• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDIP (SUKUR H NABABAN, S.T.): Terima kasih Ketua

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 43-52)

Sekarang karena Pak Mulyadi belum ada, kita masuk ke virtual, kami persilakan Pak Irwan. Pak Irwan virtual? Pak Irwan ada? Tidak ada. Kalau tidak ada, kita minta Pak Sukur Nababan.

Pak Sukur Nababan ada? F-PDIP (SUKUR H NABABAN, S.T.):

Ada Ketua.

KETUA RAPAT (Ir. RIDWAN BAE): Siap, silakan.

F-PDIP (SUKUR H NABABAN, S.T.): Terima kasih Ketua.

Apa khabar semua?

Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua,

Omswastiastu, Namo Buddhaya.

Yang kami hormati Pimpinan Komisi V,

Kawan-kawan Komisi V DPR Republik Indonesia dan juga Bapak Ibu semua yang kami hormati.

Ini TAPERA ini, tadi saya dengarkan mulai dari awal tadi Pak Ridwan semua rapatnya dan sengaja untuk rapat ini saya harus hadir dan mengikuti benar-benar. Karena saya melihat tentu TAPERA ini berdiri, ini adalah tujuan yang sangat mulia sekali. Kita tahu kebutuhan dasar manusia itu pangan, sandang dan papan. Nah ini tiga ini harus dimiliki.

Nah tentu TAPERA ini lahir adalah berbasis dari tujuan kemerdekaan kita bahwa setiap warga negara dalam posisi situasi seperti apapun harus memiliki papan atau yang kita sebut dengan rumah. Nah tetapi adalah sebuah kenyataan bahwa tidak semua warga negara mampu membangun rumah sendiri. Nah tentu itu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk membantu, maka lahirlah TAPERA ini.

Tadi teman-teman juga sebenarnya sudah banyak berbicara, saya hanya menguatkan saja jangan sampai kehilangan fokus dan tujuan TAPERA ini. Tujuannya adalah memberikan jaminan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Nah ini yang menjadi fokus kita. Tadi dibicarakan tadi junior saya Vino tadi berbicara tentang investasi dan lain-lain dan macam-macam, mitigas transisi saya tekanannya itu adalah tujuan utama. Tujuan utama adalah pemerintah wajib menyediakan papan kepada warga negara yang tidak mampu, tentu melalui bantuan memberikan fasilitas.

Nah maka tujuan ini tidak boleh berubah. Jangan sampai terjadi nanti pengalaman kita saya tidak mau sebut namanya lembaga-lembaga pemerintah yang selama ini dipercaya. Tetapi mengalihkan tujuan utamanya untuk hal yang bukan tujuan utamanya terbentuk berinvestasi untuk hal-hal lain. Nah saya hanya ingatkan TAPERA ini bahwa tujuan utamanya adalah menyediakan perumahan kepada masyarakat yang tidak mampu membangun rumahnya sendiri dengan kekuatannya sendiri. Itu tujuan utamanya.

Nah tentu saja maka harus melibatkan tadi teman-teman sudah berbicara komunitas-komunitas, terus kemudian developer dan lain-lain. Nah tentu ini kan harus transparan, siapa yang menerima, bagaimana cara menerima? Jadi sehingga seluruh masyarakat kita mampu mengakses. Kalau kita bicara bankable.

Nah waktu saya masih di Komisi lain kita bicara tentang masyarakat yang bankable yang masyarakat yang bankable ini Pimpinan Komisi V Pak Ridwan minjam ke mana pun dia bisa, bank mengakui. Tetapi kalau kita bicara masyarakat bawah pada saat minjam tidak ada jaminan dan macam-macam ini kan persoalan. Nah maka TAPERA ini lahir.

Jadi saya sebagai warga negara mengingatkan fokus ke tujuannya. Jadi jangan sampai hal-hal lain yang tidak ada urusan di dalam tugas atau Tupoksi TAPERA ini menjadi fokus dari pada TAPERA ini. Jadi yang paling penting adalah penyediaan perumahan itu harus transparan. Siapa yang melakukan, TAPERA kerja sama dengan siapa dan itu harus transparan. Bagaimana caranya?

Nah terus kemudian masyarakat rakyat yang diberikan bantuan penyediaan perumahan tersebut bagaimana cara mengaksesnya? Nah transparansi itu sangat penting. Jadi jangan ini menjadi fokus profitable, ini semua menurut saya TAPERA ini adalah menjadi duty kita atau kewajiban kita, sumbangsih kita, tanggung jawab kita kepada rakyat Indonesia menyediakan papan kepada mereka. Khususnya rakyat Indonesia yang tidak beruntung, yang tidak mampu membangun rumah atas kekuatannya sendiri.

Jadi Pak Pimpinan, hal-hal seperti ini saya pikir juga harus sering kita berkoordinasi dengan TAPERA ini. Sehingga kegiatan-kegiatan mereka kerja samanya dengan siapa, investasinya seperti apa di dalam penyediaan

perumahan, bukan investasi lain-lain loh, di dalam penyediaan perumahan loh.

Jangan sampai bikin hotel, jangan sampai ini ke sana kemari ini kan salah satu penyakit lembaga-lembaga pemerintah ini, tugas undang-undangnya tidak dilaksanakan, ya sudah jeblok. Nah jadi mudah-mudahan di sini saya tidak ikut tadi dari awal siapa saja yang hadir di sini dari TAPERA Pimpinan, tetapi siapapun tugas pelaksanaan di sini saya minta untuk transparan.

Tadi sudah bicara teman-teman tentang backlog perumahan kita. Katanya, kalau data kita kan ini sangat sulit ini, mulai dari zaman pemerintahan di orde baru juga ini data kita ini tidak single data ya. Nah 8.000.000 beloknya yang bisa disediakan 500.000. Ini kan sudah jadi masalah ini, berarti masih sekian orang tidak dapat rumah.

Nah itu tugas kita lah, ini tugas mulia kitalah di TAPERA ini tugas muliamulah untuk menyediakan rumah kepada apa namanya masyarakat kita yang tidak bankable yang tidak mampu memperoleh pinjaman dari perbankan untuk membangun papannya sendiri atau membangun rumahnya sendiri. Nah itu yang bisa saya sampaikan pak.

Jadi saya tidak dalam konteks dalam spesifik, yang saya minta adalah jangan sampai mengerjakan hal-hal yang tidak-tidak, yang tidak sesuai dengan amanah undang-undang kepada anda. Kerjakan tugas muliamu, fokus untuk memberikan perumahan kepada masyarakat kita yang tidak beruntung. Sehingga mereka memiliki rumah, bisa berlindung dari panas matahari, bisa berlindung dari hujan, itu tanggung jawab kita semua.

Saya ingat betul Pak Sujadi senior saya juga ada itu bagaimana proses terbentuknya TAPERA ini. Itu adalah panggilan, panggilan kita sebagai Anggota Dewan untuk memberikan jaminan rumah kepada masyarakat kita yang tidak beruntung. Maka undang-undangnya sudah lahir, uangnya sudah ada, jadi jangan lagi sampai kehilangan fokus.

Terima kasih Pimpinan, terima kasih kawan-kawan semua, terima kasih Bapak Ibu Ketua yang dari TAPERA.

KETUA RAPAT/WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (Ir. RIDWAN BAE/F-PG): Terima kasih Pak Syukur Nababan. Rindu kita ini ada di mana sekarang?

Karena sudah selesai baik yang hadir fisik maupun yang virtual, maka sekarang dari meja Pimpinan.

Saya persilakan Ibu Nurhayati.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (Hj. NURHAYATI/FPPP): Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

Yang saya cintai Pimpinan dan Anggota Komisi V,

Yang terhormat juga Dirjen Pembiayaan Infrastruktur dari Kementerian PUPR dan TAPERA beserta jajarannya.

Seperti kita sudah dengarkan tadi bahwa kita sebetulnya ingin mengetahui bagaimana TAPERA ini akan berkontribusi bagi penyediaan perumahan bagi masyarakat terutama bagi MBR. Karena selama ini masalah yang ada adalah MBR ini tidak semua MBR bisa memiliki rumah. Karena di Indonesia banyak sekali MBR yang informal yang tidak mempunyai pekerjaan. Sehingga mereka juga kesulitan untuk mengakses KPR di bank karena tidak ada kepastian penghasilan dan juga yang membayar cicilannya pun mereka tidak punya ketentuan sehingga bank pun menganggapnya tidak bankable.

Maka dari itu kita juga ingin TAPERA ini bisa menyentuh sampai mana pak, karena kita ketahui backlog ini semakin hari seharusnya semakin besar. Dikarenakan pertumbuhan keluarga baru juga besar, lalu kemiskinan juga sekarang meningkat dan pekerjaan yang banyak di-PHK dan lain-lain pada kejadian seperti tahun 2020 ini.

Nah yang kita ketahui bahwa ada Undang-undang Nomor 1 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman yang bahwa semua warga negara Indonesia berhak memiliki rumah dan pemerintah harus hadir di dalamnya, negara harus hadir kan begitu. Lalu ada Undang-undang Nomor 4 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat dan sekarang ada PP Nomor 25 2020 tentang Penyelenggaraan TAPERA.

Memang kalau kita lihat sangat terlambat sekali dari tahun 2016 undang-undang ini, lalu PP-nya baru tahun 2020, tapi Alhamdulillaah pun ini ada. Hanya ini juga menyisakan masalah juga karena masyarakat merasa terbebani di saat masa pandemi ini.

Sehingga mereka juga bertanya-tanya dan di sini juga belum terlalu jelas bagaimana teknisnya di lapangan dan akan diapakan anggaran yang ada di TAPERA dan dari mana anggarannya. Sehingga kalau kita melihat dari pembiayaan perumahan atau penyediaan perumahan di seluruh dunia kita melihat ada contohnya adalah negara-negara tetangga kita mungkin Malaysia, Singapura, China begitu ya, ada Hongkong dan lain-lain.

Kalau kita lihat ada tiga jenis tabungan perumahan yang pertama adalah kontraktual ini yang dilakukan oleh Perancis. Yaitu bank menyediakan tabungan perumahan sehingga masyarakat bisa menabung tidak diwajibkan tetapi mereka kalau mau mempunyai rumah itu bisa menabung, minimum 4 tahun dan maksimum 10 tahun.

Jadi rumah itu bisa untuk DP tabungan itu atau bisa untuk memberi keseluruhan tergantung jumlah tabungan yang dia tabungkan. Sehingga bank itu mempunyai bank itu mengelola dana secara mandiri tetapi mereka

memberikan KPR terhadap orang-orang yang sudah menabung dan dalam jangka waktu yang panjang.

Kalau kita lihat di Eropa atau di manapun mereka bisa mencicil sampai dengan 50 tahun. Nah inilah yang memang diselenggarakan oleh beberapa negara, nah di Indonesia apakah sudah ada itu? Kalau belum, itu juga baik sebetulnya untuk para pekerja informal sehingga mereka pun kalau mereka mempunyai tabungan, mereka bisa pada saat mencukupi mereka bisa langsung kontrak. Baik yang diselenggarakan pemerintah perumahannya maupun yang diselenggarakan oleh para pengembang swasta.

Lalu yang kedua adalah pembiayaan perumahan yang sekarang mungkin ini ada di Dirjen Pembiayaan Infrastruktur dan PUPR. Kita melihat bahwa di Malaysia ada EPF (Employees Provident Fund). Lalu di Singapura ada Central Provident Fund. Nah ini hampir sama dengan BPJS Ketenagakerjaan pak, karena bukan hanya perumahan, tetapi mereka juga bisa untuk masa depan yaitu pensiun, kesehatan, studi. Studi maksudnya mungkin anak-anaknya bisa kalau mau sekolah kuliah atau sekolah itu juga memakai dana ini dan lain-lain.

Nah tetapi kalau di Indonesia BPJS juga ada manfaatnya, di dalam BPJS tenaga kerja itu ada juga manfaat program perumahan yang mirip dengan EPF. Nah ini bagaimana pak apakah dana ini akan ditarik ke TAPERA atau bagaimana? Karena di dalam BPJS Ketenagakerjaan pun ada manfaat untuk perumahan dan berapa persen, siapa ini yang ditujukkan BPJS tenaga kerja ini dan siapa yang ditujukan oleh TAPERA ini?

Jadi siapa yang dipotong oleh TAPERA? Apakah hanya ASN TNI POLRI? Apakah seluruh rakyat yang bekerja di Indonesia? Itu juga harus dijelaskan pak. Karena BPJS Ketenagakerjaan juga ada manfaat perumahannya di dalamnya dan bagaimana sekarang manfaat ketenagakerjaan untuk perumahan ini? Manfaat perumahan ini? Apakah sudah berjalan? Di mana anggarannya? Mungkin itu juga nanti bisa kita telaah bahwa apa sih perbedaannya BPJS Ketenagakerjaan yang ada manfaat perumahan dengan TAPERA?

Lalu yang kita kalau di China itu Housing Provident Fund, itu sama dengan Indonesia. Dia ada 5% harus dari pekerja dan 5% dari pemberi kerja, tetapi di setiap kota berbeda-beda dikarenakan harga kemahalan harga rumahnya.

Nah seperti di Jakarta atau di kota-kota besar pastinya harga rumah jauh lebih mahal tadi yang disampaikan Pak Suryadi. Kalau di kampung-kampung kan harga rumah otomatis lebih murah karena tanahpun jauh lebih murah begitu. Jadi itupun dilaksanakan diwajibkan yang berbeda-beda, tetapi pemupukan dananya hanya terbatas. Jadi hanya dana yang dikelola itu hanya dana yang tidak untuk dikembalikan ke nasabah.

Nah sekarang kalau TAPERA kan tadi ada pengembalian dana juga ke nasabah. Nah ini berapa persen pak dari jumlah yang bapak akan bapak

lipatgandakan seperti tadi? Dan kalau negara-negara lain mereka punya

government security. Singapura mempunyai government securities

corporation. Malaysia juga sama, Malaysia government securities. Nah sekarang Indonesia ini apa punya? Negara mempunyai security sendiri pak? Karena di beberapa negara uang-uang tabungan perumahan ini tidak boleh diobligasikan kepada di luar pemerintah, harus obligasi pemerintah yang dibeli.

Dikarenakan apa? Pemerintah harus menjamin uang itu atau dana itu tidak ke mana-mana, tidak ada kerugian seperti Jiwasraya. Itu yang kami ingin ketahui secara jelas dari TAPERA. Karena kami ingin mereka menabung, mereka dipotong sekian persen setiap bulan, mereka juga harus mendapatkan haknya mereka. Jangan sampai pada saat mereka memerlukan dana itu tidak ada raib.

Itulah yang teman-teman saya tadi pertanyakan juga seperti itu. Jadi kami pun mengetahui itu. Jadi bagaimana sih TAPERA ini? TAPERA ini seperti housing provident fund di China, tetapi juga seperti EPF karena pemupukan dananya bisa disebarluaskan, tadi ada obligasi, ada SUN, ada bank hingga di deposito dan lain-lain. Yang kami ketahui ke bank pasti untuk langsung dikucurkan ke masyarakat ya pengembang atau masyarakat untuk menjadi KPR kan pak.

Nah itu yang kami ingin ketahui ada beberapa pengelolaan pemupukan dana berarti karena itu yang ingin kami ketahui, berapa persen sih yang bapak akan berikan ke bank? Berapa persen yang bapak akan berikan kepada obligasi dan bursa efek dan lain-lain. Tetapi kami pun meminta ini harus obligasi pemerintah yang dibeli pak, tidak di luar obligasi pemerintah gitu. Karena pemerintah harus menjamin dan pemerintah harus bisa mem-bailout apabila uang itu dana itu terjadi penyusutan, harus ada yang bertanggungjawab di sini.

Lalu yang ketiga itu jaminan sosial seperti di Singapura Central Provident Fund itu juga sama dengan di Malaysia, tapi mereka itu mempunyai 3 account pak pada saat dia dipotong. Mereka mau memotongnya bukan hanya untuk perumahan tetapi untuk kesehatan, mereka untuk pensiun, studi dan lain-lain. Tetapi mereka mempunyai beberapa account sehingga transparan, mereka bisa melihat sendiri, mereka bisa mengontrol sendiri berapa dana yang mereka punyai saat ini, yang sudah dipotong oleh pemerintah. Mereka mempunyai account ordinary, account yaitu untuk perumahan dana investasi, mereka punya special account, yang untuk pensiun dan mereka punya medisave account yang untuk kesehatan.

Nah jadi ini kan kalau di TAPERA kan tidak adalah pak account yang untuk pensiun dan kesehatan. Jadi ini hanya untuk perumahan dan investasi begitu ya? Nah sepertinya kalau ingin transparan mereka harus mempunyai account yang dibuka oleh TAPERA dan mereka bisa mengakses sendiri account itu. Sehingga mereka bisa melihat berapa besar anggaran dana yang mereka sudah berikan dipotong oleh pemerintah, lalu berapa persen mereka mendapatkan kelebihan dari dana itu. Sehingga pada saat mereka mau

membeli rumah mereka tahu, mereka paham kapan mereka harus membeli rumah.

Kalau di TAPERA sini kan di PP 1 tahun minimum ya pak ya, 1 tahun minimum setelah pemotongan. Nah itu untuk uang mukakah atau untuk pembelian rumah? Karena pastinya berbeda-beda tadi yang bapak katakan bahwa kalau di atas MBR pastinya mereka mempunyai kelebihan yang manfaat yang bisa diberikan dan kelebihan-kelebihan lainnya gitu, manfaat-manfaat lainnya. Tetapi itu juga harus dipikirkan juga apakah mungkin sanggup TAPERA ini? Jangan sampai seperti BPJS pak. BPJS itu sekarang kalangkabut dikarenakan lebih banyak pengeluarannya dibanding pemasukannya dan ini harus dipikirkan baik-baik.

Maka dari itu kami juga ingin mengetahui hal-hal seperti itu sebetulnya pak yang belum kami pahami. Dan TAPERA ini semuanya ASN ya Pak ya ASN ya? Berarti digaji oleh negara. Nah yang menggaji siapa pak anggarannya dari mana?

Jadi itupun harus jelas, karena seperti BPJS sekarang banyak sekali komplain bahwa Ketuanya saja gajinya sangat tinggi gitu, nah sekarang bagaimana ini TAPERA ini? Kami juga ingin tahu struktur di dalamnya pak, dari siapa yang menggaji, lalu bagaimana uang gaji itu dari mana, lalu untuk apa saja? Karena ini uang rakyat pak, berarti kan kalau operasional diambil dari dana TAPERA, artinya rakyat membiayai bapak-bapak sekalian di TAPERA begitu.

Setiap bapak keluar dari rumah, setiap bapak apa rapat apa lagi katanya nanti di hotel-hotel dan lain-lain berarti dibiayai oleh rakyat yang mana gajinya mereka dipotong. Sementara ini rakyat juga merasa keberatan sebetulnya. Tetapi menurut saya potongan di Indonesia ini jauh lebih kecil dibanding di negara-negara lain. Tetapi mereka juga jangan lupa mereka juga sudah ada BPJS tenaga kerja yang 3% juga pak atau 1% di sini. Jadi yang di situlah pemberi kerja juga merasa keberatan juga di saat pendemi sekarang mereka sulit, mereka tidak mendapatkan pemasukan, tetapi mereka juga harus membayar iuran gitu.

Jadi itu juga harus mereka diperjelas juga di sini. Kalau ini terbuka, memang ini untuk kesejahteraan karyawannya sehingga perusahaan tidak mempunyai lagi tanggung jawab yang berat yang akan ditanggung oleh perusahaan, saya rasa mereka juga tidak terlalu berat, tapi yang tadi pak ini ada dua di BPJS Ketenagakerjaan juga ada manfaat perumahan, TAPERA juga manfaatnya pembiayaan perumahan.

Jadi saya juga ingin tahu ini perbedaannya apa dan bagaimana? Apa ini dengan terus ada dua kantong seperti ini? Apakah mereka bisa mendapatkan dua rumah? Dan pertanyaan pun ada datang dari masyarakat apabila ini kan hanya untuk rumah pertama, apakah mereka sekarang sudah mempunyai rumah itu bisa untuk perbaikan rumah pak ya renovasi rumah kan gitu?

Nah apabila rumah yang dibeli dengan dana TAPERA ini ada subsidinya tidak? Subsidinya di mana? Ada yang mereka beli itu ada subsidi tidak dari pemerintah? Apakah rumah subsidi? Apakah ada DP subsidi atau apa? Nah kalau ada subsidi kalau mereka mau apa menjual rumah itu misalkan gitu nah itu bagaimana?

Jadi itu masyarakat juga ingin secara jelas dijelaskan oleh TAPERA dan ingin mereka juga manfaat itu betul-betul untuk kepentingan rumah. Karena backlog sudah semakin besar pak dan sekarang Pak Presiden juga sudah konsen terhadap perumahan ini. Kalau rumah ini kita bisa penuhi artinya cukup menyumbang menurunkan kemiskinan karena dari 15 indikator kemiskinan setengah diantaranya adalah rumah dan lingkungannya pak.

Nah maka dari itu kalau target pemerintah menurunkan kemiskinan 50% membantu perumahan ini, masyarakat bisa mendapatkan rumah sampai dengan yang terbawah pun, itu adalah pemerintah sudah berhasil menurunkan kemiskinan.

Terima kasih.

Wabillaahittaufik walhidayah,

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (Ir. RIDWAN BAE/F-PG): Wa'alaikumsalam.

Waktu kita tinggal 10 menit. Mungkin kita perlu jawaban sebentar nanti dari Pak Dirjen singkat-singkat saja, kemudian kalau misalnya diperlukan nanti dijawab secara tertulis. Saya tidak usah memberikan apa namanya pertanyaan. Cuma satu saja perlu penjelasan ini tentang undang-undang ini lahir pada tahun apa pada bulan tahun 2016 undang-undangnya. Kok peraturan pemerintahnya keluar tahun 2020 itu lama sekali ya. Jadi tolong barangkali penjelasan itu saja saya.

Barangkali saya persilakan ya kepada pak tanggapan dari Pak Dirjen Pembiayaan dan Infrastruktur.

Silakan pak.

DIREKTUR JENDERAL PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PUPR (Dr. Ir. EKO DJOELI HERIPOERWANTO, MCP.):

Baik, terima kasih Pimpinan dan para Anggota DPR yang terhormat dan sangat kami banggakan ya.

Saya mengucapkan terima kasih atas semua pertanyaan, klarifikasi dan juga reminder yang intinya kalau menurut saya semua berniat baik meluruskan ya dan mengingatkan supaya amanat dari Undang-undang

TAPERA itu terjaga sampai operasionalnya nanti, untuk hal ini kami sangat berterima kasih.

Nah sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam waktu singkat ini saya ingin sedikit menjelaskan mengenai organisasi BP TAPERA ya. Jadi BP TAPERA ini berdiri itu atas amanat undang-undang ya, kemudian kalau tadi ada pertanyaan ya.

INTERUPSI KETUA RAPAT/WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (Ir. RIDWAN BAE/F-PG):

Pak, mohon maaf saya potong sebentar, karena masih ada pertanyaan satu Pak Andi Aras.

Silakan Pak Andi Aras.

WAKIL KETUA KOMISI V DPR RI (H. ANDI IWAN DARMAWAN ARAS, S.E., M.Si./F-P.GERINDRA):

Izin Pimpinan Andi Iwan Aras. Pak Aras PPP pak. Terima kasih Pimpinan mohon maaf mungkin tadi ada terlupa. Pak Dirjen maaf dipotong dulu sebentar pak, sekarang akan singkat-singkat saja.

Yang saya hormati Pak Dirjen Pembiayaan Infrastruktur,

Yang terhormat Pak Dirjen Perumahan, Pak Khalawi yang sempat hadir. Pada dasarnya apa yang disampaikan oleh seluruh rekan-rekan Komisi V tadi belum lengkap dan segera dilengkapkan. Ada beberapa hal yang mungkin akan saya memberikan masukan-masukan atau sedikit menambahi

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 43-52)

Dokumen terkait