IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI PUPUK KOMPOS
DI CV. MISSION TANI KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
OLEH :
TIKA HAFZARA SIREGAR 070308024
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI PUPUK KOMPOS
DI CV. MISSION TANI KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
OLEH :
TIKA HAFZARA SIREGAR 070308024 / TEKNIK PERTANIAN
Proposal sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011
(Ir. Saipul Bahri Daulay, M. Si) Ketua
ABSTRAK
TIKA HAFZARA SIREGAR : Identifikasi Sistem Produksi Pupuk Kompos di CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.
Penggunaan pupuk kompos semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesuburan tanah. Kenaikan permintaan ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi. CV. Mission Tani adalah salah satu unit usaha yang memproduksi pupuk kompos. Untuk merumuskan kebijakan peningkatan produksi pupuk kompos digunakan pendekatan sistem (system approach) dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem produksi pupuk kompos dan faktor-faktor yang mendukung tujuan sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang lingkup permasalahan sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani terdiri dari permintaan konsumen, tenaga kerja, pemeliharaan konsistensi mutu, kondisi cuaca, dan musim memupuk. Hasil dari identifikasi sistem produksi pupuk kompos ini diinterprestasikan kedalam diagram kotak hitam (blackbox diagram) yang terdiri dari input terkendali, dan tidak terkendali, input lingkungan, output terkendali dan tidak terkendali, parameter, dan pengendalian sistem produksi.
Kata kunci : sistem, produksi, pupuk kompos, CV. Mission Tani, diagram kotak hitam
ABSTRACT
TIKA HAFZARA SIREGAR :Identification of Production System in CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.
The use of compost increases along with public awareness to maintain soil fertility. The increase in demand should be offset by the increased of production. CV. Mission Tani is one of the business units that produce compost. To formulate programme of increasing production of compost, system approach was applied by taking information from stakeholders. The aim of this research was to identify the production system of compost and the factors that support the purpose of production system of compost in CV. Mission Tani. This research was conducted from Apri 2011 unti Mey 2011.
RIWAYAT HIDUP
Tika Hafzara Siregar, dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 19
April 1989 dari ayah Takbir Siregar dan ibu Kamaliah Ginting. Penulis
merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Kartika I-1 Medan. Pada tahun yang
sama penulis diterima di Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi ketua umum Ikatan
Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) 2010-2011, bendahara umum Unit
Kegiatan Mahasiswa Fotografi Universitas Sumatera Utara (UKM Fotografi
USU), dan menjadi anggota Agricultural Technology Muslim (ATM).
Pada bulan Juni sampai dengan Juli 2010, penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara III Sei
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Identifikasi Sistem Produksi Pupuk Kompos di CV. Mission Tani Kabupaten
Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di
Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.
Saipul Bahri Daulay, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ainun
Rohanah, STP, M.Si selaku ketua anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan, saran dan kritikan berharga
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengomposan ... 14
Faktor yang harus Diperhatikan dalam Pembuatan Kompos Menggunakan Mesin ... 17
Aplikasi Kompos untuk Pertanian ... 18
Berpikir Kesisteman... 20
Identifikasi Sistem ... 20
Analisa Kebutuhan ... 23
Sistem Produksi ... 23
Kebijaksanaan Manajemen Produksi ... 25
Proses Manufaktur ... 25 Sejarah Singkat Perusahaan... 31
Struktur Organisasi Perusahaan ... 32
Produktifitas CV. Mission Tani ... 33
Pemasaran dan Strategi Pemasaran CV. Mission Tani ... 36
Stakeholder dan Analisis Kebutuhan Sistem Produksi Pupuk Kompos CV. Mission Tani... 37
Sistem Produksi Pupuk Kompos CV. Mission Tani ... 40
Identifikasi Permasalahan Sistem ... 41
DAFTAR TABEL
No Hal.
1. Kandungan hara kompos ... 7
2. Persyaratan karakteristik bahan baku yang sesuai untuk proses pengomposan ... 9
3. Kandungan zat gizi dan kepadatan (densitas) kotoran sapi perah ... 9
4. Uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem ... 21
5. Penjualan pupuk kompos CV. Mission Tani 2010-2011 ... 34
6. Bahan baku pupuk kompos ... 35
7. Distributor pupuk kompos CV. Mission Tani ... 37
8. Analisis kebutuhan para stakeholder ... 40
9. Data kebutuhan bahan baku untuk menghasilkan pupuk organik lengkap sebesar 150 ton... 45
DAFTAR GAMBAR
No Hal.
1. Diagram sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani ... 41
2. Gender pekerja ... 46
3. Usia pekerja ... 49
4. Kepuasan pekerja terhadap gaji ... 50
5. Kepuasan kerja ... 50
6. Diagram kotak hitam sistem produksi pupuk kompos di CV.Mission Tani
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal.
1. Bagan alir penelitian... 58
2. Data hasil kuisioner ... 59
3. Alur proses pembuatan pupuk kompos di CV. Mission Tani ... 62
ABSTRAK
TIKA HAFZARA SIREGAR : Identifikasi Sistem Produksi Pupuk Kompos di CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.
Penggunaan pupuk kompos semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesuburan tanah. Kenaikan permintaan ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi. CV. Mission Tani adalah salah satu unit usaha yang memproduksi pupuk kompos. Untuk merumuskan kebijakan peningkatan produksi pupuk kompos digunakan pendekatan sistem (system approach) dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem produksi pupuk kompos dan faktor-faktor yang mendukung tujuan sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang lingkup permasalahan sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani terdiri dari permintaan konsumen, tenaga kerja, pemeliharaan konsistensi mutu, kondisi cuaca, dan musim memupuk. Hasil dari identifikasi sistem produksi pupuk kompos ini diinterprestasikan kedalam diagram kotak hitam (blackbox diagram) yang terdiri dari input terkendali, dan tidak terkendali, input lingkungan, output terkendali dan tidak terkendali, parameter, dan pengendalian sistem produksi.
Kata kunci : sistem, produksi, pupuk kompos, CV. Mission Tani, diagram kotak hitam
ABSTRACT
TIKA HAFZARA SIREGAR :Identification of Production System in CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.
The use of compost increases along with public awareness to maintain soil fertility. The increase in demand should be offset by the increased of production. CV. Mission Tani is one of the business units that produce compost. To formulate programme of increasing production of compost, system approach was applied by taking information from stakeholders. The aim of this research was to identify the production system of compost and the factors that support the purpose of production system of compost in CV. Mission Tani. This research was conducted from Apri 2011 unti Mey 2011.
PENDAHULUAN
Latar BelakangDi zaman sekarang ini tingkat kesuburan tanah di Indonesia umumnya
semakin menurun. Hal ini diakibatkan oleh tingginya eksploitasi tanah,
penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanah serta pola
penanaman komoditas monokultur. Berbagai upaya pemerintah untuk
meningkatkan kesuburan tanah seperti memperbaiki fisik dan kimia tanah dirasa
kurang efektif. Perlu ditetapkan penggunaan bahan organik yang dirasakan dapat
menjadi salah satu penyelesaian bagi peningkatan kesuburan tanah.
Pengaruh penggunaan pupuk pada lingkungan telah merupakan masalah
utama sejak tahun 1960-an. Ketika masalah ini pertama kali mendapatkan
perhatian masyarakat umum, tidak begitu ada bukti ilmiah untuk menyokong
mereka yang berpendapat bahwa pupuk merupakan ancaman besar terhadap
lingkungan atau mereka yang meyakini bahwa bahaya lingkungan dari aplikasi
pupuk adalah kecil atau tidak ada sama sekali. Untungnya saat ini ada sejumlah
nyata data yang baik yang darinya dapat dibuat beberapa kesimpulan yang
definitif.
Kekhawatiran mengenai pupuk dalam kaitannya dengan kualitas
lingkungan telah terfokus terutama pada percepatan eutrofikasi. Eutrofikasi, yakni
pertumbuhan dan pelapukan yang cepat dari vegetasi akuatik, paling sering
dibatasi oleh konsentrasi fosfat (P) dan kadang-kadang nitrogen (N) dalam air.
Tidak dapat disangkal bahwa eutrofikasi telah merupakan suatu masalah
dibeberapa daerah. Karena penggunaan terbesar N2 yang disemat secara industri
alamiah saja bahwa kekhawatiran akan muncul mengenai penggunaan pupuk dan
eutrofikasi (Engelstad, 1998).
Hara yang diperlukan untuk produksi tanaman telah disediakan sebagian
atau seluruhnya dari sumber-sumber organik, bahkan saat ini, dengan
digunakannya puluhan juta ton pupuk setiap tahunnya di Amerika Serikat bahan
organik tetap merupakan suatu sumber utama hara untuk produksi tanaman.
Pertumbuhan tanaman ditaksir mengambil 11,9 juta ton N, tetapi petani ditaksir
mengembalikan N ke tanah sebesar 3 juta ton dalam residu tanaman, 1,4 juta ton
dalam kotoran hewan, dan 7,2 juta ton dalam N2 yang disemat secara biologi,
disamping 9,5 juta ton sebagai pupuk N. Maka, sumber-sumber organik ditaksir
memasok 55% dari N yang ditambahkan pada tanah untuk produksi tanaman
(Engelstad, 1997).
Perhatian terhadap sumber organik hara telah meningkat cukup besar dari
peningkatan sejak krisis energi di tahun 1970-an. Sebagian besar dari perhatian
peningkatan yang besar dalam biaya produksi komersial dan oleh proyeksi
peningkatan yang akan terus berlanjut dalam harga pupuk dan ketidakpastian
pasokan pada tahun-tahun mendatang. Maka banyak petani yang menggunakan
metode-metode alternatif untuk mempertahankan atau memperbaiki kesuburan
tanah.
Penggalakan penggunaan pupuk kompos dianggap penting sebagai salah
satu solusi untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk kompos mengandung
bahan organik yang mengandung unsur makro dan mikro yang berguna bagi
kesuburan tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Sifat bahan organik
efisiensinya akan meningkat. Harga pupuk kompos yang relatif terjangkau oleh
petani membuat pupuk kompos lebih diminati.
Penggunaan pupuk kompos di Indonesia terus meningkat seiring dengan
kesadaran masyarakat akan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
eksploitasi tanah berlebihan. Pemerintah juga menunjukkan keseriusannya
menanggapi masalah tersebut dengan mengikuti program pelestarian lingkungan
Agenda 21 dalam KTT Bumi di Rio De Janeiro. Agenda tersebut mengharuskan
setiap neagara menyesuaikan kebijakan pembangunan pertaniannya pada prinsip
pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) dan memasyarakatkan konsep
pertanian berkelanjutan tersebut. Salah satu konsep pertanian berkelanjutan yang
harus diterapkan pada sistem pertanian adalah pertanian organik (Organic
Farming). Dengan ini, maka penggunaan pupuk kompos di Indoensia akan
semakin meningkat.
Untuk memenuhi peningkatan permintaan terhadap pupuk organik, perlu
dilakukan upaya peningkatan produktifitas dan kualitas pupuk kompos. Cakupan
upaya peningkatan produktifitas dan kualitas pupuk kompos sangat luas, karena
meliputi aspek produksi (kualitas, kuantitas, dan biaya produksi), aspek
lingkungan, dan aspek sosial. Oleh karena itu, untuk merumuskan kebijakan dan
strategi peningkatan produksi, digunakan pendekatan sistem (system approach).
Penggunaan pendekatan sistem dalam penelitian ini diharapkan akan
menghasilkan keputusan yang efektif dan operasional yang
sesuai dengan tujuan produksi perusahaan. Dengan memandang sistem secara
maka pendekatan sistem akan mencari keterpaduan antar elemen melalui
pemahaman yang utuh.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem produksi pupuk
kompos dan faktor-faktor yang mendukung tujuan sistem produksi pupuk kompos
di CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang. Hasil identifikasi sistem
diinterpretasikan ke dalam diagram kotak hitam (black box).
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan dasar penulisan skripsi untuk melengkapi
syarat melaksanakan ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatra
Utara.
2. Bagi mahasiswa yaitu sebagai bahan untuk menambah pengetahuan
tentang sistem produksi.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannnya.
Batasan Penelitian
Penelitian mengenai sistem produksi pupuk kompos ini dibatasi hanya
untuk menguraikan dan menerangkan sistem produksi pupuk kompos di CV.
Mission Tani Kabupaten Deli Serdang, mulai dari penerimaan bahan baku sampai
TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan bahan organik dalam tanah semakin lama semakin berkurang.
Data yang pernah dilaporkan bahwa tanah di pulau Jawa umumnya mengandung
bahan organik dibawah 2 %. Sementara dari Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimatologi menunjukkan sekitar 95 % lahan pertanian di Indonesia
mengandung C-organik kurang dari 1 %. Padahal batas minimum bahan organik
yang dianggap layak untuk bahan pertanian antara 4-5 %.
Selain penurunan bahan organik, terjadi pula kecenderungan penurunan
pH pada lahan pertanian. Pemakaian pupuk kimia seperti urea dan ammonium
sulfat (ZA) secara terus menerus membuat kondisi tanah menjadi masam. Bahan
organik sering disebut sebagai bahan penyangga tanah. Tanah dengan kandungan
bahan organik rendah akan berkurang kemampuan mengikat pupuk kimia
sehingga efisiensinya menurun akibat sebagian besar pupuk hilang melalui
pencucian, fiksasi atau penguapan.
Mengingat pentingnya fungi dan peranan bahan organik bagi tanah serta
makin intensifnya penggunaan pupuk kimia oleh petani maka sangatlah penting
untuk memperhatikan usaha pengembalian bahan organik ke tanah. Penggunaan
pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan bahan kimia dapat
meningkatkan produktifitas tanaman dan pengurangan penggunaan pupuk kimia,
baik pada lahan sawah maupun lahan kering (Musnawar, 2003).
Berdasarkan bahan bakunya, jenis pupuk dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan
dan hewan. Misalnya bungkil, guano, tepung tulang, dan sebagainya. Karena
pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur
maka pupuk ini pun mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun
mikro). Hanya saja, ketersediaan unsur-unsur tersebut biasanya dalam jumlah
yang sedikit. Pupuk organik diantaranya ditandai dengan ciri :
- Nitrogen tersedia dalam bentuk persenyawaan organik sehingga mudah
dihisap tanaman,
- Tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah,
- Mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, misalnya hidrat
arang.
Pupuk organik kebanyakan tersedia di alam (terhadir secara alamiah).
Contohnya kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, dan guano. Namun ada
beberapa yang dihasilkan oleh pabrik sehingga pupuk ini disebut pupuk buatan
organik (Murbandono, 2009).
Pupuk Kompos
Kompos merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik yang penting
dan banyak dibutuhkan tanaman. Kompos terbuat dari bagian-bagian tanaman
yang telah mengalami penguraian oleh mikroorganisme. Pada umumnya kompos
tersedia melimpah di hutan dan ladang pertanian (bekas tebangan hutan). Kompos
ini berasal dari dedaun dan ranting pohon yang mengalami pembusukan secara
alami oleh bakteri pengurai dan jamur. Kompos ini kemudian menjadi penyubur
kawasan hutan dan kadang-kadang dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar hutan.
untuk membuka lahan pertanian dan memanfaatkan kompos alami atau humus
sebagai pupuknya.
Kompos awalnya dibuat dengan memasukkan dan menumpuk begitu saja
bagian-bagian tanaman yang bertekstur lunak ke dalam suatu tempat.
Bahan-bahan tersebut akan hancur dan dibusukkan oleh bakteri pengurai di alam,
sehingga terbentuk kompos. Pembuatan kompos secara tradisional dilakukan
dengan cara menimbun dedaunan dan pupuk kandang atau menguburnya di dalam
lubang. Proses pembuatan ini dapat memakan waktu hingga tiga bulan
(Anonimous, 2007).
Kandungan Hara Kompos
Kandungan hara dan sifat fisik kompos dari pabrik lebih standar atau
konsisten dibandingkan dengan kompos dari bahan baku yang sangat beragam.
Tabel 1. Kandungan hara kompos (Musnamar, 2003).
Manfaat Kompos Untuk Tanah Dan Tanaman
1. Kompos memperkaya mikroba tanah. Di dalam kompos terdapat
sejumlah mikroba, sehingga pemberian kompos berarti menambah atau
memasukkan mikroba ke dalam tanah.
Komponen Kandungan (%)
2. Kompos meningkatkan unsur hara tanah. Kompos mengandung
unsur-unsur hara makro dan mikro yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Karena itu pemberian kompos dapat meningkatkan unsur hara tanah.
3. Kompos memperbaiki struktur tanah. Hal ini karena kompos
adalah material seperti tanah.
Kompos menyehatkan tanah dan tanaman. Tanaman yang memperoleh
cukup unsur hara akan tumbuh baik dan sehat, sehingga kuat menghadapi
serangan penyakit. Selain untuk tanah dan tanaman, kompos juga bermanfaat
untuk pemeliharaan cacing. Sebab kompos dapat digunakan sebagai media untuk
pertumbuhan dan perkembangan cacing (Djaja, 2008).
Bahan Baku Kompos
Prinsip dasar dari pengomposan adalah mencampur bahan organik kering
yang kaya karbohidrat dengan bahan organik basah yang banyak mengandung N.
Pencampuran kotoran ternak dan karbon kering seperti serbuk gergaji atau jerami,
ternyata dapat menghasilkan kompos yang berguna untuk memperbaiki struktur
tanah.
Tabel 2. Persyaratan karakteristik bahan baku yang sesuai untuk proses pengomposan
Karakteristik Bahan Rentangan
Banyak bahan yang berasal dari hewan dan tumbuhan dapat dijadikan
kompos. Berikut ini beberapa contoh bahan yang menjadi peluang untuk dijadikan
kompos.
a. Kotoran sapi
Setiap volume kotoran sapi dapat dicampur bahan baku lain dengan
perbandingan 1:1 – 3. Kandungan zat hara kotoran sapi perah dipengaruhi
oleh jumlah dan kualitas hijauan, konsentrat serta sisa rumput yang tidak
dimakan. Hal ini tentunya berbeda jika dibandingkan dengan sapi potong yang
hanya mengonsumsi rumput.
Tabel 3. Kandungan zat gizi dan kepadatan (densitas) kotoran sapi perah
Zat Gizi Kandungan (%)
Umumnya kotoran ayam banyak mengandung N tinggi dan sedikit kering.
Kualitas kompos kotoran ayam lebih banyak ditentukan oleh pakan yang
diberikan.
c. Limbah ternak lainnya
Limbah lain yang berasal dari ternak adalah limbah rumah potong dan industri
pengolahan ikan. Dari rumah potong dan industri pengolahan ikan biasanya
berupa bagian tubuh yang tidak dimanfaatkan seperti jeroan, tulang, sisa
d. Serbuk gergaji
Sebagai bahan baku kompos, serbuk gergaji cukup baik digunakan, walaupun
tidak seluruh bagian komponen dapat dirombak dengan sempurna. Kekerasan
jenis kayu menentukan lamanya proses pengomposan akibat kandungan lignin
didalamnya.
e. Rumput sisa ransum ternak
Kandungan air rumput sisa ransum ternak merupakan N terbaik. Umumnya
masih berbentuk panjang dan jarang yang sudah dicacah.
f. Jerami padi
Jerami padi umumnya sedikit mengandung air, tetapi banyak memiliki karbon.
Umumnya jerami mudah dirombak dalam proses pengomposan. Nitrogen
yang terdapat didalamnya lebih sedikit karena sudah dipakai untuk
pertumbuhan dan produksi.
g. Limbah tanaman
Contoh limbah lain tanaman adalah daun, tangkai daun, jerami, palawija dan
tanaman pekarangan.
h. Inokulum
Inokulum adalah bahan yang berisi mikroba yang diberikan ke dalam bahan
baku kompos agar proses pengomposan menjadi lebih cepat. Bentuk inokulum
umumnya berupa cairan, tetapi beberapa diantaranya berbentuk padat
(Djaja, 2009).
Pembuatan Kompos Skala Besar
Pembuatan kompos skala besar terdiri dari beberapa langkah kerja. Setiap
khusus diperhatikan dalam pembuatan kompos adalah menjaganya agar proses
berjalan dengan baik dan memperbaiki keadaan bila proses pengomposan
berlangsung tidak sesuai keinginan. Adapun proses pengomposannya mencakup
tujuh langkah kerja berikut:
1. Penanganan dan penyimpanan bahan baku
Bahan baku sebaiknya diletakkan dan disimpan di tempat yang teduh agar
tidak terkena air hujan, angin dan panas. Pasalnya tempat yang terbuka
memungkinkan zat hara bahan baku tercuci oleh air hujan atau menguap
karena terbawa angin atau panas. Namun, tempat yang sangat tertutup pun
tidak dianjurkan karena uap bahan baku dapat menumpuk, sehingga dapat
menimbulkan alergi, keracunan, dan kebakaran. Jadi, tempat penyimpanan
dan penimbunan bahan baku yang baik adalah tempat setengah terbuka dan
beratap.
2. Penghalusan ukuran partikel bahan baku
Agar proses pengomposan berjalan lebih cepat, sebaiknya bahan baku
kompos, terutama yang memilki bentuk panjang dan kasar, dihaluskan
terlebih dahulu. Contohnya adalah rumput dan jerami. Kedua bahan tersebut
dicacah sebelum dikomposkan.
3. Pembalikan
Sebelum membalikkan timbunan bahan kompos, sebaiknya dilakukan
pengukuran temperatur dan kelembaban timbunannya terlebih dahulu. Jika
timbunan terletak memanjang, pengukurannya dilakukan dibeberapa titik.
Temperatur dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur temperatur
timbunan dan dibiarkan selama lima menit. Selanjutnya lihat ukuran skala
ketinggian suhu yang berada di termometer. Membacanya harus dilakukan
seakurat mungkin.
4. Pematangan, penyimpanan, dan penangan kompos
Proses ini dapat berlangsung sekaligus atau terpisah. Langkah bersamaan bisa
dilakukan dengan cara menyimpan kompos di pelataran beratap dalam bentuk
curah atau di dalam kantong plastik yang terbuka. Sementara itu, perlakuan
terpisah dilakukan dengan cara mematangkan kompos terlebih dulu, baik di
tempat pemprosesan maupun di tempat lain. Setelah matang, kompos
dikeringkan dengan cara diayak terlebih dahulu, gumpalan besar kompos
yang telah jadi akan mengeras dan sukar dihaluskan.
5. Pengayakan hasil
Pengayakan dilakukan untuk memisahkan partikel kasar dari partikel halus.
Bentuk partikel kasar disebabkan oleh partikel tersebut belum sepenuhnya
terfermentasi. Partikel kasar ini bisa digunakan kembali pada proses
pengomposan selanjutnya sehingga benar-benar hancur. Selain itu,
pengayakan juga mempermudah pengepakan kompos agar kantong atau
karung plastik tidak mudah sobek akibat gesekan yang berasal dari bagian
tajam gumpalan. Alat ayak ini lebih tepat untuk usaha pengomposan skala
besar.
6. Pengeringan kompos
Pengeringan kompos dimaksudkan untuk menstabilkan berat kompos, dan
menghentikan seluruh proses pengomposan. Caranya adalah dengan
lebih hemat dan efisien. Selain tidak membutuhkan tambahan biaya, proses
penjemurannya pun akan sempurna. Namun, kompos yang sedang
dikeringkan jangan sampai terkena air, baik air selokan, air hujan, maupun air
pompa.
7. Pengepakan
Kompos yang sudah matang, dalam arti temperatur, kelembaban dan
keasamannya relatif tidak berubah lagi, dimasukkan kedalam kantong dan
direkatkan. Kantong plastik tebal lebih baik daripada karung plastik, tetapi
sedikit lebih mahal. Selain itu, untuk memikat konsumen, kantong
pengepakan bisa diberi logo perusahaan dan disebutkan pula kandungan dan
bahan bakunya (Djaja, 2008).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan
Proses pengomposan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan
baku, ukuran partikel, aerasi, porositas, kelembaban, suhu, dan pH.
1. Rasio C/N Bahan Baku
Rasio C/N efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1 hingga
40:1. Mikroba memecah senyawa karbon (C) sebagai sumber energi dan
menggunakan nitrogen (N) untuk sintesis protein. Pada ratio C/N diantara 30
hingga 40, mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis
protein. Apabila ratio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk
sintesis protein, sehingga dekomposisi berjalan lambat. Selama proses
pengomposan itu rasio C/N akan terus menurun. Kompos yang telah matang
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba terjadi diantara permukaan area dan udara. Permukaan
area yang lebih luas akan meningkatkan kontak atara mikroba dengan bahan
organik sehingga proses pengomposan dapat berjalan cepat. Ukuran partikel juga
menetukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas
permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan, misalnya
dengan cara pencacahan.
3. Aerasi
Pengomposan dapat berjalan cepat bila kondisi oksigen mencukupi
(aerob). Aerasi alami berlangsung saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk kedalam
tumpukan bahan kompos. Namun demikian, hal ini sangat tergantung pada
ketebalan tumpukan bahan. Jika tumpukan bahan terlalu tebal maka aerasi akan
berjalan lebih lambat. Aerasi juga ditentukan oleh porositas dan kandungan air
bahan (kelembaban). Apabila aerasi terhambat maka akan terjadi proses anaerob
yang menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau dengan mengalirkan udara di dalam tumpukan bahan
organik yang hendak dikomposkan itu.
4. Porositas
Porositas adalah ruang di antara partikel didalam tumpukan bahan
kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan
volume total. Ronga-rongga itu akan terisi air dan udara yang memasok oksigen
untuk proses proses pengomposan. Apabila rongga dipenuhi oleh air maka
5. Kelembaban
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses
metabolisme mikroba, yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap
pasokan oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila
bahan organik tersebut larut dalam air. Kelembaban 40-60 % adalah kisaran
optimum untuk metabolisme mikroba, sehingga sangat baik untuk proses
pengomposan. Apabila kelembaban di sawah 40 %, aktifitas mikroba akan
menurun dan aktifitasnya akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15 %. Apabila
kelembabannya lebih besar dari 60 %, unsur hara akan tercuci, volume udara
berkurang. Akibatnya, aktifitas mikroba akan menurun dan akan terjadi
fermentasi anaerob yang menimbulkan bau tidak sedap.
6. Temperatur
Temperatur atau panas sangatlah penting dalam proses pengomposan.
Panas dihasikan dari aktifitas mikroba. Ada hubungan langsung antara
peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur, semakin
tinggi aktifitas metabolisme, semakin banyak konsumsi oksigen, semakin cepat
pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada
tumpukan bahan organik. Temperatur yang berkisar antara 30-70 0C menunjukkan
aktifitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 70 0C akan
membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba termofilik saja yang dapat
bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba patogen tanaman
7. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisran pH yang lebih besar. pH
yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. pH
kotoran ternak umunya berkisar antara 6,8 hingga 7,4. Proses pengomposan akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada bahan organik dan pH-nya. Sebagai
contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan
penurunan pH (keasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa -senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase awal pengomposan.
pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
8. Kandungan Hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan. Kedua
unsur ini biasanya terdapat di dalam bahan kompos dari peternakan. Hara ini
dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
9. Kandungan Bahan Berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan yang berbahaya
bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti raksa, zink, nikel, dan krom
adalah beberapa bahan yang masuk dalam kategori ini. Logam-logam berat itu
akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
(Yuliarti dan Isroi, 2009).
Bentuk dan kualitas kompos yang dihasilkan bisa disesuaikan dengan
permintaan konsumen. Bisa berupa serbuk kasar, serbuk halus, atau granul.
Kualitasnya pun bisa diperbaiki dengan cara menambahkan bahan lain seperti
tepung tulang, tepung darah, atau mikroorganisme yang menguntungkan (seperti
Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Kompos Menggunakan
Mesin
Memproduksi kompos secara komersial memerlukan penanganan khusus
dengan mempertimbangkan beberapa aspek berikut ini.
1. Jenis bahan baku
Jenis bahan baku yang akan diolah perlu dipelajari agar rancangan bangunan
pabrik, peralatan, dan biaya produksi bisa di perhitungkan.
2. Peralatan yang digunakan
Proses pengomposan sangat ditentukan oleh ukuran bahan bakunya. Semakin
kecil atau halus ukuran bahan baku, proses pengomposan akan semakin cepat
karena bahan baku berukuran kecil mudah terdekomposisi (terurai). Membuat
ukuran bahan baku menjadi kecil bisa dilakukan dengan cara mencacahnya
menggunakan golok tajam (jika bahan bakunya sedikit). Namun, jika jumlah
bahan baku kompos sangat banyak dan jenisnya beragam, proses pencacahan
harus menggunakan mesin (Sofian, 2006).
3. Lokasi pembuatan kompos
Lokasi sebaiknya memiliki atap untuk melindungi kompos dari sinar matahari
dan air hujan. Sinar matahari atau air hujan yang mengenai kompos secara
langsung akan mempengaruhi kadar air bahan sehingga kompos dapat terlalu
kering atau terlalu basah. Lokasi pengomposan sebaiknya mempunyai
drainase yang baik agar lantai tetap kering. Jika terdapat genangan air maka
udara di sekitarnya menjadi lembab dan tentu merugikan bakteri aerobik pada
Aplikasi Kompos Untuk Pertanian
Dosis kompos untuk pertanian bervariasi tergantung kondisi lahan
(kandungan bahan organik dan status hara), jenis tanaman yang diusahakan, dan
musim. Lahan yang kandungan bahan organiknya rendah membutuhkan kompos
dalam jumlah yang besar. Penambahan kompos tidak dapat langsung
meningkatkan kadar bahan organik tanah secara drastis. Oleh karenanya,
diperlukan beberapa kali pemberian agar status bahan organik tanah meningkat.
Untuk tanah dengan kandungan bahan organik kurang dari 2 %, dosis kompos
yang direkomendasikan adalah 8-10 ton per hektar. Jenis tanaman juga
mempengaruhi kebutuhan kompos.
Tanaman sayuran dan buah-buahan semusim memerlukan kompos dalam
jumlah yang tinggi, bisa mencapai 20 ton per hektar. Untuk jenis tanaman tersebut
kompos tidak hanya diperlukan sebagai bahan penambah hara, tetapi juga untuk
menjaga struktur tanah agar tetap gembur sekaligus mampu menjaga
kelembabannya. Selain dapat menurunkan produksi buah dan sayur, fluktuasi
kandungan air tanah yang tinggi dapat menyebabkan menurunnya kualitas buah
dan sayuran.
Aplikasi kompos dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Pengurangan ini dapat dilakukan secara bertahap sejalan dengan meningkatnya
kesuburan lahan. Sebelum mulai mengurangi dosis pupuk kimia, kompos harus
secara konsisten diaplikasikan di lahan pertanian. Pengurangan dapat dimulai
dengan mengurangi 25 % dari dosis anjurannya. Jadi pupuk kimia yang diberikan
penurunan produksi. Lakukan terus pemupukan kompos pada musim tanam
berikutnya hingga produksi kembali stabil. Setelah produksi terlihat stabil,
pengurangan pupuk kimia ditingkatkan menjadi 50 % dari dosis anjuran.
Pengurangan dosis ini terus dilakukan hingga jumlahnya minimum atau bahkan
tidak sama sekali.
Pengurangan dosis pupuk kimia dengan aplikasi kompos telah berhasil
dilakukan pada tanaman padi. Produksi tetap normal meskipun penggunaan pupuk
kimia dikurangi. Bahkan kualitas padi yang dihasilkan cenderung lebih baik
daripada padi yang dipupuk dengan pupuk kimia ( Yuliarti dan Isroi, 2009).
Berpikir Kesisteman
Melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita dapat melihat
permasalahan dengan perspektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur,
pola, dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau
kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian-kejadian yang tunggal yang
langsung dihadapi. Berdasarkan persfektif yang luas ini kita akan dapat
mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan
tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan
pemecahannya (Tunas, 2007).
Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan
dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus
dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini sering
penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interprestasi diagram lingkar
kedalam konsep Kotak Gelap (black box).
Dalam meninjau suatu perihal untuk menyusun kotak gelap, perlu
diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu (1)
peubah input, (2) peubah output dan (3) parameter-parameter yang membatasi
struktur sistem.
Dalam identifikasi sistem yang penting adalah mencari pengaruh efek
samping yang tidak diharapkan yang mungkin dapat dimanifestasikan secara fisik,
biologis, ekonomis, sosial atau moral, sehingga kinerja yang dihasilkan sistem
sesuai dengan yang diharapkan. Identifikasi sistem akhirnya menghasilkan
spesifikasi yang terperinci tentang peubah yang menyangkut rancangan dan
proses kontrol. Identifikasi sistem ditentukan dan ditandai dengan adanya
determinasi kriteria jalannya sistem yang akan membantu dalam evaluasi
alternatif sistem. Kriteria tersebut meliputi pula penentuan output yang diharapkan
dari sistem, dan mungkin juga perhitungan rasio biaya dan manfaat (Eriyatno,
2003).
Tabel 4 . Uraian pengertian Komponen Kotak Gelap suatu sistem
No. Komponen Uraian
A. INPUT SISTEM
A.1. Input lingkungan (Eksogeneus) a) Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sitem. b) Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah
A.2. Input yang endogen (yang terkendali dan tak terkendali)
a) Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki
b) Sebagai peubah untuk
mengubah kinerja sistem dalam pengoperasiannya.
mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki.
b) Perannya sangat penting dalam mengubah kinerja sistem selama pengoperasian
c) Dapat meliputi aspek: manusia, bahan, energi, modal, dan informasi.
A.2.2. Input yang tak terkendali a) Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja sistem b) Tetapi diperlukan agar sistem dapat berfungsi
c) Bukan merupakan input lingkungan (eksogenous) karena disiapkan oleh perancang.
B. OUTPUT SISTEM
B.1. Output yang dikehendaki a) Merupakan respon dari sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analis kebutuhan).
b) Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang diidentifikasi.
B.2. Output yang tak dikehendaki a) Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindari dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.
b) Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, teruatam semua pengaruhnegatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji.
c) Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang dikehendaki
C. PARAMETER
RANCANGAN SISTEM
a) Digunakan untuk menetapkan struktur sistem
b) Merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan.
c) Dalam beberapa kasus
peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah.
d) Tiap sistem memiliki
parameter rancangan khas sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.
(Eriyatno, 2003).
Analisa Kebutuhan
Dalam melakukan analisa kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan
yang ada, baru kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisa kebutuhan-kebutuhan harus dilakukan secara
hati-hati terutama dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan
institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem yang telah ditentukan. Hal
tersebut meliputi manajer atau administrator dari pada sistem, distributor hasil
dari suatu sistem, pemakai barang atau jasa yang berasal dari suatu sistem dan
terakhir adalah perancangan dari sistem itu sendiri. Analisa kebutuhan selalu
menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang pengambil
keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi
hasil dari suatu survey, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapangan dan
sebagainya (Eriyatno, 2003).
Sistem Produksi
Menurut James Parson dari America Cynamid Company, produksi adalah
setiap proses atau prosedur yang digunakan untuk menciptakan barang atau jasa
mencakup aspek-aspek fisik, insani, dan ekonomis. Proses itupun dirancang untuk
mengubah seperangkat unsur-unsur input menjadi seperangkat unsur-unsur output
yang spesifik.
Sistem produksi merupakan keseluruhan unsur kohesif yang secara
dinamis berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan produksi. Karena itu
setiap sistem produksi mengandung tiga buah komponen yang berbeda, yakni :
input, proses, dan output. Inputnya mungkin berupa bahan-bahan (material),
buruh, dan energi seperti umumnya tampak dalam pabrik. Namun dalam
pengertian yang sangat longgar, input itu bisa berupa formulir-formulir “pekerjaan
kertas” standar, pasien, langganan, atau bahkan segenap masyarakat yang kita
temukan dalam pemberian jasa.
Proses produksi dapat mencakup satu operasi yang terpisah atau lebih dari
satu operasi yang terpisah, yang mungkin bersifat mekanis, kimiawi, perakitan,
gerakan, hubungan pribadi atau administrasi untuk menolong atau merawat.
Sedangkan outputnya bisa muncul dalam bentuk bagian-bagian yang lengkap,
suku cadang, produk akhir, barang-barang kimiawi, laporan lengkap, langganan
yang telah dilayani, atau pasien yang telah sembuh.
Manajemen produksi berhubungan dengan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan proses pembuatan rancangan (desain) dan pengawasan produksi
yang kesemuanya itu ditujukan untuk menambah guna atau menambah nilai
barang atau jasa. Dalam proses manajemen (yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan), manajer produksi bertanggung
1. Jumlah dan mutu yang diperlukan
2. Waktu siklus produksi dan penyerahan produknya
3. Pemilihan dan penggunaan metode produksi yang paling ekonomis untuk
mencapai jumlah, mutu, dan waktu yang diperlukan.
(Komaruddin, 1991).
Manajemen merupakan faktor produksi dan sumber daya ekonomi.
Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan tenaga kerja dan modal
dilakukan secara efektif untuk meningkatkan produktifitas. Manajemen
bertanggung jawab lebih dari separuh peningkatan produktifitas tahunan.
Termasuk didalamnya, peningkatan yang didapatkan melalui penerapan teknologi
dan penggunaan ilmu pengetahuan (Render dan Heizer, 2006).
Kebijaksanaan Manajemen Produksi
Tujuan kebijaksanaan dalam manajemen adalah untuk menjamin
keputusan agar dapat mendukung pencapaian sasaran organisasi dan rencana yang
diinginkan dengan cara yang terkoordinasi dan konsisten. Kebijaksanaan, sebagai
kode, bimbingan atau peraturan umum yang menentukan prosedur untuk
menangani situasi yang berulang atau melaksanakan wewenang yang
didelegasikan bertindak sebagai pembimbing untuk pembuatan keputusan.
Dengan demikian maka manajemen puncak dapat mendelegasikan wewenang
sambil mempertahankan fungsi pengawasan melalui pernyataan kebijaksanaan
Proses Manufaktur
Pengendalian produksi berkepentingan dengan peramalan atau perkiraan
keluaran, penentuan input yang dibutuhkan, serta perencanaan dan penjadwalan
pengolahan bahan baku berdasarkan urutan produksi atau konversi yang
dibutuhkan. Proses konversi amat sederhana namun dapat berupa satuan yang
kontiniu atau diskrit. Produk jadi dapat terdiri atas beberapa komponen yang
didapatkan dari beberapa pemasok. Terdapat banyak hal yang mungkin terjadi
selama material mengalir ke seluruh pabrik. Tetapi satu hal yang telah pasti :
harus ada pengendalian terhadap segala proses konversi. Pada tempat inilah
pengendalian produksi berperan.
Dalam suatu organisasi, pengendalian produksi berguna untuk
meningkatkan produktifitas. Definisi produktifitas adalah ratio nilai barang dan
jasa yang dihasilkan dibagi dengan nilai sumber daya yang digunakan dalam
produksi. Jika mesin atau orang menganggur karena tidak ada pekerjaan, atau
komponen menumpuk di gudang karena tidak tersedia mesin untuk mengolah
komponen tersebut, maka hal ini berarti sumber daya yang dimiliki terbuang
percuma. Peran pengendalian produksi adalah meminimasi pemborosan dengan
mengkoordinasi ketersediaan tenaga kerja, peralatan, dan bahan. Perbaikan
produktifitas dapat dilakukan dengan meningkatkan rancangan dan tatacara kerja
produksi sehingga menjadi lebih efisien. Produktifitas juga dapat ditingkatkan
dengan pengendalian produksi yang lebih baik (Kusuma, 1999).
Proses Transformasi
Kegiatan operasi merupakan bagian dari kegiatan organisasi yang
Masukkan berupa semua sumber daya yang diperlukan (misalnya material, modal,
peralatan), sedangkan keluaran berupa barang jadi, barang setengah jadi atau jasa.
Proses ini biasanya dilengkapi dengan kegiatan umpan balik untuk memastikan
bahwa keluaran yang diperoleh sesuai dengan kehendak.
Masukkan Keluaran
Umpan balik
Gambar 1. Menunjukkan skema proses transformasi dari masukan menjadi
keluaran.
Kegiatan umpan balik dilakukan dengan melakukan pengecekan pada
beberapa titik kunci dan membandingkannya dengan standar atau acuan yang
telah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara hasil (keluaran) dan standar
maka dilakukan tindakan koreksi, yang berupa perbaikkan dalam komponen
masukkan atau penyempurnaan dalam proses produksi sehingga keluarannya
dapat sesuai dengan yang diharapkan (Herjanto, 1999). Manusia
Mesin Material Modal Metoda Energi Informasi
Proses transformasi Barang atau
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang,
mulai dilaksanakan pada bulan April – Mei 2011.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data-data yang diperoleh dari penelitian kerja, baik dari hasil pengamatan di CV.
Mission Tani Kabupaten Deli Serdang, hasil wawancara, penyebaran kuisioner,
maupun hasil diskusi dengan pihak-pihak yang berwenang.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis,
komputer, dan kamera digital.
Metode Penelitian
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan dengan
cara mencari informasi dan pengetahuan dari wawancara dengan stakeholder,
diskusi dengan pihak yang berwenang, studi pustaka, penyebaran kuisioner, dan
pengamatan di CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang. Kemudian
menggunakan data yang telah dikumpulkan untuk menyusun diagram lingkar
yang kemudian diinterpretasikan kedalam diagram kotak hitam (blackbox
diagram) sebagai hasil akhir identifikasi sistem.
Secara sistematis kegiatan penelitian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan dilakukan dengan mengunjungi CV. Mission Tani
pupuk kompos mulai dari bahan baku yang digunakan, tahap pengolahan
pupuk kompos di pabrik pupuk kompos sampai pada pemasaran produk dan
mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi selama proses produksi
pupuk kompos.
2. Wawancara dengan pihak yang berwenang
Wawancara dilakukan dengan pihak stakeholder untuk mendapatkan
informasi tentang bahan baku yang digunakan, faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu pupuk kompos, proses pembuatan pupuk kompos,
masalah-masalah yang dihadapai selama proses produksi dimana keluaran
yang diinginkan berupa data sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission
Tani Kabupaten Deli Serdang serta pemasaran produk.
3. Penyebaran kuisioner
Penyebaran kuisioner dilakukan untuk mengevaluasi aspek sosial pekerja di
CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang dan untuk mengetahui pemasaran
serta kepuasan konsumen terhadap pupuk kompos CV. Mission Tani.
4. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk melengkapi dan cross-check terhadap data yang
diperoleh melalui wawancara dan diskusi di lapangan dengan data informasi
yang didapat melalui buku dan media informasi lain.
Prosedur Penelitian
1. Menentukan stakeholder yang berkaitan dengan produksi pupuk kompos
2. Menganalisis kebutuhan semua stakeholder yang berkaitan dengan sistem
3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi selama produksi pupuk
kompos
4. Menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem
produksi pupuk kompos
5. Menganalisis pemasaran pupuk kompos CV. Mission Tani
6. Melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap penting yaitu
aspek industri dan produksi, lingkungan, dan sosial-ekonomi
7. Menyusun diagram lingkar yang kemudian diinterpretasikan kedalam
diagram kotak hitam (blackbox diagram) sebagai hasil akhir identifikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Singkat PerusahaanCV. Mission Tani berdiri sejak bulan April 2008 dengan izin usaha No.
2059/02.13/PK/IV/2008. CV. Mission Tani didirikan oleh ibu Nuriani R. Siahaan
sebagai pemilik penuh atas perusahaan ini. Pabrik pupuk kompos CV. Mission
Tani mulai beroperasi pada bulan Juni 2008. Kantor pusat CV. Mission Tani
terletak di Jalan Bunga Sakura Komplek Griya Asam Kumbang (Torganda) No.17
Medan, sementara pabrik pupuk kompos CV. Mission Tani terletak di jalan
Bersama Desa Baru, Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
Pabrik pupuk kompos CV. Mission Tani berdiri di atas lahan seluas 16m x
60m. Pada awalnya pabrik pupuk kompos CV. Mission Tani memiliki luas
bangunan 16m x 20m. Produksi awal pabrik pupuk kompos CV. Mission Tani
yaitu sebesar 30 ton / bulan dengan memperkerjakan 6 (enam) orang karyawan.
Kemudian diawal tahun 2009, CV. Mission Tani memperbesar pabrik dengan luas
bangunan 16m x 55m. Hingga kini pabrik pupuk kompos CV. Mission Tani dapat
memproduksi rata-rata 100 ton pupuk kompos per bulan dengan memperkerjakan
14 (empat belas) orang karyawan di pabrik pada bagian produksi dan 1 (satu)
orang karyawan di kantor pusat pada bagian administrasi.
CV. Mission Tani memproduksi pupuk kompos berkualitas tinggi dengan
merek dagang “Bernas” dan pupuk organic lengkap (fine compost) dengan merek
dagang “Ramosdo”. Pupuk kompos yang diproduksi CV. Mission Tani dijual
dalam dua kemasan yaitu 5 kg dan 50 kg. Pupuk kompos yang dihasilkan CV.
Mission Tani berkualitas tinggi dan cocok digunakan untuk tanaman perkebunan.
menyatakan pupuk kompos CV. Mission Tani memiliki kandungan nitrogen
1,29%, fospor 1,39%, kalium 1,07%, kalsium 4,50%, dan magnesium 1,17%.
Pada awalnya, CV. Mission Tani hanya memasarkan produknya di daerah
kota Medan, Tanjung Morawa, dan Berastagi. Sekarang, CV. Mission Tani telah
memasarkan produknya sampai ke Tapanuli Tengah dan provinsi Nangro Aceh
Darussalam. Untuk daerah kota Medan, produk pupuk kompos CV. Mission Tani
telah dipasarkan di toko-toko bunga yang ada disekitar jalan Adam Malik, Glugur
seperti UD. Tiga Saudara, UD. Florist, dan toko bunga Aswita. Untuk daerah
Berastagi, CV. Mission Tani bekerjasama dengan distributor pupuk seperti UD.
Milala, UD. Rizki Tani dan toko Hasil Laut. Untuk kota Banda Aceh, distributor
yang dipercaya untuk memasarkan produknya yaitu UD. Arya Usaha.
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu tugas wewenang dan
tanggung jawab dari tiap-tiap fungsi atau bagian yang terdapat dalam suatu
perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi, maka bagian-bagian dari
organisasi perusahaan akan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan
dan keahliannya serta diharapkan mampu mencipkatakan iklim kerja yang baik
dalam perusahaan.
Struktur organisasi di CV. Mission Tani dimulai dari pimpinan sebagai
pengambil keputusan tertinggi dan pembuat kebijakan perusahaan. Selanjutnya
mandor pabrik, yaitu orang yang bertanggung jawab penuh atas jalannya proses
produksi mulai dari pengambilan bahan baku sampai produk jadi di pabrik.
Mandor pabrik membawahi pekerja-pekerja di pabrik. Pekerja pabrik dibedakan
pengambilan kompos di tempat pembuangan akhir (TPA) Namo Bintang,
pengolahan pupuk kompos, dan penghalusan kompos kotoran ternak dan guano.
CV. Mission Tani, pekerja untuk pengambilan kompos di TPA Namo Bintang
terdiri dari 5 orang. CV. Mission Tani juga menerima kompos yang dihasilkan
oleh pengumpul di TPA Namo Bintang yang berjumlah 22 orang. Untuk proses
pengolahan hingga pengemasan pupuk kompos di pabrik terdiri dari 8 (delapan)
orang. Untuk pemasaran produk, CV. Mission Tani menggunakan jasa angkutan
(currier) atau pelanggan yang mengambil produk langsung ke pabrik pupuk
kompos CV. Mission Tani CV.
Produktifitas CV. Mission Tani
Pengukuran produktifitas adalah cara terbaik dalam menilai kemampuan
suatu lembaga. Dengan mengetahui produktifitas perusahaan, maka pihak
manajemen atau pengambil keputusan akan mendapatkan gambaran
perkembangan dari sistem yang dijalankan. Hingga April 2011, CV. Mission Tani
telah mengalami peningkatan dalam permintaan terhadap produknya. Hal ini
terbukti dari data penjualan produk CV. Mission Tani hingga April 2011.
Tabel 6. Penjualan pupuk kompos CV. Mission Tani 2010-2011
Produksi merupakan pengubahan bentuk atau transformasi sumber daya
menjadi barang atau jasa. Menurut Kusuma (1999) pengendalian produksi
berkepentingan dengan peramalan atau perkiraan keluaran, penentuan input yang
dibutuhkan, serta perancangan dan penjadwalan pengolahan bahan baku
berdasarkan urutan produksi atau konversi yang dibutuhkan. Berikut adalah
perencanaan produksi yang dilakukan di CV. Mission Tani.
Rencana Produksi Pupuk Kompos
Rencana produksi per bulan = 150.000 kg
Total kebutuhan bahan baku produksi = 150 x 100/75 = 200.000 kg
I. A. Investasi (masa penyusutan satu tahun)
• Ayakan 8 buah @ Rp 30.000 = Rp 240.000
• Sekop 8 buah @ Rp 80.000 = Rp 640.000
Jumlah Rp 880.000
B. Investasi (masa penyusutan lima tahun)
• Timbangan duduk 2 unit @ Rp 2.000.000 = Rp 4.000.000
• Mesin jahit goni 1 unit @ Rp 800.00 = Rp 800.000
• Generator 1 unit @ 2.200.000 = Rp 2.200.000
Jumlah Rp 7.000.000
1 tahun masa produksi, total produksi 1800 ton = Rp 488,89
5 tahun masa produksi, total produksi 9000 ton = Rp 777,78
Nilai penyusutan investasi per ton produksi = Rp 1.266,67
II. Produksi
Jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi 150 ton pupuk organik
lengkap (fine compost) per bulan adalah :
Tabel 5. Bahan baku pupuk kompos No
.
Bahan Baku Satuan/Kg Kebutuhan total/Kg
Harga (Rp) Total (Rp)
1 Kompos TPA - 150.000 170.000/ton 25.500.000
2 Kotoran lembu Pick-up/1500 12/18.000 100.000/pick up 1.200.000 3 Kotoran kambing Goni/50 360/18.000 11.000/goni 3.960.000 4 Guano Truk/10.000 1/10.000 800.000/trul 800.000 5 Dolomit Goni/50 80/4.000 13.000/goni 1.040.000
6 Belerang - 150 8000/kg 1.200.000
7 EM 4 Botol 2 20.000/botol 40.000
Total 33.740.000
Rata-rata biaya bahan baku per kg produksi = Rp 33.740.000 : 150.000kg
= Rp 224,93/ kg III. Bahan penunjang produksi
1. Goni (50 kg) 3000 lembar @ Rp 3300 = Rp 9.900.000
2. Benang jahit 35 roll @ Rp 8000 = Rp 280.000
3. BBM genset 5 liter @ Rp 4.500 = Rp 22.500
Total = Rp 10.202.500
Biaya rata-rata bahan penunjang produksi per kilogram produksi adalah
Rp. 68,02
IV. Tenaga Kerja
1. Upah pekerja meliputi :
- Pencampuran bahan dan pengemasan Rp 1.500 = Rp 4.500.000
- Pengomposan kotoran ternak Rp 2.000/ 25 kg = Rp 2.880.000
- Penghalusan guano Rp 2.500/ 25 kg = Rp 1.000.000
Biaya rata-rata pekerja per kilogram produksi adalah Rp 55,87
Maka biaya pokok produksi per kilogram pupuk kompos adalah Rp. 350,09
Pemasaran dan Strategi Pemasaran CV. Mission Tani
CV. Mission tani telah memasarkan produknya hampir keseluruh wilayah
di Sumatera bagian utara. Untuk daerah Sumatera Utara, CV. Mission Tani telah
memasarkan produknya ke kota Medan, Berastagi, Tapanuli Utara. CV. Mission
Tani juga telah memasarkan produknya ke wilayah Banda Aceh. CV. Mission
Tani memasarkan produknya melalui beberapa distributor yang berada di daerah
tersebut.
Tabel 7. Distributor pupuk kompos CV. Mission Tani
No. Daerah Distributor
1 Kota Medan UD.Tiga Saudara, UD.Maha, UD.Taufik 2 Berastagi UD.Hasil Laut, UD.Milala, UD.Marjaya 3 Saribu Dolok UD.Anugrah
4 Siborong-borong UD.Kosting, UD.Mullop Tani 5 Banda Aceh UD.Arya Usaha
6 Dolok Sanggul UD.HArum Tani
Dalam memasarkan produknya, CV. Mission Tani menggunakan beberapa
strategi pemasaran untuk meningkatkan permintaan terhadap produknya yaitu :
1. Melakukan promosi produk melalui radio
2. Menyediakan layanan konsultasi pertanian khususnya penggunaan pupuk
organik
3. Dalam memasarkan produknya disalah satu daerah, CV. Mission Tani
hanya menggunakan jasa 1 atau 2 distributor saja dengan memberikan target
sesuai potensi wilayahnya
4. Melakukan pendekatan persuasif dan kekeluargaan
Stakeholder dan Analisis Kebutuhan Sistem Produksi Pupuk Kompos CV.
Mission Tani
Tahap analisis kebutuhan adalah langkah awal pengkajian mengenai
sistem. Menurut Eriyatno (2003), analisis kebutuhan harus dilakukan secara
hati-hati terutama dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan
institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem yang telah ditentukan.
Semua stakeholder yang terkait dengan sistem produksi pupuk kompos di
CV. Mission Tani mempunyai kebutuhan tersendiri yang muncul dari kepentingan
masing-masing stakeholder terhadap sistem tersebut. Stakeholder bisa termasuk
pekerja teknis dan non teknis, bisa juga pekerja dalam dan luar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan pemilik pabrik pupuk
kompos CV. Mission Tani sebagai salah satu stakeholder, diidentifikasi adanya
sejumlah kebutuhan yang harus terpenuhi guna mempertahankan kelangsungan
produksi pupuk kompos di pabrik CV. Mission Tani dan mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan.
Analisis kebutuhan pihak CV. Mission Tani anatara lain pengambilan
kompos dari TPA Namo Bintang yang optimal dan berkualitas baik, optimalisasi
proses produksi, optimalisasi biaya produksi, perluasan bangunan pabrik,
ketersediaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, listrik yang memadai, dan
alat-alat produksi, dan produktifitas yang stabil bahkan relatif meningkat setiap
tahunnya dan laba bagi perusahaan.
Analisis kebutuhan stakeholder berikutnya adalah para penyedia bahan
baku. Yang pertama yaitu para pengumpul kompos di tempat pembuangan akhir
manajemen memasok bahan baku dari pengumpul kompos disekitar TPA Namo
Bintang. Para pengumpul tentunya menginginkan penawaran terbaik terhadap
produknya. Keharmonisan dalam menjalin kerjasama adalah kebutuhan paling
utama. Infrastruktur yang memadai juga merupakan kebutuhan penting yang
menunjang transportasi dalam mendistribusikan produk. Selanjutnya yaitu para
penyedia kotoran ternak dan guano. Mereka tentunya menginginkan penawaran
terbaik terhadap produknya. Keharmonisan dalam menjalin kerjasama juga
merupakan kebutuhan paling utama.
Analisis kebutuhan stakeholder berikutnya adalah para distributor. Untuk
memasarkan produknya, CV. Mission Tani menggunakan jasa distributor.
Hubungan kerja yang baik penting untuk terus dibangun. Berdasarkan hasil
kuisioner yang dilakukan kepada pihak distributor, dapat disimpulkan bahwa
pemberian penghargaan atas hasil penjualan distributor baik untuk dilakukan agar
kerjasama yang telah dijalin tetap harmonis. Namun, pihak distributor juga
menyarankan agar CV. Mission Tani juga harus memberikan penghargaan berupa
bonus kepada petani. Pihak distributor menyarankan agar CV. Mission Tani dapat
mempertahankan mutu produk yang dihasilkan agar mudah direkomendasikan
kepada petani Kemudahan administratif atau birokratif juga merupakan
kebutuhan.
Pekerja atau karyawan adalah sekelompok orang atau masyarakat yang
berada dan menetap disekitar pabrik CV. Mission Tani. Keharmonisan dalam
menjalin hubungan kerja dengan para pekerja merupakan kebutuhan utama.
Selain itu, kesejahteraan dan peningkatan kondisi sosial-ekonomi yang mengarah
Konsumen merupakan pengguna pupuk kompos. Pupuk kompos yang
bermutu baik, produk yang mudah didapat, dan harga pupuk kompos yang
terjangkau oleh konsumen merupakan kebutuhan dari konsumen.
Tabel 8. Analisis kebutuhan para stakeholder
No. Stakeholder Kebutuhan Stakeholder
1. CV. Mission Tani 1. Bahan baku yang berkualitas baik 2. Optimalisasi biaya produksi 3. Permodalan
4. Ketersediaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, listrik yang memadai, dan alat-alat produksi
5. Produktifitas yang stabil dan cenderung meningkat
6. Optimalisasi proses produksi 7. Laba bagi perusahaan
2. Supplier bahan baku 1. Keharmonisan dalam menjalin kerjasama 2. Penawaran terbaik terhadap produknya 3. Infrastruktur yang memadai
3. Distributor 1. Keharmonisan dalam menjalin kerjasama 2. Kemudahan administratif dan birokratif 3.
4.
Laba bagi distributor
Kestabilan mutu pupuk kompos 4. Karyawan 1. Penyediaan lapangan kerja
2. Keharmonisan dalam menjalin kerjasama 3. Pembangunan infrastruktur desa
5. Konsumen 1. Harga terjangkau
2. Produk mudah didapat
3. Pupuk kompos yang bermutu baik
Sistem Produksi Pupuk Kompos CV. Mission Tani
Produksi merupakan pengubahan bentuk atau transformasi sumber daya
menjadi barang atau jasa. Menurut Komaruddin (1991) sistem produksi
merupakan keseluruhan kohesif yang secara dinamis berkaitan satu sama lain
untuk mencapai tujuan produksi. Sistem produksi mengandung tiga buah
komponen yang berbeda, yakni input, proses, dan output. Untuk mencapai tujuan
produksi tersebut dibutuhkan suatu perencanaan kebutuhan dan proses produksi
Gambar 1. Diagram sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani
Identifikasi Permasalahan Sistem
Permasalahan yang terjadi merupakan persoalan yang timbul didalam
sistem dan harus diselesaikan. Menurut Tunas (2007) mengatakan bahwa melalui
berpikir kesisteman dan pendekatan sistem kita dapat melihat permasalahan
dengan perspektif yang lebih menyeluruh. Adapun ruang lingkup permasalahan
utama yang terjadi pada sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani
adalah :
1. Kondisi Cuaca
Cuaca merupakan faktor produksi yang sering kali dianggap sebagai
kendala dalam produksi. Kegiatan produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani
tidak dipengaruhi oleh cuaca secara langsung. Curah hujan yang tinggi
mengakibatkan para pengumpul kompos di TPA Namo Bintang tidak dapat
bekerja maksimal. Namun banyaknya pengumpul kompos yang bekerja di TPA
Namo Bintang membuat pasokan kompos dari TPA ke CV. Mission Tani dapat
terpenuhi. Curah hujan mengakibatkan kompos yang diperoleh dari TPA memiliki Bahan baku
Tenaga kerja
Peralatan kerja
Proses produksi k k
Pupuk Kompos 1. Lingkungan
kadar air yang tinggi. Hal ini menyebabkan perusahaan merugi karena kompos
yang dipasok ke pabrik mengandung air yang banyak.
Curah hujan juga mempengaruhi proses pengomposan kotoran ternak di
pabrik pupuk kompos CV. Mission Tani. Jika curah hujan tinggi dan
menyebabkan air mengenai tempat pengomposan kotoran ternak, maka kompos
akan mengeluarkan bau. Tetapi pada akhirnya kompos yang dihasilkan tetap
memiliki kualitas yang baik dan tidak mengeluarkan bau.
2. Tenaga Kerja
Mengingat Pekerjaan di Pabrik CV. Mission Tani cukup berat, pekerja
yang lebih dibutuhkan adalah pekerja pria. Namun, kurangnya minat pekerja pria
bekerja di pabrik membuat pihak perusahaan memperkerjakan tenaga kerja
wanita. Hal ini mengakibatkan kurangnya produktifitas pabrik pupuk kompos CV.
Mission Tani. Hal ini terbukti dengan perbandingan pekerja pria dan wanita yaitu
9 : 5.Hal ini muncul karena pekerja pria disekitar pabrik lebih tertarik bekerja
diluar sistem seperti diperkotaan yang memiliki lebih banyak pilihan pekerjaan
yang dirasa dapat meningkatkan taraf hidup mereka.
3. Pemeliharaan Konsistensi Mutu
Mutu pupuk kompos yang dihasilkan CV. Mission Tani cukup baik yaitu
kadar N 1,29%, P 1,39%, K 1,07%, Ca 4,5%, dan Mg 1,17%. Hal ini juga
ditunjukkan dengan tingginya permintaan terhadap pupuk kompos yang
diproduksi CV. Mission Tani yaitu rata-rata 100 ton per bulan. Untuk
menghasilkan mutu pupuk kompos yang baik, maka bahan baku yang digunakan
juga harus baik. Salah satu komposisi bahan terbesar dalam memproduksi pupuk
kompos yang berasal dari pengumpul tidak tetap, terkadang ditemukan kompos
yang telah dicampur dengan tanah. Hal ini dapat menurunkan mutu pupuk
kompos yang dihasilkan. Pihak manajemen menghindari kejadian ini dengan cara
tidak mengambil kompos TPA dari pengumpul itu lagi.
4. Permintaan Konsumen
Permintaan dari konsumen sangat mempengaruhi kenaikan dan penurunan
produksi pupuk kompos CV. Mission Tani. Permintaan dari konsumen
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
• Kesadaran masyarakat dalam menggunakan pupuk organik untuk
meningkatkan produksi
• Musim memupuk
• Strategi pemasaran yang dilakukan oleh pihak manajemen CV. Mission
Tani
• Penambahan atau pengurangan distributor di suatu daerah pemasaran
pupuk kompos CV. Mission Tani.
5. Musim Memupuk
Ketika petani telah memasuki musim memupuk, permintan bahan baku
kompos dari TPA akan mengalami peningkatan. Produsen pupuk kompos akan
mengalami peningkatan permintaan pupuk kompos sehingga meningkatkan
produksinya. Pupuk kompos di TPA juga akan mengalami peningkatan
permintaan. Untuk memenuhi kebutuhan produksinya, pihak manajemen CV.
Mission Tani akan memenuhi kebutuhan pupuk komposnya selain dari pekerja
tetap di TPA juga mensuplai kompos dari pengumpul lain di TPA. Hal ini
Biaya produksi pun meningkat. Selain itu, para produsen juga berlomba-lomba
untuk mendapatkan kompos dari TPA. Hal ini menyebabkan CV. Mission Tani
kekurangan bahan baku dan tidak dapat berproduksi maksimal.
Evaluasi Aspek
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan
dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus
dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Identifikasi sistem
produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani dilakukan dengan mengevaluasi
beberapa aspek yang dianggap cukup penting yaitu meliputi aspek industri dan
produksi, aspek lingkungan, dan aspek sosial.
Dalam aspek industri dan produksi, dijelaskan mengenai produktifitas, dan
biaya produksi. Aspek lingkungan membahas tentang kondisi cuaca dan
lingkungan pekerjaan didalam manajemen CV. Mission Tani. Yang terakhir
adalah mengkasi evaluasi aspek sosial-ekonomi, pengukuran kesejahteraan
ekonomi para tenaga kerja merupakan bahan yang akan dievaluasi.
Aspek Industri dan Produksi
Pengendalian produksi akan memberikan dampak positif terhadap kualitas
produk yang dihasilkan. Menurut Kusuma (1999) pengendalian produksi
berkepentingan dengan peramalan atau perkiraan keluaran, penentuan input yang
dibutuhkan, serta pernecanaan dan penjadwalan pengolahan bahan baku
berdasarkan urutan produksi atau konversi yang dibutuhkan. Berdasarkan data
dari pihak manajemen CV. Mission Tani, untuk memproduksi 150 ton pupuk
organik lengkap per bulannya, diperlukan bahan baku sebanyak 200 ton. Hal ini