• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIMPINAN KOMISI/F-PDI PERJUANGAN (AGUSTINA WILUJENG PRAMESTUTI, S.S.):

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 58-96)

Agustus 2021 ini, dibuka untuk kemudian eksekusi teknisnya di 2022.

MENDIKBUD-RISTEK RI (NADIEM ANWAR MAKARIM, B.A., M.B.A.):

Betul, bulan Agustus adalah untuk yang tahun berikutnya.

KETUA RAPAT:

Suratnya ditunggu ini Pak Sekjen oleh sebelah saya, ketua panjanya soalnya.

MENDIKBUD-RISTEK RI (NADIEM ANWAR MAKARIM, B.A., M.B.A.):

Baik terima kasih. Jadi jelas ya Bapak/Ibu bahwa yang terpenting itu jangan memikirkan angka formasinya karena itu adalah antara pemda dan kita

kan. Bagi guru-guru yang terpenting di daerah segera mengambil tes itu meregristasi untuk tesnya kapan yang diperbolehkan, jadi itu.

Lalu ada topik kedua yang sering saya mendengar itu adalah mengenai testing ya baik antigen maupun GeNose. Itu semua ide yang sangat baik, masalah hanya satu, anggarannya dari mana itu? Kalau kita mulai menghitung-hitung ya kira-kira ya tadi saya di otak saya mengmenghitung-hitung kira-kira kalau kita mau mengikuti semua sekolah kita dengan antigen akan sangat cepat angka itu mulai tidak masuk akal. Kalau saya sih kepenginnya begitu kalau diinginkan tapi dari sisi anggaran tentunya ada limitasi.

Nah salah satu solusi yang bisa didapatkan adalah kalau kita bisa mencari partisipasi daripada pemda misalnya di sini ini mungkin merupakan satu solusi yang bisa dilakukan. Karena salah satu hal bisa saja dengan misalnya kalau kita mengalokasi kalau mau kita pagu kan dana BOS itu bisa Ibu kita lakukan untuk dana BOS. Tapi apakah nanti ada kepala sekolah dan sekolah-sekolah yang bilang “yang saya butuhkan bukan itu, yang saya butuhkan masker buat lindungi anak saya”.

Nah itu itu makanya ini situasi yang enggak mudah dengan terbatas sekali anggaran, setiap kepala sekolah itu kami berikan diskresi. Berarti untuk menjawab pertanyaannya Ibu Desy tadi apa akan ada perubahan kebijakan saat ini belum ada ya. Koreksi saya tadi belum ada kebijakan dana BOS yang akan berubah pada saat PTM kan Pak Jumeri? Malah relaksasi lagi kan sekarang sudah direlaksasi.

DIRJEN PAUD DIKDASMEN KEMENDIKBUD-RISTEK RI (JUMERI, S.TP., M.Si.):

Relaksasi tetapi untuk honorarium karena sudah tidak masa krisis pandemi lagi, sudah dicabut tetapi penggunaan lainnya masih leluasa kepala sekolah.

MENDIKBUD-RISTEK RI (NADIEM ANWAR MAKARIM, B.A., M.B.A.):

Oke, jadi untuk penggunaan apa pun yang selain yang honorarium sudah fleksibel masih bersifat fleksibel, tidak ada perubahan di situ. Jadi itu mungkin berarti itu Ibu Ratih adalah challenge utamanya ya dananya dari mana begitu. Itu yang memang paling tantangan utama. Tapi coba kita diskusikan lagi tapi sekarang dengan riset di bawah kita juga kita lihat lah apa kesempatannya. Mungkin ada proses pembayaran dan lain-lain yang bisa kita eksplorasi. Tapi seharusnya semua anggaran itu yang sekarang ada di dana BOS yang lain harus diprioritaskan untuk tatap muka Ibu. Jadi masker, kebutuhan untuk bisa tatap muka yang terjadi prioritasnya.

Testing-nya sebenarnya itu semuanya dan tracing dan lain-lain itu adalah di bawah Satgas Covid-19 daerah tersebut. Jadi tadi ada yang bilang kalau terinfeksi apa yang terjadi? Ya itu memang ranahnya satgas daerah Covid-19, itu tugasnya mereka. Mau itu di mall, di sekolah atau di ruang kerja sama saja. Tracing semua itu tanggung jawabnya satgas Covid-19 daerah

tersebut begitu. Jadi itu mungkin tadi menjawab tadi sebenarnya kewenangannya siapa dan apakah kita buat satgas tersendiri. Kami pun di Kementerian ada unit yang meng-handle ini tapi di daerah yang harus via Satgas Covid-19.

Tadi ada beberapa pertanyaan. Beban APBN formasi tadi sudah saya jawab. Satu lagi isu tadi mengenai sekolah PPDB bagaimana untuk sekolah yang tidak ada rapor. Itu mungkin harus kami cek lagi ya. Tapi setahu saya seharusnya tidak ada sekolah yang tidak ada rapor. Jadinya kalau itu tidak terjadi itu ya belum masuk kategori sekolah kita, artinya itu bukan sekolah di mata kita. Jadi semua sekolah itu harus ada pelaporan, harus ada angkanya karena itulah bukti bahwa dia mengikuti kurikulum kita dan menjadi sekolah formal. Jadi secara otomatis rapor adalah cara last resource ya adalah untuk bisa melakukan proses PPDB. Jadi harusnya tidak ada skenario di mana anak itu tidak punya laporan atau rapor daripada hasilnya. Kalau ada sekolah yang tidak rapor mohon dilaporkan ke kami ya karena itu sangat mengkhawatirkan buat saya ya.

Satu hal lagi ini tolong koreksi saya, Pak Nizam masih di sini ya? Tolong koreksi saya Pak Nizam kalau salah, tapi keputusan atau Pak Sekjen mungkin, Pak Sekjen lagi keluar. Keputusan apakah ristek nanti adalah suatu Direktur Jenderal atau Direktorat atau Direktorat Jenderal itu tidak berdampak kepada keuangannya. Jadinya anggarannya adalah anggarannya begitu. Jadi mau dipisah apa tidak anggarannya adalah anggaran yang sudah ditentukan yang tahun ini ya tidak ada opsi lain hanya anggaran yang dapat dari Menristek yang kemarin kita sebut totalnya dari 1,5 tersebut. Jadi itu mohon klarifikasi bahwa sebenarnya pemilihan struktur atau organisasi tidak berdampak kepada anggarannya.

Pemilihan struktur mau di level mana itu hanya berdampak kepada pelaksanaan dan juga efisiensi daripada penggunaan dan penerapannya. Jadi itu mungkin menjadi prinsip dasar utama. Saya belum bisa kasih jawaban yang final mengenai mana tetapi kita mendekati, jadi jangan mengira bahwa kalau misalnya tidak mendapat direktur jenderal tertentu kayak anggarannya tidak bisa lebih besar, tidak. Malah kalau di dalam direktorat jenderal yang sama malah memindahkan anggaran, itu lebih mudah malah, iya kan? Kalau di dalam satu direktorat jenderal mungkin anggaran lebih besar. itu mungkin salah satu hal.

F-PDI PERJUANGAN (PUTRA NABABAN):

Izin Pimpinan. Menambahkan Mas Menteri pendalaman sedikit saja. 10 detik Pimpinan.

PNS yang dari Kemenristek Dikti itu pindah ke Kemendikbud-ristek?

DIRJEN DIKTI KEMENDIKBUD-RISTEK RI (Prof. Ir. NIZAM, M.Sc., DIC., Ph.D):

Secara umum tidak.

F-PDI PERJUANGAN (PUTRA NABABAN):

Sorry Pak, tidak atau ya?

DIRJEN DIKTI KEMENDIKBUD-RISTEK RI (Prof. Ir. NIZAM, M.Sc., DIC., Ph.D):

Tidak. Jadi aturan generiknya tidak. Tetapi beberapa staf dari Ristek/BRIN yang secara personal ingin pindah ke Kemendikbud itu bisa alih kementerian. Terima kasih.

F-PDI PERJUANGAN (PUTRA NABABAN):

Terima kasih Pimpinan.

MENDIKBUD-RISTEK RI (NADIEM ANWAR MAKARIM, B.A., M.B.A.):

Setahu kami Pak biar enggak membingungkan. Seinformasi kami mayoritas mereka tentunya akan pindah ke berbagai divisi di BRIN. Jadi biar enggak bingung mau ke mana ya ke sana memang. Terima kasih.

Lalu ada topik berikutnya adalah mengenai kualitas riset dan juga hilirisasi daripada riset. Tadi ada comment bahwa seharusnya universitas yang perusahaan melakukan riset di universitas dan bukan sebaliknya. Itu memang benar banyak negara yang mengalami itu. Tetapi di Indonesia kondisi riilnya adalah kita tidak punya fasilitas riset kelas dunia. Jadi bahkan kalau kita punya talentanya fasilitasnya itu banyak sekali kekurangan. Makanya laboratorium-laboratorium R&D kita mungkin banyak yang kalah daripada industri itu.

Tapi itu yang harap kita akan perubahan salah satu hal yang kami bicarakan baik dengan para pakar-pakar riset, asosiasi-asosiasi peneliti dan juga dengan BRIN. Yang kita diskusikan adalah wacana bagaimana kita bisa mensentralisasi sarana prasarana ini. Karena kalau kita bisa memilih beberapa sarana yang bisa di-share, bisa dibagi-bagi, waktunya bisa digunakan berbagai macam institusi pelatihan baik yang dibawa BRIN maupun di perguruan tinggi ini akan menciptakan beberapa pusat yang lebih sedikit tapi kelas dunia fasilitasnya begitu.

Jadi mungkin itu arah kita mencapai untuk membuat riset universitas dan riset pemerintah itu lebih menarik buat industri berpartisipasi. Karena nanti baru naik pangkat fasilitasnya itu, tapi enggak bisa semuanya. Jadi secara secara otomatis kalau kita mau meningkatkan kualitas riset kita, kita harus memilih beberapa pusat, kita besarkan, kita kembangkan lalu berbagai macam universitas bisa menggunakan fasilitas tersebut. Jadi sharing begitu Pak sistemnya. Itu mungkin salah satunya opsi dengan dana terbatas yang bisa kita lakukan. Tapi kayaknya belum pernah ada wacana seperti itu yang secara fokus. Tapi kami dan BRIN sudah mengarah ke sana begitu. Jadi itu menurut saya sangat potensinya sangat besar untuk meningkatkan hasil riset terapan.

Kedua untuk memastikan bahwa riset itu bukan riset-risetan saja tetapi juga memastikan ada potensi atau maka salah yang akan diselesaikan. Salah

satu hal yang akan kita lakukan adalah disiplin daripada kriteria pendanaan riset akan kita tingkatkan. Di mana beneficiary atau siapa yang akan menerima manfaat daripada riset tersebut harus meng-approve sebelum mendapat pendanaan dari pemerintah. Jadi harus ada pihak di luar universitas tersebut yang kredibel dan merasa baik itu komunitas atau industri siapa pun pihak keluarnya yang kredibel yang membilang “iya riset ini akan membantu saya A, B, C” begitu.

Jadi kalau asal itu validasi itu adalah suatu cross checking yang sangat penting dilakukan di mana bukan hanya riset itu dilakukan atas insting atau intuisi daripada akademisi begitu. Harus ada validasi di dunia luar yang akan menerima dan tidak perlu industri bisa saja komunitas atau suatu desa atau sesuatu pemerintahan bisa juga menjadi itu. Jadi itu mungkin satu poin yang cukup besar.

Untuk semua pertanyaan PPDB izinkan saya mungkin memberikan kepada Pak Jumeri untuk menjawab Pak tadi ada beberapa pertanyaan yang di anak-anak pindah-pindah dan tidak boleh dipungut biaya itu Pak.

DIRJEN PAUD DIKDASMEN KEMENDIKBUD-RISTEK RI (JUMERI, S.TP., M.Si.):

Terima kasih Mas Menteri.

Bapak/Ibu yang kami hormati.

Bapak Pimpinan, Bapak/Ibu Anggota.

Jadi tentang DKI Jakarta Insya Allah sudah kita kawal Pak tentang PPDB DKI, dinas pendidikan sudah mengundang kami kemudian berkonsultasi dengan Ibu Irjen kami untuk memastikan bahwa PPDB DKI sudah sesuai dengan Permendikbud Nomor 1 Tahun 2021.

Kemudian tentang perpindahan anak atau karena orang tuanya sebenarnya dimungkinkan anak itu menggunakan jatah perpindahan orang tua Pak. jadi ada jatah maksimal 5% dalam sebuah surat dan itu dari pengalaman yang kami dapatkan tidak sampai 5% itu bisa dihabiskan. Sehingga sebagai peluangnya bagi masyarakat yang tadi mungkin ada mutasi orang tuanya karena pekerjaannya pindah kota masih sangat dimungkinkan.

Kemudian tadi untuk daerah-daerah yang terjauh, terluar memang dimungkinkan dahulu yang anak-anak dari desa kemudian goroh ke kota untuk dapat sekolah yang bagus. Terus sekarang masih dimungkinkan juga untuk bisa memakai jalur prestasi. Kemudian tentang penggunaan dana BOS tadi ada larangan memungut uang dari orang tua atau dari peserta didik untuk sekolah swasta. Itu hanya dalam konteks pendaftaran di PPDB-nya. Karena di PPDB di pos itu sudah ada alokasi untuk PPDB sedangkan untuk operasional sekolahnya di luar dana BOS yang diberikan Kemendikbud masih dimungkinkan sekolah swasta untuk bisa memungut atau menghimpun dana dari masyarakat. Itu tentang dana untuk PPDB.

Kemudian tentang sosialisasi. Apakah sekolah sudah jelas dengan peraturan PPDB ini? Saya punya keyakinan karena kami juga melakukan sosialisasi pada semua jenjang Pak. Jadi dari SD kami mengundang kepala dinas, semua kepala dinas 514 kabupaten/kota. Kemudian di level SMP, di level SMA kami juga mengundang seluruhnya. Bahkan untuk SMA karena levelnya provinsi agak luas tempatnya. Kami sudah mengundang musyawarah kerja kepala sekolah, musyawarah kerja pengawas sekolah, kemudian juga komite sekolah kami undang untuk diadakan sosialisasi.

Kemudian tentang tadi adanya keluhan ada SMA-SMA yang turun mutunya.

Nah memang mungkin pada satu sisi ada SMA yang selama ini dianggap favorit karena menerima murid dari zonasi mungkin mengalami penurunan. Tetapi akhirnya mendapat kajian dampak zonasi itu dimulai tahun 2017 berarti kira-kira tahun ini anaknya itu sudah lulus, lulusan pertama jalur zonasi. Nanti kita teliti apakah ada penurunan, dan saya yakin tidak ada penurunan. Saya punya studi kasus di Kota Semarang itu SMA-SMA yang 1, 2, 3, 4 itu punya angka melanjutkan ke perguruan tinggi di atas 97%. Tetapi begitu sampai keluar-keluar itu datanya makin sedikit jumlah bahkan sampai 30%, hanya 30 saja bisa kuliah.

Nanti kita lihat apakah ada kenaikan dari sekolah-sekolah yang mohon maaf, ada di pinggiran tadi, terhadap kenaikan jumlah lulusan yang bisa melanjutkan kuliah, dan saya kira dari hasil studi sementara memang ada kenaikan di sekolah-sekolah, meskipun tadi yang sekolah unggulan itu mengalami penurunan, tapi sekolah-sekolah lain mengalami kenaikan, dan ini lah yang kita tuju dengan sistem zonasi untuk mendekatkan dengan rumah peserta didik sehingga ketika dia pulang ke rumahnya tidak harus berbahaya menempuh jalur-jalur yang jauh.

Kemudian juga ada pemerataan terhadap mutu pendidikan, bagi seorang anak yang mengambil peluang di SMA yang tidak favorit mungkin, peluangnya untuk menjadi siswa berprestasi jauh lebih besar dibandingkan ketika dia ada di sekolah unggulan. Jadi memang ini semua ada plus minusnya begitu.

Kemudian tadi yang terakhir tentang penggunaan BOS, tadi sudah diterangkan Mas Menteri bahwa dana BOS kita sudah majemuk, sudah langsung transfer ke sekolah. Kemudian kami juga terus menghimbau kepada semua bisa memanfaatkan secara optimal dana BOS itu pada akhir tahun tanggal 31 Desember diharapkan dana BOS sudah 0 rupiah di rekeningnya. Ini juga sesuai dengan prinsip-prinsip pada akuntansi keuangan negara agar tidak terjadi saldo plus di akhir tahun dan ini merupakan problem bagi akuntansi keuangan negara. Saya kira dari kami untuk PPDB.

Tentang tadi himbauan Ibu Agustina tentang pentingnya perhatian kepada sekolah swasta perlu keseimbangan dan Mas Menteri punya prinsip bahwa beliau menteri tidak hanya menteri di sekolah negeri tapi juga menteri sekolah swasta. Tentu kami akan terus berusaha sedapat mungkin memfasilitasi seluruh satuan pendidikan yang ada di negeri ini secara lebih baik lagi Ibu. Mudah-mudahan ke depan dengan dukungan Bapak/Ibu sekalian dana

untuk Kemendikbud-ristek bisa lebih baik lagi sehingga bisa memfasilitasi sekolah lebih banyak lagi.

Terima kasih Pak Menteri.

MENDIKBUD-RISTEK RI (NADIEM ANWAR MAKARIM, B.A., M.B.A.):

Ya mungkin dua poin terakhir dari saya dan yang pertama adalah tadi pertanyaan mengenai LPDP membiayai S1. Jadi fokus kita untuk S1 di LPDP itu sebenarnya bukan degree program S1 tapi di dalam S1. Kita memberikan S1 degree luar negeri tapi sangat selektif. Jadi benar-benar cuma sekolah-sekolah yang terbaik S1. Yang lebih banyak kita besarkan adalah non degree program untuk S1. Jadinya misalnya satu semester di luar negeri karena ini lebih demokratis. Jauh lebih banyak anak bisa masuk institusi kelas dunia cuma satu semester daripada dia harus ke terima ke full 4 tahun program itu S1. Jadi lebih banyak kesempatan.

Salah satunya lagi beasiswa dari LPDP ini untuk masuk program Kampus Merdeka. Jadi sekarang sudah 300 perusahaan yang menciptakan satu semester di luar kampus yang di mana dia bisa mendapat 20 SKS itu pun LPDP akan memberikan pendanaan kepada yang masuk ke dalam itu. Jadi prestasinya anak-anak yang masuk ke dalam program Kampus Merdeka prestasinya apa? Mereka diterima. Ini program-program luar biasa, kelas dunia begitu perusahaannya. Jadi yang mau coba masuk ke dalam perusahaan-perusahaan seperti itu untuk satu semester belajar di situ adalah persaingan yang sangat sengit begitu.

Jadi prestasinya adalah karena dia diterima di program-program yang sudah dikurasi sama Bapak Nizam dan kami itulah yang disebut namanya prestasi begitu ya. Jadi untuk program-program non degree ke terima dalam program yang kalibernya sangat tinggi itu secara otomatis kita bilang prestasi bukan berdasarkan kebutuhan, itu KIPK. KIPK adalah kebutuhan kalau LPDP adalah untuk prestasi.

Yang terakhir adalah Pak Nizam mungkin sedikit bisa dijelaskan Pak Nizam mengenai KIPK. Tadi pertanyaannya adalah mengenai untuk klarifikasi apa yang terjadi kita ada untuk prodi A, prodi B, prodi C. Mungkin bisa dijelaskan Pak Nizam.

DIRJEN DIKTI KEMENDIKBUD-RISTEK RI (Prof. Ir. NIZAM, M.Sc., DIC., Ph.D):

Terima kasih Mas Menteri.

Ibu/Bapak sekalian.

Jadi tentang KIPK jadi itu tahun 2021 skemanya seperti telah dibahas dalam beberapa raker sebelumnya. Kita mendorong perubahan tinggi untuk bisa meningkat kualitasnya dan memberikan akses kepada para mahasiswa ini

pada pendidikan tinggi yang berkualitas. Dengan memberikan beasiswa yang mencukupi untuk mereka mengambil di program studi yang bagus, mengambil program studi kedokteran misalnya tentu biaya itu lebih mahal dibandingkan dengan kalau mengambil di program studi misalnya ilmu humaniora atau sosial humaniora. Dengan begitu akses ke pendidikan tinggi yang berkualitas itu akan lebih universal pada seluruh anak-anak kita.

Dengan skema tersebut kita lebih mengafirmasi untuk program studi di A dan B. Untuk C pada perhitungan awalnya ini tentu menjadi lebih sedikit.

Tetapi kalau nanti yang di prodi A ini tidak terserap maka penggunaan dana itu karena semuanya kan harus kita manfaatkan itu bisa dialihkan untuk program studi yang C. Jadi dengan demikian maka kita akan mendorong perguruan tinggi untuk meningkatkan mutunya, meningkatkan kualitasnya, sekaligus memberikan kepastian bahwa anak-anak kita dari kelompok tidak mampu itu ada mobilitas sosial vertikal yang lebih pasti. Karena mereka mendapatkan program studi yang memang laris, program studi yang banyak peminatnya dengan didampingi dengan pendanaan KIPK yang cukup. Sehingga mereka tidak khawatir untuk masuk ke perguruan tinggi atau program studi yang baik, itu adalah semangat dari KIPK 2021.

Mungkin demikian tentang KIPK 2021. Terima kasih.

MENDIKBUD-RISTEK RI (NADIEM ANWAR MAKARIM, B.A., M.B.A.):

Terima kasih Pak Nizam. Jadi harap itu bisa mengklarifikasi tadi concern mengenai program KIPK.

Mungkin sekian dari saya Pak Ketua. Itu tidak menjawab semuanya tapi kalau bisa Insya Allah itu akan menjawab mayoritas dari pertanyaannya dan sisanya kalau ada pertanyaan lagi bisa kita secara lisan bisa kita jawab Pak Ketua. Silakan. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Mas Menteri.

F-P. DEMOKRAT (ANITA JACOBA GAH, S.E.):

Pimpinan?

KETUA RAPAT:

Oh masih ada Ibu Anita.

F-P. DEMOKRAT (ANITA JACOBA GAH, S.E.):

Iya Pak Menteri, kalau Pak Menteri bisa menjawab teman-teman pertanyaan yang di luar materi hari ini kenapa Pak Menteri tidak bisa menjawab pertanyaan kami yang ada di materi hari ini? Tadi saya mengatakan modul Pak, pengadaan modul itu sampai sekarang tidak jelas saya minta penjelasan di sini

dan juga kartu KIP yang seharusnya dikeluarkan sudah dari 2 tahun, 3 tahun yang lalu tidak pernah dikeluarkan dan itu menyebabkan persoalan pencairan PIP di daerah 3T. Mohon penjelasannya Pak Menteri.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Khususnya NTT.

F-PPP (Hj. ILLIZA SA’ADUDDIN DJAMAL, S.E.):

Saya sedikit Pak Menteri. Pak Menteri mungkin tambahan sedikit.

MENDIKBUD-RISTEK RI (NADIEM ANWAR MAKARIM, B.A., M.B.A.):

Pak Sekjen bisa menjawab yang KIP? Kalau yang modul mungkin dari Pak Hamid ya, modul.

SEKJEN KEMENDIKBUD-RISTEK RI (Prof. AINUN NA’IM, Ph.D):

Terima kasih Pak Menteri.

Mengenai KIP Kuliah, sebenarnya KIP Kuliah yang sudah memenuhi syarat itu semua sudah cair termasuk di NTT. Nanti kalau ada misalnya dari keluhan masyarakat kenapa tidak menerima itu tolong bisa diberikan kepada kami untuk kami cek lebih lanjut termasuk dengan banknya.

F-P. DEMOKRAT (ANITA JACOBA GAH, S.E.):

Yang saya katakan kartu Pak. Kan perjanjiannya di Peraturan Dirjen Dikdasmen itu Nomor 5 itu kalau enggak salah kan pihak bank penyalur harus mengeluarkan atau memberikan kartu KIP berfungsi ATM. Itu yang tidak pernah ada dan itulah yang menyebabkan persoalan kalau seandainya kartu KIP langsung diberikan kepada siswa maka tidak ada penghambatan. Ketika siswa sudah pegang kartu KIP, mereka bisa cairkan sendiri. Tapi ini kan tidak pernah dikasih oleh pihak bank.

Akhirnya kepala sekolah mencairkan secara diam-diam karena kolektif yang diberikan kelonggaran oleh kementerian yang terjadi kolektif itu kepala sekolah mencairkan secara diam-diam. Siswa, orang tua tidak pernah tahu, itu yang terjadi banyak sekali. Saya punya buktinya banyak sekali Pak Menteri.

Jadi maksud saya biar setelah ini selesai, berakhir di daerah-daerah 3T ini menjadi polemik sekali dan kemudian yaitu Pak yang tadi kartu KIP berfungsi ATM dengan modul tadi Pak Sekjen.

SEKJEN KEMENDIKBUD-RISTEK RI (Prof. AINUN NA’IM, Ph.D):

Ya nanti minta datanya Ibu Anita untuk kami cek.

F-PPP (Hj. ILLIZA SA’ADUDDIN DJAMAL, S.E.):

Pak Fikri izin saya sedikit Pak Fikri.

F-P. DEMOKRAT (ANITA JACOBA GAH, S.E.):

Saya tidak mengerti maksudnya Pak Sekjen minta data apa ya? Justru saya minta dari kementerian, kan kementerian sudah keluarkan peraturan Pak.

Harusnya kementerian mengeluarkan peraturan, peraturan itu harus

Harusnya kementerian mengeluarkan peraturan, peraturan itu harus

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 58-96)

Dokumen terkait