• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal-Pasal Contempt Of Court dalam RKUHP yang Berpotensi Melanggar Kebebasan

5.1 Pembahasan Rancangan KUHP

5.1.12 Pasal-Pasal Contempt Of Court dalam RKUHP yang Berpotensi Melanggar Kebebasan

Dalam pembahasan RKUHP pada 21 November 2016, Pemerintah dan DPR telah masuk dalam pembahasan BAB VI tentang Tindak Pidana Terhadap Proses Peradilan, atau lazim disebut Contempt of Court. Di permulaan pembahasan, Prof. Muladi yang mewakili pemerintah menyebutkan bahwa konsep dalam BAB VI ini merupakan bentuk pengaturan yang lebih dari Contempt of Court (CoC), karena juga mengandung ketentuan terkait pengabaian perintah pengadilan, penghinaan pada hakim dan integritas peradilan, Trial by Press, sampai dengan perlakuan tidak sopan di muka sidang. Menurutnya, ketentuan ini di-design demi melindungi proses peradilan dan bersifat futuristik. Dalam pembahasan ini ada beberapa hal yang harus digarisbawahi utamanya terkait dengan pasal-pasal yang dapat membungkam kebebasan berekspresi dan berpendapat serta kemerdekaan pers.

5.1.12.1. Gangguan Proses Peradilan Pasal 328 RKUHP

“etiap ora g ya g se ara ela a huku elakuka per uata ya g e gaki atka terganggunya proses peradilan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pida a de da pali g a yak Kategori IV.

Hal Penting dalam Proses Pembahasan :

Ketua Panja Benny K Harman dari F-Demokrat menyatakan bahwa pasal ini tidak jelas karena rumusan yang sangat luas. Penilaian atas gangguan juga bisa bersifat sangat subjektif. Perdebatan sempat muncul soal siapa yang akan menilai adanya gangguan, selain itu perdebatan lain juga menitikberatkan apabila adanya gangguan tersebut timbul dari tuntutan atas respon atau prilaku dari aparat penegak hukum sendiri.

Hal yang menarik adalah Pemerintah justru menyatakan bahwa Pasal ini diadopsi dari Pasal 217 KUHP, yang berbunyi :

Bara g siapa e i ulka kegaduha dala sida g pe gadila atau di te pat di a a seora g pejabat sedang menjalankan tugasnya yang sah di muka umum, dan tidak pergi sesudah diperintah oleh atau atas nama penguasa yang berwenang, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga

i ggu atau pida a de da pali g a yak seri u delapa ratus rupiah .

Namun, disaat yang sama, Pemerintah justru tidak konsisten karena kemudian menyebutkan bahwa Pasal 328 tidak hanya ditujukan untuk kondisi dalam ruang sidang sebagaimana pengaturan Pasal 217, melainkan juga berlaku dalam seluruh proses peradilan dari penyidikan sampai dengan pengadilan. Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah Pemerintah dan DPR juga sama sekali tidak membahas

81

mengenai perbedaan ancaman pidana yang sangat jauh, yaitu tiga minggu dalam Pasal 217 menjadi 5 tahun dalam Pasal 328.

5.1.12.2. Penyesatan Proses Peradilan Pasal 329 RKUHP

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV bagi setiap orang yang secara melawan hukum:

1. menampilkan diri untuk orang lain sebagai peserta atau sebagai pembantu tindak pidana, yang karena itu dijatuhi pidana dan menjalani pidana tersebut untuk orang lain;

2. tidak mematuhi perintah pengadilan yang dikeluarkan untuk kepentingan proses peradilan; 3. menghina hakim atau menyerang integritas atau sifat tidak memihak hakim dalam sidang

pengadilan; atau

4. mempublikasikan atau membolehkan untuk dipubli¬kasikan segala sesuatu yang menimbulkan akibat yang dapat mempengaruhi sifat tidak memihak hakim dalam sidang pengadilan.

Hal Penting dalam Proses Pembahasan :

Perdebatan paling alot terjadi dalam pembahasan Pasal 329 huruf b, c dan d RKUHP. Dalam Pasal 329 huruf b, Pemerintah menyatakan bahwa ketentuan pidana tidak mematuhi perintah pengadilan yang dikeluarkan untuk kepentingan proses peradilan, tidak dapat dihilangkan, karena merupakan

agia pali g pe ti g dari CoC, kete tua i i dise ut de ga disobeying a court order .

KPK yang hadir dalam pembahasan menyatakan keberatan pada pasal ini sebab dalam beberapa praktik pengadilan akan terjadi beberapa benturan, misalnya putusan Praperadilan yang memerintahkan penghentian penyidikan dengan kewenangan dari penyidik untuk kembali menerbitkan surat penyidikan. DPR juga mempertanyakan luasnya jangkauan dari pasal ini yang dapat menimbulkan ketidakpastian, utamanya dalam ranah peradilan lain di luar hukum pidana, semisal dalam peradilan TUN atau perdata.

Dalam Pasal 329 huruf c, diatur mengenai penghinaan terhadap hakim dan integritas hakim. Me urut Pe eri tah, pasal i i ditujuka u tuk elara g Scandalizing the Court aitu lara ga u tuk menyerang sifat tidak memihak atau integritas hakim. Baik DPR dan Pemerintah sepakat perlu adanya penjelasan lebih lanjut dari pasal ini.

Pasal 329 huruf d menimbulkan perdebatan paling alot, lantaran pasal ini sangat bersinggungan dengan kebebasan berpendapat, hak atas informasi dan kemerdekaan Pers. Pemerintah menilai bahwa Pasal ini ditujukan untuk melarang adanya Trial by Press, dimana adanya pemberitaan yang mendahului putusan pengadilan yang dapat mempengaruhi indepensi hakim. Pendapat lain datang dari Ketua Panja yang menyebut bahwa justru kebebasan berpendapat tidak boleh dibatasi dan peradilan di Indonesia bersifat terbuka untuk umum sehingga pemberitaan bebas dilakukan. DPR dan Pemerintah sepakat agar Pemerintah kembali memperjelas semua rumusan dalam penjelasan.

82

5.1.12.3. Rumusan yang Tidak Jelas dan Cenderung Overprotektif

Hal mendasar yang perlu disoroti dalam pembahasan pasal-pasal CoC ini adalah baik DPR dan Pemerintah terlalu banyak bergantung pada penjelasan Pasal, bukan berusaha merumuskan unsur dalam ketentuan Pasal. Hampir seluruh pasal yang tidak jelas, utama yang sangat berpotensi melanggar hak asasi manusia hanya dibebankan dalam penjelasan.

Aliansi RKUHP justru melihat bahwa pengaturan secara khusus mengenai Contempt of Court dalam R KUHP tampaknya tidak diperlukan. Hal ini disebabkan karena sistem peradilan di Indonesia yang menganut sistem non adversarial model tidak memungkinkan untuk adanya pranata contempt of court. Hal ini disebabkan karena dalam sistem peradilan yang dianut di Indonesia, hakim memiliki kekuasaan yang sangat besar dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara. Sehingga apabila terdapat ketentuan mengenai tindak pidana terhadap proses peradilan (contempt of court) dalam R KUHP, dikhawatirkan akan semakin memperkuat kedudukan hakim dalam proses peradilan. Akibatnya, tidak ada satu lembaga atau kekuasaan pun yang dapat melakukan kontrol terhadap kinerja para hakim dalam menjalankan tugasnya.

Kondisi ini bisa sangat berbahaya karena pasal-pasal yang ada dalam CoC sangat sangat berpotensi melanggar hak asasi manusia. Misalnya saja larangan untuk mempublikasikan segala sesuatu yang menimbulkan akibat yang dapat mempengaruhi sifat tidak memihak hakim dalam sidang pengadilan. Tidak ada ukuran yang jelas dan indikator bagaimana hakim bisa terpengaruhi dengan publikasi yang dimaksud, pun begitu sesungguhnya sudah ada pranata dewan pers yang bisa mengadili masalah pers sehingga tidak perlu ada hukum pidana.

DPR serta Pemerintah seharusnya tidak hanya memandang isu unsur yang tidak jelas dalam rumusan pasal semata soal penjelasan, melainkan harus memastikan rumusan yang berkepastian hukum. Lebih dari itu, Pemerintah, khususnya DPR mempertimbangkan ulang ketentuan-ketentuan yang berpotensi melanggar hak asasi manusia yang dimaksud.

Tabel 5.8. Pembahasan Pasal-Pasal Contempt Of Court dalam RKUHP

RKUHP Hasil Pembahasan Panja RKUHP

BAB VI

TINDAK PIDANA TERHADAP PROSES PERADILAN

Bagian Kesatu

Gangguan dan Penyesatan Proses Peradilan

Pasal 328

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya proses peradilan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.

BAB VI

TINDAK PIDANA TERHADAP [PROSES] [SISTEM] [PENYELENGGARAAN] PERADILAN

Bagian Kesatu

Gangguan dan Penyesatan Proses Peradilan

Pasal 328

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya proses peradilan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.

*Catatan Panja 21 November 2016:

- Perlu diuraika ak a dari frasa elakuka a g

83 Pasal 329

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV bagi setiap orang yang secara melawan hukum:

a. menampilkan diri untuk orang lain sebagai peserta atau sebagai pembantu tindak pidana, yang karena itu dijatuhi pidana dan menjalani pidana tersebut untuk orang lain;

b. tidak mematuhi perintah pengadilan yang dikeluarkan untuk kepentingan proses peradilan;

c. menghina hakim atau menyerang integritas atau sifat tidak memihak hakim dalam sidang pengadilan; atau d. mempublikasikan atau membolehkan

untuk dipublikasikan segala sesuatu yang menimbulkan akibat yang dapat mempengaruhi sifat tidak memihak hakim dalam sidang pengadilan.

Pasal 330

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV bagi advokat yang dalam menjalankan pekerjaannya secara curang: a. mengadakan kesepakatan dengan pihak

lawan klien, sedangkan patut mengetahui bahwa perbuatan tersebut dapat merugikan kepentingan pihak yang dibantunya; atau

b. meminta imbalan kepada klien untuk mempengaruhi saksi, juru bahasa,

- o toh per uata a g e gaki atka

terga ggu a proses peradila

- diberikan penjelasan yang dimaksud dengan proses peradilan

Pasal 329

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV bagi setiap orang yang secara melawan hukum:

a. menampilkan diri untuk orang lain sebagai

pembuatpeserta atau sebagai pembantu tindak pidana, yang karena itu dijatuhi pidana dan menjalani pidana tersebut untuk orang lain;

b. tidak mematuhi perintah pengadilan yang dikeluarkan untuk kepentingan proses peradilan;

Catatan Panja:

Perlu dijelaska e ge ai frasa tidak e atuhi

peri tah pe gadila

c. menghina hakim atau menyerang integritas atau sifat tidak memihak hakim dalam sidang pengadilan; atau

Catatan Panja:

- Perlu dijelaska e ge ai frasa e ghi a haki

atau menyerang integritas

- huruf c perlu dijabarkan bahwa perbuatan itu bisa dikenakan pidana jika dilakukan di luar proses peradilan.

d. mempublikasikan atau membolehkan untuk dipubli- kasikan segala sesuatu yang menimbulkan akibat yang dapat mempengaruhi sifat tidak memihak hakim dalam sidang pengadilan.

Catatan Panja:

Perlu penjelasan Huruf d untuk melindungi independensi

hakim dan fair trial.

Pasal 330

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV bagi advokat yang dalam menjalankan pekerjaannya secara curang:

c. mengadakan kesepakatan dengan pihak lawan klien, sedangkan patut mengetahui bahwa perbuatan tersebut dapat merugikan kepentingan pihak yang dibantunya; atau

d. meminta imbalan kepada klien untuk mempengaruhi

panitera,panitera pengganti, juru sita, saksi, juru bahasa, penyidik, penuntut umum, atau hakim dalam

84

penyidik, penuntut umum, atau hakim dalam perkara yang bersangkutan.

perkara yang bersangkutan.

Disetujui Panja 21 November 2016, dibahas dalam TIMUS dan TIMSIN.