• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEGADAIAN SYARIAH (RAHN)

Dalam dokumen BAB 1 SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM (Halaman 102-108)

PENGERTIAN

Gadai, dalam fiqh disebut rahn (barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan). Menurut syara,‟ ”menyandera sebagaian harta sebagai jaminan secara hak, tapi dapat dianbil kembali sebagai tebusan” Dasar hukum pegadaian syariah bersumber dari:

 Al Quran

“jika kamu dalam perjalanan (dan kamu melaksanakan muamalah tiidak secara tunai) dan

jika kamu tidak memperoleh seorang penulis maka hendaklah ada barang jaminan yang dapat dijadikan pegangan (oleh yang mengutangkan), tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanat (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah”. (QS. Al Baqarah: 283)

 Al Hadits

Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari Aisyah berkata, “Rasulullah pernah menberi

makanan dari orang yanhudi dan beliau menggadaiakn kepadanya baju besi beliau”

 Ijtihad Ulama

Gadai diperbolehkan dan para ulama tidak mempertentangkan kebolehannya dan tidak mempertentangkan dasar hukumnya.

Pegadaian syariah sebagai lembaga keuangan alternative bagi masyarakat guna menetapkan pilihan dalam pembiayaan di sector riil. Biasanya masyarakat yang berhubungan dengan pegadaian adalah masyarakat menengah ke bawah yang membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Oleh karena itu, barang jaminan pegadaian dari masyarakat ini memiliki karakteristik barang sehari-hari yang nilainya rendah. Maka, keadaan inilah yang mempengaruhi rendahnya nilai pembayaran yang mereka terima.

RUKUN GADAI SYARIAH

1) Ar_Rahin (yang menggadaikan)

Orang yang telah dewasa,berakal, bias dipercaya, dan memiliki barang yang akan digadaikan.

2) Al- Murtahin (yang menerima gadai) Oarng, bank atau lembaga yang dipercaya 3) Al-Marhun)/rahn (barang yang digadaikan)

Barang yang digunakan untuk jaminan dalam mendapatkan uang 4) Al-Marhun bih (utang)

Sejumlah dana ynag diberikan murtahin kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran

marhun

5) Sighat, Ijab dan Qabul

Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi gadai.

SYARAT GADAI SYARIAH 1) rahin dan Murtahin

harus mengikuti syarat-syarat maupun kemammpuan, yaitu berakal sehat dan layak untuk melakukan transaksi pemilikan.

2) Sighat

Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga dengan suatu waktu tertentu

di masa depan.

Rahn juga tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dengan suatu waktu di masa yang

akan datang. 3) Marhun bih

 Harus merupakan hak yang wajib diberikan kepada pemiliknya.  Memumgkinkan pemanfaatan.

 Harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya. 4) Marhun (barang)

 Harus dapat diperjualbelikan  Harus beruapa harta yang bernilai  Dapat dimanfaatkan secara syariah

 Harus dapat diketahui keadaan fisiknya, maka piutang tidak sah untuk digadaikan.

 Harus dimiliki oleh rahin (peminjam atau gadai) setidaknya harus seijin pemiliknya.

AKAD PERJANJIAN GADAI

Menurut Ulama Salafi‟iyah, penggada bisa sah bila memiliki 3 syarat: 1) Harus beruapa barang, karrena utang tidak bisa digadaikan

2) Penetapan kepemilikan penggadaian atas barang yang digadaikan tidak terhalang, seperti mushaf.

3) Barang yang digadaikan bisa dijual manakala sudah masa pelunasan utang gadai. Dari ketiga hal tersebut dapat ditentukan mekanisme perjanjian gadai, yaitu:

1) Akad al-Qardul Hasan

Akad ini dilakukan pada kasus nasabah yang menggadaikan barangnya untuk keperluan konsumtif. Dengan demikian rahin akan memberikan biaya upah kepada pegadaian (murtahin) yang tellah menjaga dan merawat marhum

2) Akad ai-Mudharabah

Akad dilakukan untuk nasabah yang menggadaikan barang untuk menambah modal usaha. Dengan demikian rahin akan memberikan bagi hasil kepada murtahin sesuai kesepakatan sampai modal yang dipinjam terlunasi.

3) Akad Bai‟ al-Muqayadah

Akad ini dapat dilakukan jika rahin yang ingin menggadaikan barangnya untuk keperluan produktif, artinya dalam menggadaiakan rahin tersebut menginginkan modal kerja berupa pembelian barang. Barang yang dapat dijaminkan untuk akad ini adalah barang-barang yang dapat dimnfaatkan atau tidak oleh rahin atau murtahin. Dengan demikian murtahin akan membelikan barang yang sesuai dengan keinginan

rahin atau rahin akan memberikan mark-up kepada murtahin sesuai kesepakatan saat

akad dan sampai batas waktu yang telah ditentukan.

MEKANISME PEGADAIAN SYARIAH

Operasi pegadaian menggambarkan hubungan antara nasabah dan pegadaian, dimana:

1) nasabah menajminkan baraang kepada pegadian untuk mendapaptkan pembiayaan yang kemudin si pegadaian menaksir barabg jaminan untuk dijadikan dasar dalam pemberian pembiayaan.

2) Pegadaian syariah dan nasabah menyetujui akad gadai.

3) Pegadaian syariah menerima biaya gadai (biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan dan penaksiran yang dibayar diawal transaksi oleh nasabah)

4) Nasabah menenbus barang yang digadaikan setelah jatuh tempo. MEKANISME PERJANJIAN GADAI

Nah sekarang mekanisme gadai dapat dirumuskan apabila telah dketahui beberapa hal: 1) Syarat rahin dan murtahin

2) Syarat marhun dan utang 3) Kedudukaan marhun

4) Resiko atas kerusakan marhun pemindahan milik marhun 5) Perlakuan bunga dan riba dalam perjanjian gadai

6) Pungutan hasil marhun 7) Biaya pemeliharaan marhun 8) Pembayaran utang dari marhun 9) Hak murtahin atas harga peninggalan

OPERASIONALISASI PEGADAIAN SYARIAH Jenis barang yang digadaikan

Yang penting dari barang untuk jaminan gadai adalah harus dihasilkan dari sumber yang sesuai dengan syariah (tidak mengandung riba, gharar, maysir). Selain dari alasan syariah, keterbasan tempat penyimpanan barang jaminan, kesulitan penaksiran, jenis barang mudah

rusak dan jenis jaminan berbahaya juga menjadi pertimbangan untuk kriteria barang jaminan. Barang tersebut antara lain: barang perhiasan, barang rumah tangga, barang elektronik, kendaraan, dsb.

Penaksiran barang gadai

Besarnya pinjaman dari pegadaian syariah yang diberikan pada nasabah tergantung dari besarnya nilai barang yang akan digadaikan yang akan ditaksir oleh petugas penaksir. So, pegadaian syriah dituntut punya petugas penaksir yang memiliki kriteria:

 Memiliki pengetahuan jenis barang gadai yang sesuai dengan syariah ato tidak.  Mampu memberikan penaksiran secara akurat atas nilai barang gadai

 Memiliki sarana prasarana penunjang dalam memperoleh keakuratan penilaian barang gadai.

Pelunasan

Pelunasa banyak macamnya, pelunasan penuh, ulang gadai, angsuran dan tebus sebagian. Prosedur pelunasan dilaksanakan dengan cara nasabah membayar pokok pinjaman dan jasa pinjaman sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan.

Penjualan barang gadai

Barang gadai dijual jika nasabah tidak melunasi pinjaman sampai batas waktu tertetu. Penjualan dilakukan setelah pemberitahuan dilakukan paling lambat 5 hari sebelum tanggal panjualan.

Jika setelah penjualan dilakukan dan ada kelebihan hasil penjualan barang gadai maka:  Unag kelebihan penjualan dimiliki nasabah

 Nasabah dapat meminta uang kelebihan ke kantor cabang unit layanan gadai syariah setempat

 Bila dalan 1 tahun tidak diambil, uang tersebut dapat disalurkan ke lembaga ZIS. Pemanfaatan Barang Gadai

Menurut Madzab Hanafi dan Hambali, penerima pegadaian boleh memanfaatkan barang yang menjadi jaminan untuk utang atas ijin pemiliknya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul dari Abu Hurairah bahwa, ” gadaian dikendarai oleh sebab nafkahnya, apabila ia digadaikan

dan susunya diminum oleh sebab nafkahnya, apabila digadaikan atas orang yang mengendarai dan meminumnya susunya wajib nafkahnya”

Menurut Imam Syafi‟i dan Imam Malik, manfaat barang jaminan secara mutlak adalah hak bagi yang menggadaikan barang. Demikian pula, biaya pembiayaan adalah kewajiban yang menggadaikan barang. Sabda Rasul dr abu Hurairah ” gadaian itu tidak menutup akan yang

punyanya, dari manfaat barang itu, kaidahnya kepunyaan dia wajib mempertanggungjawabkan segala resikonya.

KETENTUAN PEGADAIAN SYARIAH

1. Bila pegadaian memanfaatkan barang gadaian

Pegadaian dilarang memanfaatkan barang gadai sekalipun diijinkan oleh yang menggadaikan. Jika barang gadaian berbentuk binatang, ia boleh dimanfaatkan sebagai imbalan memberi makan hewan tersebut. Jumhur ulama mengatakan, ” tidak

boleh sedikitpun memenfaatkan gadaian oleh murtahin”. Sabda Rasul, ”Boleh menunggangi binatang gadaian yang ia beri makan, begitu juga boleh mengambil susu binatang gadaian jka ia memberi makan”.

2. Anak hewan gadaian dan manfaat-manfaat gadaian.

Manfaat barang gadaian (hewan) adalah milik nasabah. Anaknya termasuk barang gadaian. Termasuk dalam kategori ini adalah anak, bulu, buah dan susu.

MASALAH OPERASI PEGADAIAN SYARIAH

Diungkapkan oleh Ibn Rusyd dalam Bidayatu‟l Mujtahid dan Imam Taqiyudin Abu Bakar Al

Husaini dalam kitab Kifayatul Akhyar, masalah-masalah tersebut antar lain:

1) barang dalam pengkongsian boleh digadaikan oleh orang yang ikut serta memliki tersebut sedang yang diterima oleh pegadaian adalah seluruh barang yang dalam pengkongsian tersebut secara utuh.

2) Orang yang meminjam barang kemudian menggadaikan hukumnya boleh, karejna barang yang digadaikan itu berstatus amanat.

3) Seandainya nasabah mengijinkan pegadaian untuk menjual barang gadaian tersebut dalam rangjka melunasi utnag nasabah, maka hukumnya sah jika penjualannya di depan nasabah, dan tidak sah juka penjualannya tidak di depan nasabah karena ditakutkan lebih mementingkan pihak pegadaian.

4) Jika brang gadaian rusak dan pegadaian telah menerima penggantinya, maka status brang pengganti tersebut adalah sebagai pengganti barang yang rusak.

5) Jika nasabah bilang, ”berilah saya tambahan utang dan barang saya yang sudah ada menjadi jaminan dua utang”maka utang yang baru itu tidak sah.

6) Nasabah dan pegadaian yang berselisih tentang penerimaan barang gadai, jika barang tersebut berada di tangan nasabah, maka yang dibenarkan adalah nasabah dan sebaliknya.

RESIKO BARANG GADAI

 Resiko tak terbayarkan oleh nasabah (wanprestasi)  Penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak.

Dalam dokumen BAB 1 SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM (Halaman 102-108)

Dokumen terkait