BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Gambar 4: Gedung MTs Salafiyah Kota Cirebon
a. Sejarah Singkat MTs Salafiyah Kota Cirebon
Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Kota Cirebon didirikan pada tahun 1982 Masehi, yang beralamat di Jl.Evakuasi Gg.Langgar Kalikebat Kelurahan Karya Mulya Kecamatan Kesambi Kota Cirebon. Latar belakang didirikannya MTs Salafiyah ialah ketika sang pendiri, KH. Su’ud Syaerozie melihat banyaknya siswa lulusan dari MI Salafiyah banyak yang meneruskan ke pondok pesantren dan beberapa memilih untuk bekerja. Dari peristiwa tersebut, beliau berfikir bahwa adanya Madrasah Tsanawiyah merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk menampung lulusan dari MI Salafiyah dan bagi mereka yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Kemudian, akhirnya didirikanlah MTs Salafiyah yang memiliki mata pelajaran seperti pondok pesantren. Setelah didirikan MTs Salafiyah, 75% siswa lulusan MI Salafiyah melanjutkan di MTs Salafiyah sedangkan sisanya melanjutkan ke pondok pesantren.
45
MTs Salafiyah Kota Cirebon memiliki visi dan misi yang telah dirumuskan sesuai sasaran, adapun visi sekolah yaitu “Membentuk Peserta Didik yang Berprestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berdasarkan Iman dan Taqwa”. Sedangkan misinya ialah (a) melaksanakan pembelajaran yang efektif bagi semua guru dan siswa (b) menumbuhkan semangat berprestasi warga sekolah dalam berkarya (c) mendorong siswa mengenali potensi dirinya untuk meningkatkan motivasi berprestasi (d) menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam (e) disiplin dalam segala kegiatan yang positif.
Sistem pengajaran yang diterapkan di MTs Salafiyah Kota Cirebon mengikuti sistem pengajaran nasional yaitu menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum intinya mengikuti kurikulum nasional, tetapi pihak madrasah melakukan inovasi dengan penguatan pada rumpun agama, khususnya keterampilan membaca Al-Qur’an dan penguatan dasar-dasar ibadah.
Adapun program unggulan yang dimiliki MTs Salafiyah Kota Cirebon diantaranya yaitu Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) dan hafalan juz ke 30.
Program unggulan ini lebih menekankan pada aspek agama, hal ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan nilai-nilai agama Islam agar terbentuk pribadi yang beriman dan bertaqwa. Ada juga program atau kegiatan penunjang lain yaitu kegitan ekstrakurikuler yang meliputi kegiatan Pramuka, PMR, Paskibra, Marching Band, dan Study Club yang membimbing siswa-siswa yang berminat dan mampu dalam bidang eksak yang akan disiapkan khusus untuk mengikuti berbagai olimpiade. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa di bidang akademik dan non akademik di luar kegiatan belajar mengajar di kelas.
b. Keadaan Pengajar
Lembaga pendidikan tidak akan terlepas dari keberadaan dan peran pengajar/guru. MTs Salafiyah Kota Cirebon memiliki tenaga pengajar yang kompeten sebagaimana tergambar dalam tabel berikut:
Tabel 2
Data Personalia Guru MTs Salafiyah Kota Cirebon Nama Lengkap
Personal
Jenis Kelamin
Pendidikan
Terakhir Status Kepegawaian
H. A. Faqih, M. Pd L S2 PNS
HJ. Uul Ulfiyah, S.Ag P S1 NON PNS
Drs. Nur Cholis L S1 NON PNS
Ahmad Muhajirin, S.Pd.I L S1 NON PNS
Yayah Shofiyah, BA P D3 PNS
Masrifah, S.Pd.I P S1 PNS
Hj. Rohmah, S.Pd.I P S1 PNS
Miftah, BA L D3 NON PNS
Endang Turiah P D1 NON PNS
Hj. Ilik Jubaedah, S.Pd.I P S1 NON PNS
Toyibah, S.Pd.I P S1 NON PNS
Mashur, S.Pd L S1 NON PNS
Nofi Handayani, S.Pd.I P S1 NON PNS
Suherni, S.Pd P S1 NON PNS
Hartati Mahrani, SH P S1 NON PNS
Abdurrohim, A.ma L D2 NON PNS
M. Itqon Haris L SLTA NON PNS
Jazirotul Choyimah, S.Pd.I
P S1 NON PNS
Azka Rosyadha L SLTA NON PNS
Umi Hani P SLTA NON PNS
Amanah P SLTA NON PNS
Saefur, S.Pd.I L S1 NON PNS
Fatimah Az Zahro P SLTA NON PNS
Saiq Syarif, S.Fil.I L S1 NON PNS
Sumber: Staf TU MTs Salafiyah Kota Cirebon
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa mayoritas tenaga pengajar di MTs Salafiyah Kota Cirebon bergelar Sarjana Pendidikan dari berbagai disiplin Ilmu, baik Sarjana S-1 maupun Sarjana S-2. Hal ini tentunya sangat menunjang dalam proses pendidikan di MTs Salafiyah Kota Cirebon.
c. Sarana dan Prasarana
Luas lahan yang dimiliki MTs Salafiyah Kota Cirebon sekitar1.868 m2 memungkinkan dibangunnya beberapa fasilitas sarana dan prasarana guna menunjang terlaksananya program kegiatan sebuah lembaga.
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki MTs Salafiyah Kota Cirebon, sebagaimana tergambar dalam tabel berikut:
Tabel 3
Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Salafiyah Kota Cirebon
No. Jenis Ruang
Kondisi (Unit) Baik Rusak
Ringan
Rusak Berat
1. Ruang Kelas 10 3
2. Ruang Kepala Madrasah 1
3. Ruang Guru 1
4. Ruang Tata Usaha 1
5. Ruang Laboratorium IPA 1
8. Ruang Perpustakaan 1
9. Ruang UKS 1
12. Ruang Toilet Guru 1
13. Ruang Toilet Siswa 3 2 1
Sumber: Staf TU MTs Salafiyah Kota Cirebon
Dengan jumlah 10 ruang belajar dan dilengkapi 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium IPA dan 1 ruang UKS serta kamar mandi siswa dan guru. Dimana kelas VII terdiri dari 4 kelas, kelas VIII terdiri dari 3 kelas dan kelas IX terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 328 siswa,
yang terdiri dari 104 siswa kelas VII, 121 siswa kelas VIII dan 103 siswa kelas IX. Dengan demikian, sarana dan prasarana di MTs Salafiyah Kota Cirebon cukup memadai untuk mendukung proses pendidikan.
2. Temuan-Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 2 Februari – 2 Mei 2015, ditemukan beberapa permasalahan terkait upaya kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi orang tua untuk mendukung program sekolah, diantaranya yaitu:
Pertama, upaya kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi orang tua untuk mendukung program sekolah. Dalam hal ini kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon telah berusaha mengupayakan agar orang tua ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah karena beliau menyadari akan pentingnya hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan informan YS selaku guru BK MTs Salafiyah Kota Cirebon yang menyatakan bahwa:
“Sebenarnya sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk terus dapat meningkatkan partisipasi orangtua agar dapat mendukung program sekolah. Salah satunya ialah dengan mengadakan rapat pertemuan wali murid. Dimana pertemuan tersebut merupakan kegiatan yang mendorong dan mewadahi sumbangan tenaga maupun pikiran para orang tua mengenai program-program apa saja yang perlu dikembangkan oleh sekolah.
Oleh karena itu, diharapkan para orang tua mengerti akan pentingnya partisipasi mereka di sekolah.”
Pernyataan tersebut diperkuat oleh AF sebagai kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon beliau mengatakan:
“Sebagai kepala sekolah sudah tentu selalu melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan partisipasi para orang tua di sekolah. Karena kita tahu bahwa mereka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan seorang anak. Kepala sekolah secara langsung maupun tidak langsung dapat berkomunikasi dengan para orang tua, namun semua itu tergantung pada apa yang akan dibahas dan bagaimana cara efektif agar mereka mau turut serta dalam
mendukung program sekolah. Maka dalam hal ini saya membagi tanggungjawab dengan para guru, wali kelas, BK dan komite sekolah.”
Pernyataan tersebut senada dengan ungkapan informan IM selaku komite sekolah yang menyatakan bahwa:
“Komitmen kami dalam menjalin hubungan yang baik dalam mendukung program-program sekolah memang mendapat respon positif dari sekolah. Meskipun masih ada suatu hal yang membatasi keterlibatan kami di sekolah. Selain itu, keterbatasan dan kesibukan masing-masing pihak baik sekolah maupun anggota komite menjadikan beberapa program sekolah yang telah dirumuskan sebelumnya tidak berjalan dengan maksimal.” (Wawancara dengan informan IM pada tanggal 6 April 2015).
Dari hasil observasi dan wawancara terlihat bahwa sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah guna meningkatkan partisipasi orang tua dalam mendukung program sekolah. Akan tetapi peneliti melihat bahwa dengan diadakannya rapat pertemuan wali murid masih ada saja para orang tua yang tidak dapat menghadiri pertemuan tersebut. Mereka cenderung memilih mewakilkannya pada saudara maupun tetangga. Sehingga terkesan pihak sekolah kurang mempunyai upaya yang konkret untuk mengembangkan program sekolah dengan melibatkan para orang tua. Padahal sebenarnya ketidaktahuan dan kesibukan orang tualah yang menjadi salah satu penyebabnya.
Kedua, partisipasi orang tua dalam mendukung program sekolah.
Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap bentuk partisipasi orang tua dalam mendukung program sekolah. Sebagaimana pemaparan informan HM sebagai Wali Kelas VII yang menyatakan bahwa:
“Jika saya perhatikan selama ini para orang tua cukup memberi perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya di sekolah, dimana kita dapat melihat dari adanya kekhawatiran para orang tua akan sikap anaknya yang berperilaku buruk sehingga mereka meminta kami selaku wali kelas agar dapat membimbing dan memperingatkan mereka. Namun demikian lain halnya jika berkaitan dengan pemenuhan undangan rapat pertemuan wali murid, sebagian dari mereka tidak dapat hadir dikarenakan kesibukan masing-masing sehingga lebih memilih untuk
mewakilkannya pada orang lain seperti saudara maupun tetangga.”
(Wawacara dengan informan HM pada tanggal 25 Februari 2015).
Pernyataan ini tidak jauh berbeda dengan yang di ungkapkan oleh kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon yang menyatakan bahwa:
“Saya memang tidak selalu berhubungan langsung dengan para orang tua siswa. Namun saya sangat menghargai kepada mereka yang mau dan telah memenuhi undangan sekolah dalam rapat pertemuan wali murid dan bersama-sama membicarakan masalah program sekolah maupun yang lainnya. Jika para orang tua yang tidak hadir dikarenakan ada keperluan dan memilih diwakilkan pada orang lain masih bisa dimaklumi. Namun lain halnya jika tidak ada keterangan sama sekali dari orang tua yang tidak hadir dan tidak mewakilkannya pada siapapun.” (Wawancara dengan informan AF pada tanggal 10 Maret 2015).
Dari pihak orang tua sendiri menyatakan bahwa mereka perlu berpartisipasi dalam kegiatan sekolah karena adanya kekhawatiran mereka akan kurangnya pengawasan sekolah terhadap anak mereka. Sebagaimana diungkapkan oleh informan S sebagai wali murid sebagai berikut:
“Saya terkadang merasa khawatir dengan anak-anak yang mulai tebawa pergaulan teman-temannya yang tidak baik. Maka, untuk mencegah dan menanggulangi hal tersebut saya sering menghubungi pihak sekolah terutama wali murid untuk menanyakan keberadaan anak di sekolah atau benar sedang ada kegiatan ekskul maupun kegiatan yang lainnya. Sedangkan untuk mengetahui program- program sekolah saya dapat menghadiri rapat wali murid atau mencari informasi dari para orang tua lainnya mengenai hal tersebut jika saya ada halangan.” (Wawancara dengan informan S pada tanggal 13 Maret 2015).
Dari hasil observasi, wawancara dan dokumen yang ada akan terlihat bahwa partisipasi orang tua dalam mendukung program sekolah masih kurang, karena masih ada beberapa orang tua yang lebih berfokus pada masalah anak mereka dan kemampuan sekolah dalam mengawasi kegiatan anak-anak mereka. Padahal masih ada beberapa hal perlu diperhatikan para orang tua agar dapat berpartisipasi dalam mendukung program sekolah seperti bantuan dana kegiatan sekolah maupun bimbingan belajar di rumah
atau sekedar menghadiri rapat pertemuan wali murid. Dapat dilihat pada gambar di atas bahwa masih ada beberapa orang tua yang tidak menghadiri rapat pertemuan wali murid yang diadakan sekolah. Hal ini membuktikan bahwa kurangnya kesadaran dan ketidak pahaman orang tua mengenai pentingnya kehadiran mereka dalam kegiatan tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan program sekolah.
Rasa ketidak pedulian mereka dalam program sekolah timbul karena adanya anggapan bahwa tangggungjawab pendidikan dan keberlangsungan program sekolah adalah tanggungjawab dari sekolah semata.
Ketiga, faktor-faktor pendukung dan penghambat partisipasi orang tua dalam mendukung program sekolah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon bahwa:
“Meskipun upaya yang sekolah lakukan telah diusahakan dapat optimal. Tapi dalam kenyataannya ada beberapa faktor pendukung dan penghambat partisipasi orang tua dalam mendukung program sekolah. Hal ini dapat dilihat dari adanya upaya sekolah yang secara rutin menggelar rapat pertemuan wali murid, kegiatan bakti sosial maupun penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu keterbatasan sekolah dalam mengembangkan program perlibatan orang tua murida dan latar belakang maupun pekerjaan orang tua yang beragam juga turut menjadi penghalang partisipasi oran tua dala mendukung program sekolah.” (Wawancara dengan informan AF pada tanggal 4 Maret 2015).
Partisipasi orang tua dalam mendukung program sekolah merupakan masalah penting namun sangat sulit untuk dimengerti. Partisipasi orang tua mungkin merupakan bagian kecil dari suksesnya program sekolah, tapi pada nyatanya masalah yang disepelekan oleh kebanyakan orang dan minimnya rasa kepedulian terhadap program sekolah sangat berarti untuk keberlangsungan dan pengembangan program sekolah yang baik..
Pemikiran seperti menyepelekan, ketidakpedulian, dan lain-lain itulah yang mesti dirubah. Seperti yang terjadi di MTs Salafiyah Kota Cirebon.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan informan MA pada tanggal 21 Januari 2015 yang mengatakan bahwa “Iya, kalau melihat ada beberapa kegiatan bakti sosial dan orang tua tidak ikut terlibat itu seperti ada yang
kurang. Padahal ini dapat menjadi ajang silaturahmi antara sekolah, orang tua dan masyarakat yang lebih luas.”
Dari hasil observasi dan wawancara dapat dilihat bahwa masalah seperti ketidakhadiran para orang tua dan tidak memenuhi undangan sekolah sudah coba ditanggulangi dengan jalan memberikan informasi secara periodik tentang program sekolah melalui surat pemberitahuan, brosur dan pengadaan rapat pertemuan wali muird. Tapi nyatanya para orang tua seakan-akan kurang respect terhadap hal tersebut. Bukan hanya pemberitahuan secara berkala tentang program sekolah, pihak sekolah juga perlu menyiapkan wadah dan kegiatan tertentu khusus untuk meningkatkan partisipasi orang tua.
B. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Partisipasi Orang Tua untuk Mendukung Program Sekolah
Mengingat begitu pentingnya partisipasi orang tua dalam mendukung keberlangsungan program sekolah. Maka kepala sekolah mengupayakan beberapa hal atau kegiatan agar orang tua ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah karena beliau menyadari akan pentingnya hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon yang menyatakan bahwa:
“Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak-anaknya. Hingga tanggungjawab pendidikan anak perlu mendapat perhatian dan bukan semata-mata diserahkan sepenuhnya pada pihak sekolah. MTs Salafiyah Kota Cirebon memang merupakan sekolah yang berbasis pesantren dengan penguatan pada aspek agama dan vokasional.
Namun, meskipun demikian adanya siswa yang melanggar peraturan sekolah seperti membolos, kurang disiplin, merokok, menyontek, dan lain sebagainya masih ditemui di sini. Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya perhatian dari orang tua.” (Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 10 Maret 2015).
Terdapat beberapa hal lagi yang menunjukkan bahwa kepala sekolah berupaya meningkatkan partisipasi orang tua untuk mendukung program sekolah di MTs Salafiyah Kota Cirebon ini benar adanya. Sebagaimana diungkapkan oleh kepala MTs Salafiyah sebagai berikut:
“Ada beberapa strategi yang digunakan sekolah dalam melibatkan para orang tua dalam kegiatan sekolah, mulai dari koordinasi dengan guru BK terkait masalah-masalah kedisiplinan siswa, koordinasi dengan para wali murid, sedangkan dengan komite sekolah saya berusaha untuk bermusayawarah terkait program yang akan dilaksanakan sekolah, dan yang terakhir ialah melibatkan para orang tua dalam kegiatan rapat pertemuan wali murid.” (Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 10 Maret 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat bahwa upaya yang dilakukan kepala sekolah yang berkaitan dengan partisipasi oleh lebih menekankan para orang tua untuk dapat memahami peran dan tanggungjawabnya dalam proses pendidikan peserta didik. Sangat penting bagi sekolah untuk menjalankan peranan yang aktif dalam menggalakkan program-program sekolah melalui peran serta aktif orang tua dan masyarakat. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengupayakan partisipasi orang tua dan masyarakat terhadap keberhasilan program sekolah, maka dari itu kepala sekolah berupaya melakukan hal- hal berikut:
1. Menjalin Komunikasi yang Efektif dengan Orang Tua
Partisipasi orang tua akan tumbuh manakala orang tua juga merasakan manfaat dari keikutsertaanya dalam program sekolah.
Manfaat dapat diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat menyumbangkan kemampuannya bagi kepentingan sekolah. Dengan demikian kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon senantiasa mengadakan rapat pertemuan wali murid.
Rapat kegiatan wali murid ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon saat wawancara pada tanggal 10 Maret 2015 dalam menanggapi agenda pertemuan wali murid memberikan argumen bahwa “pertemuan dengan wali murid ini
diharapkan dapat menjalin kerjasama yang baik dengan para orang tua siswa dalam pelaksanaan program-program sekolah nantinya.”
Harapan tersebut ternyata sudah terpenuhi dengan kehadiran para orang tua saat rapat dilaksanakan. Adakalanya terdapat beberapa orang tua yang tidak menghadiri kegiatan tersebut. Para orang tua siswa ada yang lebih memilih untuk mewakilkan kehadirannya kepada orang lain orang lain atau saudara hingga ada yang tidak datang sama sekali. Meskipun demikian, dua tahun terakhir terdapat peningkatan kehadiran wali murid dalam rapat pertemuan tersebut. Sebagaimana ungkapan informan YS berikut:
“Alhamdulillah untuk dua tahun terakhir kami pihak sekolah telah rutin mengadakan pertemuan wali murid. Meskipun kendalanya masih ada beberapa orang tua yang tidak menghadiri pertemuan tersebut, namun terdapat peningkatan jumlah wali murid yang hadir. Saya harap ini akan terus berlangsung pada tahun-tahun berikutnya.”(Wawancara dengan informan YS pada tanggal 26 Maret 2015).
Terdapat beberapa argumen wali murid mengenai rapat pertemuan wali murid yang rutin diselenggarakan oleh sekolah.
Diantaranya yaitu sebagaimana diungkapkan oleh informan sebagai berikut:
“Alhamdulillah selama ini saya masih bisa terus menghadiri acara rutin ini. Saya rasa sosialisasi program sekolah sangat kami butuhkan guna mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan anak kami selama berada di lingkungan sekolah.”(Wawancara dengan informan MA pada tanggal 13 Maret 2015).
Informan lain juga mengungkapkan hal senada mengenai harapan-harapan mereka terhadap agenda rapat pertemuan rutin wali murid ini. Berikut adalah pendapat yang dikemukakan oleh beberapa wali murid:
“Saya rasa kehadiran saya dalam rapat tidak begitu memberikan dampak yang berarti terhadap keberlangsungan pertemuan tersebut. Namun, setidaknya dengan menghadiri pertemuan ini saya mengetahui agenda-agenda sekolah dalam usaha mendidik
anak-anak kami kedepannya.”(Wawancara dengan informan SH pada tanggal 13 Maret 2015).
“Yang saya tau MTs Salafiyah mengadakan agenda rutin ini manakala ada sosialisasi mengenai pelaksanaan study tour, perkemahan,Ujian Nasional dan perpisahan sekolah. Semuanya juga terlebih dulu ada pemberitahuan tertulis berupa surat undangan dari sekolah. Namun, kadangkala waktunya bertepatan dengan kesibukan kami selaku orang tua sehingga tidak dapat rutin mengikuti kegiatan tersebut.” (Wawancara dengan informan AN pada tanggal 13 Maret 2015).
Menanggapi berbagai argumen dari para wali murid, pihak sekolah sendiri mengemukakan bahwa:
“Kami paham betul bagaimana kesibukan dan keinginan mereka dalam menghadiri agenda pertemuan wali murid yang telah dilaksanakan secara rutin ini. Sehingga jika ada pemberitahuan dan alasan mereka tidak dapat menghadirinya tentu kami dapat memaklumi hal tersebut. Karena tujuan dari pertemuan ini diperuntukkan bagi orang tua agar mengetahui kegiatan sekolah dan mengetahui bagaimana mereka dapat membantu terlaksananya kegiatan tersebut.”(Wawancara dengan informan AM pada tanggal 6 April 2015).
Sebagaimana beberapa argumen yang dikemukakan oleh pihak sekolah dan orang tua. Terlihat bahwa pengertian dan keinginan para orang tua dalam berlangsungnya agenda pertemuan wali murid dapat saling mengkomunikasikan dan merumuskan bersama-sama bagaimana agenda tersebut dibuat dan dilaksanakan.
Gambar 5: Rapat Pertemuan Wali Murid
Pengadaan rapat pertemuan wali murid bukan sekedar pada penyampaian informasi sekolah mengenai program-programnya kepada para orang tua. Melainkan mendiskusikan beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan program tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 4
Agenda dan Hasil Rapat Pertemuan Wali Murid Tahun
Pelajaran
Hari/
Tanggal Materi Rapat Hasil Rapat 2012/2013 Selasa,
04/09/2012
1. Sosialisasi kegiatan belajar mengajar (KBM) 2. Sosialisasi
Kegiatan camping Pramuka
1. Masuk sekolah pkl.
06.50 WIB,
pelaksanaan kegiatan shalat duha dan shalat duhur berjama’ah secara bergantian per tingkat (kelas VII, VIII, IX), dan kegiatan ekskul yang
diwajibkan bagi kelas VII adalah Pramuka.
2. Kegiatan camping yang akan
dilaksanakan selama 3 hari (14, 15 dan 16 September 2012) membutuhkan dana Rp. 50.000 dipungut dari orang tua siswa
Sabtu, 03/04/2012
Sosialisasi Ujian Nasional (UN)
1. Pelaksanaa Try Out dilaksanakan 2 bulan sebelum ujian.
2. Kegiatan ekskul untuk kelas IX dibatasi.
3. Biaya UN/akhir tahun disepakati sebesar Rp. 400.000
Senin, 26/08/2013
1. Rincian dan pungutan Dana Pembangunan 2. Rincian
kegiatan pembelajaran dan ekskul
1. Pembebasan biaya uang gedung dan SPP yang ditanggung sekolah, orang tua hanya sekitar Rp.
200.000 untuk keperluan biaya batik
Lanjutan Tabel 1 Tahun
Pelajaran
Hari/
Tanggal
Materi Rapat Hasil Rapat sekolah, raport, perkemahan pramuka, olimpiade dan porseni, serta biaya dapat dicicil/ ditabung kemudian diserahkan kepada wali kelas masing-masing.
Sekolah memantau siswa dari pkl. 06.55 – 13.00 WIB
selebihnya diluar tanggung jawab sekolah, serta masing-masing siswa maks. Memilih 2 ekskul (Pramuka, Paskibra, PMR, dan Remaja Masjid).
2013/2014 Kamis, 30/01/ 2014
1. Sosialisasi tambahan jam belajar bagi siswa kelas IX menjelang UN 2. Biaya akhir
tahun dan karya wisata
1. Jam tambahan dimulai dari hari senin s/d kamis dari pkl. 14.00 – 16.00 WIB.
2. Biaya akhir tahun disepakati sebesar Rp. 550.000 dan karya wisata sebesar Rp. 400.000
2014/2015 Rabu, 21/01/2015
Rapat akhir study (Pengayaan, UAM, UAMBN dan UN)
1. Orang tua tidak perlu membeli buku karena sekolah
meminjamkan buku detik-detik UN kpd siswa.
2. Pembayaran biaya akhir studi disepakati sebesar Rp. 620.000 dapat diangsur hingga awal bulan maret dan
pembayaran melalui bendahara Ibu Uul Ulfiyah.
Sumber: Staf TU MTs Salafiyah Kota Cirebon
Berdasarkan keterangan pada tabel tersebut dapat dikatakan bahwa setiap akan dilaksanakannya sebuah program perlu dirumuskan dan berdiskusi dengan orang tua agar diperoleh kesepakatan dan tidak ada yang merasa dirugikan.
2. Melibatkan Orang Tua dalam Program Sekolah
Benar kiranya pepatah “Tak kenal maka tak sayang” juga berlaku dalam hal ini. Oleh karena itu sekolah harus mengenalkan program dan kegiatannya kepada masyarakat khususnya orang tua siswa. Dalam program tersebut harus tampak manfaat yang diperoleh orang tua dan masyarakat jika membantu program sekolah. Untuk maksud diatas, kepala sekolah beserta komponen sekolah lainnya melakukan hal-hal berikut:
a. Mengadakan open house yang memberi kesempatan masyarakat luas untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah.
Tentu saja dalam kesempatan semacam open house ini, sekolah perlu menonjolkan program-program yang menarik minat orang tua. Program ini biasanya dilakukan menjelang penerimaan peserta didik baru dan mempersilahkan para orang tuanya untuk menanyakan program-program yang dimiliki MTs Salafiyah Kota Cirebon. Sebagaimana infoman UU menyatakan bahwa: “Kegiatan open house ini memang kami khususkan untuk mereka yang ingin mengetahui program-program yang kami miliki.”
Kegiatan tersebut, memang baru sebatas pada pengenalan program-program yang dimiliki MTs Salafiyah. Namun, jika dikelola secara serius, maka akan dapat memungkinkan para orang tua untuk ikut terlibat didalamnya dan mempromosikan program sekolah yang ada.
b. Melaksanakan kegiatan bakti sosial
Salah satu bentuk kepedulian sekolah terhadap masyarakat di sekitarnya ialah dengan mengadakan kegiatan bakti sosial. Dalam kegiatan ini, orang tua dapat ikut berpartisipasi menyumbangkan tenaga, dana maupun pikirannya untuk mendukung terlaksananya kegiatan bakti sosial tersebut.
Keikutsertaan para orang tua dalam kegiatan bakti sosial sendiri dapat menjadikan hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi lebih baik. Sebagaimana diungkapkan oleh kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon sebagai berikut:
“Seperti yang kita ketahui bahwa MTs Salafiyah setiap tahun rutin mengadakan acara haul pendiri Yayasan Salafiyah.
Dalam acara tersebut biasanya kami mengadakan pawai, bazar murah dan sunatan massal. Hal ini di tujukan agar para orang tua dan masyarakat setempat mau ikut bergabung dan menyemarakkan acara tersebut.” (Wawancara dengan informan AF pada tanggal 10 Maret 2015)
Tujuan diadakannya haul ini ialah menjadi ajang para orang tua yang memiliki dana lebih atau sekedar menyemarakkan kegiatan dengan menyumbangkan baju bekas maupun mengikuti kegiatan pawai yang diadakan sekolah.
3. Menjalin Hubungan Baik dengan Komite Sekolah
Komite sekolah yang merupakan wadah bagi para masyarakat maupun orang tua yang peduli terhadap pendidikan memang perlu mendapat perhatian dari sekolah. Hubungan yang harmonis antara sekolah dan komite dapat terjalin manakala ada pertemuan rutin setiap ada kegiatan atau program sekolah yang akan dilaksanakan.
Sebagaimana informan MI menyatakan bahwa:
“Yang terpenting dalam setiap pelaksanaan program sekolah adalah adanya sosialisasi. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, seperti yang sudah ditetapkan sebelumnya bahwa komite hanya sebagai penghubung antara para orang tua dan masyarakat lainnya dengan sekolah. Selebihnya mengenai
partispasi para orang tua tentu dapat siwakilkan oleh komite.
Baik itu dalam rangkan menghadiri peringatan hari besar maupun pengadaan kegiatan oleh sekolah.” (Wawancara dengan informan IM pada tanggal 6 April 2015).
Kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon sendiri melihat bahwa peran komite sekolah sangat diperlukan terutama dalam hal sosialisasi program-program sekolah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh AF selaku kepala MTs Salafiyah Kota Cirebon.
“Pengetahuan orang tua tentang program sekolah memang sangat penting karena mereka perlu mengetahui aktivitas- aktivitas anak mereka selama di sekolah. Sehingga saya perlu bekerjasama dengan komite sekolah selaku perwakilan dari para orang tua untuk mensosialisasikannya dengan jalan melakukan pertemuan wali murid dan dapat pula disampaikan pada kegiatan akhir tahun.” (Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 4 Maret 2015).
Keberadaan komite yang terdiri dari perwakilan para orang tua, tokoh masyarakat dan masyarakat yang peduli terhadap perkembangan pendidikan ini perlu diapresiasi oleh sekolah. Hal ini dapat terlihat dari kehadiran komite sekolah saat peringatan hari kelulusan siswa kelas IX di MTs Salafiyah Kota Cirebon seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 6: Komite Sekolah menghadiri acara pelepasan kelas IX
Dari gambar tersebut, nampak kepala sekolah sedang berbincang-bincang dengan ketua komite sekolah saat menghadiri acara perpisahan siswa kelas IX. Hal ini dapat menjadi nilai positif bagi sekolah karena telah menjalin komunikasi yang baik dengan komite sekolah.
4. Mengadakan Kunjungan Rumah (Home Visit)
Pada dasarnya program kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan MTs Salafiyah Kota Cirebon oleh guru pembimbing berlangsung setiap hari, setiap minggu, sepanjang semester dan sepanjang tahun. Meskipun demikian, berdasarkan wawancara dengan informan G4, dikatakan bahwa:
“Dalam pelaksanaan program Bimbingan Konseling ini masih menghadapi beberapa kendala, baik yang berasal dari siswa itu sendiri maupun orang tua dan lingkungan sekitar siswa yang membawa pengaruh kurang baik. Namun, berbagai usaha tetap diupayakan oleh pihak sekolah agar proses bimbingan dan konseling ini dapat berjalan dengan baik dengan melibatkan seluruh komponen yang berkaitan dengan kegiatan tersebut, yakni orang tua siswa, guru, siswa maupun teman sebaya siswa.”(Wawancara dengan informan G4 pada tanggal 26 Maret 2015).
Home Visit sendiri merupakan salah satu kegiatan BK, yakni suatu program yang diadakan oleh sekolah dalam rangka menjalin hubungan yang baik dan kekeluargaan antara orang tua dan guru, dengan cara kunjungan pihak sekolah (bisa guru, kepala sekolah, guru bimbingan konseling, dll) ke rumah anak didik. Tujuan dari program ini adalah mengenal pribadi siswa secara lebih dekat, melalui pendekatan kepada orang tua.
Mengingat program Home Visit ini sangat diperlukan dalam menjalin hubungan baik dengan orang tua siswa. Maka, pengadaan kunjungan rumah sendiri dilakukan oleh pihak MTs Salafiyah bertujuan untuk memecahkan masalah dan mengembangkan pribadi peserta didik. Sebagaimana dikemukakan oleh informan G4 yang menyatakan bahwa:
“Permasalahan yang melibatkan siswa khususnya masalah kedisiplinan seringkali membutuhkan perhatian dari orang tua siswa. Maka dari itu kami mengadakan kunjungan rumah (Home Visiting) bagi siswa yang memiliki permasalahan kedisiplinan.
Hal ini dilakukan untuk meruntut permasalahan apa yang
dihadapi siswa di lingkungan rumah. Tentunya kunjungan rumah ini dilakukan setelah melewati beberapa prosedur. Mulai dari musyawarah bersama wali kelas dan pemberian surat panggilan.”
Sudah semestinya program kunjungan rumah ini dapat menjembatani hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa.
Sudah menjadi kewajiban sekolah untuk memahami lingkungan keluarga siswa yang bersangkutan agar dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa.
Selain pengadaan beberapa program yang melibatkan orang tua.
Dalam rangka menjalin komunikasi secara intensif dengan orag tua siswa. Secara proaktif pihak MTs Salafiyah Kota Cirebon menghubungi orang tua peserta didik dengan cara sebagai berikut:
a. Mengucapkan selamat datang dan bergabung dengan sekolah Tak kenal maka tak sayang, begitulah kiranya sekolah bersama komite sekolah perlu mengucapkan selamat datang kepada para orang tua siswa. Setelah itu perlu dilakukan perkenalan dan orientasi singkat agar mereka mengetahui sekolah dengan berbagai program dan aktivitasnya. Aktifitas ini rutin dilakukan setiap kali menjelang tahun ajaran baru dan bekerjasama dengan komite sekolah. Ungkapan ini senada dengan yang dikemukakan oleh informan MI sebagai berikut:
“Meskipun sepele, tapi ucapan selamat datang dan selamat bergabung dengan keluarga besar MTs salafiyah setidaknya telah menunjukkan keramahan dan keterbukaan pihak sekolah untuk bersama-sama dengan masyarakat dan orang tua siswa dalam mengawasi proses belajar mengajar dan kegiatan lainnya bersama kami.” (Wawancara dengan informan MI pada tanggal 6 April 2015).
b. Mengirimkan berita tentang sekolah secara periodik
Para orang tua perlu mengetahui program dan perkembangan sekolah. Promosi sekolah akan menjadi lebih efektif apabila menggunakan serangkaian media yang dapat menarik masyarakat
atau orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di MTs Salafiyah Kota Cirebon. Sekolah secara periodik baru dapat menggunakan brosur dalam rangka menarik minat para orang tua siswa untuk mau menjadi bagian dari keluarga MTs Salafiyah. Hal ini senada dengan ungkapan informan MI, sebagai berikut:
“Memang setiap tahun akan ada penerimaan siswa baru.
Dengan alasan itulah pihak sekolah berusaha menarik minat masyarakat atau orang tua siswa untuk turut berpartisipasi dengan kegiatan-kegiatan di MTs Salafiyah. Meskipun demikian, promosi sekolah dapat dilakukan dengan pengadaan acara peringatan yang melibatkan partisipasi orang tua dan masyarakat sekitar, misalny peringatan hari besar Islam dan bakti sosial). Ini sudah menjadi bagian dari aktifitas MTs Salafiyah selama bertahun-tahun.” (Wawancara dengan informan MI pada tanggal 6 April 2015).
Hal senada juga diungkapkan oleh informan UU selaku humas MTs Salafiyah Kota Cirebon.
“Pengadaan acara peringatan hari besar islam, haul yayasan hingga bakti sosial memang tidak dipungkiri menjadi salah satu sarana untuk menarik partisipasi dan minat masyarakat dan ortu untuk menjadi bagian dari MTs Salafiyah. Selain itu, secara tidak langsung ini merupakan strategi promosi sekolah selain menggunakan brosur secara berkala.” (Wawancara dengan informan UU pada tanggal 18 Februari 2015).
Pemberitahuan secara berkala ini telah membantu orang tua dalam mengetahui dan memahami upaya sekolah dalam mengembangkan program-program sekolah. Sehingga mereka turut berusaha memberikan dukungan atas hal tersebut. Sebagaimana ungkapan informan S selaku wali murid dari salah satu siswa yang mengungkapkan bahwa:
“Selama ini kami memang mendapat informasi mengenai kegiatan-kegiatan sekolah karena pihak sekolah sering memberikan surat pemberitahuan manakala ada kegiatan sekolah yang akan dilaksanakan seperti study wisata, ujian semester hingga perpisahan akhir tahun. Sehingga kami merasa tidak terlalu khawatir manakala anak kami berpamitan untuk mengikuti kegiatan tersebut karena sudah
ada kejelasan informasi dari sekolah.”(Wawancara dengan informan S pada tanggal 21 Januari 2015).
c. Membagikan daftar tenaga kependidikan secara lengkap
Pemberian daftar tenaga kependidikan secara lengkap termasuk alamat, nomor telepon, dan tugas pokok dapat dilakukan sehingga orang tua dapat berhubungan dengan sekolah secara tepat waktu dan tepat sasaran.
Kontinuitas komunikasi antara pihak sekolah dengan masyarakat dan orang tua sangat berdampak pada keberlangsungan hubungan keduanya di masa mendatang. Sehingga pihak MTs Salafiyah yang menyadarinyapun berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan para orang tua siswa. Sebagaimana ungkapan informan HM dan YS yang menyatakan bahwa:
“Sering dalam kasus kedisiplinan siswa kami wali murid merasa kesulitan jika harus bekerja sendiri tanpa bantuan orang tua siswa. Ini mengingat keterbatasan kami dalam mengawasi mereka jika hanya dalam lingkungan sekolah saja. Sehingga kami perlu bekerjasama dengan para orang tua agar bersama-sama mengawasi anak-anak mereka. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, kami pihak sekolah dengan dengan tangan terbuka menerima keluhan dan saran dari para orang tua yang ingin bermusyawarah dengan kami baik melalui telepon maupun bisa datang langsung ke sekolah.”
(Wawancara dengan informan HM pada tanggal 3 Maret 2015).
“Kami sering menemui kasus ketidakdisiplinan siswa berhubungan erat dengan pengawasan orang tua siswa yang kurang terhadap anaknya. Selain itu lingkungan teman sebaya pun berpengaruh besar terhadap sikap peserta didik. Sehingga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kami selalu mengawasi peserta didik pada saat di sekolah dan berkomunikasi dengan orang tuanya. Kalau perlu kami akan melakukan kunjungan rumah (home visiting). Sehingga kami dapat mengetahui penyebabnya dan apabila masalahnya sudah tidak bisa diatasi maka kami akan menyerahkan keputusannya kepada kepala sekolah setelah melakukan musyawarah.” (Wawancara dengan informan YS pada tanggal 26 Maret 2015).
C. Partisipasi Orang Tua dalam Mendukung Program Sekolah
Sekolah merupakan partner orang tua dalam mennghantarkan cita- cita dan membentuk pribadi siswa. Maka dari itu orang tua perlu memberikan sumbangsih tenaga, pikiran maupun dana guna mendukung program sekolah.
Partisipasi orang tua MTs Salafiyah Kota Cirebon memang lebih menitikberatkan pada partisipasi dalam bentuk moril. Dalam pelaksanaan partisipasinya, orang tua siswa melakukan hal-hal berikut:
1. Menciptakan budaya belajar di rumah
Pada jam-jam belajar perlu bagi orang tua dan anak-anaknya untuk belajar bersama. Misalnya orang tua melakukan kegiatan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, membaca majalah, menulis puisi maupun program kerja sehingga dapat tercipta budaya belajar di rumah. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat sangat efektif bagi perkembangan anak-anak di rumah. Banyak celah yang dapat dimanfaatkan orang tua untuk melakukan diskusi kecil dengan anak- anaknya dengan santai. Meskipun tidak mudah bagi para orang tua, tapi sebagian dari mereka tetap berusaha, sebagaimana ungkapan informan S sebagai berikut:
“Saya kira kita tau lah anak-anak tidak akan meluangkan waktu untuk belajar jika kita tidak mengawasinya. Ya, meskipun tidak harus saya ikut belajar juga. Tapi saya turut memperhatikan jam belajar mereka, biasanya sehabis maghrib kami menyuruh mereka mengaji dan belajar terlebih dahulu sebelum nonton TV.” (Wawancara dengan informan S pada tanggal 21 Januari 2015).
Berbeda dengan informan S, informan SH mengungkapkan bahwa:
“Memang mengatur jam belajar bagi anak-anak sangat diperlukan. Tapi mengingat jam belajar mereka di sekolah cukup menguras tenaga. Maka kami tidak begitu memaksakan mereka untuk belajar terlalu keras. Meskipun demikian, menjelang akhir UN saya sebisa mungkin mengingatkannya untuk belajar. Ya, meskipun hanya sebentar. Selepas itu pergi
bermain atau nonton TV.”(Wawancara dengan informan SH pada tanggal 21 Januari 2015).
2. Memprioritaskan tugas yang terkait langsung dengan pembelajaran di sekolah
Gambar 7: Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas
Jika banyak kegiatan yang harus dilakukan anak, maka orang tua perlu mengutamakan yang terkait dengan tugas pembelajaran.
Kegiatan ekstrakulikuler kadang melalaikan peserta didik akan tugas pembelajaran di kelas. Ini bukan menjadi hal yang asing bagi peserta didik maupun guru beserta wali murid MTs Salafiyah. Ini sesuai dengan pernyataan informan HM selaku wali kelas, yang mengemukakan:
“Terkadang saya menyayangkan peserta didik yang aktif pada kegiatan ekstrakulikuler baik itu pramuka, paskibra, maupun kesenian dan olahraga jika sudah mengabaikan tugas mata pelajaran. Kadangkala kami juga merasa kesal dengan perilaku mereka. Memang ekstrakulikuler dapat menambah wawasan mereka tentang bagaimana proses sosialisasi yang baik. Tapi, apa jadinya jika pengetahuan mereka tentang mata pelajaran juga tidak ada. Sekiranya harus seimbang antara kegiatan intrakulikuler dan ekstrakurikuler.”(Wawancara dengan informan HM pada tanggal 25 Februari 2015).
Kegiatan ekstrakulikuler sekolah memang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi dan memberi banyak pengalaman bagi para siswa. Namun, tidak dapat dipungkiri ada beberapa siswa yang memanfaatkan kegiatan tersebut untuk
berkumpul dengan teman-teman dan bermain hingga sore hari. Hal ini menimbulkan kekhawatiran sendiri bagi para orang tua. Maka untuk menghindari hal tersebut, pihak sekolah dalam setiap kesempatan pertemuan dengan wali murid kami mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler hanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu saja.
“Pernah ada kejadian, orang tua menanyakan mengenai kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan sekolah. Mereka mengeluhkan soal anak mereka yang selalu pulang sore hari dengan alasan sedang mengikuti kegiatan ekstarakulikuler.
Tentu saja kami perlu menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakulikuler hanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu yakni untuk PMR dilaksanakan pada hari kamis, Pramuka pada hari Jum’at dan Paskibra pada hari sabtu. Dengan demikian, apabila para siswa mengatasnamakan kegiatan di luar jadwal tersebut, maka kami tidak bertanggung jawab sepenuhnya.
Karena hal tersebut di luar jam sekolah.” (Wawancara dengan informan UU pada tanggal 18 Februari 2015).
Terdapat beberapa orang tua siswa yang beranggapan bahwa sekolah perlu meninjau kembali kegiatan-kegiatan yangs sekiranya dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Sebagaimana informan AR mengatakan:
“Saya rasa kegiatan kelompok belajar perlu mendapat perhatian lebih terkait pelaksanaannya yang kalau bisa menjangkau mereka yang ingin belajar lebih di luar jam pelajaran. Memang kemampuan dalam memahami mata pelajaran sangat diperlukan.
Namun demikian, kemampuan tersebut perlu dibarengi dengan keinginan para siswa.” (Wawancara dengan informan AR pada tanggal 4 Maret 2015).
Dalam menanggapi pernyataan tersebut, pihak sekolah menyatakan bahwa:
“Program pengadaan kelompok belajar memang sengaja kami bentuk untuk memenuhi beberapa kebutuhan terkait keikutsertaan sekolah dalam kegiatan olimpiade antar MTs dan lain-lain. Sedangkan situasinya baru mendukung hal tersebut.
Maka, untuk membentuk kelompok belajar di luar kegiatan- kegiatan olimpiade kami masih mengusahakan mengingat kemauan siswa dalam menambah jam belajar di luar kelas masih
minim.” (Wawancara dengan informan M pada tanggal 25 Februari 2015).
Usaha sekolah dalam memberikan pemahaman kepada para orang tua sepatuntnya dihargai dengan jalan bersama-sama mengusahakan terlaksananya proses pembelajaran yang baik. Baik sekolah maupun orang tua siswa mengharapkan kegiatan prioritas anak sebagai pelajar tetap diutamakan disamping kegiatan penunjang lainnya seperti kegiatan ekstrakulikuler.
3. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah
Dukungan orang tua terhadap kegiatan organisasi sekolah baik kegiatan intrakulikuler dan ekstrakurikuler sangat penting dalam mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh anak-anaknya.
Gambar 8: Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakulikuler
Orang tua terkadang dihadapkan pada keinginan mereka dengan situasi yang tidak memungkinkan mewujudkan keinginan anaknya untuk ikut dalam kegiatan organisasi sekolah tersebut. Keinginan mereka terhalang karena situasi rumah yang jauh dari sekolah.
Sebagaimana disampaikan oleh informan MA sebagai berikut:
“Saya terkadang mengingatkan anak-anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Namun, mereka mengeluhkan lokasi sekolah yang jauh dan cuaca di siang hari yang panas menjadikan mereka enggan untuk berangkat. Mau bagaimana lagi, yasudahlah yang terpenting saya sudah mengingatkan.” (Wawancara dengan informan MA pada tanggal 10 Maret 2015).
Berbeda dengan informan S yang dengan antusias melihat anaknya ikut dalam kegiatan organisasi sekolah yang menyatakan bahwa:
“Anak saya memang cenderung tidak bisa diam di rumah. Maka dari itu saya sangat mendukung jika anak saya mengikuti kegiatan organisasi di sekolah. Yaa,,,, dari pada keluyuran tidak jelas. Selama tidak mengabaikan pelajarannya ya saya dukung saja.”
Adapula sebagian siswa yang ingin ikut serta dalam kegiatan ekstrakulikuler namun terkendala ongkos angkutan umum karena lokasinya yang berjauhan dari sekolah dan keadaan ekonomi orang tuanya yang tidak memungkinkan. Sebagaimana diungkapka oleh:
“Pernah saya bertanya pada salah satu siswa mengapa mereka tidak mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan jarang masuk sekolah. Setelah diusut ternyata rumahnya yang sangat jauh dan terkendala dengan ongkos otomatis ia tidak dapat hadir di sekolah. Jika dengan alasan demikian, kami pihak sekolah masih dapat memakluminya. Yang tepenting ia tetap hadir pada saat jam pelajaran sekolah dan tidak harus mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.” (Wawancara dengan informan YS pada tanggal 9 Maret 2015).
Dukungan dan harapan pihak sekolah beserta orang tua siswa sudah semestinya berjalan bersamaan. Pihak sekolah telah memberi kelonggaran kepada para siswanya yang tidak dapat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler manakala ada halangan namun tetap mewajibkan kehadiran para siswa pada saat jam belajar. Orang tua pun memahami akan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler tersebut guna mengembangkan dan menberikan banyak pengalaman bagi anak-anak mereka.
Jika sebagian besar orang tua siswa MTs Salafiyah Kota Cirebon dapat memenuhi keterlibatan mereka dalam pendidikan anak- anaknya. Maka, berbeda halnya dengan partisipasi mereka dalam bentuk materil. Partisipasi mereka terbatas pada bantuan dana terkait pelaksanaan program sekolah seperti kegiatan perkemahan, study tour
dan kegiatan akhir tahun pelepasan siswa kelas IX saja. Tanpa adanya dana dari para orang tua siswa, maka akan terasa sulit melaksanakan program study tour ini.
Gambar 9: Kegiatan Study Tour (Studi Rihlah) Tahun 2014
Pengalaman siswa dalam mempelajari lingkungan kehidupannya perlu mendapat ruang yang lebih luas dan tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan lingkungan rumah saja. Dengan demikian sekolah telah menjembatani siswa untuk mengenal lingkungan pendidikan yang lebih luas, maka pihak sekolah mengadakan karya wisata (study tour) yang diadakan 1 kali setiap tahun.
Mengenai rincian biaya untuk setiap kali melakukan karya wisata, sekolah memberi keringanan kepada para orang tua dalam berpastisipasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut.
Sehingga setiap wali murid diperkenankan mencicil atau menabung setiap kali ada karya wisata. Senada dengan hal tersebut, informan EL menyatakan bahwa:
“Alhamdulillah untuk kegiatan study tour kami bisa mencicil sehingga tidak terlalu memberatkan. Meskipun demikian, kami berharap bahwa kegiatan ini dapat berisi kegiatan pendidikan dan bukan sekedar jalan-jalan.”(Wawancara dengan informan EL pada tanggal 3 Maret 2015).
Meskipun demikian, ada sebagian orang tua yang masih merasa kesulitan dalam memenuhi biaya study tour. Sebagaimana informan S pada tanggal 21 Januari 2015 yang mengungkapkan bahwa:
“Saya sedikit keberatan dengan biaya study toour. Meskipun pihak sekolah telah meringankan dengan jalan mencicil. Namun adakalanya biaya tersebut terbentur dengan keperluan lain.
Sedangkan anak-anak terus mendesak ingin mengikuti kegiatan tersebut. Sehingga saya harap pihak sekolah dapat memakluminya.”
Pihak sekolah sendiri dalam rangka meyakinkan orang tua akan manfaat program study tour ini senantiasa melakukan rapat pertemuan awal atau akhir bulan bersamaan dengan penyampaian program sekolah lainnya untuk mensosialisasikan program sekolah secara periodik.
Adanya program study tour dapat menjadi pilihan bagi para siswa maupun orang tua agar memperoleh informasi yang lebih dengan mengunjungi berbagai tempat di luar lingkungan sekolah. Sebagaimana Informan IF mengungkapkan bahwa:
“Selama anak saya sekolah di MTs Salafiyah ini tidak pernah saya mengeluarkan dana untuk pembangunan gedung maupun sarana lain di sekolah. Saya hanya dibebani dengan dana yang terkait dengan kegiatan pembelajaran anak seperti study tour.”
(Wawancara dengan informan IF pada tanggal 17 Februari 2015).
Keterbatasan ekonomi tidak sepenuhnya menjadi penghalang bagi para orang tua untuk dapat memberikan sumbangan dana guna menunjang pembelajaran anaknya di sekolah. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh informan AR sebagai berikut:
“Kalau ada kegiatan sekolah seperti berkemah dan sebagainya, saya selaku orang tua sebisa mungkin bisa memenuhinya. Yaa,,, meskipun nanti ada keterlambatan karena digunakan untuk keperluan yang lain dulu, tapi jika dapat dicicil, insya Allah saya bisa melunasinya.” (Wawancara dengan informan AR pada tanggal 4 Maret 2015).
Keterbatasan para orang tua dalam partisipasi materil disikapi dengan bijak oleh sekolah dengan membebankan dana kegiatan pelaksanaan program sekolah yang terkait dengan pembelajaran siswa semata. Sedangkan dana pembangunan gedung dan sarana prasarana lainnya menjadi tanggungjawab sekolah dan yayasan.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Orang Tua dalam Mendukung Program Sekolah
Keberhasilan dari peran serta orang tua dalam mendukung program sekolah dapat dikaitkan dengan beberapa alasan mereka mau dan turut ambil bagian dalam program tersebut. Berikut ini terdapat beberapa faktor pendukung partisipasi orang tua dalam program sekolah:
1. Kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan
Keinginan menyekolahkan anak hingga tingkat SMP/MTs setidaknya telah membuktikan bahwa orang tua sadar akan pentingya pendidikan bagi anak mereka. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh para orang tua siswa sebagai berikut:
“Menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi pastinya menjadi impian bagi semua orang tua. Setidaknya pendidikan anak jauh lebih tinggi dari orang tuanya. Begitupun dengan saya selaku orang tua ingin sekali anak saya dapat melanjutkan sekolah setelah lulus dari MTs Salafiyah ini. ”(Wawancara dengan MA pada tanggal 21 Januari 2015).
“Saya selaku orang tua tentu sangat berharap bahwa anak saya dapat menyelesaikan studinya di MTs Salafiyah ini dengan baik.
Sehingga akan dapat memudahkannya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu harapan saya ialah dengan menyekolahkannya di MTs Salafiyah ini dapat memberikan pengetahuan tentang agama dan sopan santun.” (Wawancara dengan informan AN pada tanggal 13 Maret 2015).
“Di zaman sekarang ini, tidak mungkin rasanya jika tanpa pendidikan orang dapat hidup sejahtera. Sehingga saya berharap dengan pendidikan anak saya kelak dapat memperoleh kehidupan yang lebih layak lagi dibanding orang tuanya.”
(Wawancara dengan informan EL pada tanggal 21 Februari 2015).
Harapan-harapan para orang tua siswa tersebut menyiratkan bahwa mereka memahami bahwa segala sesuatunya sangat berkaitan erat dengan pendidikan. Mulai dari langkah awal untuk membentuk kepribadian anak yang sopan dan santun serta melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi hingga untuk memperoleh kehidupan yang layak ketika mereka dewasa.
2. Adanya keterbukaan dari sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan program sekolah
Keterbukaan sekolah terhadap para orang tua siswa dalam mensosialisasikan program sekolah diwujudkan dalam kegiatan rapat wali murid. Selain itu, pelaksanaan program-program sekolah seperti peringatan hari besar islam, olimpiade, aktrakulikuler hingga studi wisata dan perkemahan disampaikan kepada pihak sekolah melalui pemberitahuan secara berkala melalui surat edaran maupun undangan wali murid. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Wali Kelas IX pada wawancara tanggal 4 Maret 2015:
“Sekolah memang terbuka dalam hal penyampaian informasi yang terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan sekolah. Mulai dari perencanaan dan pelaksanaannya kami usahakan orang tua siswa mengetahui dengan jelas. Ini dimaksudkan agar mereka mengetahui dan jika memungkinkan turut ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan yang ada, seperti kegiatan bakti sosial dan acara lainnya.” (Wawancara dengan informan UU pada tanggal 18 Februari 2015).
Sekolah dalam upaya membangun kepercayaan orang tua terhadap sekolah senantiasa mensosialisasikan setiap program sekolah melalui rapat pertemuan wali murid. Sebagaimana dikemukakan oleh informan YS bahwa:
“Pertemuan wali murid sering diadakan manakala ada program sekolah yang perlu disampaikan seperti kegiatan belajar mengajar, karya wisata, dan Ujian Nasional (UN).” (Wawancara dengan informan YS 26 Maret 2015).
Usaha sekolah ini ternyata mendapat sambutan baik dari para orang tua siswa sebagaimana ungkapan berikut:
“Selama ini pihak sekolah senantiasa memberikan informasi kepada kami melalui surat pemberitahuan maupun rapat untuk membahas program sekolah yang akan dilaksanakan. Sehingga kami dapat dengan jelas agenda apa saja yang akan dilakukan
anak kami di sekolah.” (Wawancara dengan informan SH pada tanggal 4 Maret 2015).
“Pernah saya merasa kurang setuju dengan pengadaan program study tour yang dilakukan sekolah. Namun, berhubung pihak sekolah menjelaskan tujuan dari pengadaan kegiatan tersebut dan perincian biaya yang dibutuhkan dengan jalan musyawarah sehingga saya dapat mengerti kenapa kegiatan tersebut diselenggarakan oleh sekolah. (Wawancara dengan informan MA pada tanggal 21 Januari 2015).
Kontinuitas pemberian informasi dari pihak sekolah kepada pada orang tua siswa menjadi nilai tersendiri bagi MTs Salafiyah Kota Cirebon. Hal ini masih terus ditingkatkan hingga jalinan komunikasi antara sekolah dengan orang tua siswa akan semakin baik.
3. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan sekolah
Keberadaan sarana dan prasarana tidak terlepas dari adanya kemampuan sekolah dalam mengelola anggaran yang ada untuk keperluan tersebut. Meskipun demikian, Madrasah Tsanawiyah Salafiyah ini tidak begitu memberatkan para orang tua siswa untuk turut menyumbangkan dana untuk keperluan sarana prasaranan tersebut. Namun, apabila ada wali murid yang ingin menyumbangkan tenaga, dana maupun pemikirannya akan sangat diterima dengan baik.
Dalam hal ini kepala sekolah MTs Salafiyah Kota Cirebon mengungkapkan bahwa:
“Selama ini tidak ada maslah yang serius mengenai pengadaan sarana dan prasarana. Alhamdulillah hingga saat ini terdapat beberapa penambahan sarana dan prasarana seperti gedung dan alat-alat penunjang kegiatan belajar. Ini semua dapat terpenuhi dengan tanpa membebani para orang tua untuk mengeluarkan beberapa dana yang besar. Karena dalam hal ini pihak sekolah akan berkoordinasi dengan komite dan yayasan. Sehingga para orang tua tidak perlu khawatir akan hal tersebut.” (Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 4 Maret 2015).
Sebagimana pernyataan dari kepala sekola yang menyebutkan bahwa sarana dan prasarana sekolah sebagian besar tidak berasal dari dana pembangunan yang diambil dari wali murid. Dengan demikian, para orang tua sedikit tidak terbebani dengan biaya sekolah anak mereka terkait sarana dan prasarana. Sebagian orang tua siswa mengungkapkan bahwa:
“Alhamdulillah selama ini, saya tidak terbebani dengan masalah uang gedung atau dana pembangunan. Saya cukup mengeluarkan dana manakala ada kegiatan perkemahan atau study tour saja. Sehingga ini cukup meringankan kami selaku orang tua dalam masalah pembiayaan sekolah anak saya.”
(Wawancara dengan informan IF pada tanggal 17 Februari 2015).
“Peran kami dalam pengadaan sarana prasarana saya rasa tidak begitu nampak. Karena sepengetahuan saya biaya gedung sudah ditanggung oleh pihak sekolah sehingga kami dapat sedikit bernapas lega.”(Wawancara dengan informan AR pada tanggal 4 Maret 2015).
Kepuasan para orang tua siswa terhadap pembebasan biaya gedung karena ditanggung sekolah setidaknya dapat memacu sekolah untuk dapat membuat sarana dan prasarana penunjang lain guna menggalang partisipasi para orang tua dengan pengadaan gedung pertemuan untuk para orang tua atau kegiatan lain yang dapat melibatkan para orang tua secara penuh dalam program sekolah.
Sehingga partisipasi mereka diluar pembiayaan dapat tersampaikan dengan baik.
Pada kenyataannya, keterlibatan orang tua dalam mendukung program sekolah tidak selamanya berjalan dengan baik. Setiap program sekolah kadangkala berbenturan dengan kepentingan atau keperluan orang tua.
Berikut ialah beberapa faktor penghambat partisipasi orang tua dalam mendukung program sekolah:
1. Latar belakang pekerjaan orang tua
Sebagian besar orang tua siswa Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Kota Cirebon bekerja sebagai buruh dan sisanya bekerja sebagai pedagang, pegawai swasta dan PNS. Keberagaman pekerjaan tersebut tentu berpengaruh pula terhadap waktu luang para orang tua dalam mendidik anak. Kadangkala orang tua merasa mereka tidak begitu perlu memperhatikan proses pembelajaran anaknya setiap waktu. Sebagian dari mereka mempercayakan pendidikan anaknya kepada pengurus asrama dan sekolah. Dalam hal ini keberadaan asrama memang sangat membantu para siswa yang berasal dari keluarga ekonomi bawah dan yatim. Meskipun demikian, keberadaan orang tua sebagai pendidik dan motivator utama bagi anak-anaknya tetaplah sangat urgen. Sebagaimana ungkapan dari informan UU sebagai berikut:
“Memang sekitar 20 % siswa disini tinggal di asrama. Hal ini dikarenakan mereka berasal dari keluarga ekonomi rendah dan yatim. Sehingga tepat rasanya jika mereka tinggal di lingkungan asrama dengan mendapat ajaran dan nilai-nilai agama. Namun, kadangkala jika mereka kurang mendapat pengertian mereka akan berontak dengan bersikap acuh pada saat belajar dan tidak disiplin.” (Wawancara dengan informan UU pada tanggal 18 Februari 2015).
Begitu pula informan HM yang mengungkapkan bahwa:
“Saya kadang merasa prihatin dengan mereka yang harus tinggal di asrama dan jauh dari orang tua. Memang di asrama mereka mendapat perhatian dan diaajarkan tentang agama. Namun, pada hakikatnya kasih sayang dan perhatian orang tua yang seharusnya didapat untuk menjadi pendidik dan motivator hebat mereka tidak bisa didapat.” (Wawancara dengan informan HM pada tanggal 3 Maret 2015).
Disisi lain informan AR, MA dan IF mengungkapkan bahwa:
“Kadangkala saya juga merasakan bahwa pekerjaan telah menyita banyak waktu sehingga melupakan pendidikan anak. Maka dari itu saya lebih memilih dan mempercayakan pendidikan mereka pada pihak sekolah. Saya yakin pihak sekolah telah melakukan beberapa kegiatan yang dapat menunjang pendidikan anak- anak.”(Wawancara dengan informan AR pada tanggal 4 Maret 2015).
“Saya memahami benar bahwa saat-saat menjelang ujian anak-anak membutuhkan waktu belajar yang lebih banyak lagi. Sebanyak yang saya tau sekolah mengadakan tambahan jam belajar dari biasanya hingga sore. Saya rasa itu sudah cukup untuk mengantarkan anak-anak kami lulus. Namun demikian, kadangkala anak-anak merasa bosan karena harus menambah jam pelajaran mereka. Sehingga, sebisa mungkin saya mengingatkan bahwa itu semua dilakukan untuk kebaikan mereka sendiri nantinya.”
(Wawancara dengan informan MA pada tanggal 13 Maret 2015).
Berbeda dengan informan MA dan AR, sebagai orang tua yang memiliki kesibukan sendiri informan IF mengungkapkan bahwa:
“Yang terpenting ialah keberlangsungan jam tambahan di sekolah perlu diawasi dengan baik sehingga anak-anak tidak mempunyai kesempatan untuk membolos. Sekiranya ini dapat diterapkan di sekolah manakala kami tidak bisa sepenuhnya mengawasi mereka.”
(Wawancara dengan informan IF pada tanggal 17 Februari 2015).
Menanggapi hal tersebut, pihak sekolah sebagaimana hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 10 Maret 2015 disebutkan bahwa:
“Pihak sekolah sudah menetapkan peraturan dan jadwal jam tambahan bagi para siswa yang akan mengikuti UN dan harus sipatuhi oleh para siswa. Mengingat siswa yang membolos dan lain-lain kami sudah ada bagian kesiswaan yang menangani hal tersebut. Sekarang tinggal bagaimana peran orang tua di rumah dalam mendorong dan memotivasi anak-anaknya untuk mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh sekolah.”
Pengertian dan kebijakan sekolah dalam menanamkan sikap disiplin bagi para siswanya dan koordinasi dengan orang sekiranya perlu ditingkatkan guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2. Latar belakang pendidikan orang tua
Mayoritas pendidikan orang tua siswa di MTs Salafiyah Kota Cirebon ialah lulusan SD, dan selebihnya lulusan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Sebagaimana tergambar dalam tabel berikut:
Tabel 5
Latar Belakang Pendidikan Orang Tua MTs Salafiyah Kota Cirebon
No Pendidikan Jumlah
1 SD/SMP 290
3 SMA 72
4 Perguruan Tinggi 16
Total 378
Sumber: Staf TU MTs Salafiyah Kota Cirebon
Sebagian besar orang tua yang menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah ialah karena mereka sadar akan keterbatasan mereka dalam mendidik anaknya. Pendidikan orang tua siswa yang sebagian besar hanya lulus SMP ke bawah ternyata berpengaruh terhadap partisipasi mereka dalam mendukung program-program sekolah.
Selaku orang tua dari siswa MTs Salafiyah Kota Cirebon, informan AN mengungkapkan bahwa:
“Keterlibatan saya terhadap proses membimbing pembelajaran anak hanya sebatas pada memberikan pengertian dan nasehat- nasehat saja agar mereka sekolah dengan baik sehingga dapat diharapkan kehidupan mereka jauh lebih baik dari pada orang tuanya.”(Wawancara dengan informan AN pada tanggal 13 Maret 2015).
“Saya tidak dapat berbuat banyak dalam memberikan bimbingan belajar kepada anak-anak karena keterbatasan saya dalam pengetahuan. Inilah yang membuat saya menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anak pada sekolah dengan harapan mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik.” (Wawancara dengan informan S pada tanggal 21 Januari 2015).
Kepercayaan orang tua terhadap kemampuan sekolah dalam mendidik anak-anak mereka sekiranya dibarengi dengan kemauan mereka mendidik anak-anaknya ketika berada di rumah. Pendidikan bukan hanya sekedar pada pemberitahuan pengetahuan umum semata, melainkan sikap sopan dan santun terhadap sesama juga menjadi nilai penting dalam pendidikan. Sehingga tidak ada alasan bagi orang tua yang
hanya lulus SD tidak dapat memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
Motivasi dan perhatian mereka dapat menjadikan para siswa merasa perlu dan berusaha mendapat nilai baik di sekolah. Karena sebaik apaun program yang dicanangkan sekolah tidak akan dapat berjalan baik manakala tidak ada keikutsertaan para orang tua selaku pendidik utama dan pertama dalam kleuarga.
3. Pengembangan program sekolah yang belum sepenuhnya mengarah pada peningkatan partisipasi orang tua.
Serangkaian program sekolah yang ada masih berkutat pada pengembangan kedisiplinan siswa dan kompetensi siswa di bidang akademik dan non akademik. Untuk menggalang partisipasi orang tua sendiri masih bergantung pada program pertemuan wali murid dan program home visiting. Sedangkan rangkaian program lain seperti kegiatan mengundang orang tua sebagai tutor dalam pembelajaran, open house dan bakti sosial. Namun, pihak sekolah masih terkendala dengan beberapa hal sehingga program-program tersebut belum dapat dijalankan.
Menanggapi hal ini informan UU menyatakan bahwa:
“Perlu perencanaan yang matang dan koordinasi secara terus menerus dengan para orang tua untuk melaksanakan program- program peningkatan partisipasi mereka. Namun, kami terkendala dengan jarak dan waktu dimana sebagian orang tua siswa tinggal cukup jauh dari lingkungan sekolah dan kesibukan masing-masing.
Sehingga pertemuan wali murid dan home visiting dirasa cukup.”
(Wawancara dengan informan UU pada tanggal 18 Februari 2015).
Senada dengan hal tersebut kepala sekolah mengungkapkan bahwa:
“Pengembangan program yang terkait dengan partisipasi orang tua maupun masyarakat memang tidak terlalu nampak. Namun kami berusaha melakukan koordinasi dengan para wali kelas dan guru- guru untuk secara rutin menginformasikan kondisi siwanya kepada para orang tua sehingga orang tua dapat memberikan masukan terkait dengan kegiatan yang diadakan oleh sekolah mulai dari dana untuk study tour, perkemahan, dan kelulusan siswa kelas IX.”
(Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 4 Maret 2015).