BAB I PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
1.3.3. Bagi Pasien
Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) bagi pasien adalah pasien dapat menerima asuhan keperawatan secara komprehensif selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini berlangsung.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2.1.1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam tiga tahap kegiatan yang meliputi pengumpulan data, analisi data, dan penentuan masalah.
Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari proses keperawatan harus selalu didokumentasikan juga).
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal, yaitu : status kesehatan pasien dan kekuatan masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan pasien, kemampuan pasien mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari media atau profesi kesehatan lainnya.
Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon pasien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada pasien.
A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.
Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit ( Initial Assessment), selama pasien dirawat secara terus-menerus (On Going Assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (Reassessment).
B. Tujuan Pengumpulan Data
a. Memperoleh informasi tentang kesehatan pasien
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien c. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.
C. Karakteristik Data a. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pasien. Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah pasien yang adekuat. Misalnya pasien tidak mau makan, kaji secara mendalam kenapa pasien tidak mau makan (tidak cocok makanannya, kondisi fisiknya menolak untuk makan/patologis, atau sebab-sebab yang lain).
b. Akurat dan Nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar-tidaknya apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang kiranya meragukan. Perawat tidak boleh langsung membuat kesimpulan tentang suatu kondisi pasien. Misalnya, pasien tidak mau makan, perawat tidak boleh langsung menuliskan : pasien tidak mau makan karena depresi berat. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk menetapkan kondisi pasien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
c. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.
d. Informasi Yang Diperlukan
1. Segala sesuatu tentang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual
2. Kemampuan dalam mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari, 3. Masalah kesehatan dan keperawatan yang menganggu kemampuan
pasien
4. Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien
e. Sumber Data
1. Sumber data Primer
Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari pasien, yang dapat memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya.
2. Sumber data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari orang terdekat pasien (keluarga), seperti orangtua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan pasien.
3. Sumber data Lainnya
Catatan pasien (perawatan atau rekam medis pasien) yang merupakan riwayat penyakit dan perawatan pasien dimasa lalu.
Secara umum, sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah:
a. Pasien sendiri sebagai sumber data utama (primer) b. Orang terdekat
c. Catatan pasien
d. Riwayat penyakit (pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan)
e. Konsultasi
f. Hasil pemeriksaan diagnostik
g. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya h. Perawat lain
i. Kepustakaan
f. Jenis Data
1. Data Objektif
Merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui (berlaku), seperti: warna kulit, tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, dll. Data-data tersebut diperoleh melalui ‘senses’:
Sight, smell, hearing, touch dan taste.
2. Data Subjektif
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh pasien, misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakutan, kecemasan, ketidaktahuan, dll.
g. Cara Pengumpulan Data
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya.
Cara yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data tentang pasien antara lain:
wawancara (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik (pshysical assessment) dan studi dokumentasi.
h. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh pasien, bisa juga disebut dengan anamnesa.
Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan pasien, serta untuk menjalin hubungan anatara perawat dengan pasien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu pasien, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian.
Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi.
Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya digunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu tehnik yang berusaha untuk mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tehnik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Tehnik verbal meeliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon pasien. Tehnik non verbal meliputi:
mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan yang sulit dipelajari.
i. Pengamatan / Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi pasien melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah:
1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan dilakukan dijelaskan secara terinci kepada pasien (meskipun komunikasi traupetik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan pasien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak baik). Misalnya : Pak, saya kan menghitung nafas bapak dalam satu menit kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan pasien akan berusaha untuk mengatur nafasnya
2. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual pasien
3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh perawat yang lain
j. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pada pasien untuk menentukan masalah kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah:
1. Inspeksi
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti: Mata kuning (icteric), terdapat struma dileher, kulit kebiruan (sianosis), dll.
2. Palpasi
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
3. Askultasi
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
4. Perkusi
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik pasien. Misalnya: kembung batas-batas jantung, batas hepar paru-paru (mengetahui pengembangan paru); dll.
2.1.2. Analisa Data
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah dari keperawatan pasien.
Fungsi analisis data:
A. Dapat menginterprestasikan data keperawatan dan kesehatan, sehingga data yang diperoleh memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan kebutuhan pasien
B. Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan, sebelum melakukan tindakan keperawatan
Cara analisis data:
A. Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul
B. Mengkelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual
C. Membandingkan dengan standar berdasarkan kebutuhan keperawatan D. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan) yang
ditemukan
2.1.3. Rumusan Masalah
Apabila masalah telah didentifikasi, maka disusun daftar masalah yang ditemukan kemudian diprioritaskan. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin semua masalah diatas bersama-sama sekaligus jadi diputuskan masalah mana yang dapat diatasi terlebih dahulu.
Dalam memprioritaskan kebutuhan pasien hirarki maslow menjadi rujukan perawat dalam menentukan pemenuhan kebutuhan pasien. Kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan utama manusia, kemudian diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan psikososial seperti: aman-nyaman, pengetahuan, cinta memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian
1. Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual
2. Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah pasien dan menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Dilakukan secara sistematis dan terus-menerus
4. Dicatat dalam catatan keperawatan secara sistematis dan terus-menerus 5. Dikelompokkan menurut kebutuhan bio-psikop-sosial dan spiritual 6. Dianalisis dengan dukungan penegetahuan yang relevan
2.1.4. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter. 2005). Dalam menetapakan perencanaan seorang perawat perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak yakni: pasien, keluarga, serta petugas medis lain seperti: dokter, ahli farmasi, dan nutrisionis.
A. Tahap-tahap merencanakan asuhan keperawatan 1. Menetapakan prioritas
Penetapan prioritas dibutuhkan karena hal ini dapat mengidentifikasikan urutan intervensi keperawatan ketika pasien mempunyai masalah dalam menetapkan prioritas tidak hanya memperhatikan aspek fisiologis tapi juga aspek keinginan, kebutuhan, dan keselamatan pasien.
Prioritas diklasifikasikan menjadi tiga yakni: tingi, menengah, dan rendah:
a. Prioritas tinggi
Prioritas yang berdasarkan diagnosa keperawatan dapat menghabiskan ancaman bagi pasien atau orang lain bila tidak segera ditangani.
b. Prioritas menengah
Prioritas menengah mencakup kebutuhan pasien non emergency tidak mengancam kehidupan.
c. Prioritas rendah
Mencakup kebutuhan yang tidak secara langsung berhubungan dengan suatu penyakit spesifik.
2. Menetapkan tujuan asuhan keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan adalah sasaran yang ingin dicapai dalam pemberian intervasi terhadap dua tipe tujuan dan harus dicapai yakni jangka pendek (diarahkan rencana keperawatan mendesak) dan harus dicapai dalam waktu yang relatif singkat. Tipe lain adalah tujuan jangka panjang yang dicapai dalam waktu yang relatif lebih lama. Biasanya tujuan jangka panjang berfokus pada pencegahan rehabilitasi dan pendidikan kesehatan.
Dalam menentukan tujuan dan beberapa kriteria yakni sebagai berikut:
a) Berfokus kepada pasien. Pernyataan tujuan harus merupakan perilaku pasien yang menunjukkan berkurangnya masalah pasien. Masalah tersebut telah didentifikasikan dalam diagnosis keperawatan
b) Jelas dan singkat
c) Dapat diukur dan diobservasi
d) Waktu relatif dibatasi (jangka pendek, menengah dan panjang)
e) Realistik untuk kemampuan/kondisi pasien dalam waktu seperti yang ditetapkan
f) Realistik untuk tingkat pengalaman dan keterampilan perawat g) Ditentukan bersama oleh perawat dan pasien
h) Tujuan harus sejalandan menyokong terapi lain
Menetapkan kriteria hasil asuhan keperawatan
a) Merupakan model atau standar yang digunakan untuk membuat keputusan
b) Dinyatakan sebagai hasil, misalnya merupakan perubahan status kesehatan
c) Menentukan apakah tujuan dapat dicapai
d) Menentukan kriteria keberhasilan yang ditentukan, yang mencakup perubahan perilaku, apa yang dilakukan oleh pasien dan bagaimana kemampuan pasien sebelum mencapai tujuan
3. Menetapkan Intervensi
Setelah menerapkan prioritas dan tujuan asuhan keperawatan maka seorang perawat menetapkan intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
4. Menuliskan dan mendokumentasikan perencanaan asuhan keperawatan Mendokumentasikan perlu dilakukan sebagai bukti dan juga dapat digunakan sebagai acuan terhadap proses selanjutnya atau perencanaan asuhan keperawatan lain di kemudian hari.
Kriteria dalam penulisan perencanaan, yakni sebagai berikut:
a. Memakai tenaga kerja yang tepat b. Dapat memodifikasikan
c. Bersifat spesifik
B. Manfaat membuat perencanaan asuhan keperawatan
Tujuan dan dalam pembuatan perencanaan agar setiap implementasi asuhan keperawatan dapat dilakukan langkah yang tepat dan efisien.
1. Sebagai penghubung kebutuhan pasien
2. Untuk menjelaskan intervensi keperawatan yang harus dilakukan 3. Untuk meningkatkan praktik keperawatan, sehingga mendapatkan
pengertian yang lebih jelas tentang prinsip proses keperawatan
4. Menjadi dasar pendekatan yang sistematis terhadap asuhan keperawatan
2.2. Asuhan Keperawatan Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
2.2.1. Pengkajian
Berdasarkan penugasan dan sesuai jadwal dinas mahasiswa praktik di RSUD. dr.
Pirngadi Medan pada tanggal 23-28 Mei 2016 mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada An. A. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dengan secara lengkap terdapat lampiran 1.
1. Biodata
Pasien adalah seorang laki-laki, pasien baru berumur 3 tahun 7 bulan dengan agama yang dianut oleh pasien adalah agama Islam, alamat pasien di Ayahanda Jln. Cangkir No.17, pasien masuk rumah sakit tanggal 24 Mei 2016 dan nomor register pasien adalah 00.33.64.19 diruangan/kamar Melati 1` lantai 2, tanggal pengkajian dilakukan pada tanggal 25-27 Mei 2016 dengan diagnosa medis Malnutrisi.
Genogram:
Ket:
: :Laki-laki
: Perempuan
: Garis Hubungan Keluarga
: Pasien
2. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian, orangtua pasien mengatakan berat badan pasien turun secara drastis dan pasien tidak menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit, hanya menghabiskan makanan tidak sampai separuh makanan pasien dan tubuh pasien terasa lemas. Pasien hanya terbaring di tempat tidur dan terdiagnosa oleh medis adalah Malnutrisi (Gizi Buruk).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kesehatan pasien sekarang disebabkan oleh kurangnya nafsu makan pada 6 bulan belakangan ini. Pasien tidak nafsu makan dan berat badan (BB) berkurang secara tiba-tiba. Sebelum masuk rumah sakit pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang lain.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada saat pengkajian, orangtua pasien mengatakan bahwa imunisasi pasien tidak lengkap pada saat imunisasi dan sebelumnya pasien tidak pernah masuk rumah sakit.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orangtua pasien mengatakan bahwa keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang diderita/dialami oleh pasien.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
Pada saat pengkajian pasien tidak dapat ditanya karena pasien masih anak-anak dan belum mengetahui tentang persepsi, konsep diri, gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri.
7. Status Mental
Tingkat kesadaran pasien tidak begitu baik, karena pasien tampak lemas, dalam pengkajian pasien hanya terbaring ditempat tidur pasien.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien tidak begitu sadar (lemah), pasien tampak lesu dan lemas.
Tanda-tanda vital pasien setelah diperiksa: suhu tubuh 37,8°C, tekanan darah:
80/60 mmHg, nadi: 72x/menit, pernafasan: 27x/menit, tinggi badan (TB): 50 cm, berat badan (BB): 10 kg. Bentuk kepala simetris dengan kulit kepala yang bersih, rambut tidak lebat dan tidak berbau dengan warna kulit sawo matang. Struktur wajah pasien simetris dan oval, kelengkapan dan kesimetrisan pada kedua mata pasien lengkap dan simetris, konjungtiva dan sclera pasien tampak merah, tekanan bola mata pasien baik. Hidung pasien lengkap memiliki tulang hidung dan seputum nasi, dalam lubang hidung pasien tidak ada kotoran dan pasien memiliki cuping hidung. Bentuk telinga pasien simetris, memiliki daun telinga dengan ukuran telinga yang normal, untuk ketajaman pendengaran pada pasien hasil pemeriksaan tidak dapat dilakukan. Mulut dan faring pasien dengan keadaan bibir pasien yang kering, keadaan gusi pasien merah muda dan bersih, keadaan gigi pasien bersih dengan keadaan lidah bersih. Tidak ditemukan adanya pembengkakan thyroid dan posisi trachea normal dibagian medial, suara pasien normal, tidak ditemukan adanya kelainan pada kelenjar limfe dan vena jugularis, denyut nadi karotis teraba. Kebersihan kulit bersih, suhu tubuh pasien dalam keadaan tidak normal, warna kulit pasien sawo matang, turgor kulit pasien kembali < 3 detik, kulit pasien tampak kering dan tidak ditemukan adanya kelainan pada kulit pasien. Pada pemeriksaan ekstremitas ditemukan lemahnya kekuatan otot kaki dan tangan yang dikarenakan faktor kelemahan tubuh, saat pemeriksaan edema, pada pasien tidak ditemukan adanya edema, ekstremitas kaki
dan tangan simetris. Fungsi motorik dari pasien kurang baik, pasien lambat untuk melakukan pergerakan dan adanya tremor ketika akan melakukan pergerakan untuk aktivitas. Untuk fungsi sensorik, pasien mampu merasakan sentuhan yang diberi dan mampu mengatakan posisi dan sentuhan apa yang diberikan, dalam pemberian getaran, pasien kurang merasakan adanya getaran.
9. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Pola makan dan minum pada pasien memiliki frekuensi makan 1-2 kali sehari dengan porsi sedikit, pasien memiliki nafsu makan yang kurang baik, tidak ada nyeri di ulu hati, pasien mengatakan tidak memiliki alergi pada makanan, pasien selalu muntah ketika makan, dan pasien tidak pernah memisahkan diri ketika makan, orangtua pasien mengatakan untuk makan pasien terlebih dulu harus menggiling makanan yang akan dikonsumsi. Dalam perawatan diri, tubuh pasien tampak bersih, untuk gigi dan mulut terlihat bersih, kebersihan kuku kaki dan tangan pasien tampak bersih dan tidak ditemukan warna hitam pada ujung-ujung kuku pasien. Pola kegiatan/aktivitas pasien tidak dapat melakukan dengan mandiri dan dibantu oleh orangtua pasien, untuk aktivitas ibadah pasien tidak dapat melakukan karena pasien hanya terbaring lemas ditempat tidur pasien. Dalam Buang Air Besar (BAB) pasien memiliki pola BAB 2-4 x/hari untuk BAB, pasien mengatakan karakter dari fesesnya adalah keras dan kadang-kadang berair, tidak pernah mengalami perdarahan saat BAB, pasien mengatakan terakhir kali BAB hari kamis pagi tgl 26 Mei 2016, pasien tidak ditemukan menggunakan laksatif dan pasien mengatakan tidak mengalami diare. Untuk Buang Air Kecil (BAK) pola dalam BAK pasien sering dengan karakter urine kuning bening, pasien mengatakan tidak pernah mengalami rasa nyeri saat BAK, pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit ginjal dan tidak menggunakan obat diuretic. Dalam mekanisme koping, pasien termasuk dalam adaptif untuk menghadapi suatu masalah dan untuk bicara dengan orang lain.
2.2.2. ANALISA DATA
No. Data Penyebab Masalah Keperawatan
1. DS:
- Orangtua pasien mengatakan tidak nafsu makan.
- Berat badan turun secara drastis.
- Tubuh terasa lemas.
DO:
- Pasien tampak kurang makan.
- Membran mukosa kering.
- Ketidakmampuan memakan
makanan.
- Nyeri abdomen.
- Bising usus hiperaktif.
Penurunan nafsu makan menurun
Gangguan pada saluran pencernaan
Kurangnya enzim yang diperlukan
Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari
kebutuhan
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
2. DS: selera pada saat makan.
- Peningkatan suhu tubuh
Adanya rasa nyeri pada bagian
Mual dan Muntah.
Masalah Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan.
2. Kekurangan Volume Cairan: Mual dan Muntah.
Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan kekurangan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa dan konjungtiva.
2. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan Mual dan Muntah, gejala umumnya adalah penurunan asupan cairan ditandai dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, peningkatan suhu tubuh dan penurunan berat badan secara tiba-tiba.
2.2.3. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Hari/
Tanggal
No.DX Perencanaan Keperawatan
Selasa/
Tujuan dan Kriteria Hasil:
NOC: Nutritional Status/ Status Nutrisi
- Pasien mampu meningkatkan berat badan.
- Pasien mampu menyeimbangkan asupan gizi makan.
- Pasien mampu mengatur ketidakteraturan makan.
Rencana Tindakan Rasional Ketidakseimbangan Nutrisi:
Kurang dari Kebutuhan:
1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
2. Bicarakan kemungkinan penyebab penurunan berat badan.
3. Anjurkan makanan yang sesuai dan dalam bentuk yang menarik untuk pasien.
4. Ajarkan pasien dan keluarga cara memilih makanan yang bergizi untuk pasien.
1. Mendekatkan diri pada pasien
2. Memudahkan
5. Bicarakan dengan pasien metode mencatat asupan makanan setiap hari.
6. Kaji adanya mual dan muntah.
an asupan kalori
5. Memudahkan pasien untuk melihat catatan kenaikan berat badan pasien
6. Mengurangi resiko
terhambatnya ketidakseimban gan nutrisi pada pasien
Hari/
Tanggal
No.DX Perencanaan Keperawatan
Selasa/
Tujuan dan Kriteria Hasil:
- Pasien mampu menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- Pasien mampu meningkatkan asupan
- Pasien mampu meningkatkan asupan