• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan analisis sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.15. Pengembangan analisis sistem

2.15.1. Tahapan pendekatan sistem

Masalah pengelolaan Teluk Youtefa harus melibatkan banyak pihak yaitu masyarakat, industri, usaha, pemerintah, dinas perikanan, dinas kehutanan, dinas kesehatan, dinas pariwisata, dan LSM. Karena Teluk Youtefa merupakan suatu sistem yang terdiri dari sumber daya yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan, sumber daya dana yang merupakan satu kesatuan dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dalam pengelolaan Teluk Youtefa perlu pendekatan sistem dengan memperhatikan keterpaduan dan keberlanjutan.

Melihat banyaknya pihak yang terlibat, maka masalah pengelolaan Teluk Youtefa menjadi masalah yang kompleks. Alternatif pendekatan yang cocok adalah pendekatan holistik yang melibatkan seluruh pihak secara terpadu. Pendekatan sistem dengan multidisiplin ilmu merupakan alternatif terbaik bagi penyelesaian masalah pengelolaan Teluk Youtefa yang kompleks tersebut. Hal ini karena melalui pendekatan sistem, akan dapat diidentifikasi kebutuhan seluruh pihak terkait (stakeholder), sehingga dapat dicari satu penyelesaian holistik dan terpadu yang dapat memberikan hasil lebih efektif.

Dalam pendekatan sistem dilakukan beberapa tahap proses yang terdiri dari analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi dan validasi model serta implementasi. Pelaksanaan semua tahapan tersebut dalam satu ketentuan kerja merupakan analisis sistem (Eriyatno 1999 dan Hartisari 2007). Sistem model dinamik merupakan salah satu pendekatan sistem yang memiliki beberapa keunggulan antara lain : 1) dapat menyederhanakan model masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana, dan 2) adanya umpan balik (feed back) dalam model (Muhamadi 2000 dan Kholil 2005). Dalam pengembangan model dinamik, penggunaan perangkat lunak (soft ware tool) computer sangat diperlukan. Melalui perangkat lunak powersim dapat dilakukan simulasi terhadap model yang telah dikembangkan untuk melihat trend (pola) sistem pada masa yang akan datang seiring perubahan waktu. Sehingga perubahan (perbaikan) yang diperlukan untuk mendapatkan sistem model yang

diinginkan dapat dilakukan. Ada dua jenis perbaikan yang dapat dilakukan : a) perbaikan struktural, yakni dengan melakukan penyempurnaan model (menambah/mengurangi), dan b) perbaikan fungsional, yakni dengan melakukan penyempurnaan unsur – unsur sistem. Ada dua pertimbangan dasar yang harus dipikirkan dalam melakukan perbaikan (baik perbaikan struktural maupun fungsional), yaitu: a) feasibility b) desirability. Feasibility menekankan bahwa perbaikan dilakukan agar model dapat dilaksanakan dalam dunia nyata (real world), sedangkan desirability menekankan perbaikan model dilakukan agar dapat didukung oleh semua unsur dan sumber daya.

2.15.2. Analisis kebutuhan

Analis kebutuhan merupakan tahap awal dari rangkaian proses pengembangan sistem model. Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan setiap pelaku (aktor) yang terlibat dalam pengelolaan Teluk Youtefa berdasarkan kajian pustaka/empiris, stakeholder yang terlibat disajikan dalam Tabel 3. Berdasarkan aktor yang terlibat, ada dua jenis kebutuhan yang terkait dengan pengelolaan Teluk Youtefa : a) kebutuhan masing – masing individu (individual needs) yang dapat mengarah pada conflict of interest, dan kebutuhan bersama (common needs) yang menjadi masalah bersama (common problem). Pemodelan sistem Analisis kebutuhan Mulai Formulasi masalah Identifikasi sistem A Selesai

Verifikasi dan validasi

Implementasi

A

Tabel 3. Analisis kebutuhan Aktor/Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan Teluk Youtefa.

No Aktor/Stakeholder Kebutuhan

1

Masyarakat nelayan

1) Kualitas dan kesejahteraan sumberdaya/manusia meningkat 2) Harga jual ikan hasil tangkapan menguntungkan

3) Produktivitas nelayan meningkat 4) Terbukanya lapangan pekerjaan

5) Tersedianya lahan untuk usaha budidaya ikan 6) Produksi budidaya KJA meningkat

7) Pemasaran yang baik dengan harga yang tinggi 8) Peningkatan pendapatan dan kontuinitas permintaan 9) Tersedianya sarana produksi dan harga jual ikan yang tinggi 10) Tersedianya sarana & prasarana perikanan yang memadai 11) Tidak tercemar dan dangkal teluk

12) Pemukiman diatas Teluk 2

Masyarakat umum 1) Stabilitas politik lokal yang kondusif 2) Lingkungan teluk yang bersih. 3

LMA, Ondoapi, Kepala suku

1) Produktivitas tangkapan ikan meningkatk lokal yang kondusif 2) Tidak terjadi pencemaran

3) Teluk lestari dan berkelanjutan 4

Dinas perikanan

1) Fungsi teluk lestari

2) Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat/nelayan 3) Terbuka lapangan kerja

4) Kontunuitas produksi ikan 5

Dinas kehutanan

1) Fungsi hutan lestari

2) Tidak adanya aktivitas perambahan hutan dan erosi diminimalkan

6

Dinas kesehatan

1) Produksi ikan terjamin mutunya

2) Kesehatan lingkungan masyarakat terjamin 3) Gizi masyarakat terjamin

7

Dinas pariwisata

1) Sarana rekreasi/ekowisata 2) Nilai estetika teluk baik 3) Pendapatan daerah naik 8

Lembaga keuangan 1) Keamanan dan keuntungan usaha

2) Resiko kegagalan pengembalian pinjaman modal kecil 9

Pengusaha 1) Kemitraan dan ketersediaan bahan baku

2) Daya saing kompetitif, dan iklim usaha yang kondusif 10

LSM

1) Lingkungan sehat dan tidak ada konflik soaial 2) Transparansi dan pemerintahan yang bersih

3) Keamanan, dan kesejahteraan masyarakat meningkat 11

Jasa tranportasi 1) Keamanan berusaha

2) Kerjasama pedagang atau nelayan 12

Perguruan tinggi 1) Kegiatan penelitian 2) Kegiatan praktek lapangan 2.15.3. Formulasi Masalah

Formulasi masalah dibuat karena adanya konflik kepentingan (conflict of interest) diantara para stakeholder terhadap ketersediaan suatu sumberdaya dalam mencapai tujuan system (Eriyatno 2003). Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut, maka dalam upaya pengelolaan teluk secara lestari, ada permasalahan yang mengancam kelangsungan teluk adalah:

1. Rusaknya fungsi ekologis: rusaknya fungsi ekologis TeluktahYoutefa dapat disebabkan oleh meningkatnya beban pencemaran, dan sedimentasi sehingga menyebabkan turunya kualitas air teluk. Hal ini akan menyebabkan rusaknya fungsi ekologis teluk sebagai: 1) sumber plasma nuftah; 2) tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna; 3) Tempat hidup biota air; 4) pengendali banjir; 5) rekreasi/wisata; 6) tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah; 7) memelihara iklim mikro, dimana keberadaan ekosistem teluk dapat mempengaruhi kelembaman dan tingkat curah hujan setempat; 8) sarana tranportasi

2. Lemahnya regulasi: lemahnya regulasi dalam pengelolaan teluk disebabkan oleh belum ditegakkannya undang – undang, sehingga aktivitas pencemaran di teluk dan perambahan hutan di sekitar teluk terus berlangsung.

3. Gangguan keslingmas: meningkatnya limbah cair (faeces-tinja) rumah tangga, hotel dan restoran akan meningkatkan bakteri E. Coli serta akan membawa penyakit pada ikan dan ketika ikan dikonsumsi masyarakat akan membawa penyakit pada masyarakat akhirnya akan mengganggu keslingmas.

4.Lemahnya sumberdaya manusia: Meningkatnya aktivitas masyarakat terhadap pengrusakan hutan dan pencemaran di sekitar teluk disebabkan oleh: sumber daya manusia yang tidak memiliki wawasan tentang pentingnya pelestarian lingkungan, rendahnya tingkat pendidikan, dan lemahnya prilaku sosial (kesadaran masyarakat).

2.15.4. Identifikasi sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan masalah yang harus dipecahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Tujuan identifikasi sistem tersebut adalah untuk memberikan gambaran tentang hubungan antra faktor-faktor yang saling mempengaruhi dalam kaitannya dengan pembentukan suatu sistem. Menurut Marimin (2004) identifikasi sistem dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat dan diagram input output (black box) (Gambar 6). Diagram sebab akibat merupakan interkoneksi antar peubah – peubah penting yang diturunkan dari identifikasi kebutuhan dan masalah yang telah diformulasikan

pada suatu sistem tertutup (closed-loop system) untuk melihat interaksi antar komponen sistem terkait.

Gambar 6. Diagram input output model pengelolaan Teluk Youtefa

Dokumen terkait