• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut GPP Padaido dinilai dari keterlibatan masyarakat dalam hal : (1) memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut untuk kegiatan ekonomi, (2) menjaga dan melestarikan lingkungan dan sumberdaya alamnya, dan (3) proses pengelolaan sejak taha p perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Hasil analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut disajikan pada Tabel 48. Partisipasi masyarakat GPP Padaido dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut berada pada tingkat rendah dan sedang, sedangkan tingkat partisipasi tinggi tidak dijumpai.

Sebagian besar masyarakat (65,56%) berada pada tingkat partisipasi rendah. Pada tingkatan ini, partisipasi masyarakat baru mencakup satu aspek dari tiga aspek penge lolaan, yaitu memanfaatan sumberdaya pesisir dan laut untuk kegiatan ekonomi. Cakupan aspek lain, seperti; keterlibatan masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan dan sumberdaya alamnya, dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengelolaan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi belum banyak yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat yang menonjol adalah kegiatan perikanan tangkap dan budidaya, jasa transportasi laut serta pariwisata pesisir. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Pada tingkat partisipasi sedang, sebanyak 34,44% masyarakat diketahui terlibat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Pada tingkatan ini, masyarakat tidak hanya memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut untuk kepentingan perekonomian tetapi mereka juga melakukan kegiatan konservasi sumberdaya alam, yaitu menjaga dan melestarikan lingkungan dan sumberdaya alamnya.

Bagi masyarakat GPP Padaido, kegiatan konservasi telah dikenal dan menjadi bagian dari kebudayaan mereka. Sistem sasisen sumberdaya alam dan kawasan “pamali” telah dikenal masyarakat secara turun-temurun. Sistem ini dapat dijumpai di

GPP Padaido Bawah maupun GPP Padaido Atas. Pada kawasan sasisen, sumberdaya alam tertentu dilarang untuk diambil atau dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu. Orang yang kedapatan mengambil sumberdaya tersebut akan dikenakan sanksi sesuai peraturan adat yang berlaku. Umumnya sumberdaya alam yang disasisen memiliki nilai ekonomis, sedangkan pada kawasan “pamali”, masyarakat dilarang untuk memasukinya karena dianggap memiliki nilai “magis”. Umumnya kondisi sumberdaya di kawasan tersebut masih baik dan alami.

Selain sistem konservasi tersebut di atas, peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai konservasi diperoleh dari kegiatan-kegiatan “proyek” konservasi sumberdaya alam yang dilakukan oleh lembaga- lembaga non pemerintah dan pemerintah. Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rumsram, sekitar 25 tahun, membina masyarakat dalam kegiatan konservasi. Demiukian juga proyek COREMAP dari pemerintah yang berada di kawasan Kepulauan Padaido sejak 1999 sampai sekarang. Adanya kegiatan-kegiatan tersebut sangat membantu meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam penge lolaan sumberdaya pesisir dan laut.

Tabel 48 Tingkat partisipasi masyarakat

No Tingkat Partisipasi Jumlah Persentase (%)

1 Rendah (1) 59 65,556

2 Sedang (2) 31 34,444

3 Tinggi (3) 0 0

Jumlah 90 100,000

Sumber : Hasil Analisis

Hasil analisis perbedaan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut disajikan pada Tabel 49. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antar tingkat partisipasi ma syarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesa yang menyatakan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di GPP Padaido dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat diterima. Mereka yang termasuk tingkat partisipasi rendah memiliki perbedaan yang sangat nyata dengan

mereka yang memiliki tingkat partisipasi sedang dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Dari hasil terlihat bahwa 65,56% responden atau penduduk GPP Padaido berada pada tingkat partisipasi rendah, sedangkan 34,44% berada pada tingkat partisipasi sedang.

Perbedaan tingkat partisipasi responden atau penduduk disebabkan oleh perbedaan karakteristik (faktor) yang dimiliki oleh mereka, seperti: umur, lama pendidikan, lama tinggal, tanggungan keluarga dan pendapatan. Pangesti (1995) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang mencakup dua hal, yaitu: (1) Faktor internal yang mencakup ciri-ciri atau karakteristik individu, dan (2) Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar karakteristik individu. Faktor internal antara lain meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non- formal, luas lahan garapan, pendapatan, pengalaman berusaha dan kosmopolitan. Faktor eksternal meliputi hubungan antara pengelola dengan petani penggarap, pelayanan pengelola dan kegiatan penyuluhan. Selain itu, kesediaan seseorang untuk berpartisipasi dipengaruhi antara lain oleh umur, pekerjaan, pendidikan dan lama tinggal (Murray dan Lappin diacu oleh Bakri, 1992).

Tabel 49 Hasil analisis diskriminan tingkat partisipasi masyarakat Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.

1 ,779 21,396 5 ,001**

Sumber : Hasil Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Partisipasi Masyarakat

Tabel 50 menyajikan deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Sebanyak 90 responden dipilih dalam analisis. Umur dan jumlah tanggungan anggota keluarga relatif tidak berbeda antar tingkat partisipasi masyarakat. Namun tampaknya faktor lama pendidikan, lama tinggal dan pendapatan menunjukkan perbedaan walaupun tidak terlalu besar. Masyarakat yang memiliki tingkat partisipasi rendah cenderung memiliki lama waktu pendidikan yang pendek, lama waktu tinggal yang panjang serta pendapatan yang tinggi, sedangkan masyarakat dengan partisipasi sedang sebaliknya.

Tabel 50 Deskripsi variabel tingkat partisipasi masyarakat

Valid N (listwise) Tngkt

Partsp Faktor Rataan Std. Deviasi Unweighted Weighted

Umur 39,97 10,94 59 59,00 Lama Pendidikan 7,37 1,95 59 59,00 Lama Tinggal 35,98 13,13 59 59,00 Tanggungan Keluarga 6,36 2,18 59 59,00 1,00 Pendapatan 265254,24 92033,65 59 59,00 Umur 39,06 8,01 31 31,00 Lama Pendidikan 8,90 2,26 31 31,00 Lama Tinggal 38,23 8,48 31 31,00 Tanggungan Keluarga 6,90 2,30 31 31,00 2,00 Pendapatan 241935,48 53380,36 31 31,00 Umur 39,66 9,99 90 90,00 Lama Pendidikan 7,90 2,18 90 90,00 Lama Tinggal 36,76 11,74 90 90,00 Tanggungan Keluarga 6,54 2,22 90 90,00 Total Pendapatan 257222,22 81268,42 90 90,00

Sumber : Hasil Analisis

Hasil analisis diskriminan faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut disajikan pada Tabel 51. Hasil menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor lama pendidikan, sedangkan faktor-faktor yang lain tidak nyata pengaruhnya. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesa yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi tidak semuanya benar. Hanya lama pendidikan yang dapat diterima. Lama pendidikan yang diikuti oleh masyarakat (6, 9, dan 12 tahun) ternyata memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Sejalan dengan hasil ini, Purnomowati (2001) menemukan bahwa tingkat (lama) pendidikan mempunyai hubungan yang positip dengan tingkat partisipasi dalam pengelolaan sumberdaya

pesisir berbasis masyarakat di desa Pamongkong, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, NTT. Semakin tinggi atau lama pendidikan maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Hal serupa juga dijumpai oleh Banjar (1998) pada studi mengenai sasi di Maluku, bahwa ada hubungan yang nyata dan positip antara tingkat pendidika n dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir. Tabel 51 Hasil analisis diskriminan faktor-faktor tingkat partisipasi masyarakat

Variabel Wilks' Lambda F df1 df2 Sig. Umur ,998 ,164 1 88 ,687 Lama Pendidikan ,887 11,183 1 88 ,001** Lama Tinggal ,992 ,740 1 88 ,392 Tanggungan Keluarga ,986 1,234 1 88 ,270 Pendapatan per bulan ,981 1,686 1 88 ,198 Sumber : Hasil Analisis

Hubungan antara lama pendidikan dan tingkat partisipasi masyarakat disajikan pada Tabel 52. Prosentase jumlah penduduk yang berpendidikan menurun menurut lamanya pendidikan. Penduduk dengan lama pendidikan 6 tahun (SD) memiliki prosentase terbesar (51 %), diikuti oleh 9 tahun (SLTP) yaitu 34% dan terakhir adalah 12 tahun (SLTA) dengan nilai 15%. Komposisi tingkat pendidikan seperti ini merupakan hal umum yang dijumpai di daerah perdesaan. Penduduk dengan tingkat ekonomi yang cukup akan menngirim anggota keluarganya ke daerah lain untuk menuntut pendidikan (ilmu) yang lebih tinggi. Akibatnya sebagian besar penduduk yang tinggal berpendidikan SD. Dengan tingkat pendidikan yang umumnya rendah, penduduk akan berpartisipasi pada tingkat yang rendah pula.

Berdasarkan tingkat partisipasi, sebagian besar penduduk (66 %) berada pada tingkat re ndah dibandingkan dengan tingkat sedang (34 %). Pada tingkat rendah, prosentase jumlah penduduk yang berpartisipasi cenderung menurun menurut lamanya pendidikan. Pada tingkat partisipasi sedang, prosentase jumlah penduduk berfluktuasi menurut lamanya pendidikan. Pada lama pendidikan 6 dan 9 tahun, prosentase penduduk cenderung menurun menurut tingkat partisipasi, namun pada lama pendidikan 12 tahun, prosentase penduduk cenderung meningkat menurut

tingkat partisipasi. Hasil ini menujukkan bahwa tingkat (lama nya) pendidikan sangat menentukan tingkat partisipasi masyarakat. Semakin lama pendidikan yang dijalani oleh penduduk akan semakin banyak pengetahuan dan wawasan yang diperoleh. Dengan demikian, mereka akan dengan mudah berpartisipasi dan cenderung menempa ti tingkat partisipasi yang lebih tinggi. Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Soeryani et al., (1992) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup. Tingkat pendid ikan masyarakat akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka terhadap lingkungan. Schoorl (1984) menyatakan bahwa masyarakat akan berpartisipasi apabila mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang kegiatan tersebut. Individu yang semakin tinggi pendidikan cenderung lebih aktif berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang ada di lingkungannya (Murray dan Lappin, 1967 yang diacu oleh Bakri, 1992).

Tabel 52 Lama pendidikan dan tingkat partisipasi Lama Tingkat Partisipasi

Pendidikan Rendah (1) Sedang (2) Jumlah 6 thn (SD) 37 (41 %) 9 (10 %) 46 (51 %) 9 thn (SLTP) 17 (19 %) 14 (15 %) 31 (34 %) 12 thn (SLTA) 5 (6 %) 8 (9 %) 13 (15 %) Jumlah 59 (66 %) 31 (34 %) 90 (100 %) Sumber : Hasil Analisis

Dalam kaitan dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di kawasan GPP Padaido perlu adanya upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat pulau-pulau kecil mencakup dua hal, yaitu: pertama , Peningkatan pengetahua n, kemampuan dan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian fungsi sumberdaya pesisir dan laut sebagai penyangga kehidupan di wilayah tersebut. Peningkatan kemampuan ini sangat penting karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil berpendidikan rendah (SD). Kedua, Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap kegiatan ekonomi yang dapat mendorong kemampuan mereka untuk memanfaatkan

sumberdaya pesisir dan laut secara optimal dan berkelanjutan. Peningkatan aksesibilitas ini sangat penting karena sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pulau-pulau kecil hidup dalam kondisi kemiskinan.

Pemberdayaan masyarakat pulau-pulau kecil ditujukan untuk menyiapkan kemampuan sumberdaya manusia mengelola potensi sumberdaya alam pesisir dan laut dan sumberdaya buatan serta sarana dan prasarana yang tersedia untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat merupakan proses mengubah atau membawa kondisi masyarakat pulau-pulau kecil yang ada saat ini kedalam suatu kondisi masyarakat yang diharapkan (Poerwowidagdo, 1998 yang diacu oleh Purnomowati, 2001).

Dokumen terkait