• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Perusahaan

64,29% 35,71%Pekerja Pria Pekerja Wanita

Gambar 2. Gender Pekerja

Tenaga kerja di bagian pengambilan bahan baku yang berada di TPA Namo Bintang juga masih kurang. Hal ini dikarenakan penawaran yang diberikan oleh pihak manajemen terhadap produk mereka masih rendah dibandingkan dengan penawaran yang diberikan oleh pihak lain. Oleh sebab itu, pihak manajemen melakukan kebijakan dengan menerima seluruh produk pengumpul kompos kapan saja mereka ingin menjualnya. Hal ini hanya berlaku bagi pengumpul yang merupakan pekerja tetap di CV. Mission Tani. Banyaknya tenaga kerja yang berhenti setelah bekerja seminggu atau sebulan menyebabkan

penurunan terhadap produksi. Hal ini terjadi karena pihak manajemen menggunakan sistem pemberian upah harian. Pihak manajemen membuat kebijakan yaitu dengan memberikan asuransi JAMSOSTEK bagi para pekerja tetapnya dengan masa kerja minimal 3 bulan untuk meningkatkan loyalitas pekerja pada perusahaan.

Aspek Lingkungan

Sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dalam aspek lingkungan disini yang berpengaruh adalah cuaca yaitu curah hujan. Curah hujan yang terjadi mempengaruhi proses produksi pupuk kompos. Data curah hujan dari Stasiun Meteorologi Kelas I Polonia Medan ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh curah hujan terhadap sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani.

Tabel 10. Data curah hujan daerah Pancur Batu dan jumlah pasokan bahan baku kompos TPA 2010-2011

Bulan Curah Hujan (mm) Jumlah Bahan Baku Kompos TPA (kg)

Juli 136 61.419 Agustus 230 135.841 September 256 62.290 Oktober 256 92.584 November 490 82.509 Desember 364 91.896 Januari 314 69.106 Februari 33 128.238 Maret 335 114.558 April 79 172.483

Dari data diatas, dapat kita lihat bahwa peningkatan curah hujan mengakibatkan penurunan terhadap jumlah bahan baku kompos TPA yang dipasok ke pabrik CV. Mission Tani. Untuk mengatasi hal itu, pihak manajemen CV. Mission Tani telah melakukan kebijakan yaitu dengan memasok kompos TPA dari pengumpul lain di sekitar TPA Namo Bintang. Untuk memasok bahan

baku kompos TPA dari pengumpul lain, pihak manajemen harus membeli kompos TPA dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi biaya produksi. Namun, hal ini harus dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar.

Cuaca juga mempengaruhi musim memupuk dikalangan petani. Jika petani memasuki musim memupuk, maka para produsen pupuk kompos akan meningkatkan jumlah produksi pupuknya. Permintaan terhadap kompos dari TPA Namo Bintang akan meningkat. Para pengumpul akan menaikkan harga kompos TPA dan hal ini akan mempengaruhi biaya produksi pupuk kompos nantinya.

Aspek Sosial-Ekonomi

Pendekatan sistem terhadap aspek sosial-ekonomi sistem produksi pupuk kompos yang ada di CV. Mission Tani dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Survei yang dilakukan kepada para pekerja sistem menunjukkan bahwa 92,86 % dari jumlah responden berusia dibawah 40 tahun. Ini berarti kebanyakan dari pekerja masih termasuk kedalam usia yang masih produktif.

Gambar 3. Usia pekerja

Gambar 3. Usia pekerja

Walaupun pekerja di CV. Mission Tani termasuk kedalam usia masih produktif, namun dari hasil wawancara CV. Mission Tani menghadapi permasalahan yaitu pekerja yang sering berhenti dari pekerjaan dalam waktu

21,43% 35,71% 35,71% 7,14% <20 21-30 31-40 >40

7,14% 35,71% 57,14% Kurang Puas Cukup Puas Puas 21,43% 71,43% 7,14% Kurang Puas Cukup Puas Puas

singkat. Hal ini disebabkan adanya keinginan untuk bekerja diluar sistem yang diharapkan dapat memperoleh peningkatan taraf hidup mereka. Oleh sebab itu, CV. Mission Tani membuat kebijakan dengan memberikan upah yang memuaskan untuk para pekerja dan memberikan asuransi JAMSOSTEK kepada pekerja yang telah bekerja di pabrik minimal 3 bulan. Hal ini terbukti dari hasil kuisioner yang telah dilakukan. Diagram ini menunjukkan bahwa 71,43 % pekerja merasa cukup puas terhadap upah yang diberikan. Hanya 21,43 % pekerja yang menyatakan kurang puas terhadap upah yang diberikan.

Gambar 4. Kepuasan pekerja terhadap gaji

Apabila ditinjau dari kepuasan kerja para pekerja di CV. Mission Tani, hasil kuisioner menunjukkan bahwa 7,14 % pekerja menyatakan kurang puas, 35,71 % menyatakan cukup puas, dan 57,14 % menyatakan puas terhadap kerja yang mereka jalani di CV. Mission Tani.

Penyusunan Diagram Kotak Hitam

Pada langkah identifikasi sistem, terdapat konsep blackbox (kotak hitam), yang tidak diketahui apa yang terjadi didalamnya, tetapi hanya diketahui input yang masuk dan output yang keluar dari kotak hitam tersebut. Menurut Eriyatno (2003) dalam meninjau suatu perihal untuk menyusun kotak hitam, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu (1) peubah input, (2) peubah output, (3) parameter-parameter yang membatasi struktur sistem.

Input merupakan masukan yang diberikan pada sistem produksi pupuk kompos untuk mengubah sumber daya dan menambah nilai kegunaan. Variabel input terdiri atas input terkendali, input tak terkendali, dan input lingkungan. Didalam sistem ini input terkendalinya terdiri atas jumlah bahan baku yang masuk, perencanaan dan biaya produksi, jumlah tenaga kerja, teknologi proses dan peralatan kerja produksi, luas lahan produksi, dan jumlah sarana pengangkutan.

Input tak terkendali pada sistem produksi ini terdiri atas jumlah kotoran yang ikut dalam proses pengolahan dan kualitas bahan baku yang masuk.

Input lingkungan adalah peubah yang mempengaruhi sistem akan tetapi sistem itu sendiri tidak dapat mempengaruhinya. Input lingkungan yang mempengaruhi sistem adalah peraturan pemerintah seperti hak guna usaha (HGU) dan juga pajak yang mempengaruhi biaya produksi serta kondisi cuaca yang terdiri dari curah hujan.

Dalam perancangan diagram kotak hitam perlu ditentukan suatu parameter rancangan sistem. Sesuai dengan pendapat Eriyatno (2003) parameter rancangan

sistem digunakan untuk menetapkan struktur sistem yang merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan. Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem berjalan lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah.

Parameter rancangan sistem sendiri dapat berupa lokasi fisik, ukuran fisik dari sistem dan komponen sistem. Parameter rancangan sistem terdiri dari Standar Operasional Kerja (SOP) untuk produksi pupuk kompos di pabrik. SOP yang dibuat oleh pihak manajemen ini merupakan acuan bagi pekerja untuk melaksanakan tugas dalam rangka mewujudkan tujuan dari sistem produksi yaitu peningkatan produktifitas dan oprimalisasi biaya produksi. SOP berisi ruang lingkup dan prosedur kerja dari masing-masing bagian pekerjaan.

Teknis pengolahan yang paling mempengaruhi mutu pupuk yang dihasilkan adalah proses pengomposan dan penghalusan ukuran. Jika proses pengomposan kotoran ternak tidak dilakukan dengan baik, maka proses pengomposan akan mengeluarkan bau yang tidak sedap dan waktu untuk proses pengomposan bisa menjadi lebih lama. Oleh karena itu, proses pengomposan harus dilakukan dengan baik sesuai dengan standar yang telah ditentukan pihak manajemen agar tercapai mutu yang baik. Pada proses penghalusan ukuran yaitu saat pengayakan, perlu diperhatikan kotoran-kotoran yang terikut keproses pengolahan. Diusahakan benda-benda asing tidak terikut kedalam proses pengolahan.

Parameter selanjutnya yaitu standar bahan baku. Selama proses penerimaan bahan baku, harus diperhatikan juga bahan baku yang masuk. Terkadang pemasok kompos TPA mencampur kompos TPA dengan tanah. Hal ini nantinya akan menurunkan kualitas pupuk kompos yang dihasilkan. Para pemasok juga terkadang menambahkan air pada kompos TPA yang akan membuat kompos TPA menjadi bertambah berat. Hal ini tentunya akan merugikan pihak manajemen dan juga akan menaikkan kadar air pupuk yang akhirnya juga dapat menurunkan kualitas pupuk yang dihasilkan.

Pengukuran produktifitas adalah cara terbaik dalam menilai kemampuan sebuah lembaga. Proses transformasi input dan parameter rancangan sistem akan menghasilkan output. Output terdiri dari output yang dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki. Output yang dikehendaki adalah efektifitas proses produksi pupuk kompos, optimalisasi biaya produksi, pemenuhan permintaan konsumen, dan keuntungan bagi perusahaan.

Output yang dikehendaki dalam sistem ini yaitu efektivitas proses produksi pupuk kompos, optimalisasi biaya produksi, pemenuhan permintaan konsumen, keuntungan bagi perusahaan, dan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Output yang tidak dikehendaki dalam sistem ini adalah kenaikan biaya produksi, kerugian bagi perusahaan, penurunan mutu pupuk kompos, limbah, dan polusi udara.

Manajemen pengawasan dan pengendalian mutu merupakan umpan balik dalam jalannya sistem. Proses produksi dalam transformasinya dari input menjadi output sering terdapat perbedaan harapan yang tidak sesuai dengan yang telah

direncanakan. Oleh karena itu, diperlukan umpan balik untuk menghindari hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara input dan ouput yang diharapkan.

Dokumen terkait