• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Pedagang dan Media Promosi

4.4.1 Pendapat Pedagang Terhadap Media promosi

Hasil survei terhadap pedagang jajanan di sekolah contoh tentang manfaat media promosi disajikan pada Gambar 12.

.

Gambar 12. Pendapat pedagang tentang manfaat media promosi

Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa pendapat pedagang jajanan terhadap media promosi 100% mengatakan bermanfaat, untuk sekolah kriteria A dan 77,77% untuk sekolah dengan kriteria B. Hal ini menunjukkan bahwa media promosi dapat digunakan untuk mensosialisasikan keamanan pangan kepada

pedagang jajanan di sekolah contoh Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat. Pendapat pedagang tentang isi pesan pada media promosi, disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Pendapat pedagang tentang isi pesan pada media promosi Dari Gambar 13 dapat dilihat untuk sekolah kriteria A, 88,9% pedagang mengerti tentang isi pesan pada media promosi dan 66,7% di sekolah dengan kriteria B, hal ini menurut persepsi penulis bahwa isi media promosi dapat dimengerti oleh seluruh komponen pada sekolah contoh (pedagang di sekolah dengan kriteria A dan pedagang dari sekolah dengan kriteria B).

Badan Pengawas Obat dan Makanan membuat media promosi dalam bentuk simpel dan sederhana, dengan tujuan agar mudah dipahami oleh seluruh masyarakat dari berbagai lapisan . Meskipun dalam teorinya pedagang sudah mengetahui dan memahami isi pesan pada media promosi, namun prakteknya masih dalam tanda tanya.

4.4.2 Media Promosi dan Selisih Skor Pedagang

Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek keamanan pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria A, disajikan pada Tabel 8

Tabel 8 Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek Keamanan Pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda

pada sekolah kriteria A S EKOLAH KRITERIA A KODE PEDAGANG MEDIA SKOR

SEBELUM SESUDAH SELISIH

SDN 29 Johar Baru A B C Poster 8 7 - 8 7 - 0 0 - SDN 09 Mardani A B C Komik 9 - 9 9 - 9 0 - 0 SDN 01 Johar Baru A B C Leaflet 6 - 9 7 - 9 1 - 0 Ket: Nilai tertinggi 10

Berdasarkan isian kuisioner dari 9 orang pedagang jajanan yang berjualan di sekolah contoh dengan kriteria A, menunjukkan bahwa pengetahuan mereka tentang keamanan pangan cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari skor sebelum dan sesudah diberikan media promosi nilainya bagus. Media promosi poster, leaflet dan komik tersebut lebih mudah dimengerti oleh pedagang kaki lima, meskipun pedagang kaki lima memiliki pendidikan formal rendah, dengan demikian maka media promosi akan lebih mudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dibanding dengan mengadakan sosialisasi tatap muka berupa dikumpulkannya para pedagang jajanan untuk mendengarkan penyuluhan tentang keamanan pangan jajanan.

Dengan menggunakan media promosi, diharapkan penyuluhan keamanan pangan akan lebih efektif, karena para pedagang jajanan akan segera mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh pengetahuan dan tanggung jawab moril, sepanjang tidak merugikan dagangannya. Menurut Kennedy 2009, peran media sangat dibutuhkan dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, dengan adanya media akan mempermudah khalayak untuk memahami pesan yang disampaikan kepada mereka. Media promosi yang disampaikan kepada pedagang berisi pesan untuk menghimbau para pedagang

jajanan supaya mereka berusaha menjual dagangan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Dapat disimpulkan media promosi leaflet, komik dan poster dapat digunakan sebagai media penyuluhan yang bertuuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan jajanan.

Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek keamanan pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria B, disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek Keamanan Pangan Sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria B

SEKOLAH KRITERIA B KODE PEDAGANG MEDIA SKOR

SEBELUM SESUDAH SELISIH

SDN 21 Johar Baru A B C Leaflet 6 - 9 7 - 9 1 - 0 SDN 01 Johar Baru A B C Komik 9 - 9 9 - 9 0 - 0 SDN 17 Tanah Tinggi A B C Poster 8 7 - 8 7 - 0 0 - Ket: Nilai tertinggi 10

Hasil isian kuisioner untuk pedagang yang berjualan di sekolah dengan kriteria B hampir sama dengan pedagang yang berjualan di sekolah dengan kriteria A, hal ini menunjukkan pengetahuan pedagang jajanan tentang keamanan pangan di sekolah dengan kriteria B juga cukup bagus.

Media promosi yang disebarkan pada sekolah kriteria A dan sekolah kriteria B dapat diterima oleh para pedagang jajanan. Diharapkan pengetahuan pedagang tentang keamanan pangan dapat meningkat dan dapat dipraktekkan para pedagang jajanan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya menurut Kennedy (2009) pesan yang ditujukan kepada khalayak dipengaruhi oleh sensasi dan intensitas yang dihasilkannya. Jika sensasi itu cukup kuat dan memiliki daya tarik besar, objek atau stimulus itu dapat

langsung memasuki pikiran khalayak melalui berbagai jalan (pancaindra). Komunikasi menjadi sempurna jika respons yang dimaksudkan oleh sumber adalah identik dengan respons dari penerima. Keberhasilan atau efektivitas komunikasi berbanding lurus dengan derajat kesamaan atau kesesuaian makna yang tercipta relatif sama atau bila hasil komunikasinya relatif sesuai dengan yang diinginkan komunikator. Namun, pada dasarnya tidak pernah ada komunikasi yang 100% efektif, karena tidak ada dua manusia yang mempunyai pengalaman yang persis sama. Efektivitas itu berada dalam suatu continuum, antara 0% sampai 100%.

Media promosi poster dengan ukuran besar dan di tempel di tempat yang mudah diakses oleh banyak orang memungkinkan media poster dilihat dan dibaca secara berulang-ulang. Hal ini dapat menjadi image yang bagus untuk menarik perhatian publik untuk sebuah pesan. Kemampuan pesan dalam menghasilkan perhatian yang besar terhadap objek disebut intensitas. Menurut Kennedy 2009, Intensitas yang cukup tinggi diperlukan dalam sebuah pemaparan informasi agar menarik perhatian besar dari khalayak.

Kesempurnaan di dalam proses saling berbagi makna merupakan tujuan akhir dari sebuah kegiatan komunikasi yang efektif. Efektivitas komunikasi erat hubungannya dengan tujuannya, biasanya dalam suatu komunikasi diharapkan satu hasil atau lebih sebagai tujuan komunikasi.Untuk itu perlu uji coba efektivitas pesan atau materi komunikasi yang meliputi lima hal, yaitu (1) menarik tidaknya pesan, (2) kemudahan dimengerti, (3) kemudahan diterima, (4) mengajak ikut serta, dan (5) bersifat membujuk. Pesan perlu di evaluasi untuk melihat efektif atau tidaknya pesan tersebut. Pertimbangan pemilihan media untuk menyampaikan pesan kepada target audiens yang khusus relatif akan lebih berdaya guna daripada melakukan generalisasi (Syafarina, 2007). Selanjutnya menurut Widjaja 2000, supaya komunikasi efektiv dalam proses komunikasi penting adanya kontak sosial bagi manusia dan masyarakat. Dalam melakukan kontak atau hubungan yang beraneka ragam dilakukan dengan cara dan gaya yang berbeda pula. Masalah yang paling menonjol dalam proses komunikasi antara lain perbandingan antara pesan yang disampaikan dengan pesan yang diterima

Mengingat pentingnya pesan keamanan pangan ini disampaikan kepada masyarakat luas umumnya dan siswa SD khususnya, harus ada keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk menyadari akan pentingnya keamanan pangan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik bagi pelaku usaha maupun konsumen. Pemerintah memfasilitasi peralatan dan peraturan.

Mengkaji hasil-hasil penelitian ini, maka yang paling penting untuk ditindak lanjuti adalah sebagai berikut:

1. Memilih media promosi yang tepat untuk promosi supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dan implementasikan.

2. Media promosi sangat membantu dalam penyuluhan / mengkampanyekan tentang keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang.

3. Dalam menggunakan media promosi untuk penyuluhan dan menyampaikan pesan kepada kepada masyarakat, terutama di lingkungan sekolah perlu diperhatikan golongan responden yang akan menerima pesan.

4. Membuat siswa menjadi kritis terhadap keamanan pangan, dengan membekali mereka pengetahuan yang cukup tentang pangan yang aman. 5. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang di sekolah

pemerintah (Diknas) bersama Badan POM perlu bekerjasama membuat media promosi tentang keamanan pangan sebagai alat bantu penyuluhan keamanan pangan di sekolah-sekolah dan secara periodik mensosialisasikan masalah kesehatan dan keamanan pangan kepada siswa, pengelola sekolah dan pelaku usaha.

6. Diharapkan kerjasama yang solid antara Badan POM, Depkes dan Pemda untuk melindungi masyarakat terutama anak sekolah dari bahaya PJAS. 7. Untuk mencegah agar anak tidak sembarang jajan, perlu ada koordinasi oleh

pihak sekolah untuk mengupayakan pemberian makanan ringan atau makan siang di lingkungan sekolah sehingga orang tua tidak kuatir dengan makanan yang dimakan anaknya di sekolah.

8. Pihak pengelola sekolah juga, diharapkan terlibat aktif memperbaiki keamanan pangan melalui unit kesehatan sekolah, dengan melakukan perjanjian tertulis dengan pedagang yang akan berjualan di sekolah.

9. Pendekatan persuasif pihak sekolah kepada pedagang diharapkan bisa mengubah perilaku pedagang dalam mengolah makanan, agar makanan yang dijual dapat terhindar dari bahaya yang dapat mengancam kesehatan siswa.

10. Perlu dipikirkan pembuatan peraturan, program kegiatan penyuluhan atau pengawasan rutin baik oleh pihak sekolah atau instansi terkait sehingga dapat mengatasi masalah ini.

Usulan-usulan diatas akan operasional bila dilakukan pembagian program yang jelas antar instansi terkait. Siswa SDN sebagai generasi penerus bangsa harus kritis terhadap keamanan pangan jajanan, agar terhindar dari mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak aman yang dapat membahayakan kesehatan mereka. Pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan, dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Matrik pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan Aspek

Pengembangan

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Menyuluh siswa v Menyiapkan materi promosi keamanan pangan (BPOM, Depkes)

v Penguatan kurikulum tentang Keamanan pangan (Diknas)

v Membuat program Pembinaan PJAS melalui kantin sekolah (Diknas) v Menetapkan kebijakan

dalam rangka perbaikan keamanan dan mutu PJAS secara nasional (Diknas, BPOM)

v Melakukan perbaikan mutu dan keamanan PJAS nasional (Diknas, BPOM)

v Melakukan penyuluhan ke sekolah (Disdik) v Melakukan pembinaan sarana kantin sekolah secara kontinyu(Disdik). v Menyelidiki pola konsumsi jajanan siswa (Dinkes) v Menyelidiki profil jajanan anak sekolah (Disdik) v Menyelidiki persepsi dan pengetahuan siswa tentang gizi (Dinkes dan Disdik)

v Memotivasi siswa Menggiatkan kegiatan UKS

Tabel 10. Matrik pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan (sambungan)

Aspek Pengembangan

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Menyuluh guru v Melakukan penyuluhan keamanan pangan di sekolah (BPOM)

v Menyediakan materi promosi untuk guru yang akan disampaikan kepada siswa (BPOM, Diknas) v Melatih guru-guru sekolah

mengenai keamanan pangan (BPOM)

v Bekerjasama dengan pihak sekolah khususnya tim UKS untuk meningkatkan

kesadaran keamanan pangan kepada guru (Diknas dan BPOM)

v Membuat pedoman penyuluhan keamanan pangan di sekolah dalam bentuk audio visual (Diknas dan BPOM) v Menganjurkan kepada pihak sekolah agar menyediakan kantin sekolah (Dinkes) v Membuat

perjanjian yang tak hanya meliputi jangka waktu, tetapi juga ketentuan jenis, sifat dan kandungan gizi makanan dengan pelaku usaha yang berjualan di kantin dan sekitar sekolah (guru dan pelaku usaha) v Menghimbau komite sekolah agar memperhatikan kelayakan jajanan yang dijual di sekolah (Dinkes)

Tabel 10. Matrik pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan (sambungan)

Aspek Pengembangan

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Menyuluh pedagang / pengelola kantin sekolah v Memonitor dan mengevaluasi implementasi kantin sehat di sekolah.(Diknas, BPOM) v Membuat peraturan kantin

sehat di sekolah yang memenuhi standar (Diknas, BPOM)

v Melengkapi regulasi dan standar keamanan pangan di sekolah (BPOM)

v Melakukan pelatihan District Food Inspector (BPOM) v Melakukan penyuluhan kepada pedagang jajanan di masing-masing daerah.(Dinkes) v Menata kantin sehat di sekolah yang memenuhi standar (Disdik) v Merencanakan dan merealisasi program keamanan pangan di masyarakat v Melakukan pembinaan Pedagang Jajanan Anak Sekolah (Disdik)

Tabel 10. Matrik pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan (sambungan)

Aspek Pengembangan

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

v Makanan v Melakukan sampling dan

pengujian terhadap makanan jajanan (BPOM)

v Melakukan penarikan dan pengamanan produk yang positif mengandung bahan berbahaya (BPOM, Pemda) v Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pangan yang efektif dan efisien oleh (BPOM, Pemda dan instansi terkait lainnya sesuai tupoksi).

v Melakukan pengawasan keamanan pangan secara terus menerus (BPOM) v Pangan olahan wajib

memiliki surat persetujuan pendaftaran (Ijin edar).

v Bupati/walikota berwenang memeriksa

pelanggaran pangan siap saji dan olahan IRT. v Perlunya “Rapid Test Kid” digunakan masyarakat, untuk mendeteksi bahan berbahaya yang terdapat pada PJAS (BPOM).

v Perlu peningkatan kerja sama lintas sektor secara terus menerus untuk mengendalikan keamanan PJAS (BPOM, Diknas, Pemda dll.)

Aspek Pengembangan

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Pembinaan produsen

v Memberikan pembinaan kepada Dinkes. Kab/Kota dalam pelaksanaan

pengawasan PJAS (BPOM) v Melakukan inspeksi sarana

pengolahan pangan, distributor, peritel, Ekspor/Impor secara rutin (BPOM)

v Memberikan Piagam Bintang Keamanan Pangan (PBKP) bagi produsen yang berhasil. v Melatih tenaga Penyuluh

Keamanan Pangan (PKP) di tingkat Pemda (BPOM)

v Melakukan pembinaan terhadap produsen IRTP (BPOM, Dinkes kab. Kota) v Menindak pelanggaran terhadap keamanan pangan secara hukum (Pemda) v Pemda melalui dinkes, merespon dalam pembinaan industri rumah tangga, secara terus menerus

v Bupati/walikota aktif memeriksa pelanggaran pangan siap saji dan olahan .

Dokumen terkait