merupakan bentuk yang

paling umum terjadi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Poligami)

Dalam sejarah masyarakat manusia, poligini lebih bisa diterima

daripada poliandri. Ini karena sudah fitrahnya laki-laki lebih mudah tertarik

terhadap kemudaan dan kecantikan, sedangkan Perempuan lebih kesengsem

terhadap uang, pendidikan, dan posisi sosial. Untuk mencari ganti kulit

mulus dan lekuk lengkung yang cepat hilang, laki- laki melembagakan

poligini, sedangkan uang dan kekuasaan bisa bertahan seumur hidup, jadi

poliandri biasanya tidak begitu mendesak bagi Perempuan. Secara historis

sejak sebelum datangnya Islam dan telah dipraktekkan oleh bangsa- bangsa

terdahulu, seperti bangsa Yunani, Cina, India, Babilonia, Mesir, dan bangsa

lain yang mempunyai peradaban tinggi dalam sejarah dunia. Bahkan bangsa

(21)

berpoligami dengan 130 wanita. Sejarah cina juga pernah mencatat bahwa

salah seorang bangsawannya pernah memiliki isteri sebanyak 30.000 isteri.

(www.PKS-kotatangerang.go.id,2011)

Bangsa Yahudi pun tidak berbeda dengan bangsa lainnya. Ia

membolehkan pengikutnya berpoligami. Bahkan para nabi Bani Israil, tanpa

terkecuali, mempunyai banyak istri. Dalam sejarah tercatat bahwa Nabi

Sulaiman memiliki 700 istri dari orang merdeka dan 300 wanita dari

kalangan sahaya. (www.PKS-kotatangerang.go.id,2011).

Begitu juga dalam Islam poligami tidak dilarang namun jumlahnya

dibatasi hanya 4 istri dan itupun harus bisa adil terhadap istri- istri yang

dikawininya.

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak- hak) Perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinlah wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berbuat adil maka (kawinlah) seorang saja, atau budak- budak yang kamu miliki, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya (An-Nisa:3)

Dari segi sejarah dan agama jelas bahwa kalangan masyarakat tidak

telalu mempermasalahkan adanya poligami yang berarti bisa dikatakan

bahwa masyarakat menerima adanya poligami tersebut.

Namun hal ini akan sangat menjadi rawan konflik jika dalam

poligami manusia tidak berlaku adil terhadap istri- istri dan anak- anaknya

seperti halnya diungkapkan oleh staf ahli Menteri Bidang Agama

Kementrian Pemberdayaan Perempuan Prof. DR. Hj. Zaetunah Subhan

(22)

6

nilai-nilai kekerasan di luar kekerasan fisik. “yang jelas adalah kekerasan

psikis yang menimbulkan deritabatin Perempuan yang dipoligami,”

katanya di Jakarta, Selasa (12/12). Menurutnya, banyak kasus kekerasan

dalam rumah tangga yang terjadi pada keluarganya yang menganut

poligami, walaupun tidak dipungkiri ada juga yang bisa menjalankan

poligami dengan baik (www.indonesia.go.id,2011).

Dalam perkembangannya kekerasan yang terjadi dalam rumah

tangga orang yang berpoligami bukan menjadi faktor perdebatan untuk

menentukan sikap mendukung dan tidak mendukung melainkan pada

perasaan tidak mau di “madu”nya kaum Perempuan. Seperti halnya yang

terjadi pada artis- artis ibu kota seperti Dewi Yul dan Tri Utami yang tidak

menolak adanya poligami tapi mereka belum siap untuk di “madu”

sehingga mereka memilih untuk bercerai dari pada di “madu” dan

fenomena ini tidak pernah diekspos oleh media secara besar- besaran.

Bahkan seorang Kyai dan ulama yaitu Abdullah Gymnastiar juga

telah melakukan Poligami. Bahkan Abdullah Gymnastiar yang biasa

dipanggil Aa Gymmemberikan penjelasan yang mengatakan bahwa :

(23)

Ada banyak faktor yang menjadikan poligami banyak terjadi dalam

masyarakat tanpa mengindahkan kaidah hukum. Misalnya: kurangnya

sosialisasi hukum, lemahnya penegakan hukum, tingkat pendidikan

masyarakat, budaya, gaya hidup, atau pun keteladanan. Faktor keteladanan

inilah yang agaknya membuat kaum istri merasa resah manakala

mendapati Aa Gym menikah lagi.

Permasalahan yang ada adalah bahwa poligami seorang publik

figur seperti Aa Gym akan diterbitkan secara besar- besaran di redaksi

sehingga menimbulkan sebuah polemik di masyarakat yang mengomentari

tentang Poligami.

Tudingan yang menyudutkan bahwa sebagai bangsa yang beradab

Indonesia seharusnya melarang poligami tidak dapat dibenarkan. Ini karena

pembolehan poligami itu untuk kemaslahatan para pihak yang bersangkutan,

bukan untuk melecehkan perempuan atau menguntungkan laki-laki saja.

Buktinya adalah ketatnya dasar alasan dan persyaratan yang harus dipenuhi.

Dalam hal ini, yang harus dipenuhi adalah aspek penegakan hukumnya.

(Catatan dari M. Shodiq Mustika: Ketika penegakan hukum mengenai

poligami ternyata sangat lemah, banyak terjadi penyimpangan, maka

bijaksanakah kita (selaku aktivis dakwah) bila mengkampanyekan halalnya

dan mudahnya pelaksanaan poligami?) (aagym.blogdetik.com)

Berkenaan dengan sikap masyarakat Surabaya tentang pemberitaan

poligami di Jawa Pos, maka partisipasi diminta untuk mengungkapkan

(24)

8

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori SOR dimana

teori stimulus berupa pesan yaitu informasi yang terdapat pemberitaan

poligami, organisme adalah masyarakat. Sedangkan respon dalam penelitian

ini adalah sikap masyarakat. Berdasarkan teori tersebut peneliti ingin

mengetahui sikap masyarakat berkaitan dengan pemberitaan tentang

poligami.

Menurut Mar'rat dalam Dayakisini (2003: 96) bahwa pada umumnya

sikap-sikap individu/ kelompok yang hendak dipengaruhi ini terdiri dari tiga

komponen:

1. Kognitif; masyarakat Surabaya yang tidak tahu tentang Poligami akan

menjadi tahu dikarenakan adanya pemberitaan Poligami di Jawa Pos.

2. Afektif; kecenderungan perilaku masyarakat Surabaya untuk suka dan

tidak suka terhadap pemberitaan Poligami di Jawa Pos.

3. Konatif; perilaku masyarakat Surabaya yang tidak mendukung dan

bahkan menolak pelaku Poligami dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan konteks diatas peneliti memandang media massa yang

paling efektif dalam penyampaian pesan adalah media cetak, media cetak

sebagai saluran informasi berita yang mempunyai peranan penting. Surat

kabar sebagai bagian dari media massa dapat menjadi instrument untuk

mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak

berarti, dapat menjadi berita melalui penciptaan berbagai cerita dan

data-data yang disajikan oleh media massa, sekalipun data-data tersebut hanya

(25)

berita. Hal ini sering terjadi di tengah masyarakat yang masih kuat

dihinggapi budaya isu dan intrik, dimana berita yang dianggap sebagai

kenyataan dan kebenaran tanpa reserve. Pada intinya berita- berita yang ada

dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan pada Kesadaran masyarakat.

(Winarko dalam Sugiharto, 2002: 1) dari sinilah kemudian masyarakat bisa

menarik hikmah dari terjadinya Poligami.

Surat kabar Jawa Pos merupakan media atau sarana penyampai

informasi yang menyajikan berita-berita umum. Dan saat ini menjadi salah

satu surat kabar yang peredarannya cukup luas dan dikonsumsi oleh banyak

pembacanya. Peneliti tertarik untuk meneliti sikap masyarakat Surabaya

tentang pemberitaan Poligami karena masyarakat Surabaya sebagian besar

juga mengikuti berita- berita tentang Poligami melalui surat kabar harian

pagi Jawa Pos. Berita-berita yang disajikan jawa pos diantaranya meliputi

peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa-peristiwa ekonomi, politik,

hukum, sosial dan budaya. Pemerintah olah raga disamping pemberitaan

peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Jawa pos memiliki jumlah pembaca terbesar berada di wilayah

Surabaya karena itu populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah di

Surabaya. Jumlah pembaca Jawa Pos di Surabaya mencapai 40% dari total

pembaca Jawa Pos, sedangkan daerah Jawa Timur lainnya selain Surabaya

sebesar 25%. Jumlah pembaca sebesar 10% merupakan pembaca Jawa Pos

yang berasal dari Jawa Tengah. Sedangkan 25% sisanya merupakan

(26)

10

Redaksi Jawa Pos)

Tempat penelitian dipilih di kota Surabaya karena Surabaya

merupakan sebuah kota metropolitan yang memiliki tingkat populasi

terbesar di wilayah Jawa Timur. Sebagai sebuah kota metropolitan.

Surabaya sangat menarik untuk menjadi tempat megambil sampel

penelitian. Surabaya pada umumnya memiliki masyarakat perkotaan dengan

ciri- ciri cosmopolitan, yaitu terbuka dengan informasi dekat dengan emdia

massa aktif bersifat modern dan cenderung individualis namun di sisi tepat

memilih kelompok- kelompok eksklusive, longgar dalam kehidupan

keagamaan dan cenderung sekuler dalam lingkungan sosial yang luas dan

heterogen (Soerjono, 2004: 155).

Banyaknya kasus poligami yang masuk ini membuat pengadilan

agama (PA) Surabaya setiap bulannya dan ternyata Poligami merupakan

perkawinan (perkawinan ganda) cukup diminati masyarakat Surabaya, tidak

ada lagi kecocokan (selingkuh) atau Poligami sebanyak 54.138 kasus.

(http://cybertainment.cbn.net.id)

Di sinilah penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian

sebagai bahan skripsi yang bertemakan sikap masyarakat Surabaya tentang

pemberitaan poligami Jawa Pos.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan

(27)

"Bagaimanakah sikap masyarakat Surabaya tentang pemberitaan

poligami di Jawa Pos?".

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sikap

masyarakat Surabaya tentang pemberitaan poligami di Jawa Pos.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan nantinya

diharapkan dapat menjadi kontribusi serta manfaat bagi perusahaan antara

lain:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi terutama mengenai

sikap masyarakat Surabaya tentang pemberitaan poligami di Jawa Pos

2. Secara praktis, dapat memberikan masukan untuk masyarakat untuk

lebih bijaksana dalam menyikapi pemberitaan yang berhubungan dengan

(28)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i

2.1.1.Media Dan Publik Inter est

Menurut McQuail (2002: 145) sebagian besar media tidak dapat

menetapkan untuk memenuhi interes publik tetapi mereka mengikuti tujuan

yang mereka pilih sendiri. Tujuan tersebut kadang dipengaruhi oleh budaya

profesional atau keadaan politik tetapi paling sering tujuan dibuat untuk

tujuan profit/keuntungan bisnis. Dimana media bekerja berdasarkan tujuan

komersial, media menampilkan apa yang menjadi kecenderungan publik

interes.

Menurut dia kesulitan untuk menghandle publik interes berhubungan

penting dengan media. Blumer membuat tiga kunci pokok, pertama

kekuatan media dipengaruhi oleh legitimasi yang digunakan pemerintah,

dan tidak meninggalkan tanggung jawab. Kedua, kualitas terpenting adalah

menampilkan ide dari publik interes. Ketiga, ide dari publik interes harus

bekerja didalam dunia tidak sempurna dan tidak murni, ini berarti dapat

mengundang ketegangan, kompromi dan improvisasi tergantung keadaan.

(McQuail, 2002: 146).

Maka dapat dikatakan bahwa media massa memilih informasi dari

khalayak. Tidak mampunya media menghandel publik interest sehingga

(29)

bagi perusahaan. Seperti salah satunya adalah konflik pro dan kontranya

masalah poligami.

2.1.2.Isu- Isu Utama yang Menjadi Per hatian Media

Menurut Mc.Quail (2002: 55) ada tiga isu utama yang menjadi

perhatian teori media, pertama kekuatan dan ketidaksamaan; media selalu

berhubungan dengan kekuasaan politik dan ekonomi. Hal ini sangat jelas,

bahwa media mempunyai biaya dan nilai ekonomis untuk bersaing dan

mengontrol asses. Kedua media merupakan subjek politik, ekonomi dan

peraturan peraturan legal ketiga, media massa bisa digunakan sebagai

instrumen dari kekuasaan dengan kapasitas yang potensial untuk

menggunakan pengaruh dalam berbagai cara. Kekuasaan (kekuatan) media

massa mempunyai beberapa aspek yaitu : menarik, langsung atensi publik,

membujuk opini dari realita, memberi status dan legitimasi,

menginformasikan dengan cepat dan meluas. Dari aspek-aspek tersebut

muncul pertanyaan-pertanyaan :

1. Siapa yang mengotrol media dan siapa yang tertarik ?

2. Versi dunia (realita sosial) seperti apa yang akan ditampilkan ?

3. Seberapa pengaruhtif media menghasilkan pilihan ?

4. Apakah media lebih mengembangkan atau tidak persamaan dalam

masyarakat ?

(30)

14

2.1.3.Ber ita dan Nilai Ber ita

Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa

Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada

yang menyebut dengan Vritta yang dalam bahasa Indonesia kemudian

menjadi Berita atau Warta. Menurut kamus bahasa Indonesia karya W.J.S

Poerwadarminto, "berita" berarti kabar atau warta, sedangkan dalam kamus

besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi

"laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat". Jadi berita dapat

dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi (Djuroto, 2002 : 46).

Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya "reporting" memberikan

batasan definisi berita sebagai berikut :

"News is the timely report of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a considerable number of people "(1965 : 24)

(Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk) (Effendi, 1993 : 131).

Cara penyajian suatu berita, dapat memberikan indikator tentang

pendapat dan kecenderungan pada redaksi suatu surat kabar, sedang tugas

media secara umum ada dua, yaitu tugas aktif dan tugas pasif. Tugas aktifnya

adalah menyebar-luaskan nilai-nila baru seperti nilai pembangunan dll,

sedangkan tugas lainnya adalah mempertahankan nilai-nilai yang dihormati

dan dianggap tinggi di masyarakat bangsanya (Ashadi, 1982: 34). Dengan

tanda-tanda tertentu yang digunakan dalam penyampaian pesan maka berita

itu akan sampai ke khalayak dan diharapkan mempunyai umpan balik yang

(31)

suatu keadaan dimana terdapat sesuatu yang lain. Gelegar guntur pertanda

akan turun hujan. Kilat menyambar-nyambar merupakan tanda akan

datangnya guntur, didalam media ini berita yang diproduksi itu berusaha

menyudutkan kelompok yang margijanal dengan strategi-strategi tertentu

yaitu dengan tanda-tanda tertentu itu orang yang dikenai dicitrakan negatif

atau positif baik , berupa kebisaaan, tindakan atau ucapan dan tulisan, hal ini

serupa dengan apa yang dikatan oleh Saussure yang mengartikan tanda

sebagai apa yang dikatakan dan apa yang ditulis (Alex, 2002: 125).

Berita itu sendiri mempunyai pengertian yang beragam seperti yang

di ungkapkan oleh Notclife ditekankan pada segi keanehan atau ketidak

laziman sehingga mampu menarik perhatian khalayak. Sedang menurut

Michel V. C. Berita merupakan laporan tentang suatu peristiwa atau

kejadian yang cepat, faktual, dan menarik perhatian sebagian

pembaca/pendengar serta kepentingan khalayak (Uchjana, 1998: 145).

Jadi berita dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

berita merupakan suatu laporan peristiwa atau kejadian yang aneh dan tidak

lazim dalam masyarakat, yang dilaporkan secara cepat, faktual untuk

menarik perhatian. sebagian pembaca/pendengar serta kepentigan khalayak.

Djafar H. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini,

mendefinisikan berita dalam arti jurnalistik sebagai berikut :

(32)

16

Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat,

yaitu faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran

tinggal sedikit saja, yang kedua bahwa berita itu bisa menceritakan segala

aspek secara lengkap. Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa besar

atau penting terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengan jadwal produksi

normal, serta menyukai pula peristiwa yang paling mudah diliput dan

dilaporkan serta mudah dikenal dan dipandang relevan (Djuroto, 2002 : 48).

Faktor yang berkaitan dengan aliran lain, adalah kedekatan media

terhadap peristiwa yang sesuai dengan harapan yang dimiliki khalayak,

keinginan untuk melanjutkan peristiwa yang sudah terjadi, yang dipandang

layak diberitakan, keinginan adanya keseimbangan diantara berbagai jenis

berita. Ditegaskan bahwa News Must Be Factual, maka ditarik kesimpulan

bahwa berita atau sesuatu dikatakan berita bila ada fakta, interest, dan

komunikan atau khalayak (Mc Quail, 1991 : 120)

Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan

unsur-unsur penting dalam berita antara lain :

1. Faktual

Isi berita harus merupakan sesuatu yang berdasarkan fakta, bukan fakta

yang dibuat-buat. Suatu berita harus sesuai dengan fakta yang

sebenarnya, jujur, tanpa prasangka, dan tidak didramatisir.

(33)

Apa yang dilihat dan didengar itulah yang ditulis seorang wartawan

menjadi sebuah tulisan yang berisi pemaparan dan penguraian peristiwa

atau pendapat. Suatu berita objektif tidak dicampuri dengan sifat

subjektifitas atau opini pribadi dari peliputi beritanya.

3. Nilai Berita

Suatu berita akan dianggap penting jika menyangkut kepentingan orang

banyak. Berita yang bernilai harus terdapat keterikatan dengan

kepentingan umum. Sebuah berita dianggap bernilai jika berita itu

merupakan kejadian atau peristiwa yang akan berpengaruh pada

kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu diketahui dan

diinformasikan kepada khalayak seperti kebijakan baru pemerintah,

kenaikan harga, dan sebagainya.

4. Aktual

Jarak antara terjadinya peristiwa ataupun suatu pendapat saat diucapkan

dengan saat diturunkankannya berita itu, hendaknya secepatnya sebab

jika terlewati beberapa hari saja terutama berita peristiwa, maka nilai

aktualitasnya sudah basi.

5. Menarik

Berita yang disajikan hams berisi peristiwa atau pendapat yang memang

menarik perhatian sebagian besar pembaca. Biasanya berita yang

menarik adalah tentang sesuatu yang aneh, yang luar biasa, atau tentang

(34)

18

apabila informasi yang disajikan membangkitkan kekaguman, rasa lucu,

atau humor, atau informasi mengenai pilihan hidup.

Sehubungan dengan hal itu, seorang penulis jurnalistik kenamaan

bernama Frenk Luther Mott dalam bukunya New Survey of Journalism

(Curran, Morley, Walkerdine, 1996: 15) menyatakan bahwa paling sedikit

ada delapan konsep berita yang minta perhatian kita, konsep tersebut adalah:

1. Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report)

2. Berita sebagai rekaman (news as record)

3. Berita sebagai fakta obyektif (news as objective facts)

4. Berita sebagai interpretasi (news as interpretation)

5. Berita sebagai sensasi (new as sensation)

6. Berita sebagai minat insani (news as human interest)

7. Berita sebagai ramalan (news as prediction)

8. Berita sebagai gambar (news as picture)

Nilai berita dalam penelitian Frenk Luther Mott (Curran, Morley,

Walkerdine, 1996: 15) ini adalah semua informasi yang mempunyai nilai

berita dan yang telah dituangkan dalam surat-surat kabar. Nilai berita itu

ditentukan oleh delapan faktor sebagai berikut :

a. Ketepatan waktu

Suatu berita mempunyai nilai berita, apabila berita itu masih aktual dan

disampaikan segera.

b. Kedekatan

(35)

c. Human Interest

Setiap event yang dapat menyentuh perasaan manusia atau mengundang

perhatian seseorang.

d. Sex

Berita mengandung sex selalu menarik dan diminati pembacanya.

e. Kemajuan

Berita tentang penemuan baru dibidang IPTEK, mempunyai nilai berita

yang tinggi

f. Nama

Berita orang - orang yang berkaitan dengan orang ternama, terkemuka,

seperti pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh agama

g. Politik

Berita yang berkaitan dengan masalah politik, seperti hubungan antar

negara, Pemerintah dalam negeri, militer, pertahanan perang, kegiatan

resmi kedutaan besar dan perundingan antar bangsa.

h. Konflik

Berita yang mengandung suatu konflik atau kontroversi mengandung

nilai berita.

2.1.4. Pember ita an Poligami

Di dalam suatu masyarakat kita mengenal adanya institution atau

pranata yang merupakan perilaku berpola dari manusia dalam

kebudayaannya. Pola perilaku manusia ini akan terus berkembang yang

(36)

20

dalam masyarakat tidak selalu bisa diterima oleh seluruh anggota

masyarakat. Ada yang setuju dan ada yang tidak, pro dan kontia inilah yang

pada akhirnya menjadi konflik dalam masyarakat.

Pola perilaku masyarakat dalam kebudayaannya inilah yang banyak

diangkat oleh media massa baik itu dalam hot news maupun fiture-fiture

yang bersifat human interest:

Sebagai contoh masih hangat dipikiran kita masalah perkawinan

Aa Gym yang kedua kalinya, media massa mengangkat berita ini secara

besar-besaran sehingga menjadi polemik di masyarakat.

Semua media massa baik itu cetak, televisi, maupun radio

mengangkat berita sekitar Poligami. Tidak hanya sebatas berita yang

disampaikan dalam media massa namun sampai pada perbincangan para

pakar dan juga dialog interaktif antara yang pro dengan yang kontra pada

poligami.

Tidak sedikit pula dari kalangan praktisi dan ulama memberikan

komentar tentang poligami itu sendiri, Sirikit Syah sebagai salah satu

masyarakat yang juga aktif sebagai pengarang memberikan opininya

mengenai poligami. Beliau berkata:

(37)

Hal inilah yang menurut Sirikit bahwa masyarakat sudah keliru

dalam memahami potret poligami itu sendiri.

Lain halnya tayangan yang diangkat oleh SCTV pada tanggal 19

Januari 2011 pukul 22.00 yang menayangkan dialog interaktif antara orang,

yang pro dan yang kontra terhadap poligami. Banyak dari kalangan yang

menolak poligami dengan alasan tindak kekerasan dalam rumah tangga

namun hal itu mendapaf bantahan dari yang tidak menolak poligami "jika

kekerasan dalam rumah tangga membuat poligami diharamkan berarti kalau

kita konsisten monogamy juga harus diharamkan, karena kekerasan dalam

rumah tangga juga banyak terjadi dalam rumah tangga yang menganut

monogami". Kesimpulan akhir pada dialog interaktif tersebut mereka yang

kontra akhirnya merubah sikapnya yang sebelumnya sangat keras menolak

poligami menjadi melunak dengan tidak lagi mempermasalahkan haram dan

tidaknya poligami namun mengarah pada pembatasan dan syarat yang ada

pada poligami. (Media Indonesia Cyber, 2011)

Adapun Aa Gym memberikan penjelasan pendapatnya mengenai

Poligami melalui telepon internasional dari Kuala Lumpur Malaysia yang

disiarkan langsung oleh puluhan radio di Jakarta, Sabtu pagi tanggal 16

Desember 2006, dalam acara Manajemen Qolbu. Beliau mengatakan

bahwa:

"Poligami ini jelas hal yang dibolehkan oleh Allah, tapi tidak dianjurkan. Poligami dibolehkan dengan cara-cara tertentu sebagai

(38)

22

poligami). Jadi kelihatannya harus ada upaya-upaya bersama antara perasaan dan keyakinan sehingga semuanya proporsional dalam mengomentari permasalahan poligami". (Media Indonesia Cyber, 2011).

Dalam berbagai kasus seperti ini, media massa juga tidak banyak

membantu. Kadang karena keterbatasan ruang artikel, maka berita hanya

ditulis sepotong-sepotong saja, tanpa ada penjelasan mengenai konteksnya

secara utuh, atau di lain waktu malah sengaja kanteksnya memang

dihilangkan, sehingga menjadi kontroversi (sehingga koran/majalahnya

menjadi laku).

Permasalahan ini tidak akan menghebohkan masyarakat bahkan

pemerintah jika media berhenti mengekspos masalah Poligami. Namun

media memandang bahwa masalah Poligami merupakan berkah tersendiri

bagi media sehingga permasalah diperluas ke masalah poligami yang

diperdebatkan keberadaannya (boleh tidaknya poligami). Sehingga apa yang

diagendakan oleh media menjadi agenda dalam masyarakat untuk

didebatkan.

2.1.5. Media Exposur e (Ter paan Media)

Terpaan Media (Media Exposure) di operasionalisasikan sebagai

frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca surat kabar,

atau majalah, dan mendengar radio. Media exposure merupakan terpaan

media dengan melibatkan berbagai kegiatan mendengar, melihat dan

(39)

media adalah berkaitan dengan berapa banyak orang yang melihat iklan di

tayangkan suatu media. (Rakhmat, 2002: 12).

Media exposure berusaha mencari data audient tentang penggunaan

media, baik jenis media, frekuensi penggunaan, maupun durasi

penggunaan. (Sari, 1993: 29).

Dari pendapat di atas, dapat di simpulkan media exposure adalah

terpaan media yang melibatkan kegiatan mendengar, melihat dan

membaca pesan-pesan media massa. Terpaan media ini di

operasionalisasikan melalui frekuensi menonton televisi, membaca surat

kabar, atau majalah dan mendengarkan radio.

2.1.6. Pengar uh Isi Pesan Med ia Massa

Seperti halnya yang telah dijelaskan di atas bahwa media berusaha

memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. (Effendi, 1998: 290).

Dalam memenuhi kebutuhan ini media tentu saja media massa tidak

terlepas dari segi komersialnya sehingga ketika berita itu direspon oleh

masyarakat maka itu menjadi "nilai konsumtif bagi media massa" sehingga

media terus menampilkan berita tersebut. Sadar atau tidak sadar bahwa

baik secara langsung maupun tidak langsung media berpengaruh terhadap

sikap, pola pikir, dan prilaku seseorang. Seperti halnya berita atau artikel

yang diputuskan untuk diulang, atau bila televisi memperpanjang waktu

siarnya, maka berita itu atau tema tersebut sudah pasti sedang ramai di

(40)

24

tema tersebut secara panjang lebar atau waktu yang dibicarakan di televisi

hanya sekilas, khalayak pasti tidak akan membicarakan tema tersebut.

Itulah media massa dengan feel yang dibawanya dan dapat dipertegas lagi

media massa memilih informasi, khalayak membentuk persepsinya tentang

peristiwa tersebut dari informasi yang diterimanya lewat media.

Seperti halnya yang diungkapkan oleh Rakhmat (1996; 228) media

massa dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media atau

dengan kata lain media massa tidak menentukan " what to think" tetapi

mempengaruhi "what to think about" ini berarti media massa

mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting, bila

surat kabar mengulang terus- menerus pemberitaan tentang poligami, maka

yang dijadikan bahan pembicaraan masyarakat pastilah peristiwa tentang

poligami tersebut.

Menurut Efendi (1998: 318) pengaruh dari pesan yang disebarkan

oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai

sasaran komunikasi. Oleh karena itu pengaruh melekat pada khalayak

sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai pengaruh komunikasi

ini telah disinggung di muka, yakni diklasifikasikan sebagai pengaruh

kognitif (cognitive effect) pengaruh afektif (affective effect) atau pengaruh

konatif yang sering disebut etek behavioral (behavioral effect).

Pengaruh kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran,

sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti,

(41)

melalui media massa yang menimbulkan pengaruh kognitif antara. lain

berita, tajuk rencana, artikel, acara pendidikan, dan sebagainya.

Pengaruh afektif atau sikap. Akibat dari membaca surat kabar atau

majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop,

timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media

massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga tertawa terbahak-bahak,

sedih sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding, dan lain-lain

perasaan yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya: perasaan marah,

benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemas, sinis, kecut, dan

sebagainya, Contoh rubrik atau acara media massa yang dapat menimbulkan

pengaruh afektif, antara lain : pojok, sajak, No, cerita bergambar, cerita

bersambung, sandiwara radio, drama televisi, cerita film, dan lain-lain.

Pengaruh konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha,

yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk

perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas pengaruh konatif sering

disebut juga pengaruh behavioral.

Pengaruh konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media

massa, melainkan didahului oleh pengaruh kognitif dan/atau pengaruh

afektif. Dengan lain perkataan, timbuinya pengaruh konatif setelah muncul

kognitif dan atau pengaruh afektif. Seorang suami yang bertekad untuk

berkeluarga dengan dua anak saja merupakan pengaruh konatif setelah ia

menyaksikan fragmen TVRI, betapa bahagianya beranak dua, dan

(42)

26

berupaya mendaftarkan diri sebagai transmigran juga merupakan pengaruh

konatif setelah mendengar reportase RRI betapa senangnya hidup para

transmigran setelah berjuang menyuburkan hutan perawan. Seorang

mahasiswa yang mampir di redaksi sebuah surat kabar untuk memberikan

sumbangan merupakan pengaruh konatif pula, setelah ia memperhatikan

berita yang disertai foto mengenai seorang wanita tak mampu yang

menderita penyakit tumor sehingga perutnya membesar tak terperikan.

2.1.7.Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang

menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan

objek. Sikap relative menetap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap

kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan

(Rakhmat, 2002:39).

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses

belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak

terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bila disusun berbagai

upaya (pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap

seseorang (Rakhmat, 2001:42).

Dapat dipahami setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah

yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon

yang akan timbul bila individu diharapkan pada suatu stimulus yang

(43)

evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari

oleh proses evaluasi dalam diri individu yang member kesimpulan nilai

terhadap stimulus dalam bentuk baik, buruk, positive, negative,

menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang

kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap

(Rakhmat,2001:40).

Menurut La Pierre (1934) dalam buku sikap manusia Drs.

Saifuddin Azwar, MA (2005; 5) bahwa sikap adalah suatu pola perilaku,

tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi unutk menyesuaikan diri

dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap

stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Menurut Sutisna (2003; 199), bahwa sikap adalah mempelajari

kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu objek atau kelompok

objek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten.

Dari definisi di atas dapat terlihat bahwa manifestasi sikap tidak

dapat langsung dilihat, tetapi harus terlebih dahulu ditafsirkan sebagai

tingkah laku yang masih tertutup. Selain itu pengertian sikap juga

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori

stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis, sikap seringkali

diharapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional.

Jadi sikap adalah rangkuman dari evaluasi terhadap objek sikap kita.

Evaluasi rangkuman rasa suka atau tidak suka terhadap objek adalah inti

(44)

28

Mar’at dalam Dayakisni (2003; 96) menjelaskan bahwa pada

hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interaksi dari berbagai

komponen dimana komponen- komponen tersebut ada tiga yaitu:

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau

informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya dari

pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu

tentang sikap objek tertentu.

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi

sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai- nilai

kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya

3. Komponen konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang

berhubungan dengan objek sikapnya.

Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikasi yang

menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Disini

pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si

komunikasi. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah

berkisar pada upaya mengubah pikiran dan komunikasi. Efek afektif

lebih tinggi kadarnya daripada efek kognitif. Disini tujuan komunikator

bukan hanya sekedar supaya komunikasi tahu, tetapi tergerak hatinya,

(45)

takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya. Yang paling tinggi

kadarnya adalah efek behavioral, yaitu yang timbul pada komunikan

dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

Apabila dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting

adalah bagaimana caranya agar suatu pesan (isi atau content) yang

disampaikan oleh kominikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau

efek tertentu pada kominikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut

dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :

1. Dampak Kognitif, adalah dampak yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan

komunikator ditujukan kepada pikiran sikomunikan. Dengan kata lain

tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran

dari komunikan, apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh

komunikan tersebut.

2. Dampak Afektif, Adalah dampak yang timbul bila ada perubahan pada

apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan

komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu tetapi juga

tergerak hatinya.

3. Dampak Konatif (Behavioral), merupakan dampak yang meru.juk pada

perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan,

(46)

30

Sedangkan sikap menurut Thurstone dalam Sumartono, sikap adalah

tingkatan afeksi dari yang bersifat positif sampai dengan tang bersifat

negative.

Dalam hubungannya dengan objek sikap, afeksi yang positif yaitu

afeksi yang senang sedangkan afeksi yang negative merupakan afeksi yang

tidak menyenangkan (Sumartono, 2002:92). Berdasarkan definisi tersebut

maka :

1. Sikap sebagai tindakan kecenderungan dari yang bersifat positif sampai

negative (yang berhubungan dengan objek sikap). Objek sikap disini

meliputi, symbol, kata-kata, ide dan lain sebagainya.

2. Seseorang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek sikap

apabila ia suka atau memiliki sikap Favorable, sebaliknya seseorang

dikatakan memiliki sikap yang negative terhadap objek sikap bila ia

tidak suka atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi.

3. Sikap yang netral apabila seseorang itu tidak dapat menentukan

pilihannya baik ia suka atau tidak suka.

Adapun pengaruh media massa tidak harus langsung terlihat,

namun terpaan yang berulang- ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi

sikap dan tindakan masyarakat (Mulyana, 1999; 43)

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa adanya efek

komunikasi tersebut, maka terjadi perubahan sikap komunikan setelah

mereka diterpa pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga

(47)

dampak) komunikan tetapi pada bentuk sikap masyarakat tentang

pemberitaan poligami di media massa. Jadi jika komunikasi yang dilakukan

antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, maka terjadi

perubahan sikap komunikan, sebaliknya jika komunikasi yang dilakukan

antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek gagal, maka tidak

terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dengan demikian dapat dipertegas

bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek

komunikasi.

2.1.8.Teor i S-O-R

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya

kesamaan obyek material dari psikologi sama maka teori ini menjadi kajian

teori ilrnu komunikasi. Yaitu manusia yang jiwanya meliputi

komponen-komponen opini, sikap, perilaku, afeksi, konasi dan kognitif.

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus - Organism - Response.

Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsure komunikasi yaitu

komunikator dan komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai

penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan

memperhatikan tanda, lambang mattpun gambar. Kemudian komunikan

merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang

disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek sebagai akhir dalam

proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah

(48)

32

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu,

teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima

sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( Mc. Quail, 1994:234). Akibat atau

pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan

tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus

tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan (Sendjaja,1999:71)

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator

kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda

dan lambing.

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat

menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima

sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang

disampaikan oleh komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa

komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui

tanda dan lambing. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk

mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh

komunikator.

c. Efek (Respon), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap yaitu afektif, kognitif, dan konatif.

(49)

komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan

pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 2003:255).

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian,

pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsur respon berupa efek maka

sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai

pijakan teori dalam penelitian. Menurut gambar dari model diatas

menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh

komunikator kepada komunikan berupa "Berita Poligami" di Jawa Pos,

mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan

berikutnya bila komunikail menerima stimulus atau pesan yang disampaikan

maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti

dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan

diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan

dalam proses komunikasi. (Effendy, 2003: 256)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap

adalah aspek "how" bukan "what" dan "why", Jelasnya how to

communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana

mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak

bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa

benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya "Sikap Manusia, Perubahan serta

Pengukurannya", mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang

(50)

34

penting, yaitu (Efendi, 1993: 254) : perhatian, pengertian dan

penerimaan

Gambar 2.1. : Model Teori S - O - R

Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung

pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang

disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin

ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari

komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan

komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah

komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan

untuk mengubah sikap.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul

dari adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap objek,

dengan adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu

terhadap objek. Proses berfikir tersebut merujuk pada kegiatan yang

menggunakan konsep dan lambang sebagai pengganti objek dan

(51)

memorinya, sesuai dengan pengalamannya terhadap objek, lalu dia

memberi makna pada menara tersebut dengan nama Eiffel Tower. Pada

tahap mereka sadar pada objek yang dihadapinya tersebut, dan pada

tahap terakhir dia menyimpan ke dalam ingatannya dan dijadikan

pengetahuan. Proses selanjutnya timbullah perasaan suka atau tidak

suka terhadap objek. Individu akan menyeleksi atau memilih, dan dari

pilihan tersebut diyakininya. Setelah itu ia akan menggunakan sebagai

hasil dari keputusannya (Effendy, 1993; 256)

Demikian pula dengan pemberitaan terhadap poligami di media

massa. Setelah menerima stimulus atau pesan yang berupa informasi atau

pesan tersebut maka dengan perhatian, pengertian, dan penerimaan dari

berlangsungnya proses komunikasi, komunikan memberikan efek yang

terakhir dari informasi yang disampaikan. Kemampuan komunikan dalam

memahami informasi dalam pemberitaan terhadap poligami yang ada di

media massa dakan dapat membawa perubahan dalam diri komunikan.

2.1.9. Masyar akat Sebagai Khalayak Pembaca

Dinamika masyarakat dalam memperoleh serta membaca suatu

informasi atau berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media

massa tersebut dalam hal ini adalah media massa cetak (surat kabar) itu

mempunyai dampak yang menyentuh dalam kehidupan masyarakat,

(52)

36

sosial. Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu

sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Masyarakat disini adalah mereka yang menjadi pembaca dari media

massa cetak (surat kabar) yang bersangkutan dimana pembaca tersebut

heterogen, anonim dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari semua

lapisan sosial dalam sosiologi komunikasi massa (Sutaryo, 2005: 114).

Khalayak sasaran (target audience) dalam penelitian ini adalah

pembaca surat kabar Jawa Pos dan di dalam penelitian ini dilakukan pada

responden berusia 17 tahun ke atas. Dengan alasan pada usia ini seseorang

telah memiliki kemampuan berpikir yang sempurna dan cara pandangnya

terhadap lingkungan lebih realitas (Wirawan, 2003: 52). Selain itu pada usia

tersebut (17 tahun) merupakan cara pandang terhadap lingkungan di

sekitarnya untuk lebih berhati-hati lagi.

2.1.10. Sur at Kabar Sebagai Kontr ol Sosial

Surat kabar diartiakan sebagai lembaga yang menyebarluaskan berita

sebagai karya jurnalistik yang berupa lembaran, karangan Man yang

disebarkan kepada khalayak luas (Mc.Quai1, 1994: 153). Kekhususan surat

kabar apabila dibandingkan dengan sarana komunikasi lainnya terletak pada

sifat yang individualism, orientasi pada kenyataan, kegunaan, sekularitas

dan kecocokan dengan tuntutan kebutuhan kelas social baru.

Dalam pelaksanaan fungsinya Pers selain menyiarkan informasi

(53)

konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat serta

mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta

positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy, 1994: 149).

Sementara (Rahmadi, 1990: 78) dalam perbandingan sistem- Pers

menunjukkan empat (4) fungsi dari Pers, meliputi :

a. Fungsi Mendidik

b. Fungsi Menghibur

c. Fungsi Mempengaruhi

d. Fungsi Kontrol Sosial

Fungsi Mendidik, adalah sebagai sarana pendidikan massa (mass

education) surat kabar memuat tulisan- tulisan yang mengandung

pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya atau

dapat dikatakan fungsi surat kabar yang pertama ini adalah untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa melalui informasi-informasi yang

disampaikannya.

Fungsi Menghibur, maksudnya disini adalah hal-hal yang bersifat

hiburan sering dimuat oleh surat kabar untuk mengimbangi berita-berita

berat (hara news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat

hiburan bias berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar,

teka-teki silang, karikatur. Meskipun pemuatan isi mengandung hiburan, itu

semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah pembaca

(54)

38

Fungsi Mempengaruhi, fungsi mempengaruhi inilah yang

menyebabkan Pers memegang peranan penting dalam kehidupan

masyarakat.

Fungsi Kontrol Sosial, kekuatan utama media massa sebagai alat

control social terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan sekitar

masyarakat.

Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengadilan sosial (1987:2)

adalah sekumpulan proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu

diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai-nilai kehidupan

kelompok. Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok

untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh

kelompok dinilai sebagai baik, dalam hubungan ini individu bahkan dapat

diperiksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginan untuk

mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental

terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan penilaian

kelompok. Dalam hal ini tujuan dari kontrol sosial yaitu :

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya.

2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri.

3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi normal

Gambar

Gambar 2.1. : Model Teori S - O - R
Gambar 2.2.
Tabel ini akan digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan k elalaian dalam menjalankan profesinya yang menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan kesehatan, perselisihan yang

Oleh Anugerah, Berkat, dan Tuntunan Tuhan penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini dengan judul “ Ketentuan Sanksi Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam Upaya

Maka penulis memberikan batasan yaitu tentang pengetahuan nasabah mengenai suatu produk dan Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah serta besarnya bagi hasil

Traffic count was conducted to vehicles passing the stopping line and classified into light vehicle, motorcycle and heavy vehicle.. Observation was conducted on

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan pembiayaan jual beli berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai singnifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 , capital

dalam upaya meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan melalui beberapa terobosan, yaitu Kepala Sekolah harus memahami dan melakukan fungsi sebagai penunjang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Perencanaan Struktur

Meski pelaku dari terorisme dalam film tidak hanya dilakukan oleh satu kelompok saja, namun sepanjang film pelaku dari kelompok Islam garis keras banyak ditampilkan