• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.12. Pasang surut

Nontji A, (2007) mengemukakan bahwa pasang surut sering disingkat pasut yaitu gerakan naik turunnya muka air laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan, sebagai satelit kecil, jaraknya sangat dekat ke bumi (rata- rata 381.160 km). Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan dari pada massa. Sedangkan menurut Dahuri, et al, (2008) bahwa Pasang surut (pasut)

adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal), atau dua kali sehari (pasut ganda). Sedangkan pasut yang berperilaku di antara keduanya disebut sebagai pasut campuran. Untuk memprediksi kondisi pasut dengan akurasi yang baik diperlukan pengetahuan tentang pasut yang cukup memadai. Karena itu diperlukan data pengukuran paling sedikit selama 15 hari, atau selama 18,6 tahun jika ingin mendapat hasil yang akurasinya tinggi.

Hutabarat dan Evans, (2008) mengemukakan bahwa air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada suatu ketinggian yang tetap, tetapi selalu bergerak naik dan turun sesuai dengan siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian maksimum, peristiwa ini dinamakan pasang tinggi (high water), setelah itu turun sampai kepada suatu ketinggian minimum yang disebut pasang rendah (low water). Kemudian permukaan air akan mulai bergerak naik lagi. Perbedaan ketinggian permukaan antara pasang tinggi dan pasang rendah dikenal sebagai tinggi pasang (tidal range). Sifat khas dari naik turunnya permukaan air ini terjadi campuran setiap hari di Teluk Youtefa sehingga terdapat dua periode pasang tinggi dan dua periode pasang rendah.

Pasang surut air laut terjadi karena perubahan gaya tarik menarik antara bulan dan matahari terhadap perputaran bumi. Pada saat pasang tinggi, pengaruh perubahan muka air dan arus pasang surut merupakan faktor dalam evolusi pesisir. Pada teluk dan estuari, pergantian pasang dan surut yang ada dalam pergerakan arus disebut arus pasang surut, pada saat muka air turun maka timbul arus surut (ebb current) Strahler, (1998) diacu dalam Rofiko, (2005). Aliran ini berhenti saat pasang surut berada pada titik terendah.

Arus pasang dan surut yang dibangkitkan oleh gelombang memiliki fungsi penting disepanjang garis pantai. Strahler, (1998) diacu dalam Rofiko, (2005) mengemukan bahwa fungsi tersebut adalah 1) arus yang mengalir ke luar masuk teluk melalui inlet yang sempit akan menggerus inlet tersebut dengan kuat. Hal ini akan menjadi inlet terbuka, meskipun kecendrungan proses drifiing pantai

akan menutup inlet dengan pasir. 2) arus pasang surut membawa material halus dan tanah liat dalam bentuk suspense. Sedimen halus tersebut terbawa oleh aliran yang memasuki teluk, atau dari lumpur dasar yang terbawa oleh gaya gelombang badai. Sedimen tersebut kemudian tenggelam ke dasar teluk atau estuarin dan berakumulasi membentuk lapisan-lapisan serta perlahan-lahan mengisi teluk/estuarin tersebut yang di dalamnya terdapat materi organik. Semakin lama, sedimen pasang surut memenuhi teluk maka menghasilkan daratan lumpur yang terdiri dari endapan lumpur dan tanah liat. Kemudian tumbuh tumbuhan yang memiliki toleransi terhadap kadar garam yang tinggi, akan menjebak sedimen lebih banyak lagi, sehingga daratan terbentuk sampai sebatas arus pasang menjadi rawa air asin atau tawar. Ekosistem mangrove biasanya terbentuk di daerah pasang surut tersebut.

Bentuk pasang surut perairan laut yang terdapat di perairan Indonesia tidak sama. Pada wilayah tertentu, kondisi pasang surut dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Menurut Triatmodjo (1999), diacu dalam Rofiko, (2005) bahwa pasang surut perairan laut di wilayah Indonesia dapat dibedakan dalam empat tipe :

1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). Tipe pasang surut ini dalam sehari terjadi dua kali air pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut tersebut terjadi berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Pasang surut tersebut terdapat di Selat Malaka sampai Laut Andaman.

2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide). Tipe pasang surut ini dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode pasang terjadi selama 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini tejadi di perairan selat Karimata.

3. Pasang surut campuran cenderung ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal). Tipe pasang surut ini dalam sehari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut akan tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Tipe pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Tirnur.

4. Pasang surut campuran cenderung ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal). Tipe pasang surut ini dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu kali

air surut, akan tetapi kadang-kadang untuk beberapa waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Tipe pasang surut jenis ini terdapat di perairan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

Variasi salinitas di wilayah estuarin berpengaruh terhahap proses pengaturan osmosis pada setiap individu spesies ikan estuarin. Variasi salinitas dalam estuarin dipengaruhi oleh besar kecilnya curah hujan bulanan dan musiman. Estuarin dan pantainya merupakan wilayah yang kaya unsur hara dan bahan organik dan memiliki produktivitas tinggi, sehingga makanan alami untuk berbagai spesies ikan tersedia dengan baik. Ikan dan organisme estuarin dikontrol oleh salinitas dan suhu perairan. Di dalam ekosistem perairan estuarin spesies- spesies ikan air tawar menempati kolom air lapisan atas, spesies-spesies ikan laut menempati kolom air lapisan bawah, sedangkan spesies-spesies ikan estuarin murni menempati kolom air yang bercampur air tawar dan air laut (front).

Pada musim barat kelompok-kelompok spesies ikan laut lebih banyak tinggal dan bergerombol di lapisan permukaan laut antara kedalaman 0-100 m. Gerombolan spesies ikan tersebut bermigrasi ke arah pantai. Arus pasang yang bergerak ke wilayah pantai dan estuarin mempunyai peranan penting terhadap distribusi salinitas, organisme makanan ikan serta partikel-partikel pasif. Distribusi spesies ikan ke wilayah estuarin dipengarahi oleh perubahan hidrodinamika estuarin dan arus laut ke arah pantai dan estuarin. Distribusi spesies dibatasi oleh faktor salinitas, suhu, oksigen terlarut, pH dan sedimen. Jika terjadi perubahan fisika dan kimia serta organisme makanan memberi respon terhadap organisme secara keseluruhan. Ikan estuarin dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia air, total padatan tersuspensi berpengaruh pada kecerahan air.

Dokumen terkait