• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDI PERJUANGAN (Dr. ANDREAS HUGO PAREIRA):

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 40-58)

KETUA RAPAT:

F- PDI PERJUANGAN (Dr. ANDREAS HUGO PAREIRA):

Terima kasih.

Pimpinan dan seluruh jajaran yang saya hormati.

Teman-teman Komisi X.

Saya tadi ketika menjelaskan saya tidak hadir, saya juga tidak adil kalau saya bertanya atau saya berkomentar tentang apa yang dijelaskan tapi saya

ingin menyampaikan beberapa hal dari kunjungan kerja di daerah, aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat berkaitan dengan seleksi tenaga honorer. Karena ini Pak Menteri ada di sini saya kira ini penting untuk disampaikan.

Pak Menteri beserta seluruh jajaran.

Yang pertama soal jumlah guru honor di daerah dan kuota yang diberikan memang ini di luar wilayah tidak hanya di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tetapi saya kira kehadiran bersama ini untuk kita pelajari bersama. Karena yang terjadi saat malam minggu yang lalu ada di tiga kabupaten di Ende kemudian di Sikka kemudian di Flores Timur. Di Ende itu kuota yang diberikan itu hanya 49 Pak Menteri, sementara jumlah guru honor yang ada di kabupaten itu ada lebih dari 2.000. Begitu pun di Kabupaten Sikka itu di NTT ini itu ada kuota yang diberikan itu 190 sekian sementara guru honor yang ada di situ itu ada 2.351. Begitu pun di Flores Timur. Jadi kuota yang diperoleh itu jauh di bawah jumlah guru honor. Saya bersyukur karena tanggal 31 hari ini itu ada penundaan jadi ada untuk ya untuk revisi dan yang lain-lain yang menyangkut guru honor.

Nah yang kedua ini menyangkut kebijakan yang selama ini sudah disampaikan berkaitan dengan untuk guru swasta itu seleksi masuk pada tahap kedua dan tahap ketiga. Kalau dengan kuota yang terbatas seperti ini beberapa pertanyaan yang kemudian saya pikir benar juga begitu. Karena kalau di tahap pertama yang sudah diambil dan lulus adalah guru-guru yang guru honorer yang mengajar di sekolah negeri, nah untuk apa guru swasta itu ikut seleksi lagi dengan konteks kuota yang begitu sedikit.

Sehingga di sini ya kenapa kita tidak berikan kesempatan guru swasta juga ikut start dari kesempatan pertama pada bulan Agustus atau kuotanya yang dinaikkan. Dengan demikian ini ada kesempatan yang sama ada porsi yang sama karena kenyataannya juga terutama di beberapa daerah di seluruh Indonesia atau di beberapa daerah jumlah guru honor di sekolah swasta itu jauh lebih banyak daripada guru negeri. Ini yang kemudian menjadi kegelisahan tersendiri di kalangan guru-guru honor yang mengajar di sekolah swasta.

Yang ketiga ini juga ini untuk Pak Dirjen Vokasi ini ada pesan yang disampaikan bahwa di aplikasi Guru Belajar, Guru Mengajar itu mereka belum memperoleh informasi pembelajaran yang menyangkut untuk guru-guru SMK, itu sebulan yang lalu itu saya dapat informasi sebulan yang lalu mungkin sekarang sudah ada. Tapi kalau belum ada mereka menyampaikan seperti itu begitu. Jadi ini tiga hal yang ingin saya sampaikan mohon izin Pak Pimpinan karena kebetulan ini Pak Menteri dan seluruh jajaran ada di sini saya sampaikan sekaligus tiga poin ini. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Tapi karena ada beberapa yang sudah WA juga dan tetap masih minta diberi kesempatan bagi yang virtual. Silakan kalau PDI sudah ya? Selesai semua. Kemudian silakan ada dari Golkar Ibu Hetifah tadi yang Pak Mujib atau Pak Asia Sidot.

PIMPINAN KOMISI/F-P. GOLKAR (Dr. Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, MPP.):

Terima kasih atas kesempatannya.

Pak Sidot dan Mas Mujib apakah masih standby? Silakan Pak Sidot dan Mas Mujib, Pak Sidot silakan.

F-P. GOLKAR (DR. Drs. ADRIANUS ASIA SIDOT, M.Si.):

Siap Ibu. Terima kasih Ibu Ketua.

Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat sore.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Shalom.

Om swastiastu.

Namo buddhaya.

Salam kebajikan.

Yang saya hormati Pimpinan dan para Anggota Komisi X.

Yang saya hormati Bapak Menteri beserta jajarannya.

Terima kasih atas paparan yang sudah disampaikan kepada kami dan saya juga menghaturkan ucapan selamat atas dilantiknya kembali Pak Menteri selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi. Saya kira harapan saya juga sama dan serta kemudahan dengan terintegrasinya pendidikan, riset, dan teknologi terutama pendidikan tinggi maka riset kemudian juga pengembangan riset dan development dan juga teknologi betul-betul bisa berkembang dengan baik.

Ada dua hal Pak Menteri yang ingin saya sampaikan. Yang pertama mengenai PPDB yang berdasarkan zonasi. Menurut hemat saya kalau di kota-kota di kota-kota besar, Jakarta, kemudian juga ibu kota-kota provinsi, ibu kota-kota kabupaten ini tidak masalah harus berdasarkan alamat yang ada pada KK yang terbit paling tidak satu tahun sebelum tanggal pendaftaran atau paling tidak juga surat keterangan domisili. Nah kasus-kasus di Kalbar, Kalimantan lah pada umumnya atau mungkin dan di luar Jawa terutama, di daerah 3T, daerah perbatasan tidak semua kecamatan memiliki SMA terlebih-lebih juga SMK. Itu yang pertama.

Yang kedua anak-anak dari pedalaman itu sering kali bermigrasi ke kota ke Pontianak atau ke Sanggau atau ke Singkawang untuk sekolah baik terutama di SMK dengan jurusan-jurusan atau program-program keahlian

tertentu dan menumpang di rumah orang. Untuk daerah-daerah 3T itu mohon ada dispensasi, ada afirmasi supaya pemerataan pendidikan sampai ke pelosok-pelosok itu bisa dirasakan karena ini hak warga negara dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar. Itu yang pertama.

Kemudian yang kedua ini juga terkait mungkin tidak secara langsung terkait dengan materi rapat kita pada sore hari ini. Tapi untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan khususnya di Kalimantan Barat ini terkait dengan penerimaan guru agama. Jadi kisruh penerimaan guru agama di Kalimantan Barat ini disebabkan karena formasi untuk guru agama non Islam itu tidak diusulkan oleh Gubernur Kalimantan Barat, khususnya untuk yang sekolah-sekolah umum. Jadi hanya mengusulkan untuk guru agama Islam kemudian diprotes oleh berbagai elemen masyarakat.

Oleh karena itu kami mohon kebijakan Bapak Menteri khususnya untuk guru-guru agama yang di luar agama Islam, di sekolah-sekolah umum ini pertama minta ketegasan dari Bapak Menteri bahwa kewenangan itu ada di gubernur untuk SMA/SMK dan juga ada di bupati, wali kota untuk sekolah dasar, jadi murid TK, SD, sampai SMP. Karena ini saling lempar jadinya, Pak Gubernur melempar ini katanya itu yang mengatur dari Menpan dari Kementerian Agama ternyata kemudian muncul pernyataan dari Sekjen Kementerian Agama bahwa guru-guru agama di sekolah-sekolah umum sekolah negeri umum itu kewenangannya kepala daerah.

Jadi supaya jangan terjadi di gesekan atau bahkan mungkin hal-hal yang tidak diinginkan di daerah apalagi di Kalimantan Barat yang terkenal dengan masyarakatnya yang juga cukup emosional. Tolong Pak Menteri koordinasikan lagi dengan Menpan, BKN dan Kementerian Agama mengenai penegasan penerimaan guru agama ini.

Begitu Bapak Menteri, Pimpinan, terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN KOMISI/F-P. GOLKAR (Dr. Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, MPP.):

Terima kasih Pak Sidot menyuarakan suara Kalimantan seperti biasanya dan daerah-daerah perbatasan.

Sekarang giliran Mas Mujib, silakan Mas Mujib.

F-P. GOLKAR (Dr. H. A. MUJIB ROHMAT, M.H.):

Baik terima kasih Ibu Hetifah.

Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pak Fikri, Pimpinan Sidang.

Para Pimpinan Komisi X yang saya hormati.

Mas Menteri dengan seluruh jajarannya yang saya hormati.

Teman-teman semua Komisi X yang berbahagia.

Pertama saya juga memberikan apresiasi dan mengucapkan selamat atas tergabungnya ristek ke dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tentu kami berharap kepada Pak Nino ketika menyusun nanti Peta Jalan Pendidikan kita itu ristek itu betul-betul mendapatkan penguatan dari sudut konsepsi. Sehingga nanti barangkali kalau memang harus masuk ke dalam revisi sistem pendidikan kita dan juga masukkan ke dalam undang-undang tentang dosen, perguruan tinggi maksud saya, saya kira ini mendapatkan perhatian dengan baik.

Mulai dari prosesnya kemudian output-nya juga outcome-nya. Karena selama ini kadang-kadang output-nya banyak tetapi ternyata tidak mendapatkan apresiasi dari negara sehingga dengan demikian peneliti-peneliti kita bisa jadi merasa “untuk apa ini penelitian yang seperti ini nanti ditumpuk saja tidak di aplikasikan di masyarakat”. Bahkan nanti yang kita khawatirkan kita sering mendengar dahulu bahwa hasil dari penelitian kita itu justru dibeli oleh negara lain. Itu yang pertama.

Yang kedua vaksinasi sebagai bagian dari ikhtiar kita untuk penyelamatan kesehatan kita menjelang kita akan menghadapi pendidikan dengan sistem tatap muka. Saya berharap Pak Menteri bisa melobi entah ini kepada ketua gugus tugas atau Menteri Kesehatan untuk guru dan tenaga kependidikan itu mendapatkan kuota khusus, selot khusus sama dengan tenaga medis.

Sehingga dengan demikian dijamin bahwa teman-teman kita para guru dan tenaga kependidikan itu, itu mereka mendapatkan vaksinasi dengan jumlah tertentu dan jangan dicampur dengan yang lainnya Karena kita berharap semoga ada anak-anak kita yang sekolah itu semuanya selamat dan orang tuanya merasa nyaman kalau gurunya semuanya sudah mendapatkan vaksinasi. Karena hasil pertemuan kami di dapil itu menggambarkan kondisi yang seperti itu yaitu masih banyak sekali yang belum mendapatkan vaksin.

Kemudian saya setuju sekali tadi yang nama ideologi Pancasila dimasukkan dalam kurikulum kita. Tapi saya juga ingin menambahkan jangan hanya Pancasilanya tapi tolong juga dimasukkan juga komitmen Bhinneka Tunggal Ikanya sebagai realitas dari kehidupan kita yang plural, yang heterogen. Sehingga dengan demikian akan terjadi moderasi kehidupan kita dengan sangat baik.

Kemudian yang terakhir adalah soal yang berkaitan dengan PPDB.

PPDB itu saya mengapresiasi Pak Dirjen tadi sudah cukup bagus memberikan format yang baru yang bisa memungkinkan pihak-pihak tertentu bisa masuk ke dalamnya. Tetapi saya titip Pak Dirjen tolong diperhatikan keseimbangan antara kualitas dari sekolahan itu dengan soal pemerataannya. Jangan sampai turun hanya gara-gara karena yang diisi oleh anak-anak yang rumahnya dekat dengan sekolahannya.

Mereka juga berprinsip yang agak aneh “ngapain saya belajar pintar-pintar toh besok sudah pasti karena rumah saya ya kopral dua kali sudah sampai ke sekolahan sehingga dengan demikian enggak perlu lagi sekolah dengan baik”. Akhirnya saya juga menemukan kenyataan bahwa sekolah yang dahulu difavoritkan itu untuk 2-3 tahun kemarin itu anjlok luar biasa. Misalnya dia masuk ke perguruan tinggi yang bagus tadinya sekian persen sekarang turun luar biasa karena input-nya ternyata ya mungkin kurang baik dan sebagainya. Ini saya kira harus mendapatkan perhatian yang serius.

Yang paling akhir Pak Menteri ini ada di dalam undang-undang pendidikan kita mengatakan bahwa tujuannya adalah mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia. Kata mencerdaskan dan kata seluruh itu menggambarkan di satu sisi adalah kualitas, di sisi lain ada aksesibilitas. Nah tadi Pak Sidot sudah mengatakan soal aksesibilitas. Karena itu saya kira ini juga harus dipikirkan jangan sampai misalnya karena berorientasi pada kualitas lalu aksesibilitas menjadi tidak mendapatkan perhatian. Tadi disebutkan Mbak Anita misalnya di NTT dan sebagainya itu ternyata adalah realitasnya mereka tidak mendapatkan aksesibilitas yang sama dengan pendidikan di tempat-tempat yang lebih kota.

Saya kira itu. Terima kasih Ibu Hetifah.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN KOMISI/F-P. GOLKAR (Dr. Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, MPP.):

Terima kasih Mas Mujib.

Apakah masih ada teman-teman dari Fraksi Golkar yang ingin menyampaikan masukan atau pertanyaan?

KETUA RAPAT:

Sudah semua kayaknya Ibu.

PIMPINAN KOMISI/F-P. GOLKAR (Dr. Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, MPP.):

Sudah ya? Terima kasih Pak Fikri. Saya kembalikan kepada Ketua.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Selanjutnya dari yang virtual. Gerindra enggak ada ya?

F-P. GERINDRA (Ir. NUROJI):

Nuroji, Ketua.

KETUA RAPAT:

Oh Cing, silakan Cing Oji.

F-P. GERINDRA (Ir. NUROJI):

Mohon izin Pak Kapoksi Gerindra saya menambakan sedikit.

Langsung saja menghemat waktu, saya ingin bicara tentang Peta Jalan Pendidikan dan juga Sisdiknas terkait dengan penggabungan Kementerian Ristek di Dikbud. Pertama mengenai peta jalan, saya pikir kita harus buat peta jalan yang bisa berlaku dan bisa diikuti dalam waktu yang lama. Jadi kita tidak ingin Peta Jalan Pendidikan itu hanya dikerjakan atau dijalankan pada saat kementerian yang saat ini nanti kalau ganti menteri tentu bikin peta jalan lagi ya. Ganti pejabat, ganti lagi kurikulum, ganti kebijakan dan seterusnya. Saya rasa mulai saat ini mumpung Pak Menteri ini sangat dipercaya oleh Presiden, harus dibuat peta jalan ini sesuai dengan benar-benar yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Dengan digabungkannya ristek ke dalam Kemendikbud juga ini akan menjadi bahan untuk membuat Peta Jalan Pendidikan kita lebih maju dan bisa dilaksanakan.

Terkait juga dengan Sisdiknas. Jadi revisi atau pembuatan undang baru ini saya rasa juga harus bisa menyinkronkan dengan undang-undang yang ada termasuk Undang Kebudayaan dan Undang-Undang Sisnas IPTEK. Kebetulan tiga bidang ini ada dalam satu kementerian jadi akan lebih mudah mengintegrasikannya seperti juga amanat Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan mengamanatkan bahwa harus ada pengarusutamaan kebudayaan dalam pendidikan kita, dan ini sangat penting dalam amanat undang-undang ini. Jangan sampai nanti siswa-siswa kita atau generasi berikutnya tidak mengenal budaya sendiri. Kemudian lebih cinta pada budaya orang lain karena di dalam pendidikannya tidak ada upaya untuk mengarustamakan kebudayaan bangsa sendiri.

Begitu juga soal teknologi tadi. Salah satu tujuan pendidikan adalah penguasaan teknologi. Kalau tidak diberi ruang dan tidak diberi dorongan dengan undang-undang dan juga anggaran saya rasa kita sampai kapan pun hanya jadi bangsa yang konsumtif yang tidak bisa membangun bangsanya dengan kemampuan sendiri. Saya rasa tiga unsur yang sangat penting dalam membangun bangsa ke depan yaitu pendidikan, kebudayaan dan teknologi dan mumpung dalam satu atap saya rasa waktunya kita membuat perencanaan yang matang terkait dengan tiga bidang ini. Sehingga ke depan dengan jangka panjang mungkin 25 tahun, 30 tahun mendatang kita masih berpegang pada peta jalan ini yang dibuat saat ini, tidak lagi nanti 5 tahun ke depan ganti presiden, ganti menteri berubah lagi. Kita enggak akan maju-maju dengan kondisi seperti itu.

Intinya itu Pimpinan. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Kemudian selanjutnya dari Gerindra, PKB sudah ya? Demokrat silakan Kang Dede.

PIMPINAN KOMISI/F-P. DEMOKRAT (DEDE YUSUF M.E., S.T., M.I.Pol.):

Alhamdulillah dapat giliran akhirnya. Terima kasih Pak Fikri.

Mas Menteri yang saya hormati.

Pak Ainun, Pak Hamid, Pak Nizam, serta seluruh para dirjen yang hadir, teman-teman.

Saya mencoba mempercepat, yang pertama tentu mengapresiasi penggabungan ristek ini, Tetapi juga saya memberikan catatan bahwa pentingnya kemudian hasil riset kampus ini juga mendapatkan prioritas kepada riset-riset yang bermanfaat bagi publik secara langsung. Contoh yang sudah dilakukan adalah masalah soal antigen, masalah tes dan lain-lain ini saya pikir sudah baik dan bagus ke depan juga itu menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Tetapi perlu juga mendapatkan prioritas dari sektor industri. Jangan sampai hasil riset ini kemudian ketika dilempar di industri, industri menganggapnya sebagai sesuatu yang kurang bisa dijual katakanlah demikian sehingga akhirnya lebih banyak “ah mendingan menggunakan impor”. Jadi ini adalah catatan penting dari saya bahwa hasil risetnya itu harus juga mendapatkan support, dukungan dari sektor industri. Seperti yang disampaikan oleh Mas Menteri, link and match nantinya.

Yang kedua saya sudah membaca dan mengapresiasi adanya SEB 3 menteri dan 4 menteri terkait pembelajaran dan terkait vaksin. Yang belum ada Mas Menteri saya usulkan adanya SEB terkait satgas pengawasan tatap muka.

Ini menjadi penting sekali karena tatap muka di daerah masing-masing berbeda kondisinya. Apabila kemudian ada satgasnya melalui surat edaran Menteri bersama dengan pemda dengan satgas Covid-19, dengan Kementerian Kesehatan ya saya (suara tidak jelas). Baik saya ulangi. Jadi satgas ini antara lain adalah mengamanatkan kepada daerah juga untuk membentuk satgas-satgasnya masing-masing termasuk komite sekolah. Karena tanpa fungsi pengawasan kita belum tahu atau kita tidak tahu apakah kondisi tatap muka ini berjalan dengan baik dan benar.

Berikutnya Mas Menteri supaya cepat saja soal PPDB saya skip saja karena sudah banyak disampaikan oleh kawan-kawan.

Saya menambahkan perlu adanya moda baru pendidikan apakah itu hybrid, apakah itu homeschooling, apakah pemanfaatan gadget, aplikasi pendidikan tapi rasanya harus dibentuk, karena apa? Kita tidak tahu apakah mungkin 1 tahun atau 2 tahun lagi kondisi seperti ini masih terjadi. Jadi kalau pembelajaran formatnya masih sama dengan yang konvensional mungkin kita tidak bisa masuk pada industri 5.0 nantinya. Sementara anak-anak kita

sebagaimana disampaikan oleh kawan-kawan sudah lebih dekat, akrab dengan gadget-nya tertimbang dengan guru atau bahkan dengan orang tua.

Jadi perlu dilakukan terobosan yaitu moda pendidikan hybrid atau mungkin homeschooling yang jenis baru menggunakan aplikasi menggunakan gadget ataupun digital lainnya.

Berikutnya saya juga setuju disampaikan Pak Sidot tadi.

Ini masalah kewenangan pada jenjang pendidikan menjadi masalah terutama SMA dan SMK. Banyak daerah terutama kabupaten itu lepas tangan terhadap pembangunan ataupun kesiapan daripada SMA dan SMK karena dianggap kewenangan provinsi. Sementara provinsi juga banyak yang belum tentu in touch dengan SMA dan SMK-nya sehingga akibatnya juga salah satunya adalah pengusulan untuk guru-guru honorer di SMA dan SMK itu belum tentu sampai di level provinsi. Jadi ini kaitannya tentu dengan Undang-Undang Otonomi Daerah masalah kewenangan. Tetapi kalau masalah kewenangan pendidikan yang ditetap dibagi-bagi ini akan berdampak besar bagi dunia pendidikan kita.

Terakhir satu lagi Mas Menteri yang saya hormati. Mas Menteri menyampaikan dalam raker terdahulu bahwa saat ini Kampus Merdeka bekerja sama dengan LPDP. Ini menarik sekali ya tentu kita paham LPDP adalah program yang ada di Kementerian Keuangan tetapi adalah untuk Strata S2 dan S3. Nah kampus Merdeka ini saya dengar adalah ditujukan untuk S1. Nah pertanyaannya tentunya adalah siapa siswa-siswa yang berhak mendapatkannya? Kategorinya seperti apa untuk S1, S2 maupun S3? Karena yang membedakan kalau di dalam LPDP di dalam KIP Kuliah itu mendapatkan harus siswa yang tidak mampu. Tapi kalau di LPDP adalah siswa yang berprestasi. Ini kami perlu penjelasan ya seperti apa mekanismenya seperti apa.

Sekali lagi karena ini adalah lembaga politik tentunya saya juga menyampaikan dukungan saya dan Fraksi Demokrat terhadap rencana-rencana besar Mas Menteri terkait ingin melakukan perombakan dalam dunia pendidikan. Hanya memang untuk soliditas ini perlu harus dijaga jangan sampai nanti ada muncul-muncul efek-efek lainnya dan komunikasi tetap harus di-support.

Terima kasih Mas Menteri itu saja supaya tidak lebih dari 3 menit. Terima kasih Pak Pimpinan. Saya dikembalikan kepada pimpinan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Kang Dede.

Selanjutnya Demokrat kemudian PKS ada ndak? Mustafa Kamal? Ada Pak Mustafa Kamal? Silakan, masih di-mute.

F-PKS (H. MUSTAFA KAMAL, S.S.):

Tampaknya sudah banyak diwakilkan oleh para anggota dewan yang terhormat lainnya dari partai-partai yang ada. Jadi kami ingin mendengar saja segera jawaban Pak Menteri.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Mustafa Kamal.

Selanjutnya Ibu Illiza PPP.

F-PAN (DESY RATNASARI, M.Si., M.Psi.):

Desy izin Pak.

KETUA RAPAT:

Oh Ibu Desy ya, oh PAN ya? Mohon maaf PAN ada Prof. Zainuddin Maliki, ada Mbak Desy. Silakan siapa dahulu? Ya Teh Desy.

F-PAN (DESY RATNASARI, M.Si., M.Psi.):

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah wa syukrulillah wa sholatu wa sallamu 'ala rasulillah wa'ala alihi wasahbihi waman walah walahaula walla quwwata illa billah.

Yang kami hormati Pimpinan dan juga saudara-saudaraku Anggota Komisi X.

Juga Pak Menteri beserta jajarannya yang sudah hadir memberikan paparan yang sangat indah sekali dan meyakinkan. Alhamdulillah semoga Allah mudahkan untuk menjalankannya.

Ada empat hal yang ingin saya pertanyakan. Yang paling pertama ada di paparan halaman 8 dan juga halaman 9 terkait dengan yang PPTMT akan dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang paling penting yang ingin saya tanyakan adalah bahwa di situ disampaikan bahwa orang tua dapat memilih anaknya untuk belajar tatap muka secara terbatas atau pun bisa melalui PJJ dan jika ada kemudian terkonfirmasi kasus, penanganan kasus itu sehingga bisa dilakukan oleh Satgas Covid-19 di sekolah ataupun di satuan pendidikan yang sudah dibentuk sebelum melakukan PPTMT dan bisa memberhentikan sementara PPTMT tersebut.

Ada empat hal yang ingin saya pertanyakan. Yang paling pertama ada di paparan halaman 8 dan juga halaman 9 terkait dengan yang PPTMT akan dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang paling penting yang ingin saya tanyakan adalah bahwa di situ disampaikan bahwa orang tua dapat memilih anaknya untuk belajar tatap muka secara terbatas atau pun bisa melalui PJJ dan jika ada kemudian terkonfirmasi kasus, penanganan kasus itu sehingga bisa dilakukan oleh Satgas Covid-19 di sekolah ataupun di satuan pendidikan yang sudah dibentuk sebelum melakukan PPTMT dan bisa memberhentikan sementara PPTMT tersebut.

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 40-58)

Dokumen terkait