• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model of integrated management sustainable at youtefa bay

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model of integrated management sustainable at youtefa bay"

Copied!
484
0
0

Teks penuh

(1)

JANVITER MANALU

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Model Pengelolaan Teluk Youtefa Terpadu Secara Berkelanjutan, adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2012

(4)
(5)

JANVITER 2012. Model of Integrated Management Sustainable at Youtefa Bay. Under the direction of I Wayan Nurjaya as Chairman, Surjono Hadi Sutjahjo and Kholil as advisory committee members.

The Youtefa Bay is one of the important resources. The water in this place is used for fishery, transportation, and ecotourisme. Youtefa Bay is located at the west of Jayapura city. Youtefa Bay is surrounded by settlement where most of resident are fisherman and farmers. The aim of this research is to develop a model of Youtefa Bay. The research was conducted in five steps, i.e. (1) to determine the existing condition of physical and chemical parameters, (2) to determine the level pollution, load pollution, and assimilative capacity, (3) to determine of water pollution control strategy, (4) to develop model of management institution, (5) to develop model management Youtefa Bay a similar prominent purpose. The research was carried out based on field survey, in situ and laboratory sample examination, questionnaire, and expert judgement. The STORET method and

pollution index were used to determine the water quality status and level of water pollution. The pollution loading was determined by rapid assessment. Youtefa Bay institution determine Interpretative Structural Modelling (ISM). Pollution control by means of descriptive. Management model develop in this study was built into three sub-models, namely (1) pollution source sub-model, (2) The loading pollution sub-model, and (3) water quality sub-model using program

powersim studio expert 2005 version. The results of water pollution parameters such as total suspended solid (TSS), dissolved oxygen (DO), Nitrate (NO3),

fosfate (PO4), were higher than the allowableness water sea for sea biota standard.

Acording to water quality status, the Youtefa Bay is categorized as of light, medium, and heavy. Assimilation capacities are BOD 27 ton/month, TSS 2354 ton/month, NH3 54 ton/month, COD 286 ton/month, NO3 9087 ton/month, and PO4

12 ton/month. The Youtefa Bay water pollution control, i.e (1) institution approach, (2) law approach implementation, (3) social approximation, (4) approximation economy, (5) space arrangement approximation. The key element management Youtefa Bay is the policy commitment approximation, and relations strengthen inter stakeholder, realization plan approximation, and strategy plan priority. There are three development scenario, that are including optimistic scenario. The optimistic scenario are the realistic scenario that occur in the future for management Youtefa Bay in considering of ecology, social, and economy aspects. The conclusion is the Youtefa Bay polluted light, medium, and heavy, and it’s very important to analiyze the pollution level of the Youtefa Bay periodically in terms of it’s sustainability.

Key words: Youtefa Bay, Water pollution level, pollution load, assimilation capacity, pollution control,

(6)
(7)

Teluk Youtefa dan sekitarnya memiliki beberapa fungsi dan kegunaan yaitu sebagai kegiatan perikanan tangkap dan budidaya, jalur transportasi nelayan dan wisata, pelabuhan perikanan tradisional, dermaga perahu nelayan, dan tempat penampungan limbah kegiatan antropogenik yang dapat mempengaruhi daya dukung ekosistem sungai dan ekosistem Teluk Youtefa. Masyarakat, nelayan, dan pemerintah adalah sebagai aktor dalam pengelolaan Teluk Youtefa sendiri. Permasalahan di Teluk Youtefa yang terjadi selama ini terjadi akibat bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan pendidikan rendah, kemiskinan, maupun perilaku sosial dengan berbagai aktivitas yang semakin meningkat seperti penangkapan ikan, Keramba Jaring Apung, transportasi Teluk, permukiman (dalam dan di luar Teluk), perambahan hutan, pembangunan hotel, restoran, dan pasar. Kegiatan tersebut berdampak pada peningkatan sedimen, kekeruhan air sungai maupun air laut, kenaikan produksi limbah, kenaikan unsur hara, sehingga hasil tangkapan ikan menjadi rendah, vegetasi terganggu, penurunan nilai estetika dan wisata, serta penularan penyakit maupun berkurangnya tempat usaha.

Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model pengelolaan perairan Teluk Youtefa. Adapun tujuan antara adalah: (1) menentukan kondisi eksisting parameter fisik kimia perairan Teluk Youtefa, (2) mengetahui status dan indeks pencemaran perairan Teluk Youtefa, (3) Mengetahui, beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time Teluk Youtefa, (4) mengetahui strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa, (5) mengembangkan model kelembagaan pengelolaan perairan Teluk Youtefa.

Penelitian dilaksanakan dengan metode survey, pemeriksaan secara langsung di lapangan dan di laboratorium, melakukan wawancara mendalam dengan pakar. Metode yang digunakan untuk kondisi eksisting membandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut; menentukan status kualitas air dan tingkat pencemaran dianalisis dengan metode storet dan indeks pencemaran, metode yang digunakan untuk menentukan beban pencemaran adalah metode

rapid assessment, metode pengembangan model kelembagaan digunakan metode

Interpretative Structural Modeling (ISM) metode strategi pengendalian

pencemaran dilakukan dengan secara deskriptif, model pengelolaan perairan Teluk Youtefa terdiri atas 3 sub model, yaitu (1) sub model sumber pencemar, (2) sub model beban pencemar, dan (3) sub model kualitas air, dibangun melalui pendekatan sistem menggunakan program powersim studio expert 2005 dan

constructor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi eksisting parameter pencemaran air perairan Teluk Youtefa total padatan terlarut (TSS), oksigen terlarut (DO), Nitrat (NO3), fosfat (PO4), telah melampaui baku mutu air laut

untuk biota laut, dan memerlukan penurunan beban pencemaran. Sedangkan untuk suhu air, pH NH3, BOD menunjukkan hasil belum melampaui baku mutu air laut

untuk biota laut.

(8)

nilai rata-rata keseluruhan 0,3 mg/l.

Status mutu air Teluk Youtefa berdasarkan nilai storet termasuk dalam kondisi tercemar sedang hingga berat dengan nilai indeks berkisar -17 hingga -33. Sedangkan berdasarkan Pollution Index tingkat pencemaran perairan Teluk Youtefa berada dalam status tercemar ringan hingga sedang dengan nilai Pollution Index berkisar 2,5 – 5,8. Parameter BOD, fosfat, dan nitrat memberikan kontribusi tertinggi terhadap buruknya status mutu air perairan Teluk Youtefa.

Pencemaran Teluk Youtefa terutama bersumber dari limbah domestik. Total beban pencemaran perairan Teluk Youtefa untuk BOD 144,4 ton/bulan, TSS 1.626,1 ton/bulan, NH3 8,5 ton/bulan, COD 700,3 ton/bulan, NO3 23,3 ton/bulan, dan PO4

16,5 ton/bulan. Parameter nitrat,TSS, COD dan fosfat telah berada diatas nilai kapasitas asimilasi, artinya bahwa perairan Teluk Youtefa kemampuannya terbatas menerima beban tersebut sehingga menurunkan daya dukung Teluk Youtefa.

Sub elemen kunci dalam pengembangan pengelolaan perairan Teluk Youtefa diawali dengan adanya dukungan yang kuat dari LMA, ondoapi, kepala suku; peningkatan pola pikir masyarakat; stabilitas politik lokal yang kondusif, kesamaan tujuan di lapangan, keragaman biota, menurunnya beban pencemar. Sub elemen ini menjadi penggerak utama.

Strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa dapat dilakukan dengan pendekatan kelembagaan, implementasi pendekatan hukum, pendekatan sosial budaya, pendekatan ekonomi, pendekatan penataan ruang, penerapan instrumen pengendalian lingkungan.

Hasil pemodelan dinamik menunjukkan bahwa model pengelolaan perairan Teluk Youtefa yang dibangun memiliki kinerja yang baik dan mampu menggambarkan perilaku sistem nyata, dengan nilai validitas absolute mean error

(AME) dan absolute mean error (AVE) < 10 %.

(9)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu

masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(10)
(11)

JANVITER MANALU

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Penguji luar komisi pembimbing pada ujian tertutup: 1. Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil

2. Dr. Ir. Etty Riani, MS

Penguji luar komisi pembimbing pada ujian terbuka: 1. Prof. Dr. Balthazar Kambuaya, MBA

Menteri Lingkungan Hidup Indonesia 2. Dr. Ir. Sigid Hariyadi

(13)
(14)
(15)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahaesa atas segala karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilakukan sejak bulan Maret 2011 ini adalah pencemaran air, dengan judul Model Pengelolaan Teluk Youtefa Terpadu Secara Berkelanjutan di Kota Jayapura.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan curahan waktu, nasehat, arahan, dan motivasi secara terus menerus dengan penuh dedikasi dari awal perencanaan penelitian sampai selesainya disertasi ini; Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, semangat, curahan waktu, nasehat, dan koreksinya yang kritis dan tajam sehingga menambah kualitas disertasi ini; Dr. Ir. Kholil, M.Kom, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, curahan waktu, dan pengarahan tentang falsafah model dinamik penulisan disertasi ini. Demikian juga kepada Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.Sc selaku ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas segala bantuan dan pelayanannya. Ucapan terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Doktor di Institut Pertanian Bogor.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih, atas izin pendidikan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program Doktor di Institut Pertanian Bogor. Hal yang sama diucapkan terima kasih kepada Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan beasiswa BPPS. Kemudian diucapkan terima kasih kepada, Dr. Auldry. F. Walukouw yang telah membantu penulis dalam pengolahan data pemodelan sistim dinamik; Dr. Niki Lewaherilla, Ir, Yusuf Tappang, Ketty K, Elsye P Rumbekwan, S.Pi., M.Si, Acon Maitindom, M.Si, Frans Reumi dan Drs. Krisson M, MM, atas waktu yang diberikan untuk wawancara, pengisian kuesioner, dan diskusi, serta masukan-masukan yang sangat berarti dalam penulisan disertasi ini; Andi, Deni, Tirsa, Audri, Frans deminggus, Erwan renggo, Frans kafiar yang telah banyak membantu penulis penyediaan data primer dan data sekunder, serta analisis laboratorium; Badan Lingkungan Hidup, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, bidang pertanian, Sekretaris Kota Jayapura yang telah banyak memberikan bantuan data.

(16)

PSL, atas bantuannya dalam pelayanan administrasi.

Selanjutnya ucapan terima kasih ditujukan kepada instri tercinta Siti Arbainah Hutasoit dan anak tersayang Khristopher Aris Arianto Manalu yang telah banyak memberi doa, pengorbanan, memberi dorongan, dan bantuan yang tak ternilai dengan penuh pengertian, kesabaran sehingga penulis selalu semangat dalam penyelesaian disertasi ini; Orangtua dan mertua saya, adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya selama penulis menempuh pendidikan Doktor di Institut Pertanian Bogor. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, khsusnya angkatan 2009 atas kebersamaan dan kerjasamanya selama menempuh pendidikan.

Disertasi ini juga dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan dorongan berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Sejak penulis memutuskan untuk melanjutkan studi S3 di bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan sampai selesainya disertasi ini, banyak pihak yang telah memberi dukungan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. Pada akhirnya, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan disertasi ini, maka hanya penulis yang bertanggung jawab. Kiranya Tuhan Yesus yang memberi balasan berkah kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis.

(17)

Penulis dilahirkan di Tipang Kabupaten Hubbang hasuddutan hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli utara Provinsi Sumatra Utara pada tanggal 5 Agustus 1964 sebagai anak ke empat pasangan G. Manalu dan A. Hutasoit. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih, lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1999, penulis diterima di program studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas maret Surakarta dan menamatkannya pada tahun 2001. Kesempatan untuk melanjutkan pada program Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2009. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Dirtjen dikti Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih. Mata kuliah yang diasuh adalah pengantar lingkungan, rekayasa lingkungan, dan metode penelitian

(18)
(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 6

1.3. Tujuan ... 8

1.4. Kerangka pemikiran ... 8

1.5. Manfaat penelitian ... 11

1.6. Novelty ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ... 17

2.2. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu ... 17

2.2.1. Perencanaan terpadu ... 18

2.2.2. Keterpaduan ekologis ... 19

2.2.3. Keterpaduan sektor ... 19

2.2.4. Keterpaduan disiplin ilmu ... 20

2.2.5. Keterpaduan sistem ... 20

2.2.6. Keterpaduan kebijakan ... 21

2.2.7. Keterpaduan stakeholder ... 22

2.2.8. Keterpaduan fungsional ... 23

2.3. Perencanaan secara sektoral ... 23

2.4. Dimensi pembangunan berkelanjutan ... 23

2.4.1. Dimensi ekologis ... 25

2.4.2. Dimensi sosial ekonomi ... 26

2.4.3. Dimensi sosial politik ... 27

2.4.4. Dimensi hukum dan kelembagaan ... 27

2.5. Kebijakan pembangunan dan lingkungan ... 28

2.6. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ... 28

2.7. Teluk ... 28

2.7.1. Degradasi teluk oleh aktifitas manusia ... 28

2.7.2. Fungsi ekosistem teluk bagi kehidupan manusia ... 29

2.8. Pemantauan kualitas air ... 31

2.8.1. Air permukaan (surface water) ... 31

2.8.2. Perairan tergenang (lentik) ... 32

2.9. Estuari ... 32

2.9.1. Pengertian estuari ... 32

2.9.2. Kawasan estuari ... 33

2.9.3. Hidrodinamika perairan estuari ... 37

2.9.4. Pengaruh iklim terhadap hidrodinamika estuari ... 38

2.9.5. Sumber pencemar estuari ... 38

(20)

2.9.7. Pencemaran logam di estuari ... 40

2.20. Pengembangan model kelembagaan ... 59

2.21. Permodelan ... 62

3.5.2. Pengukuran beban pencemaran , kapasitas asimilasi, dan Flushing time... 73

3.5.2.1. Beban pencemaran dan kapasitas asimilasi ... 73

3.5.2.2. Flushing time (waktu dirus) ... 74

3.5.3. Memilih model kelembagaan ... 75

3.5.4. Menyusun strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa ... 77

3.5.5. Diagram sebab akibat (causal loop diagram) model dinamik Pengelolaan Teluk Youtefa berkelanjutan ... 77

3.5.6. Uji validasi dan sensitivitas model ... 78

3.5.7. Analisis kebijakan ... 78

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 80

4.1. Keadaan geografis... ... 80

(21)

4.3. Kondisi umum Teluk Youtefa... 81

4.7.3. Sebaran marga-marga suku asli Teluk Youtefa ... 93

4.7.4. Karakteristik budaya ... 93

4.7.5. Kondisi budaya... ... 94

4.7.6. Struktur sosial... ... 94

4.7.7. Pola-pola pengalihan hak atas penguasaan lahan... ... 95

4.7.8. Pola konsumsi ... 95

4.7.9. Produksi perikanan, pengolahan dan pemasaran... ... 95

4.7.9.1. Tingkat produksi berdasarkan alat tangkap... ... 96

5.2. Status mutu air dan indeks pencemaran Teluk Youtefa... ... 110

5.2.1 Metode indeks storet... ... 110

5.2.2. Indeks pencemaran ... ... 112

5.3. Beban pencemaran, kapasitas asimilasi, waktu dirus perairan Teluk Youtefa ... 113

5.3.1. Beban pencemaran muara sungai di sekitar Teluk Youtefa... ... 113

5.3.2. Kapasitas asimilasi perairan Teluk Youtefa... ... 114

(22)

5.3.3.1. Pengaruh waktu dirus terhadap sedimen... ... 123 5.3.3.2. Pengaruh waktu dirus terhadap kapasitas asimilasi... ... 123 5.4. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa... ... 124 5.4.1. Pendekatan kelembagaan... ... 125 5.4.2. Pendekatan hukum... ... 125 5.4.3. Komitmen dan dukungan pemerintah daerah dalam

Penegakan hukum... ... 125 5.4.4. Pendekatan sosial budaya... ... 126 5.4.5 Pendekatan ekonomi... ... 126 5.4.6. Pendekatan penataan ruang wilayah Teluk Youtefa

Secara terpadu... ... 126 5.4.7. Pembuatan zonasi Teluk Youtefa... ... 127 5.4.8. Pengendalian limbah rumah tangga... ... 128 5.4.9. Pengendalian limbah industri... ... 128 5.4.10.Pengendalian limbah pertanian... ... 128 5.5. Elemen kunci model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa... ... 129

5.5.1. Elemen kendala dalam pengembangan model pengelolaan

Teluk Youtefa... ... 129 5.5.2. Elemen tujuan dalam pengembangan model pengelolaan

Teluk Youtefa... ... 132 5.5.3. Elemen tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model

Pengelolaan teluk youtefa... ... 135 5.5.4. Elemen lembaga yang terlibat dalam pengembangan model

Pengelolaan Teluk Youtefa... ... 138 5.5.5. Elemen kebutuhan dalam pengembangan model pengelolaan

(23)

5.6.6.2.3. Limbah ternak babi... ... 178 5.6.6.2.4. Limbah ternak sapi... ... 179 5.7. Analisis kebijakan alternatif pengelolaan Teluk Youtefa... ... 181

(24)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penelitian di luar Teluk Youtefa dan nilai kebaruan peneliti……… ... . 12 Tabel 2. Penelitian di Teluk Youtefa dan nilai kebaruan peneliti………. 14 Tabel 3. Analisis kebutuhan Aktor/Stakeholder yang terlibat dalam

pengelolaan Teluk Youtefa ... ... 51 Tabel 4. Konversi rumus statistik ke persamaan powersim ... 58 Tabel 5. Parameter Fisika – Kimia air ... 68 Tabel 6. Lokasi pengukuran parameter kualitasair laut perairan Teluk Youtefa ... 69 Tabel 7. Penentuan nilai skor derajat mutu air... ... 71 Tabel 8. Jadual penyusunan proposal, proses penelitian, dan penyusunan Disertasi .... 79 Tabel 9. Kondisi iklim Kota Jayapura 2009... ... 81 Tabel 10. Penggunaan lahan Kota Jayapura... ... 87 Tabel 11. Jenis biota air di Teluk Youtefa………... 88 Tabel 12. Produksi tanaman sayur di Kota Jayapura tahun 2008 dan 2009 (ton)... 90 Tabel 13. Produksi tanaman buah di Kota Jayapura tahun 2008 dan 2009 (ton). ... 91 Tabel 14. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin per kecamatan... 92 Tabel 15. Tingkat produksi per komoditi per kampung ... 97 Tabel 16. Status mutu kualitas air menururt sistem nilai STORET Teluk Youtefa... 110 Tabel 17. Indeks pencemaran Teluk Youtefa pada sembilan titik Pengamatan ... 112 Tabel 18. Beban pencemaran sungai tahun 2008 – 2011... ... 114 Tabel 19. Kapasitas asimilasi perairan Teluk Youtefa Tahun 2011... ... 114 Tabel 20. Nilai flushing time menggunakan pendekatan Dahuri, et al (2008) ... 122 Tabel 21. Elemen kendala dalam pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa .. 130 Tabel 22. Elemen tujuan dalam pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa... 133 Tabel 23. Elemen tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model pengelolaan

Teluk Youtefa... ... 136 Tabel 24. Elemen lembaga yang terlibat dalam pengembangan model

pengelolaan Teluk Youtefa... ... 139 Tabel 25. Elemen kebutuhan dalam pengembangan model pengelolaan Teluk

(25)

DAFTAR GAMBAR Gambar 9. Diagram alir model sistem dinamik menggunakan program powersim . 57 Gambar 10. Matriks DP-D... ... 60 Gambar 11. Diagram alir analisis kelembagaan dengan metode ISM... ... 61 Gambar 12. Peta Teluk Youtefa……… ... 65 Gambar 13. Kontur batimetri Teluk Youtefa……… ... 66 Gambar 14. Penampang melintang batimetri ... 67 Gambar 15. Diagram alir rancangan penelitian……… ... 68 Gambar 16. Kapasitas asimilasi……… ... 74 Gambar 17. Model sistem penunjang keputusan pengelolaan Teluk………… ... 76 Gambar 18. Diagram sebab akibat pengelolaan Teluk Youtefa ... 78 Gambar 19. Model pengelolaan Teluk Youtefa ... 79 Gambar 20. Sedimen dan potensi sumber limbah domestik dari pemukiman ... 81 Gambar 21. Bahan galian, lahan kritis, tumpukan sampah dan pengerukan ... 82 Gambar 22. Pemanfaatan Teluk Youtefa untuk keramba dan pemukiman ... 82 Gambar 23. Contoh tempat pembuangan sampah di sungai acai ... 87 Gambar 24. Diagram buah di Kota Jayapura tahun 2010……… ... 91 Gambar 25. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan…… ... 93 Gambar 26. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter suhu pasang surut .. 100 Gambar 27. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter TSS pasang surut ... 101 Gambar 28. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter pH pasang surut.. ... 103 Gambar 29. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter DO pasang surut… 104 Gambar 30. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter BOD pasang surut . 105 Gambar 31. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter NO3 pasang surut .. 107 Gambar 32. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter NH3 pasang surut . 107 Gambar 33. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter PO4-P pasang surut 108 Gambar 34. Muara Sungai Sibhorgoni………. ... 109 Gambar 35. Muara Sungai Acai……… ... 109 Gambar 36. Tumpukan sampah di sungai acai……….. .... 109

Gambar 37. WC penduduk yang bermukim di atas perairan Teluk Youtefa…… ... 109 Gambar 38. Skor indeks STORET perairan Teluk Youtefa………. ... 111 Gambar 39. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi

di Teluk Youtefa dengan indikator BOD tahun 2008 – 2011 ... 115 Gambar 40. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimila di Teluk

Youtefa dengan indikator TSS tahun 2008 – 2011 ... 116 Gambar 41. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasidi Teluk

(26)

Gambar 42. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilas di Teluk Youtefa dengan indikator NO3 tahun 2008 – 2011…… ... 119 Gambar 43. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di Teluk

Youtefa dengan indikator PO4 tahun 2008 – 2011………. ... 120

Gambar 44. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di Teluk Youtefa dengan indikator COD tahun 2008-2011… ... 121 Gambar 45. Kondisi pasang surut dan waktu pengambilan sampel ... 124 Gambar 46. Diagram hirarki subelemen kendala utama dalam pengembangan

model pengelolaan Teluk Youtefa……….. ... 130 Gambar 47. Matriks driver power dan dependence elemen kendala utama dalam ..

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa ... 132 Gambar 48. Diagram hirarki subelemen tujuan dalam pengembangan model

pengelolaan Teluk Youtefa ……….. ... 134 Gambar 49. Matriks driver power dan dependence elemen tujuan dalam

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa ………. ... 134 Gambar 50. Diagram hirarki subelemen tolok ukur keberhasilan dalam

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa……… ... 137 Gambar 51. Matriks driver power dan dependence elemen tolok ukur keberhasilan

dalam pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa ... 138 Gambar 52 Diagram hirarki subelemen lembaga yang terlibat dalam

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa ... 140 Gambar 53. Matriks driver power dan dependence elemen lembaga yang

terlibat dalam pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa . ... 141 Gambar 54. Diagram hirarki subelemen kebutuhan dalam pengembangan model

pengelolaan Teluk Youtefa………. ... 143 Gambar 55. Matriks driver power dan dependence elemen kebutuhan dalam

pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa………. ... 143 Gambar 56. Model sumber pencemar, beban pencemar, dan kualitas air Teluk

Youtefa……….. ... 145 Gambar 57. Diagram sub model pengelolaan Teluk Youtefa………. ... 146 Gambar 58. Trend populasi penduduk... ... 147 Gambar 59. Trend lahan tersedia………..……….. ... 148 Gambar 60. Trend penggunaan lahan…..……… ... 149 Gambar 61. Grafik perbandingan perkembangan jumlah penduduk hasil simulasi

dengan kondisi eksisting……… ... 151 Gambar 62. Grafik perbandingan total sumber pencemar hasil simulasi dan aktual 152 Gambar 63. Grafik perbandingan total beban pencemar hasil simulasi dan aktual .. 152 Gambar 64. Trend penduduk dan limbah padat berdasarkan fraksi ... 154 Gambar 65. Trend total sumber pencemar………..………… ... 154 Gambar 66. Sub model penduduk dan total sumber pencemar ... 157 Gambar 67. Nilai kapasitas asimilasi dan perkembangan beban pencemaran \

BOD, dan NO3…… ... 158 Gambar 68. Nilai kapasitas asimilasi dan perkembangan beban pencemaran

PO4, dan NH3……….. ... 159 Gambar 69. Nilai kapasitas asimilasi dan perkembangan beban pencemaran

(27)

Gambar 72. Trend konsentrasi dan nilai baku mutu COD, NH3……… ... 162 Gambar 73. Trend konsentrasi dan nilai baku mutu BOD, NO3………. ... 163 Gambar 74. Sub model kualitas air………..……… ... 164 Gambar 75. Hubungan populasi penduduk dengan daya dukung lingkungan… ... 164 Gambar 76. Prediksi jumlah limbah cair BCOD hasil simulasi skenario

sampai tahun 2036……….. ... 167 Gambar 77. Prediksi jumlah limbah KJA di Teluk Youtefa hasil simulasi skenario

sampai Tahun 2036……….. . 168

Gambar 78. Prediksi jumlah beban limbah babi di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036... ... 170 Gambar 79. Prediksi jumlah beban limbah sapi di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036... ... 171 Gambar 80. Prediksi jumlah beban limbah padat di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036... ... 172 Gambar 81. Prediksi jumlah beban limbah tinja penduduk di Teluk Youtefa hasil

simulasi skenario sampai tahun 2036... ... 174 Gambar 82. Prediksi jumlah beban limbah BCOD di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036………..……… ... 175 Gambar 83. Prediksi jumlah beban limbah padat di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036……….. ... 177 Gambar 84. Prediksi jumlah beban limbah babi di Teluk Youtefa hasil simulasi

skenario sampai tahun 2036………… ... .. 178 Gambar 85. Prediksi jumlah beban limbah sapi di Teluk Youtefa hasil simulasi

(28)

1.Nilai rata-rata kualitas air perairan Teluk Youtefa pada saat pasang surut ... 196 2.Status mutu Kualitas air menurut system nilai storet di perairan

laut untuk biota laut di Teluk Youtefa………. ... 197 2-A. Status mutu kualitas air perairan Teluk Youtefa lokasi pantai abe.. ... 197 2-B. Status mutu kualitas air perairan Teluk Youtefa lokasi abepantai.. ... 198 3. Perhitungan indeks pencemaran (IP) perairan Teluk Youtefa………… ... 199 4. Beban pencemaran sungai acai……… ... 202 5. Beban pencemaran sungai sibhorgoni………. ... 202 6. Beban pencemaran sungai PTC……….. ... 202 7. Beban pencemaran sungai hanyaan……… ... 202 8. Hasil analisis regresi beban pencemaran………. ... 203 9. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen kendala… ... 205 9-A. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen tujuan ... 205 9-B. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen Tolak

ukur ... 206 9-C. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen lembaga

yang terlibat ... 207 9-D. SSIM final (memenuhi syarat transivity rule) untuk elemen dari

program kebutuhan ... 208 10.Trend penduduk dan limbah padat berdasarkan fraksi ... 209 11.Beban sumber pencemar tahun 2006-2036 ... 210 12.Beban pencemar hasil simulasi tahun 2006-2036……… ... 211 13.Kualitas air hasil simulasi tahun 2006-2036 ... 212 14.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah cair ... 213 15.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah KJA. ... 214 16.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah babi ... 215 17.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah sapi ….. 216 18.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah padat ... 217 19.Hasil intervensi fungsional dari fraksi penduduk terhadap limbah tinja ... 218 20.Hasil intervensi struktural dari limbah cair berdasarkan kondisi eksisting ... 219 21. Hasil intervensi struktural dari limbah padat berdasarkan

(29)

Wilayah pesisir merupakan perairan yang sangat penting, baik dipandang dari segi ekologis dan ekonomis serta merupakan penopang sistem ekologi dari biota laut. Karena memiliki nilai ekonomis yang penting bagi kehidupan manusia, kawasan pesisir biasanya menjadi rentan terhadap pengaruh eksternal dari berbagai aktifitas kegiatan manusia. Permasalahan yang selama ini terjadi di pesisir adalah pencemaran dan eutrofikasi. Hal ini telah menjadi isu dan permasalahan beberapa pesisir di Indonesia, seperti pesisir perairan Teluk Jakarta, perairan Taman Nasional Kepulauan Seribu dan tempat lainnya.

Kasus pencemaran yang terjadi di beberapa negara seperti penelitian Dave (2010) di Teluk Maracas pantai Puerto Rico dan Trinidad, bahwa air tidak bisa digunakan lagi sebagai tempat rekreasi karena terkontaminasi tinja manusia yang mengandung Escherichia coli, sehingga tingkat penurunan kualitas air 30-50%. Shumchenia et al ( 2010) mengemukakan bahwa kadar oksigen terlarut 2, 0 mg/L di Teluk Greenwich Rhode Island USA sangat rendah akibat tinja, pellet dan peningkatan sedimen. Penelitian Gecek (2010) di Teluk Bolinao Filippina juga menunjukkan, bahwa akibat peningkatan produksi budidaya perikanan secara intensif di Teluk Bolinao, menyebabkan kondisi teluk berada pada titik berbahaya pada produksi ikan. Disebutkan bahwa penyebabnya akibat pertukaran air lokal dengan air laut sekitarnya pada saat pasang surut. Kemudian peneliatian García, (2010) di Teluk Lorenzo Spayol Utara menunjukkan bahwa asal usul ganggang di perairan bersumber dari proses eutrofikasi yang terjadi di muara sungai telah mempengaruhi tempat untuk mandi, akan bertambah akibat peningkatan eutrofikasi dan pergeseran ganggang dari dasar laut akibat arus. Sedangkan hasil penelitian Swanson (2010) di sungai Forge di Amerika Selatan menunjukkan bahwa akibat limbah peternakan kualitas sungai menurun yang mempengaruhi kualitas air Teluk Moriches.

(30)

mengakibatkan kegagalan telur penyu berembrio pada bulan Oktober tahun 2004. Kemudian hasil penelitian Selanno (2009), bahwa beban pencemaran di Teluk Ambon Dalam dengan indikator NO3 dan PO4 telah melewati baku mutu. Hal

tersebut menandakan masukan beban limbah organik dari sungai ke laut sudah melebihi kapasitas asimilasi. Cornwell, Davis (1998) mengemukakan bahwa sumber titik pencemar dapat bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limpasan perkotaan.

Wilayah pesisir dan lautan mengandung potensi ekonomi yang sangat besar dan beragam, yang belum dimanfaatkan secara efisien dan berkelanjutan. Potensi perekonomian pesisir dan lautan berdasarkan sektor kegiatan meliputi diantaranya: perikanan tangkap, pariwisata bahari dan pantai, perikanan budidaya, industri pengolahan produk perikanan, industri bioteknologi, pertambangan dan energi, perhubungan laut, industri dan jasa maritime, kehutanan (mangrove), dan sumberdaya non-komersial (Dahuri 2008).

Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam di beberapa wilayah pesisir dan lautan akibat kegiatan antropogenik telah mencapai tingkat yang membahayakan daya dukung lingkungan wilayah pesisir. Selain akibat kegiatan

antropogenik , beberapa wilayah pesisir di Indonesia juga rawan terhadap bencana

alam seperti tsunami, gelombang pasang, badai maupun terjadinya gempa bumi. Oleh karena itu, untuk mensejahterakan bangsa, maka kebijakan dan strategi pembangunan kelautan harus mampu menggunakan berbagai potensi yang ada secara efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.

(31)

Kota Jayapura memiliki dinamika pertumbuhan yang cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya pusat-pusat pemukiman, perkantoran, sentra perdagangan, dan pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Jayapura adalah 230.824 jiwa dengan laju pertumbuhan 4,10 % per tahun dengan kepadatan penduduk rata-rata 240/km2 (Laporan Statistik Kota Jayapura, 2008).

Teluk Youtefa terletak dalam kawasan Teluk Yos Sudarso, mencakup beberapa kampung (desa adat) yaitu kampung Tobati, Engross, dan Nafri. Ketiga kampung tersebut memiliki hubungan kekerabatan adat budaya yang sangat erat namun secara administratif terpisah. Secara geografis Teluk Youtefa terletak pada 020 31‟ 00” – 020 42‟ 00” LS dan 1340 37‟ 00” – 1420 48‟ 00” BT dan berbatasan langsung di sebelah barat Distrik Jayapura Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Yos Sudarso, sebelah selatan berbatasan dengan distrik Abepura, dan sebelah utara berbatasan dengan Distrik Jayapura Selatan. Teluk Youtefa luasnya 1.675 Ha (SK Menhut no.714/Kpts/II/1996).

Teluk Youtefa dan sekitarnya memiliki beberapa fungsi dan kegunaan yaitu sebagai daerah perikanan tangkap dan budidaya, jalur transportasi nelayan dan wisata, pelabuhan perikanan tradisional, dermaga perahu nelayan, dan tempat penampungan limbah kegiatan antropogenik yang dapat mempengaruhi daya dukung ekosistem sungai dan ekosistem Teluk Youtefa. Masyarakat, nelayan, dan pemerintah adalah sebagai aktor dalam pengelolaan Teluk Youtefa sendiri. Permasalahan di Teluk Youtefa yang terjadi selama ini terjadi akibat bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan pendidikan rendah, kemiskinan, maupun perilaku sosial dengan berbagai aktivitas yang semakin meningkat seperti penangkapan ikan, Keramba Jaring Apung, transportasi Teluk, permukiman (dalam dan di luar Teluk), perambahan hutan, pembangunan hotel, restoran, pasar, pertanian, (gambar 1). Kegiatan tersebut berdampak pada peningkatan sedimen, kekeruhan air sungai maupun air laut, kenaikan produksi limbah, kenaikan unsur hara, sehingga hasil tangkapan ikan menjadi rendah, vegetasi terganggu, penurunan nilai estetika dan wisata, serta penularan penyakit maupun berkurangnya tempat usaha.

(32)

peningkatan bahan pencemar, peningkatan sampah yang masuk ke teluk akibat buruknya manajemen lahan atas. Oleh karena itu jika perubahan kualitas lingkungan di teluk terjadi, maka diduga komponen biologis di dalamnya akan mengalami perubahan dan ikan bermigrasi maupun mengalami kepunahan. Pencemaran laut tidak hanya mematikan biota dan ekosistem laut, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, merusak nilai estetika atau keindahan laut serta mengancam fungsi ekosisten teluk. Jika terjadi pencemaran di Teluk Youtefa, maka secara umum akan mengganggu seluruh aktivitas sosial ekonomi kota Jayapura dan secara khusus Teluk Youtefa.

Menurut Bapedalda Papua (2007), bahwa di Teluk Youtefa telah terjadi peningkatan limbah cair maupun limbah padat yang masuk ke Teluk Youtefa. Pencemaran di Teluk Youtefa harus dikendalikan, supaya tidak melampaui kapasitas asimilasi atau tidak terjadi pencemaran akibat pasokan limbah. Kemudian jika terjadi pencemaran, maka strategi apa yang diusulkan guna mengatasi permasalahan pencemarannya. Oleh karena itu, selain kajian kondisi fisik maupun kimia, maka aspek aspek ekonomi budaya, hukum dan kelembagaan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pengelolaan Teluk Youtefa.

Pengelolaan Teluk Youtefa agar tetap lestari perlu melibatkan multi

stakeholder yaitu pelaku usaha, baik yang berusaha di Teluk Youtefa maupun di

luar kawasan Teluk Youtefa, dinas perikanan dan kelautan, LSM, nelayan dan non nelayan, perguruan tinggi, serta didukung kualitas sumber daya manusia, kelembagaan, infrastruktur, regulasi, dan penegakan hukum.

(33)

AKTIVITAS DI HULU

Gambar 1. Kerangka kompleksitas masalah Komflik kepentingan,

perilaku sosial masyarakat, SDM

terbatas Permukiman

penduduk

Industri rumah tangga

Bahan Galian C

Perambahan hutan

Perdagangan, pengolahan kayu

RS, Hotel, Kantor

Pasar Youtefa

Pertani an

Bahan pencemar

Sungai Acai Sungai Sibhorgoni Sungai PTC Entrop Sungai Hanyaan

Beban pencemaran, Kapasitas asimilasi Di atas baku mutu

DAMPAK YANG DITIMBULKAN

AKTIVITAS DI TELUK: Budidaya KJA, Permukiman, Wisata, Transportasi, Nelayan

(34)

1.2. Perumusan masalah

Pemanfatan Teluk Youtefa dan sekitarnya semakin meningkat oleh masyarakat, nelayan, dan pemerintah untuk kegiatan antropogenik yang dapat mempengaruhi daya dukung ekosistem sungai, dan ekosistem Teluk Youtefa. Masyarakat, nelayan, dan pemerintah adalah sebagai aktor dalam pengelolaan Teluk Youtefa. Permasalahan di Teluk Youtefa yang terjadi selama ini, terjadi akibat bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan pendidikan rendah, kemiskinan, maupun perilaku sosial dengan berbagai aktivitas yang semakin meningkat seperti penangkapan ikan, keramba jaring apung, transportasi teluk, permukiman (dalam dan di luar Teluk Youtefa), perambahan hutan, hotel, restoran, dan pasar yang belum terkelola dengan baik. Kegiatan tersebut berdampak pada peningkatan sedimen, kekeruhan air sungai maupun air laut, kenaikan produksi limbah, kenaikan unsur hara, sehingga hasil tangkapan ikan menjadi rendah, vegetasi terganggu, penurunan nilai estetika dan wisata, serta penularan penyakit maupun berkurangnya tempat usaha.

Gambaran tersebut di atas tentunya akan mempengaruhi aspek nilai estetika maupun aspek lingkungan Teluk Youtefa secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa berbagai masalah yang diuraikan di atas adalah karena tingginya intensitas antropogenik. Kemudian kurangnya kesadaran masyarakat maupun yang terlibat langsung dalam penggunaan Teluk untuk memelihara lingkungan perairan yang baik untuk keberlanjutan Teluk Youtefa.

Hasil survey yang pernah penulis lakukan bahwa, sumber pencemar yang potensial sebagai penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan Teluk Youtefa adalah aktivitas permukiman, sentra perekonomian, peternakan, pertanian, keramba jaring apung, dan sampah. Tuntutan pembangunan memacu pemerintah dan pihak swasta terus meningkatkan sarana dan prasarana yang berpotensi menghasilkan limbah. Uraian tersebut di atas, mendeskripsikan permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(35)

Youtefa akibat masuknya bahan pencemar kemungkinan terjadi karena aktivitas yang dilakukan selama ini tidak terkontrol secara baik, (gambar 2). Hal ini diduga terjadi akibat kurangnya koordinasi antar stakeholder, penegakan hukum yang tidak tepat, dan kesadaran masyarakat yang rendah. Kondisi seperti ini akan mengganggu fungsi lain seperti pencemaran, sehingga diperlukan pengelolaan secara holistik dengan pendekatan sistem. Oleh karena itu, beberapa pertanyaan pada penelitian ini perlu dijawab adalah:

1. Bagaimana kondisi eksisting kualitas perairan Teluk Youtefa pada saat pasang surut berdasarkan parameter: suhu, TSS, pH, DO, BOD, NO3, NH3, dan PO4 ?

2. Bagaimana status pencemaran dan indeks pencemaran perairan Teluk Youtefa 3. Bagaimana beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time perairan

Teluk Youtefa?

4. Bagaimana strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa?

5. Bagaimana mengembangkan model kelembagaan pengelolaan perairan Teluk Youtefa?

6. Bagaimana membangun model system dinamik pengelolaan perairan Teluk Youtefa?

Gambar 2. Skema perumusan masalah

Aktor Faktor Aktivitas Masalah

1.Masyarakat 2..Kualitas, status dan

indeks pencemaran TY

3. Beban pencemaran & kapasitas asimilasi,

flushing time TY 4. Strategi pengendalian

(36)

1.3. Tujuan

Sebagai tujuan antara penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kondisi eksisting kualitas perairan Teluk Youtefa pada saat pasang dan surut berdasarkan parameter: suhu, TSS, pH, DO, BOD, NO3,

NH3, dan PO4;

2. Mengetahui status dan indeks pencemaran perairan Teluk Youtefa;

3. Mengetahu, beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time

perairan Teluk Youtefa;

4. Mengetahui strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa; 5. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan perairan Teluk Youtefa;

Sedangkan tujuan utama adalah: Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa.

1.4. Kerangka Pemikiran

Teluk Youtefa merupakan perairan pesisir yang sangat potensial secara ekologis dan ekonomis. Potensial karena sebagai daerah perikanan bagi masyarakat, lokasi tempat wisata, kaya akan vegetasi mangrove, dan jalur transfortasi masyarakat antar kampong. Potensi lain yang dapat mendukung perkembangan di Teluk Youtefa adalah daerah transit menuju perbatasan PNG, berdekatan dengan tugu Macatur dan Teluk Yos Sudarso serta prospek ke depannya didukung dengan pemekaran wilayah Kabupaten Keerom, Kabupaten Sarmi, dan Kabupaten lain.

(37)

Pertumbuhan penduduk konsekwensinya akan semakin meningkatkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal. Apabila tidak ada pengendalian terhadap penggunaan lahan dalam sistem daerah aliran sungai, maka dapat menyebabkan peningkatan sedimen. Kemudian jika pembukaan lahan terus untuk pemukiman, akan meningkatkan sedimen di Teluk Youtefa jika tidak disertai dengan upaya pendekatan ekologis seperti konservasi tanah dan air.

Berbagai aktivitas manusia (Antropogenik) di sekitar Teluk Youtefa seperti budidaya ikan, aktivitas pertanian, dan pembukaan lahan-lahan baru untuk kegiatan domestik, mempengaruhi keseimbangan Teluk Youtefa. Lahan di sekitar Teluk Youtefa banyak mengalami alih fungsi terutama untuk pemukiman. Hal tersebut disebabkan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan kebutuhan terhadap lahan yang sebelumnya hutan dan pertanian. Kegiatan pembangunan di kawasan Teluk Youtefa semakin meningkat seperti pembangunan fasilitas pemerintah kota Jayapura, pembangunan pasar youtefa, PTC Entrop, perumahan skayland kurnia, industri perhotelan, Saga mall abepura, swalayan matahari, perumahan uncen kali acai, industri pengolahan kayu, rumah sakit Polda. Sementara kegiatan penggunaan lahan di dalam Teluk Youtefa adalah budidaya ikan dan permukiman.

Segala aktivitas pemanfaatan lahan di sekitar Teluk Youtefa dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, faktor nelayan, tingkat pendapatan, kesejahteraan masyarakat rendah akan meningkatkan perambahan hutan yang mempengaruhi Teluk Youtefa.

(38)

Gambar 3. Kerangka pemikiran

Isu & Permasalahan

Penggunaan lahan

Limbah industri, permukiman

Industri Jasa

Pertambahan penduduk

Keramba Jaring Apung (KJA)

Pasar modern, pasar kaget

Pencemaran sungai, laut

Obyek wisata

TELUK Potensi

Sumber daya

Pengelolaan

Ekologis: 1. Daya dukung 2. Potensi 3. Pencemaran

Ekonomi: 1.Sumberdaya

perikanan 2.O.Wisata

Sosial: 1. Kelembagaan

2. Kebijakan 3. Regulasi

Ipteks: 1. Metode analisis data 2. Disain model dinamik 3. Pengembangan SDM

PENGELOLAAN TELUK YOUTEFA SECARA

BERKELANJUTAN

Arahan kebijakan kelembagaan

(39)

Penerapan pendekatan sistem dalam pengelolaan Teluk Youtefa pada hakekatnya untuk harmonisasi dari aspek ekonomi, aspek biofisik ekologi dan aspek sosial budaya, sehingga indikator pengelolaan Teluk Youtefa tidak hanya dilihat dari kelayakan ekonomi dan tidak merusak lingkungan, tetapi juga harus dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Hal ini sejalan dengan konsep triple bottom line yakni pembangunan tidak hanya dilihat dari nilai tambah ekonomi saja tetapi harus memperhatikan nilai tambah sosial dan lingkungan agar pengelolaan Teluk Youtefa menjadi lestari. Overlaping antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa adanya keterpaduan yang kokoh antara ketiga aspek tersebut dalam pembangunan pada umumnya atau secara khusus dalam pengelolaan Teluk Youtefa.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan model pengelolaan Teluk Youtefa secara terpadu dengan pendekatan sistem.

Manfaat praktis: Penelitian ini adalah untuk memberikan suatu masukan bagi para pengambil kebijakan seperti dinas kelautan dan perikanan, bappeda, badan lingkungan hidup, dinas pekerjaan umum, balai DAS mamberamo, dinas kesehatan, dinas kehutanan, LMA, ondoapi, kepala suku di bidang pengelolaan Teluk Youtefa, sehingga dapat mengambil kebijakan secara cepat, tepat dan akurat.

Manfaat teoritis akademis: dari segi teoritis akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan bagi para peneliti lain yang akan melakukan pengkajian pengelolaan Teluk Youtefa dengan pendekatan sistem.

1.6. Novelty

(40)

Tabel 1. Penelitian di luar Teluk Youtefa dan nilai kebaruan penelitian peneliti

1.Menganalisis beban penc& menentukan status penc Teluk Ambon Dalam

2.Menganalisis kapasitas asimilasi

3.Menganalisis pola & tingkat sedimentasi wilayah pesisir dan laut Teluk Banten yang menjamin terjadinya sinergi yang

menguntungkan semua

stakeholders tanpa

mengabaikan prinsip

konservasi lingkungan 2.Merancang model interaksi

antar variable di Teluk Banten

1.Mengetahui kondisi

eksisting status

pencemaran Teluk Youtefa pada saat pasang dan surut;

2.Mengetahui beban

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa

Membuat keserasian dan

keseimbangan kawasan

perencanaan Teluk Kelabat guna menciptakan lingkungan yang sehat, teratur, aman dan efisien. Selain itu dapat memberikan fasilitas dan pelayanan yang memadai, tepat & memenuhi persyaratan. Selanjutnya menciptakan keharmonisan spasial untuk

mendukung pengelolaan

berkelanjutan bagi

kesejahteraan masyarakat

1.Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks

pencemaran Teluk

3.Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa 4.Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa

1. Karakteristik biofisik dan kelayakan bioteknis perairan pesisir Teluk Awarange

(41)

2004) perairan Teluk

untuk pengem budidaya bandeng dalam KJA

2.Beban limbah organik, N dan P yang berasal dari KJA bandeng di laut dan yang berasal dari kegiatan

non-KJA disekitar Teluk

Awarange

3.Daya dukung lingkungan perairan Teluk Awarange bagi pengembangan budi daya bandeng dalam KJA di laut

4.Pemodelan pada pengelolaan budidaya bandeng dalam KJA di laut

indeks pencemaran Teluk Youtefa;

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa dan kendala sumberdaya, baik sumberdaya alam,

sumberdaya manusia,

sumberdaya buatan maupun sumberdaya social yang ada di wilayah pesisir

2. Menyusun rencana tata ruang wilayah pesisir dan laut Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa besar melalui pendekatan system dinamik

dengan memanfaatkan

sumber daya wilayah pesisir secara optimal yang

kapasitas, asimilasi, dan

flushing time Teluk

Youtefa

3.Strategi pengendalian penc Teluk Youtefa;

4.Mengembangkan model kelembagaan peng Teluk Youtefa;

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa

1.Faktor-faktor apakah yg menyebabkan pendangkalan Teluk Kendari dan berapa besar kontribusi setiap faktor penyebab tersebut

2.Berapa besar dampak (fisik & ekonomi) pendangkalan teluk terhadap aktivitas ekonomi wilayah teluk

3.Bentuk kebijakan atau strategi apa yang dapat diterapkan

dalam penanggulangan

pendangkalan Teluk Kendari

1.Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;

2.Mengetahui beban

pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time Teluk Youtefa

5.Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa

1.Menentukan kelas kesesuaian kepulauan Derawan bagi kegiatan pariwisata pantai dan pariwisata bahari berdasarkan kondisi fisik

(42)

pembangunan

2.Untuk memperkirakan daya dukung fisik kepulauan derawan dalam menunjang kegiatan pariwisata pantai dan pariwisata bahari

3.Untuk menelaah dampak kegiatan pariwisata bagi masyarakat lokal dan wilayah.

5.Membangun model sistem dinamik pengel Teluk Youtefa

Tabel 2. Penelitian sebelumnya di Teluk Youtefa dan kebaruan penelitian peneliti

1 2 3 4 5

pengembangan Taman Wisata Teluk Youtefa

4. Mengkaji kesesuaian aktifitas Kawasan Taman Wisata Teluk Youtefa

5. Menghasilkan arahan strategi pemanfaatan kawsan Taman Wisata Teluk Youtefa asimilasi, flushing time Teluk Youtefa

(43)

Membangun model

Jenis dan geometri akuifer 1.Mengetahui kondisi eksisting pada saat asimilasi, flushing time Teluk Youtefa

Analisis terumbu karang 1.Mengetahui kondisi eksisting pada saat asimilasi, flushing time Teluk Youtefa

1. Menganalisis potensi sumber daya kawasan Teluk Youtefa 2. Menginventarisir partisipasi &

keterlibatan masyarakat dalam

melakukan pemanfaatan

perikanan & sumber daya Teluk Youtefa secara berkelanjutan 3. Potensi sumber daya kawasan

Teluk Youtefa berdasarkan wilayah & jenis komponen asimilasi, flushing time Teluk Youtefa

3.Strategi pengendalian

pencemaran Teluk

(44)

kimia, lingkungan, perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengelolaan perikanan, & aspek ekonomi perikanan, wisataa, budaya.

4.Mengembangkan model kelembagaan

pengelolaan Teluk Youtefa;

Membangun model

sistem dinamik

pengelolaan Teluk Youtefa

Berdasarkan uraian pada tabel 1 dan tabel 2, bahwa ada perbedaan antara peneliti terdahulu dengan disertasi peneliti, baik di luar dan di Teluk Youtefa. Perbedaan disertasi ini dengan penelitian lain terdapat pada kolom ke 5.

Novelty (Kebaruan Penelitian):

(45)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah: upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum, (UUPPLH No. 32 Tahun 2009).

2.2. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pe-ngelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Keterpaduan

(integration) mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis (Dahuri et al, 2008)

Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu (horizontal integration)', dan antar tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai tingkat pusat (vertical integration).

(46)

maupun laut lepas (oceans). Kondisi empiris seperti ini mensyaratkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu (PWPLT) harus memperhatikan segenap keterkaitan ekologis (ecological linkages) tersebut yang dapat mempengaruhi suatu wilayah pesisir.

Mengingat bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari tiga tahap utama: perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi; maka nuansa keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi. 2.2.1. Perencanaan terpadu

Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaan pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, (Dahuri et al, 2008). Perencanaan terpadu biasanya dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan dan mengoptimalkan antara kepentingan untuk memelihara lingkungan, keterlibatan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Seringkali, keterpaduan juga diartikan sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan di wilayah pesisir dan lautan yang meliputi: pengumpulan dan analisis data, perencanaan, implementasi, dan kegiatan konstruksi (Sorensen, 1990) diacu dalam Dahuri et al, (2008).

(47)

setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan lautan.

Pada tataran konsultatif, segenap aspirasi dan kebutuhan para pihak yang terlibat (stakeholders) atau terkena dampak pembangunan sumber daya pesisir dan lautan hendaknya diperhatikan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Tataran koordinasi mensyaratkan diperlukannya kerjasama yang harmonis antar semua pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan, baik itu pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum.

2.2.2. Keterpaduan ekologis

Antara lahan atas (daratan) dan laut, secara keruangan dan ekologis wilayah pesisir memiliki keterkaitan. Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara daratan dan laut. Karena keterkaitan kawasan tersebut, maka pengelolaan kawasan pesisir dan laut tidak terlepas dari pengelolaan lingkungan yang dilakukan di kedua kawasan tersebut. Berbagai dampak lingkungan yang mengenai kawasan pesisir dan laut adalah akibat dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan atas seperti penggunaan lahan permukiman, peternakan, perkebunan, kehutanan, industri, perkantoran dan sebagainva, demikian juga dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti kegiatan pengeboran minyak lepas pantai dan perhubungan laut (Dahuri, 2008)

Pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh antropogenik di hulu tidak dapat hanya dilakukan di kawasan di pesisir saja, melainkan harus dilakukan mulai dari sumber dampaknya. Oleh karena itu, pengelolaan di wilayah pesisir harus diintegrasikan dengan wilayah daratan dan laut serta daerah aliran sungai menjadi satu kesatuan dan keterpaduan pengelolaan. Pengelolaan yang baik di wilayah pesisir akan terganggu jika tidak diimbangi dengan perencanaan DAS yang baik pula.

2.2.3. Keterpaduan sektor

(48)

pembangunan yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut, maka akibatnya, seringkali terjadi tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut antar satu sektor dangan sektor lainnya. Oleh karena itu, supaya pengelolaan sumberdaya alam di kawasan pesisir dapat dilakukan secara optimal dan berkesinambungan, maka dalam perencanaan pengelolaan harus mengintegrasikan semua kepentingan sektoral. Kegiatan suatu sektor tidak dibenarkan mengganggu, apalagi sampai mematikan kegiatan sektor lain. Keterpaduan sektoral ini, meliputi keterpaduan secara horisontal (antar sektor) dan keterpaduan secara vertikal (dalam satu sektor). Oleh karena itu, pengelolaan di kawasan pesisir secara terpadu sangat perlu dilakukan untuk menghindari benturan dan tingkat kepentingan antara stakeholder (Mukhtasor, 2007)

2.2.4. Keterpaduan disiplin ilmu

Karasteristik wilayah pesisir dan laut adalah unik, baik sifat dan karakteristik ekosisitem pesisir, maupun sifat dan karasteristik sosial budaya masyarakat pesisir. Sehingga dalam mengkaji wilayah pesisir dan laut tidak hanya diperlukan satu disiplin ilmu saja tetapi dibutuhkan berbagai disiplin ilmu yang menunjang sesuai dengan karakteristik pesisir dan lautan tersebut. Dengan sistem dinamika perairan pesisir yang khas, dibutuhkan disiplin ilmu khusus pula, seperti ilmu hidrologi, ilmu perairan, hidrooseanografi, dinamika oseanografi, perikanan, ilmu pertanian, ilmu MIPA, ekologi, keteknikan, hukum, sosiologi, dan ilmu kebijakan lingkungan disertai keragaman analisis (Dahuri 2005)

2.2.5. Keterpaduan sistem

Dalam beberapa hal, perubahan yang terjadi bukanlah sesuatu yang mudah untuk dipelajari karena keterkaitan antar komponen yang sangat kompleks. Sebagai contoh, pembuangan limbah secara langsung ke badan perairan secara terus ke sungai, akan mengakibatkan perubahan fisik,kimia, dan biologi di sungai maupun di pesisir. Hal tersebut menyebabkan perubahan fungsi sungai dan pesisir sehingga menyebabkan pencemaran atau degradasi ekosistem pesisir. Selain itu akan mempengaruhi aspek ekonomi dan sosial.

(49)

menyeluruh, karena keterkaitan antar komponen yang satu dengan lainnya. Oleh sebab itu, dalam menangani suatu masalah, harus menyelesaikannya tidak hanya pada suatu tempat kejadian dan waktu tertentu, namun pada skala yang lebih luas baik secara spasial maupun temporal. Pada kasus pembuangan limbah di atas, dampaknya tidak langsung terjadi seketika, namun dapat terjadi pada masa yang akan datang setelah bahan pencemar mencapai titik kritis tertentu (Hartisari, 2007) Pendekatan sistem merupakan cara pandang yang bersifat menyeluruh (holistic) yang memokuskan pada integrasi dan keterkaitan antar komponen. Pendekatan ini dapat mengubah cara pandang dan pola berpikir dalam menangani permasalahan dengan menggunakan model yang merupakan penyerhanaan dari sebuah sistem (Eriyatno, 2003)

2.2.6. Keterpaduan kebijakan

Kebijakan muncul dan diperlukan dalam masyarakat yang relatif maju dan menghadapi permasalahan yang kompleks dalam mengatur perilaku anggota masyarakat dalam aktivitas tertentu. Oleh karena itu kebijakan dapat menghasilkan suatu perubahan yang nampaknya tidak mungkin terjadi menjadi mungkin

(50)

dengan perubahan-perubahan sosial dan transformasi politik dan kebijakan yang terus menerus untuk melayani tujuan-tujuan demokrasi. Kemudian menurut E.S Quade dalam Dunn, W (2003) bahwa analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari pusat pembuat kebijakan dalam membuat keputusan.

Keterpaduan kebijakan sangat esensial untuk menjamin konistensi dari program pengelolaan pesisir terpadu dalam konteks kebijakan pemerinah pusat dan daerah serta untuk memelihara koordinasi. Tujuan akhir adalah mengintegrasikan program pengelolaan pesisir secara terpadu ke dalam rencana pembangunan ekonomi dan strategi penyuluhan pesisir harus dapat merupakan perubahan yang terjadi di wilayah pesisir dan konsisten dengan tujuan pembangunan ekonomi nasional

Untuk mewujudkan pengelolaan terpadu, para stakeholder yang terkait dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan harus mengetahui kegiatan apa saja yang dapat dan tidak dapat dipadukan, dan bagaimana cara memadukannya (Aunuddin et al. 2001) diacu dalam Rofiko, (2005)

2.2.7. Keterpaduan stakeholder

Suatu keterpaduan bisa berhasil bila diterapkan atau ditunjang oleh keterpaduan dari pelaku dan pengelola pembangunan di kawasan pesisir di laut

(stakeholder). Pelaku pembangunan dan pengelola sumber daya alam wilayah

pesisir dan laut antara lain terdiri dari pemerintah pusat dan daerah), masyarakat pesisir, swasta/investor dan juga lembaga swadaya masyarakat yang masing-masing mempunyai tingkat kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya alam di pesisir. Perencanan pengelolaan terpadu harus mengakomodir segenap kepentingan pelaku pembangunan sumber daya pesisir dan laut. Oleh karena itu. perencanaan pengelolaan pembangunan harus menggunakan pendekatan dua arah, yaitu pendekatan "top down" dan pendekatan "bottom up" (Dahuri, 2005)

(51)

keterpaduan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu keterpaduan sistem, keterpaduan fungsi dan keterpaduan kebijakan.

2.2.8. Keterpaduan fungsional

Keterpaduan fungsional diperlukan dalam pengelolaan pesisir dan lautan yang berkaitan dengan hubungan antara berbagai kegiatan pengelolaan seperti koordinasi mengenai program dan proyek supaya sesuai dengan tujuan dan sasaran pengelolaan. Keterpaduan juga mengupayakan supaya tidak terjadi duplikasi proyek diantara stakeholder yang terlibat, tetapi saling melengkapi. Keterpaduan fungsional merupakan salah satu bentuk efektif dalam penyusunan zonasi pesisir yang mengalokasikan pemanfaatan sumberdaya secara spesifik. 2.3. Perencanaan secara sektoral

Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral biasanya berkaitan dengan hanya satu macam pemanfaatan sumber daya atau ruang pesisir oleh satu instansi pemerintah untuk memenuhi tujuan tertentu, seperti perikanan tangkap, tambak, pariwisata, pelabuhan, atau industri minyak dan gas. Pengelolaan semacam ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar sektor yang berkepentingan yang melakukan aktivitas pembangunan pada wilayah pesisir dan lautan yang sama. Selain itu, pendekatan sektoral semacam ini pada umumnya tidak atau kurang mengindahkan dampaknya terhadap yang lain, sehingga dapat mematikan usaha sektor lain. Contohnya kegiatan industri yang membuang limbahnya ke lingkungan pesisir dapat mematikan usaha tambak, perikanan tangkap, pariwisata pantai dan membahayakan kesehatan manusia (Dahuri 2005)

2.4. Dimensi pembangunan berkelanjutan.

(52)

dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin kebutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Di sisi lain menurut Djajadiningrat (2001) pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang. Kemudian lebih lanjut disebutkan bahwa keberlanjutan (sustainability) adalah "memberikan/meninggalkan kepada generasi yang akan datang kesempatan sebanyak mungkin selain yang telah kita miliki." Dengan mengartikan kesempatan sebagai kekayaan per kapita atau modaltentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Dalam konsep ini, terkandung dua gagasan penting yaitu: gagasan kebutuhan esensial

untuk memberlanjutkan kehidupan manusia dan gagasan keterbatasan yang

bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan.

PBBL (PSDA & LH)

TUJUAN SOSIAL: 1. Pemberdayaan 2. Peranserta 3. Kebersamaan 4. Mobilitas 5. Identitas budaya

6. Pembinaan Kelembagaan 7. Pengentasan kemiskinan

TUJUAN EKOLOGIS:

1. Identitas & tingkat keutuhan ekosistem 2. Pelestarian keanekaragaman hayati 3. Daya dukung SDA & LH

4. IPTEK-bersih (ramah LH & hemat SDA) 5. Tanggapan isyu global

TUJUAN EKONOMI: 1. Pertumbuhan 2. Pemerataan 3. Eko-efisiensi 4. Stabilitas

TRI- SISTIM DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN (PBBL)

(53)

2.4.1. Dimensi ekologis

Pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir secara berkelanjutan berarti bagaimana mengelola segenap kegiatan pembangunan yang terdapat di suatu wilayah yang berhubungan dengan wilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsionalnya. Setiap ekosistem alamiah, termasuk wilayah pesisir, memiliki 4 fungsi pokok bagi kehidupan manusia: (1) jasa-jasa pendukung kehidupan, (2) jasa-jasa kenyamanan, (3) penyedia sumber daya alam, dan (4) penerima limbah (Ortolano, 1984) diacu dalam Dahuri et al, (2008).

Jasa-jasa pendukung kehidupan (life support services) mencakup berbagai hal yang diperlukan bagi eksistensi kehidupan manusia, seperti udara dan air bersih serta ruang bagi berkiprahnya segenap kegiatan manusia. Jasa-jasa kenyamanan (amenity services) yang disediakan oleh ekosistem alamiah adalah berupa suatu lokasi beserta atributnya yang indah dan menyejukkan yang dapat dijadikan tempat berekreasi serta pemulihan kedamaian jiwa. Ekosistem alamiah juga menyediakan sumber daya alam yang dapat dikonsumsi langsung atau sebagai masukan dalam proses produksi. Sedangkan fungsi penerima limbah dari suatu ekosistem adalah kemampuannya dalam menyerap limbah dari kegiatan manusia, hingga menjadi suatu kondisi yang aman. Dari keempat fungsi ekosistem alamiah tersebut, dapat dimengerti bahwa kemampuan dua fungsi yang pertama sangat bergantung pada dua fungsi yang terakhir. Hal ini berarti bahwa jika kemampuan dua fungsi terakhir dari suatu ekosistem alamiah tidak dirusak oleh kegiatan manusia, maka fungsinya sebagai pendukung kehidupan dan penyedia jasa-jasa kenyamanan dapat diharapkan tetap terpelihara (Ortolano, 1984) diacu dalam Dahuri et al, (2008).

Gambar

Gambar 1. Kerangka kompleksitas masalah
Gambar 2. Skema perumusan masalah
Tabel 1. Penelitian di luar Teluk Youtefa dan nilai kebaruan penelitian peneliti
Tabel 3. Analisis kebutuhan Aktor/Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Gubernur Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan Keputusan,

Peserta Pengadaan berkewajiban untuk menyerahkan Surat Jaminan Pelaksanaan dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah SPPB diterbitkan dengan nilai nominal tidak kurang

Di Indonesia, penelitian mengenai fauna nyamuk yang sampai sekarang dianggap sebagai penelitian yang sangat berguna bagi para pakar sistemik nyamuk dunia, adalah penelitian

Saat Teduh adalah waktu khusus yang kita persiapkan dan sediakan untuk menjalin relasi (berkomunikasi, berbicara) dengan Tuhan, baik melalui doa, pembacaan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, yang akan dilihat bagamana pelaksanakan program pemerintah berupa Sekolah Standar Nasional (SSN), yang

Hasil implementasi dari pengenalan api untuk sistem pendeteksian memiliki tingkat presentase keberhasilan melalui 4 percobaan dari masing-masing ruangan berdasarkan citra api

Dana transfer yang terus mengalami peningkatan setiap tahun sementara jika dibandingkan dengan angka kemiskinan yang masih tinggi tentunya menyisakan beberapa