• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Orang Tua dalam Mendukung Program Sekolah

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 22-29)

Sekolah merupakan partner orang tua dalam mennghantarkan cita-cita dan membentuk pribadi siswa. Maka dari itu orang tua perlu memberikan sumbangsih tenaga, pikiran maupun dana guna mendukung program sekolah.

Partisipasi orang tua MTs Salafiyah Kota Cirebon memang lebih menitikberatkan pada partisipasi dalam bentuk moril. Dalam pelaksanaan partisipasinya, orang tua siswa melakukan hal-hal berikut:

1. Menciptakan budaya belajar di rumah

Pada jam-jam belajar perlu bagi orang tua dan anak-anaknya untuk belajar bersama. Misalnya orang tua melakukan kegiatan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, membaca majalah, menulis puisi maupun program kerja sehingga dapat tercipta budaya belajar di rumah. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat sangat efektif bagi perkembangan anak-anak di rumah. Banyak celah yang dapat dimanfaatkan orang tua untuk melakukan diskusi kecil dengan anak-anaknya dengan santai. Meskipun tidak mudah bagi para orang tua, tapi sebagian dari mereka tetap berusaha, sebagaimana ungkapan informan S sebagai berikut:

“Saya kira kita tau lah anak-anak tidak akan meluangkan waktu untuk belajar jika kita tidak mengawasinya. Ya, meskipun tidak harus saya ikut belajar juga. Tapi saya turut memperhatikan jam belajar mereka, biasanya sehabis maghrib kami menyuruh mereka mengaji dan belajar terlebih dahulu sebelum nonton TV.” (Wawancara dengan informan S pada tanggal 21 Januari 2015).

Berbeda dengan informan S, informan SH mengungkapkan bahwa:

“Memang mengatur jam belajar bagi anak-anak sangat diperlukan. Tapi mengingat jam belajar mereka di sekolah cukup menguras tenaga. Maka kami tidak begitu memaksakan mereka untuk belajar terlalu keras. Meskipun demikian, menjelang akhir UN saya sebisa mungkin mengingatkannya untuk belajar. Ya, meskipun hanya sebentar. Selepas itu pergi

bermain atau nonton TV.”(Wawancara dengan informan SH pada tanggal 21 Januari 2015).

2. Memprioritaskan tugas yang terkait langsung dengan pembelajaran di sekolah

Gambar 7: Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas

Jika banyak kegiatan yang harus dilakukan anak, maka orang tua perlu mengutamakan yang terkait dengan tugas pembelajaran.

Kegiatan ekstrakulikuler kadang melalaikan peserta didik akan tugas pembelajaran di kelas. Ini bukan menjadi hal yang asing bagi peserta didik maupun guru beserta wali murid MTs Salafiyah. Ini sesuai dengan pernyataan informan HM selaku wali kelas, yang mengemukakan:

“Terkadang saya menyayangkan peserta didik yang aktif pada kegiatan ekstrakulikuler baik itu pramuka, paskibra, maupun kesenian dan olahraga jika sudah mengabaikan tugas mata pelajaran. Kadangkala kami juga merasa kesal dengan perilaku mereka. Memang ekstrakulikuler dapat menambah wawasan mereka tentang bagaimana proses sosialisasi yang baik. Tapi, apa jadinya jika pengetahuan mereka tentang mata pelajaran juga tidak ada. Sekiranya harus seimbang antara kegiatan intrakulikuler dan ekstrakurikuler.”(Wawancara dengan informan HM pada tanggal 25 Februari 2015).

Kegiatan ekstrakulikuler sekolah memang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi dan memberi banyak pengalaman bagi para siswa. Namun, tidak dapat dipungkiri ada beberapa siswa yang memanfaatkan kegiatan tersebut untuk

berkumpul dengan teman-teman dan bermain hingga sore hari. Hal ini menimbulkan kekhawatiran sendiri bagi para orang tua. Maka untuk menghindari hal tersebut, pihak sekolah dalam setiap kesempatan pertemuan dengan wali murid kami mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler hanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu saja.

“Pernah ada kejadian, orang tua menanyakan mengenai kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan sekolah. Mereka mengeluhkan soal anak mereka yang selalu pulang sore hari dengan alasan sedang mengikuti kegiatan ekstarakulikuler.

Tentu saja kami perlu menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakulikuler hanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu yakni untuk PMR dilaksanakan pada hari kamis, Pramuka pada hari Jum’at dan Paskibra pada hari sabtu. Dengan demikian, apabila para siswa mengatasnamakan kegiatan di luar jadwal tersebut, maka kami tidak bertanggung jawab sepenuhnya.

Karena hal tersebut di luar jam sekolah.” (Wawancara dengan informan UU pada tanggal 18 Februari 2015).

Terdapat beberapa orang tua siswa yang beranggapan bahwa sekolah perlu meninjau kembali kegiatan-kegiatan yangs sekiranya dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif.

Sebagaimana informan AR mengatakan:

“Saya rasa kegiatan kelompok belajar perlu mendapat perhatian lebih terkait pelaksanaannya yang kalau bisa menjangkau mereka yang ingin belajar lebih di luar jam pelajaran. Memang kemampuan dalam memahami mata pelajaran sangat diperlukan.

Namun demikian, kemampuan tersebut perlu dibarengi dengan keinginan para siswa.” (Wawancara dengan informan AR pada tanggal 4 Maret 2015).

Dalam menanggapi pernyataan tersebut, pihak sekolah menyatakan bahwa:

“Program pengadaan kelompok belajar memang sengaja kami bentuk untuk memenuhi beberapa kebutuhan terkait keikutsertaan sekolah dalam kegiatan olimpiade antar MTs dan lain-lain. Sedangkan situasinya baru mendukung hal tersebut.

Maka, untuk membentuk kelompok belajar di luar kegiatan-kegiatan olimpiade kami masih mengusahakan mengingat kemauan siswa dalam menambah jam belajar di luar kelas masih

minim.” (Wawancara dengan informan M pada tanggal 25 Februari 2015).

Usaha sekolah dalam memberikan pemahaman kepada para orang tua sepatuntnya dihargai dengan jalan bersama-sama mengusahakan terlaksananya proses pembelajaran yang baik. Baik sekolah maupun orang tua siswa mengharapkan kegiatan prioritas anak sebagai pelajar tetap diutamakan disamping kegiatan penunjang lainnya seperti kegiatan ekstrakulikuler.

3. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah

Dukungan orang tua terhadap kegiatan organisasi sekolah baik kegiatan intrakulikuler dan ekstrakurikuler sangat penting dalam mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh anak-anaknya.

Gambar 8: Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakulikuler

Orang tua terkadang dihadapkan pada keinginan mereka dengan situasi yang tidak memungkinkan mewujudkan keinginan anaknya untuk ikut dalam kegiatan organisasi sekolah tersebut. Keinginan mereka terhalang karena situasi rumah yang jauh dari sekolah.

Sebagaimana disampaikan oleh informan MA sebagai berikut:

“Saya terkadang mengingatkan anak-anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Namun, mereka mengeluhkan lokasi sekolah yang jauh dan cuaca di siang hari yang panas menjadikan mereka enggan untuk berangkat. Mau bagaimana lagi, yasudahlah yang terpenting saya sudah mengingatkan.” (Wawancara dengan informan MA pada tanggal 10 Maret 2015).

Berbeda dengan informan S yang dengan antusias melihat anaknya ikut dalam kegiatan organisasi sekolah yang menyatakan bahwa:

“Anak saya memang cenderung tidak bisa diam di rumah. Maka dari itu saya sangat mendukung jika anak saya mengikuti kegiatan organisasi di sekolah. Yaa,,,, dari pada keluyuran tidak jelas. Selama tidak mengabaikan pelajarannya ya saya dukung saja.”

Adapula sebagian siswa yang ingin ikut serta dalam kegiatan ekstrakulikuler namun terkendala ongkos angkutan umum karena lokasinya yang berjauhan dari sekolah dan keadaan ekonomi orang tuanya yang tidak memungkinkan. Sebagaimana diungkapka oleh:

“Pernah saya bertanya pada salah satu siswa mengapa mereka tidak mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan jarang masuk sekolah. Setelah diusut ternyata rumahnya yang sangat jauh dan terkendala dengan ongkos otomatis ia tidak dapat hadir di sekolah. Jika dengan alasan demikian, kami pihak sekolah masih dapat memakluminya. Yang tepenting ia tetap hadir pada saat jam pelajaran sekolah dan tidak harus mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.” (Wawancara dengan informan YS pada tanggal 9 Maret 2015).

Dukungan dan harapan pihak sekolah beserta orang tua siswa sudah semestinya berjalan bersamaan. Pihak sekolah telah memberi kelonggaran kepada para siswanya yang tidak dapat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler manakala ada halangan namun tetap mewajibkan kehadiran para siswa pada saat jam belajar. Orang tua pun memahami akan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler tersebut guna mengembangkan dan menberikan banyak pengalaman bagi anak-anak mereka.

Jika sebagian besar orang tua siswa MTs Salafiyah Kota Cirebon dapat memenuhi keterlibatan mereka dalam pendidikan anak-anaknya. Maka, berbeda halnya dengan partisipasi mereka dalam bentuk materil. Partisipasi mereka terbatas pada bantuan dana terkait pelaksanaan program sekolah seperti kegiatan perkemahan, study tour

dan kegiatan akhir tahun pelepasan siswa kelas IX saja. Tanpa adanya dana dari para orang tua siswa, maka akan terasa sulit melaksanakan program study tour ini.

Gambar 9: Kegiatan Study Tour (Studi Rihlah) Tahun 2014

Pengalaman siswa dalam mempelajari lingkungan kehidupannya perlu mendapat ruang yang lebih luas dan tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan lingkungan rumah saja. Dengan demikian sekolah telah menjembatani siswa untuk mengenal lingkungan pendidikan yang lebih luas, maka pihak sekolah mengadakan karya wisata (study tour) yang diadakan 1 kali setiap tahun.

Mengenai rincian biaya untuk setiap kali melakukan karya wisata, sekolah memberi keringanan kepada para orang tua dalam berpastisipasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut.

Sehingga setiap wali murid diperkenankan mencicil atau menabung setiap kali ada karya wisata. Senada dengan hal tersebut, informan EL menyatakan bahwa:

“Alhamdulillah untuk kegiatan study tour kami bisa mencicil sehingga tidak terlalu memberatkan. Meskipun demikian, kami berharap bahwa kegiatan ini dapat berisi kegiatan pendidikan dan bukan sekedar jalan-jalan.”(Wawancara dengan informan EL pada tanggal 3 Maret 2015).

Meskipun demikian, ada sebagian orang tua yang masih merasa kesulitan dalam memenuhi biaya study tour. Sebagaimana informan S pada tanggal 21 Januari 2015 yang mengungkapkan bahwa:

“Saya sedikit keberatan dengan biaya study toour. Meskipun pihak sekolah telah meringankan dengan jalan mencicil. Namun adakalanya biaya tersebut terbentur dengan keperluan lain.

Sedangkan anak-anak terus mendesak ingin mengikuti kegiatan tersebut. Sehingga saya harap pihak sekolah dapat memakluminya.”

Pihak sekolah sendiri dalam rangka meyakinkan orang tua akan manfaat program study tour ini senantiasa melakukan rapat pertemuan awal atau akhir bulan bersamaan dengan penyampaian program sekolah lainnya untuk mensosialisasikan program sekolah secara periodik.

Adanya program study tour dapat menjadi pilihan bagi para siswa maupun orang tua agar memperoleh informasi yang lebih dengan mengunjungi berbagai tempat di luar lingkungan sekolah. Sebagaimana Informan IF mengungkapkan bahwa:

“Selama anak saya sekolah di MTs Salafiyah ini tidak pernah saya mengeluarkan dana untuk pembangunan gedung maupun sarana lain di sekolah. Saya hanya dibebani dengan dana yang terkait dengan kegiatan pembelajaran anak seperti study tour.”

(Wawancara dengan informan IF pada tanggal 17 Februari 2015).

Keterbatasan ekonomi tidak sepenuhnya menjadi penghalang bagi para orang tua untuk dapat memberikan sumbangan dana guna menunjang pembelajaran anaknya di sekolah. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh informan AR sebagai berikut:

“Kalau ada kegiatan sekolah seperti berkemah dan sebagainya, saya selaku orang tua sebisa mungkin bisa memenuhinya. Yaa,,, meskipun nanti ada keterlambatan karena digunakan untuk keperluan yang lain dulu, tapi jika dapat dicicil, insya Allah saya bisa melunasinya.” (Wawancara dengan informan AR pada tanggal 4 Maret 2015).

Keterbatasan para orang tua dalam partisipasi materil disikapi dengan bijak oleh sekolah dengan membebankan dana kegiatan pelaksanaan program sekolah yang terkait dengan pembelajaran siswa semata. Sedangkan dana pembangunan gedung dan sarana prasarana lainnya menjadi tanggungjawab sekolah dan yayasan.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Orang Tua dalam

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 22-29)

Dokumen terkait