• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDONESIA TOCOM AFET SHFE

5.2. Pasar Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia

Karet alam secara global diperdagangkan pada pasar fisik dan berjangka melalui broker atau dealer, tetapi ada juga perdagangan langsung antara pabrik

bahan baku di negara produsen dengan barang jadi (direct trade). Beberapa pasar karet alam terkemuka yang ada adalah:

a) Singapore Commodity Exchange (SICOM)

Perdagangan komoditi seperti karet, rempah, dan kelapa saat ini telah dilakukan sejak awal abad ke -19 untuk kawasan ini. Pasar ini berkembang sebagai pasar yang modern, didalamnya termasuk aktivitas offsheet dan paper trading untuk hedging dari segala jenis risiko yang mungkin timbul. Kegiatan tersebut menjadikan Singapura merupakan salah satu pusat perdagangan komoditi internasional yang penting, dimana pedagang besar (mega–trader) telah melakukan operasi di pasar ini. SICOM mempunyai keterkaitan yang erat dengan pusat perdagangan komoditi lainnya, seperti Tokyo, London, New York dan Chicago.

Singapura sekarang dikenal sebagai pasar utama perdagangan berjangka karet dan pusat perdagangan karet terbesar di dunia. Perdagangan berjangka karet telah dilakukan sejak tahun 1920an. Fasilitas clearing untuk transaksi berjangka disediakan oleh Singapore International Chamber of Commerce Rubber Association. Kemudian diambil alih oleh Rubber Association of Singapore, yang diprivatisasi pada tahun 1992 sebagai RAS Commodity Exchange. Selanjutnya berubah nama menjadi Singapore Commodity Exchange (SICOM) pada bulan Februari 1994 agar bisa lebih merefleksikan misinya sebagai bursa komoditi dengan jangkauan yang luas. Misi dari SICOM adalah mengembangkan perdagangan komoditi primer di kawasan Asia (SICOM, 2004).

Pada SICOM, karet jenis RSS 3 diperdagangkan secara fisik dan jenis karet jenis TSR 20 diperdagangkan secara berjangka. Dua jenis karet yang

diperdagangkan ini menjadi acuan negara-negara produsen karet di wilayah sekitarnya, terutama Indonesia.

a) Tokyo Commodity Exchange (TOCOM)

TOCOM adalah pasar berjangka komoditi terbesar kedua di dunia dan terbesar di Jepang. TOCOM merupakan kontrak berjangka untuk komoditi minyak mentah, gasoline, minyak tanah, emas, perak, platinum, palladium dalam bentuk kontrak elektronik dan kontrak berjangka untuk karet pada trading floor. Kontrak berjangka untuk energi adalah pasar pertama yang berhasil untuk tingkat Asia dengan rekor 33 milyar lot pada tahun 2002 (TOCOM, 2004). TOCOM adalah organisasi nirlaba berdasarkan Commodity Exchange Law (1950), yang meregulasi pasar berjangka komoditi dan perdagangan opsi (option) di Jepang TOCOM didirikan pada bulan November 1984, melalui penggabungan Tokyo Textile Exchange, Tokyo Rubber Exchange dan the Tokyo Gold Exchange, dalam mewujudkan pasar berjangka yang lebih komprehensif di Jepang. TOCOM telah mengalami kemajuan yang pesat dalam 20 tahun terakhir. Karet alam yang diperdagangkan secara berjangka adalah RSS3.

b) Agricultural Future Trading of Thailand (AFET)

Agricultural Future Trading of Thailand (AFET) didirikan pada tahun 2004 sebagai regulator pasar berjangka komoditas pertanian di Thailand, dengan adanya AFET akan didapat beberapa keuntungan seperti: adanya fasilitas hedging sebagai alat pengendalian resiko bagi produsen, prosesor dan pemakai komoditi yang bersangkutan, price discovery sebagai alat yang efektif untuk menentukan harga keseimbangan bagi pembeli dan penjual, serta pasar yang lebih efisien dan stabil. Sampai saat ini AFET memperdagangkan karet RSS3 dan white rice 5

persen. Pada tahun 2005 tercatat volume transaksi perdagangan karet RSS3 mecapai 61406 dengan nilai 369 711 USD dan menjadi nilai perdagangan terbsar dibanding komodi lainnya yang juga diperdagangkan (Shim, 2006).

c) Shanghai Futures Exchange (SHFE)

Shanghai Futures Exchange (SHFE) mulai beroperasi pada tahun 2003, mempunyai fungsi hedging dan price discovery pada bursa berjangka untuk tembaga, aluminium dan karet alam. SHFE telah menjadi pusat rujukan harga karet di dunia. Hal tersebut berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi China yang pesat dan kebijakan pintu terbuka dalam industri karet asalkan kuota impor untuk karet alam dihapus, yang mana hal ini akan menjadi faktor positif bagi perkembangan bursa tersebut (Peng dalam Anwar 2005).

Saat ini karet yang digunakan di industri terdiri atas karet alam dan karet sintetis. Penggunaan karet sintetis jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan karet alam seperti pada Gambar 7. Terlihat sejak tahun 2002-2007 bahwa pangsa (share) pemakaian karet sintesis selalu lebih besar dibandingkan pangsa pemakaian karet alam seperti misalnya, pada tahun 2007 pangsa pemakaian karet sintesis sebesar 57 persen sedangkan sisanya menggunakan karet alam.

Walaupun karet alam jumlah produksi dan konsumsinya di bawah karet sintetis, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Keunggulan yang dimuliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetik adalah: memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahnannya mudah, mempunyai daya aus yang tinggi, tidak mudah padas, serta memiliki daya tahan yang tinggi terhadap

keretakan. Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil (Penebar Swadaya, 2008).

Sumber: IRSG, 2008.

Gambar 7. Pangsa Konsumsi Karet Alam dan Karet Sintesis

Harga dan supply karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang- kadang harga berfluktuasi cukup tinggi. Harga bisa turun drastis sehingga dirasakan merugikan bagi para pelaku yang terlibat dalam usaha karet. Sedangkan karakteristik harga karet sintetis lebih stabil dan industrinya spesifik. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil nilai variansnya yang menunjukkan nilai karet sintesis (SBR) sebesar 0.22 yang berarti lebih kecil dibandingkan karet alam (TSR20) sebesar 0.39. Hasil ini membuktikan bahwa tingkat fluktuasi harga karet alam lebih tinggi dibandingkan tingkat fluktuasi pada harga karet sintesis seperti pada Gambar 8. Selain itu pula rantai pemasaran perdagangan karet sintetis lebih

2002 2003 2004 2005 2006 2007 Ka ret Sintetis 59 59 58 57 57 57 Ka ret Ala m 41 41 42 43 43 43 - 10 20 30 40 50 60 70 sh a re (% )

pendek dibandingkan rantai pemasaran karet alam, hal ini dapat terjadi karena produsen dan konsumen negara serta perusahaan yang menghasilkan bahan baku karet sintesis terdapat dalam satu kawasan. Penyesuaian harga juga dipengaruhi oleh perubahan harga minyak mentah yang menjadi bahan dasar pembuatan karet sintetis.

Sumber: IRSG, 2008.

Gambar 8. Harga Karet Sintesis Jenis SBR dan Harga Karet Alam Jenis TSR20

Namun, meskipun pasar karet alam lebih sedikit dibanding dengan pasar karet sintetis, namun produksi maupun konsumsi karet alam masih cukup besar. Salah satu kelebihan dari karet alam antara lain dilihat dari segi kestabilan harganya yang tidak terpengaruh secara langsung oleh harga minyak dunia. Tidak demikian halnya dengan harga karet sintetis yang terkena dampak langsung oleh kenaikan harga minyak dunia yang terjadi belakangan ini.

2002 2003 2004 2005 2006 2007 SBR 1092 1263 1339 1607 1710 2012 TSR20 752 1004 1206 1386 1946 2152 0 500 1000 1500 2000 2500 US D/ T O N